commit to user
STUDI PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI
KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh :
KESIT GALIH PRASOJO K5608014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
▸ Baca selengkapnya: download program ekstrakurikuler olahraga sd
(2)commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Kesit Galih Prasojo
NIM : K5608014
Jurusan / Prodi : POK / Penkepor
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “STUDI PELAKSANAAN
EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA NEGERI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri. Selain itu sumber informasi yang
dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari tebukti atau terdapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Januari 2013
Yang membuat pernyataan
commit to user
STUDI PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI
KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012
Oleh :
KESIT GALIH PRASOJO K5608014
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
vi ABSTRAK
Kesit Galih Prasojo. Studi Tentang Pelaksanaan Ekstrakurikuler Olahraga Di
SMPN Se kota Sukoharjo Tahun 2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
ekstrakurikuler olahraga di SMP Negeri Se Kota Sukoharjo Pada Tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah guru pendidikan jasmani dan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga khususnya kelas VII dan VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri Se Kota Sukoharjo. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket, dokumentasi dan wawancara.
Hasil penelitian pelaksanaan ekstrakurikuler olahraga di SMP Negeri se Kota Sukoharjo tahun 2012 mempunyai prosentase sebagai berikut: pembinaan sudah berjalan baik dengan skor rata-rata 80,2% namun kenyataan di lapangan pembinaan sebenarnya kurang berjalan dengan baik, pelatih/guru sudah baik dengan skor rata-rata 61,8% sedangkan hasil wawancara menyebutkan bahwa peran pelatih/guru belum maksimal, siswa/atlet sudah baik dengan skor rata-rata 70% akan tetapi kenyataan di lapangan malah sebaliknya, prasarana dan kondisi sudah baik dengan skor rata-rata 78,1% akan tetapi, kenyataan di lapangan kondisi prasarana dan sarana kurang memadai dan pendanaan masih kurang dengan skor rata-rata 74,6%. Dari kelima daya dukung tersebut, hal yang paling berpengaruh adalah masalah pendanaan. Di Kabupaten Sukoharjo sendiri telah mengeluarkan kebijakan sekolah gratis. Dimana sekolah tidak diperbolehkan memungut biaya dari siswa dan dana hanya diperoleh dari BOS yang jumlahnya terbatas, tergantung jumlah siswa dan lokasi sekolah. Permasalahan dana ini mengakibatkan seluruh komponen pendukung pelaksanaan ekstrakurikuler menjadi terhambat. Mulai dari pembinaan yang tidak maksimal, guru/pelatih yang tidak maksimal dalam memberikan pelatihan, prasarana dan sarana yang kurang memadai dan efeknya pada siswa/atlet yang minim prestasi.
Berdasarkan hasil di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler olahraga di SMP Negeri se kota Sukoharjo kurang berjalan baik.
commit to user MOTTO
Lebih baik pulang daripada ragu – ragu dalam latihan.
(Anonim)
Barangsiapa yang memberi kemudahan kepada orang lain yang sedang
mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan kepadanya dunia dan
akhirat.
(HR. Ibnu dari Abu Hurairah)
Belajarlah untuk menerima kritik dan saran dari orang lain karna hal itu
lah yang membuat Anda semakin dewasa dan menjadi pribadi yang lebih
baik lagi.
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
“Ayah dan Ibu”
Aku sangat bangga memiliki kalian, pengorbanan kalian tak akan pernah bisa
tergantikan dengan apapun. Kalian adalah hal terbaik dari semua hal yang aku
miliki.
“Lina, Yosef, Ihwan, Kristanto, Danang Rohmat, Andy”
Kalian adalah rekan-rekan seperjuangan yang selalu memberiku alasan kenapa
aku pantang menyerah dalam menyelesaikan masalah.
Keluarga besar KMS MENWA UNS
Terima kasih sudah memberi banyak ilmu dan pengalaman yang tak ternilai
harganya.
“Sofiani Puji Astuti”
Terima kasih karena senantiasa mendorong langkahku.
“Teman-teman Penkepor angkatan 2008”
Terima kasih untuk persahabatan yang kita jalin selama ini.
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan
skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin untuk mengadakan penelitian ini.
3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd, sebagai pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes, sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, SMPN 4, SMPN 5, SMPN 6 dan SMPN
7 Sukoharjo yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.
7. Guru serta seluruh siswa SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, SMPN 4, SMPN 5,
SMPN 6 dan SMPN 7 Sukoharjo yang telah membantu dengan sepenuh hati
dalam pelaksanaan penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Semoga Amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha
Esa, semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Januari 2013
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PENGAJUAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN... iv
HALAMAN PENGESAHAN... v
HALAMAN ABSTRAK... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Pengertian Ekstrakurikuler... 6
2. Ekstrakurikuler di Sekolah ... 14
a. Visi Misi Kegiatan Ekstrakurikuler... 14
b. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler ... 15
c. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler ... 15
commit to user
e. Format Kegiatan ... 16
3. Ekstrakurikuler Olahraga ... 17
B. Kerangka Berfikir... 33
BAB III METODE PENELITIAN... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
1. Tempat Penelitian... 35
2. Waktu Penelitian ... 35
B. Rancangan Penelitian ... 36
C. Subyek Penelitian... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ... 37
E. Teknik Analisis Data... 40
1. Uji Coba Angket... 40
a. Uji Validitas... 40
b. Uji Reliabilitas... 41
2. Metode Analisa Data... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Deskripsi Temuan Penelitian Hasil Penelitian... 43
1. Pembinaan ... 44
2. Guru / Pelatih ... 44
3. Siswa / atlet ... 44
4. Sarana dan Prasarana... 45
5. Pendanaan... 45
B. Hasil Penelitian ... 45
C. Pembahasan... 46
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 49
A. Simpulan ... 49
B. Implikasi... 50
commit to user
xii
DAFTAR PUSTAKA ... 52
commit to user DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu Penelitian ... 35
Tabel 2. Daya dukung yang mempengaruhi pelaksanaan ekstrakurikuler olahraga... 39
Tabel 3. Pelaksanaan pembinaan ekstrakurikuler olahraga ... 44
Tabel 4. Tabel guru/pelatih dalam ekstrakurikuler olahraga ... 44
Tabel 5. Tabel siswa/atlet dalam ekstrakurikuler olahraga... 44
Tabel 6. Tabel prasarana dan sarana dalam ekstrakurikuler olahraga ... 45
commit to user
xiv LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar nama siswa yang diteliti ... 55
Lampiran 2. Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian ... 61
Lampiran 3. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 62
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas ... 67
Lampiran 5. Perhitungan Uji Reliabilitas... 69
Lampiran 6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 72
Lampiran 7. Instrumen Penelitian ... 73
Lampiran 8. Perhitungan Data Hasil Penelitian ... 77
Lampiran 9. Deskripsi perhitungan Frekuensi dan Prosentase Daya Dukung Ekstrakurikuler ... 80
Lampiran 10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI ... 85
Lampiran 11. Dokumentasi ... 93
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret ...
Lampiran 11. Surat Keterangan Penelitian dari SMPN 1 Sukoharjo...
Lampiran 12. Surat Keterangan Penelitian dari SMPN 2 Sukoharjo...
Lampiran 13. Surat Keterangan Penelitian dari SMPN 3 Sukoharjo...
Lampiran 14. Surat Keterangan Penelitian dari SMPN 4 Sukoharjo...
Lampiran 15. Surat Keterangan Penelitian dari SMPN 5 Sukoharjo...
Lampiran 16. Surat Keterangan Penelitian dari SMPN 6 Sukoharjo...
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga mempunyai arti penting dalam usaha untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan olahraga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, karena kehidupan manusia terdiri dari dua aspek, yaitu aspek jasmani
dan aspek rohani yang tidak dapat dipisahkan. Jika kedua aspek itu berkembang
dan tumbuh secara selaras maka akan timbul kehidupan yang harmonis dalam
pertumbuhannya. Keselarasan kehidupan jasmani dan rohani pada manusia dapat
dicapai antara lain dengan melakukan olahraga. Menurut UU No.3 tahun 2005.
Bahwa :”Keolahragaan Nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan
kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas menanamkan nilai moral akhlaq
mulia, sportivitas, disiplin, mempererat persaudaraan bangsa, memperkukuh
pertahanan nasional, serta mengangkat harkat dan martabat dan kehormatan
bangsa.”
Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang (UU)
No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu
pendidikan yang mempunyai peran penting untuk mendukung pencapaian tujuan
pendidikan secara keseluruhan. Banyak manfaat yang diperoleh melalui
Pendidikan Jasmani Olaharaga dan Kesehatan. H.J.S Husdarta (2009: 3)
menyatakan, “Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan pada hakikatnya
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk
menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik,
commit to user
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di dalamnya dikembangkan
banyak aspek agar terjadi perubahan secara holistic pada diri peserta didik baik
fisik, mental dan emosional. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan, maka dalam kurikulum Penjasorkes telah dirancang berbagai
macam materi Penjasorkes yang harus diajarkan kepada peserta didik sesuai
jenjang pendidikannya masing-masing.
Di sekolah, baik itu di SD, SMP dan SMA banyak peserta didik yang
berminat di bidang olahraga. Kegemaran mereka pun dituangkan saat jam
olahraga tetapi banyak juga peserta didik yang belum puas kalau kegiatan
olahraga hanya pada saat jam Penjasorkes saja. Untuk itu sekolah mengadakan
suatu kegiatan guna menampung bakat dari peserta didik di luar jam sekolah dan
biasanya disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler,salah satunya ekstrakurikuler
olahraga.
Pembinaan olahraga harus dimulai sejak usia dini hal ini bertujuan untuk
mencari bibit atlet sejak usia muda. Pada anak usia muda mreka sedang dalam
keadaan tumbuh dan berkembang, sehingga dalam pembinaan olahraga untuk
mencapai prestasi tinggi perlu pembinaaan. Maka dari itu sangat diperlukan suatu
wadah untuk membina prestasi olahraga mereka tanpa melupakan tugas
akademisnya.
Kegiatan ekstrakurikuler olahraga pada dasarnya bertujuan untuk
mengembangkan potensi siswa dalam bidang olahraga. Berdasarkan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiyaan dan
penilaian pendidikan. Dua dari delapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama
bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum, salah satunya kegiatan
ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler olahraga yang ada di sekolah khususnya di SMP dan SMA
commit to user
menyalurkan bakat,minat,kreativitas, kompetensi serta kebiasaan dalam
kehidupan,kecakapan sosial, kecerdasan emosional,kemandirian dan kemampuan
pemecahan masalah.Terkait hal itu,maka setiap satuan pendidikan perlu adanya
ekstrakurikulerolahraga yang dapat menampung bakat dan minat anak sejak dini
agar hasratnya ingin berkegiatan dapat tercapai dan tidak menutup kemungkinan
suatu hari nanti peserta didik dapat berprestasi sesuai harapan sekolah danbahkan
sangat mungkin mengharumkan nama bangsa dikancah international.
Kegiatan ekstrakurikuler olahraga juga dilaksanakan di SMP Negeri se
Kota Sukoharjo. Di kota Sukoharjo terdapat 7 (tujuh) SMP Negeri yaitu SMP N 1,
SMP N 2, SMP N 3, SMP N 4, SMP N 5, SMP N 6 dan SMP N 7. Dari ketujuh
SMP Negeri di kota Sukoharjo, ada yang melaksanakan dan ada pula yang
kegiatan ekstrakurikulernya mati atau tidak melaksanankan. Kegiatan
ekstrakurikuler olahraga merupakan kegiatan tambahan di luar pelajaran regular
yang diikuti oleh kelas VII dan VIII di SMP Negeri se Kota Sukoharjo.Kegiatan
ekstrakurikuler olahraga bertujuan untuk mengembangkan bakat siswa di bidang
olahraga agar mampu berprestasi pada event-event antar siswa SMP seperti
POPDA, PORSENI dan pertandingan olahraga lainnya, sehingga perlu
penanganan yang lebih terhadap ekstrakurikuler olahraga di SMP, mulai dari
peran pelatih, peserta didik, sarana dan prasarana, jadwal latihan yang
rutin,dukungan dari sekolah dan pemerintah,pelaksanaan ekstra serta yang tak
kalah penting masalah pendanaan untuk ekstrakurikuler olahraga. Di sini semua
komponen saling mempengaruhi dan apabila salah satu tidak ada maka jangan
berharap ekstrakurikuler dapat menghasilkan prestasi untuk sekolah.
Khususnya kegiatan ekstrakurikuler olahraga SMP Negeri se kota
Sukoharjo mulai tahun 2008 kurang berjalan maksimal karena adanya sekolah
gratis yang melarang sekolah untuk memungut biaya dari peserta didiknya
sehingga tidak ada dana untuk menyewa pelatih, prasarana dan sarana yang
kurang memadai, banyak siswa yang kurang mampu dan rumahnya yang jauh dari
sekolah yang membuat pelaksanaan ekstra menjadi terhambat. Namun, masih ada
commit to user
penulis untuk mengangkat judul “Studi Tentang Pelaksanaan Ekstrakurikuler
Olahraga Di SMP Negeri Se kota Sukoharjo Tahun 2012”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Dari kegiatan ekstrakurikuler olahraga SMP Negeri se Kota Sukoharjo tahun
2012 belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaannya.
2. Dari kegiatan ekstrakurikuler olahraga SMP Negeri se Kota Sukoharjo tahun
2012 belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor pendukungnya.
3. Prasarana dan sarana ekstrakurikuler SMP Negeri se Kota Sukoharjo tahun
2012 belum memadai.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian maka perlu dibatasi
agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut: “Pelaksanaan ekstrakurikuler olahraga di SMP
Negeri se Kota Sukoharjo Tahun 2012”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ialah:
“Bagaimana Pelaksanaan Ekstrakurikuler Olahraga di SMP Negeri Se
commit to user E. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Ekstrakurikuler
Olahraga Di SMP Negeri Se kota Sukoharjo Tahun 2012.
F. Manfaat penelitian
Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat
memberi manfaat antara lain:
1. Manfaat teoritis:
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merancang
serta melaksanakan penelitian ilmiah mengenai Pelaksanaan
Ekstrakurikuler Olahraga Di SMP Negeri Se kota Sukoharjo.
b. Bagi Guru
Dapat digunakan oleh Guru SMP khususnya di Kota Sukoharjo
tentang Pelaksanaan Ekstrakurikuler Olahraga di SMP pada tahun
2012.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk referensi penelitian
commit to user BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Ekstrakurikuler
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kegiatan diartikan sebagai
aktivitas. Sedangkan ekstrakurikuler dalam kamus besar Indonesia
mempunyai arti kegiatan yang bersangkutan di luar kurikulum atau di luar
susunan rencana pelajaran. Secara sederhana istilah kegiatan ekstrakulikuler
mengandung pengertian yang menunjukkan segala macam, aktivitas di
sekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran.
Kegiatan ekstrakurikuler ada pada setiap jenjang pendidikan dari
sekolah dasar usia 4 sampai 6 tahun, sekolah menengah tingkat pertama dan
atas sampai akademik dan universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan
agar siswa maupun mahasiswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat,
dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan
ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu
sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.
Sebagai bagian dari pendidikan maka kebijakan mengenai kegiatan
ekstrakurikuler merupakan bagian dari kebijakan departemen pendidikan
nasional yang sebelum era reformasi disebut Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Kegiatan ekstrakurikuler pada masa itu dilakukan dengan
berlandaskan pada Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Nomor : 0461 /U/1964 dan Surat Keputusan (SK)
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjrn Dikdasmen)
Nomor : 226/C/Kep/O/1992. Dinyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan disamping jalur Organisasi
Intra Sekolah (OSIS), latihan kepemimpinan dan wawasan wiyata mandala.
Berdasarkan kedua Surat Keputusan tersebut ditegaskan pula bahwa
commit to user
ekstrakurikuler sebagai bagian dari kebijaksanaan pendidikan secara
menyeluruh yang mempunyai tugas pokok:
a. Memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa
b. Mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran
c. Menyalurkan bakat dan minat
d. Melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. (Depdikbud, 1998).
Untuk mendukung terlaksananya program ekstrakurikuler diperlukan
adanya berbagai petunjuk dan pedoman, baik menyangkut materi maupun
kegiatannya, dengan harapan agar program ekstrakurikuler dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang digariskan.
Agar pelaksanaan program ekstrakurikuler mencapai hasil baik dalam
mendukung program kurikuler maupun dalm upaya menumbuhkan dan
mengembangkan nilai-nilai kepribadian, maka perlu diusahakan adanya
informasi yang jelas mengenai arti,tujuan dan hasil yang diharapkan,peranan
dan hambatan-hambatan yang ada selama ini dengan informasi yang jelas
diharapkan para Pembina, pendidik, kepala sekolah, guru, siswa, serta
pihak-pihak yang terkait dapat membantu dan melaksanakan ekstrakurikuler sesuai
dengan tujuan.
Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar siswa dapat memperdalam
dan memperluas pengetahuan, mengenal hubungan antar berbagai mata
pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan
manusia seutuhnya dalam arti :
a. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. Berbudi pekerti luhur
c. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Berkepribadian yang mantap dan mandiri
f. Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Selain itu
tujuan ekstrakurikuler juga untuk lebih memantapkan pendidikan
commit to user
diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan
lingkungan.
Dokumen resmi dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga
memberikan rumusan tentang apa yang dimaksud kegiatan extrakurikuler.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah (SK Dirjen Dikdasmen) Nomor : 226/C/Kep/O/1992 dirumuskan
bahwa, ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa dan pada
waktu libur sekolah, dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas
pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran,
menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembianaan manusia
seutuhnya. Sedangkanberdasarkan Lampiran Surat Keputusan Menteri
Pendidikan da Kebudayaan (SK Mendikbud) Nomor :060/U/1993, Nomor
061/U/1993 dan Nomor 080/U/1993 dikemukakan, bahwa kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran
yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan
kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler.
Memperhatikan kedua sumber tersebut, ada perbedaan rumusan dalam
kalimatnya, tetapi makna yang terkandung didalamnya adalah sama.
Kedua-duanya menekankan bahwa kegiatan ekstrakurikuler mengacu pada mata
pelajaran dalam rangka pengayaan dan perbaikan, serta dalam usaha
pembinaan manusia atau upaya pemantapan pembentukan kepribadian para
siswa.
Mengenai peranan kegiatan ekstrakurikuler disebutkan bahwa
ekstrakurikuler sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan mempunyai
peranan utama sebagai berikut:
a. Memperdalam dan memperluas pengetahuan para siswa, dalam arti
memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan para siswa
yang berkaitan dengan mata pelajaran sesuai dengan program kurikulum
commit to user
b. Melengkapi upaya pembinaan, pemantapan dan pembentukan nilai-nilai
kepribadian para siswa
c. Membina serta meningkatkan bakat, minat dan ketrampilan, dan hasil yang
diharapkan ialah untuk memacu anak kea rah kemampuan
mandiri,percaya diri dan kreatif.
d. Melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. (Depdikbud, 1998)
Ada delapan (8) materi dan jenis kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut :
a. Kegiatan pembinaan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jenis
kegiatannya adalah: 1) melaksanakan peribadatan sesuai dengan
agamanya masing-masing, 2) memperingati hari-hari besar agama, 3)
membina kegiatan toleransi antar umat beragama, 4) mengadakan lomba
yang bersifat keagamaan, 5) menyelenggerakan kegiatan seni yang
bernafaskan keagamaan.
b. Kegiatan pembinaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jenis
kegiatannya adalah : 1) melaksanakan upacara bendera pada hari senin,
serta hari-hari besar nasional, 2) melaksanakan bakti social, 3)
melaksanakan lomba karya tulis, 4) melaksanakan pertukaran pelajar
antar propinsi, 5) menghayati dan mampu menyanyikan lagu-lagu
nasional.
c. Kegiatan pembinaan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara Jenis
kegiatannya adalah : 1) Melaksanakan tata tertib sekolah, 2)
melaksanakan baris-berbaris, 3) mempelajari dan menghayati sejarah
perjuangan bangsa, 4) melaksanakan wisata siswa dan kelestarian
lingkungan alam, 5) mempelajari dan menghayati semangat perjuangan
para pahlawan bangsa.
d. Kegiatan pembinaan kepribadian dan budi pekerti luhur. Jenis kegiatannya
adalah : 1) melaksanakan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila, 2) melaksanakan tata karma pergaulan, 3) menumbuhkan dan
commit to user
meningkatkan sikap hormat siswa terhadap orang tua, guru, dan sesame
teman di lingkungan masyarakat.
e. Kegiatan pembinaan berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan.
Jenis kegiatannya adalah : 1) mengembangkan peran siswa dalam
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), 2) melaksanakan latihan
kepemimpinan siswa, 3) mengadakan forum diskusi ilmiah, 4)
mengadakan media komunikasi OSIS, 5) mo\engorganisir suatu
pementasan atau bazaar.
f. Kegiatan pembinaan keterampilan dan kewiraswastaan. Jenis kegiatannya
adalah : 1) meningkatkan keterampilan dalam menciptakan sesuatu lebih
berguna, 2) meningkatkan keterampilan di bidang teknik, elektronik,
pertanian dan peternakan, 3) meningkatkan usaha-usaha keterampilan
tangan, 4) meningkatkan usaha koperasi sekolah, 5) meningkatkan
penyelenggaraan perpustakaan sekolah.
g. Kegiatan pembinaan kesegaran jasmani dan daya kreasi. Jenis kegiatannya
adalah : 1) meningkatkan usaha kesehatan sekolah, 2) meningkatkan
kesehatan mental, 3) menyelenggarakan kantin sehat, 4)
menyelenggarakan lomba berbagai macam olahraga.
h. Kegiatan pembinaan persepsi, apersepsi, dan kreasi seni. Jenis kegiatannya
adalah : 1) meningkatkan wawasan dan keterampilan siswa di bidang
seni, 2) menyelenggarakan sanggar belajar semacam seni, 3)
meningkatkan daya cipta seni, 4) mementaskan, memamerkan berbagai
cabang seni. (Depdikbud, 1998: 6-10).
Dengan berlakunya kebijakan baru pendidikan nasional melalui
Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
Nasional, maka panduan kebijakan mengenai kegiatan ekstrakulikuler juga
berubah. Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik sebagaimana tercantum dalam pasal 3, pasal 4 ayat (4) bahwa
pendidikan diselenggarakan dengan member keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
commit to user
pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik dan
meningkatkan kualitas pendidikan nasional Undang undang sistem
pendidikan mengamantkan perlunya penetapan standar nasional
pendidikan. Sebagai tindak lanjut maka ditetapkan Peraturan Pemerintah
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang terdiriatas
delapan (8) standar yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian
pendidikan.
Panduan mengenai kegiatan ekstrakurikuler terdapat dalam Lampiran
Standart Isi berdasar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas No 22 tahun 2006). Dalam Lampiran Satandat Isi baik
untuk tingkat SD, SMP dan SMA dinyatakan bahwa struktur kurikulum
terdiri atas 3 komponen yaitu komponen mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri. Komponen mata pelajaran tiap tingkat pendidikan
berbeda jumlahnya. Untuk SD ditetapkan 8 mata pelajaran, SMP 10 mata
pelajaran dan tingkat SMA berkisar antara 13 sampai 16 mata pelajaran
tergantung pada jurusan dan kelas.
Komponen muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal
ditentukan oleh satuan pendidikan. Sedangkan komponen pengembangan
diri dimaksudkan bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh
guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan daan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau
commit to user
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler_cetak tebal dari penulis.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan
sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Berdasarkan sistematika peraturan dan penjelasannya di atas, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler termasuk bagian dari
komponen pengembangan diri dalam struktur kurikulum tingkat SD, SMP
dan SMA/SMK. Struktur kurikulum ini terdapat dalam Lampiran Standar
Isi yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Permendiknas No 22 tahun
2006 tentang Standar Isi. Selanjutnya untuk menindaklanjuti strutur
kurikulum mengenai komponen pengembangan diri maka disusun pula
buku Panduan Pengembangan Diri. Dalam buku tersebutdinyatakan
kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Komponen pengembangan diri meliputi kegiatan
pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Panduan Pengembangan
Diri berisi rambu-rambu, model, dan contoh-contoh yang dapat digunakan
dalm pengembangan kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah/madrasah dalam rangka penyusunan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) jenjang Pendidikan Dasar da Menengah.
Masing-masing sekolah/madrasah dapat menguraikan lebih lanjut substansi
yang ada di dalam panduan ini demi dapat terselenggarakan kurikulum
sekolah/madrasah dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan pada landasan yuridis di atas, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu bagian dari
komponen Pengembangan Diri. Komponen Pengembangan Diri lainnya
adalah kegiatan pelayanan konselling. Sedangkan Pengembangan Diri
merupakan salah satu dari tiga komponen dalan struktur kurikulum
tingkatpendidikan dasar dan menengah. Pengembangan diri bukan
merupakan mata pelajaran tetapi pemberian kesempatan kepada peserta
commit to user
kebutuhan, bakat, dan minat melalui fasilitasi sekolah dan pembimbingan
oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan yang sesuai.
Ruang lingkup pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram
dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan
diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya.
Kegiatan tiadak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik
dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua
peserta didik. Kegiatan terprogram terdiri atas 2 komponen:
a. Pelayanan konseling,meliputi pengembangan:
2) Latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja
3) Seni, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan
Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan
perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal
melalui penyelenggaraan: a) layanan dan kegiatan pendukung konseling
dan b) kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat
dilaksanakan secara a) Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal,
seperti: upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama,
keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri. b) Spontan,
adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti:
pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya,
antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran) dan c) Keteladanan, adalah
commit to user
berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau
keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat dikemukakan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengembangan diri terprogram, dengan
bidang pengembangan yang mencakup;
a. Pengembangan kreativitas, yaitu bidang kegiatan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan daya cipta sesuai dengan
potensi, bakat dan minat untuk dapat berperestasi secara optimal.
Contoh ilmiah remaja
b. Pengembangan kagamaan dan sosial, yaitu bidang kegiatan yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan religius, disiplin,
kerja sama, dan rasa tanggung jawab sosial lainnya. Contoh
kepramukaan
c. Pengembangan rekreatif, yaitu bidang kegiatan yang membantu peserta
didik mengembangkan potensi dirinya dengan suasan rileks,
menggembirakan dan menyenangkan untuk pengembangan karir.
Contoh teater.
2. Ekstrakurikuler di Sekolah
Dalam buku panduan pengembangan diri, yang dimaksudkan kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan
yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
Kegiatan ekstrakurikuler menekankan untuk membantu pengembangan
peserta didik dan pemantapan pengembangan kepribadian peserta didik yang
lebih cenderung berkembang untuk memilih jalan tertentu.
a. Visi dan Misi Kegiatan Ekstrakurikuler
Adapun yang menjadi visi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah
commit to user
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
Sedangkan misinya adalah 1) Menyediakan sejumlah kegiatan
yang dpat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan , potensi,
bakat, dan minat mereka, dan 2) menyelenggarakan kegiatan yang
memberikan kesempatan peseta didik mengekspresikan diri secara bebas
melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
b. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut kajian Anifral Hendri (2008 : 2) mengenai fungsi kegiatan
ekstrakurikuler adalah sebagai berikut :
1) Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat, dan minat mereka.
2) Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
3) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekastrakurikuler untuk
mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan
menyenangkanbagi peserta didik yang menunjang proses
perkembangan.
4) Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kegiatan
ekstrakurikuler memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
kreativitas sesuai dengan potensi, bakat dan minat siswa. Selain itu,
kegiatan ekstrakurikuler dapat menumbuhkan rasa tanggungjawab sosial
peserta didik dan dapat dijadikan untuk mengembangkan kesiapan karir
peserta didik.
commit to user
1) Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.
2) Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.
3) Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang
menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
4) Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana
yang disukai dan menggembirakan peserta didik.
5) Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun
semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
6) Kemanfaatan sosial, yaitu prinsisp kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.
d. Jenis kegiatan ekstrakurikuler
1) Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
(LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), PAsukan Pengibar Bendera
Pusaka (PASKIBRAKA).
2) Karya ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.
3) Latihan/lomba keterbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat
olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan.
4) Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain
karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni
budaya.
e. Format Kegiatan
1) Individual, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta
didik secara perorangan.
2) Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh
kelompok-kelompok peserta didik.
3) Klasikal, yaitu format kegiatan ekstrakuikuler yang diikuti peserta
commit to user
4) Gabungan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta
didik antarkelas/antarsekolah/madrasah.
5) Lapangan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti seorang
atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan
lapangan.
3. Ekstrakurikuler Olahraga
Aktivitas-aktivitas intramural (dalam sekolah) seperti didefinisikan
di sini tidak hanya meliputi olahraga-olahraga pertandingan dan
permainan-permainan diantara murid-murid sekolah yang sama, namun juga
partisipasi-partisipasi dalam pendidikan jasmani informal dan olahraga apapun yang
bersifat rekreasi yang dilaksanakan di luar kelas-kelas atau jam-jam belajar
reguler. Dewasa ini, aktivitas-aktivitas semacam itu ditawarkan di hampir
setiap negara. Waktu yang paling populer adalah sore hari, ketika jam sekolah
sudah usai, yang bisa pada pukul 1 siang atau pukul 7 sore hari dan di
Indonesia sendiri kegiatan semacam itu disebut dengan ekstrakurikuler
olahraga.
Ekstrakurikuler olahraga adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam
pelajaran baik dilaksanakan di sekolah maupun diluar sekolah. Ekstrakurikuler
olahraga berkaitan dengan aktivitas fisik siswa, sebelum melakukan
ekstrakurikuler olahraga biasanya pelatih atau pembina memberikan
pengarahan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler seperti, fair play, empati, bekerjasama, toleransi, sikap, dan
lain sebagainya seperti menurut Suseno (1989:53) mengatakan bahwa: Moral
selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral
adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai
manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan
betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai
manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
Olahraga beregu (team sport) merupakan salah satu bentuk olahraga
commit to user
dikarenakan olahraga beregu akan membentuk sebuah situasi sosial yang
dapat memberikan kesempatan kepada individu untuk berinteraksi dengan
orang lain. Seperti yang disebutkan dalam Wikipedia Free Encyclopedia
(2008:th) bahwa, “Team sport refers to sports that are practiced between
opposing teams, where the players interact directly and simultaneously
between them to achieve an objective . Bahwa olahraga tim mengacu pada
olah raga yang dilatih atau dipraktekkan, dimana pemain saling berhubungan
secara langsung dan secara simultan di antara keduanya untuk mencapai satu
tujuan. Hal itu menunjukkan bahwa olahraga beregu memberikan ruang pada
individu untuk berinteraksi secara langsung dan berkelanjutan, baik dengan
rekan maupun lawan. Interaksi sosial yang terjadi dalam olahraga beregu
tersebut dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial individu yang
terlibat. Olahraga beregu dengan partisipasi yang luas diantaranya football
(dalam berbagai bentuk), cricket, baseball, handball, hockey, basketball, dan
volleyball (Wikipedia Free Encyclopedia, 2008:th).
Kegiatan ektrakurikuler olahraga selain bermanfaat bagi siswa dalam
mengisi waktu luang olahraga itu sendiri juga ditujukan untuk pembentukan
perilaku sosial seperti kerjasama, kemurahan hati, persaingan, empati, sikap
tidak mementingkan diri sendiri, sikap ramah, memimpin dan
mempertahankan diri. Pembentukan perilaku sosial terbentuk seirama dengan
proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Seorang individu atau siswa membutuhkan kemampuan untuk dapat
berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan itu adalah keterampilan sosial
(social skills). Keterampilan sosial merupakan salah satu kemampuan yang
dimiliki individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan
kemampuan memecahkan masalah, dengan keterampilan yang siswa miliki
suatu lingkungan sosial yang harmonis dapat dicapai (Cartledge & Milburn,
1992:8). Keterampilan sosial sangat berhubungan erat dengan interaksi sosial,
seperti yang diungkapkan oleh Anderson (2004, 451) “Social skills are
developed and manifest in social interaction”. Hal ini berarti bahwa interaksi
commit to user
keterampilan sosial seseorang. Lebih lanjut Andersone mengungkapkan
bahwa setiap individu membutuhkan keterampilan untuk berinteraksi sosial.
Keterampilan sosial memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting bagi
individu agar dapat hidup bermasyarakat di kemudian hari.
Maka dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga nilai-nilai
yang terkandung didalamnya secara tidak langsung akan masuk kedalam
karakteristik siswa melalui permainan atau pertandingan, berbeda dengan
kegiatan ekstrakurikuler non olahraga yang harus diberi penjelasan mengenai
nilai-nilai yang terkandung saat siswa melakukan kegiatanya.
Dalam penelitian ini penulis memilih aktivitas ekstrakurikuler
olahraga dan non olahraga sebagai variabel penelitian. Program
ekstrakurikuler olahraga merupakan suatu kegiatan mendidik melalui aktivitas
jasmani yang memiliki tujuan untuk memberdayakan siswa atau anak didik
mencapai kedewasaannya dan mengalami perubahan perilaku dan sikap sosial
secara positif. Selain itu, aktivitas olahraga dipilih karena kegiatan tersebut
banyak diminati para siswa.
Banyak macam kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan di
sekolah, yang tentu saja berbeda-beda antar sekolah. Perbedaan itu bisa
dimengerti karena terdapatnya perbedaan minat dan kebutuhan siswa, sarana
dan prasarana, potensi daerah yang bersangkutan. Pada umumnya kegiatan
ekstrakurikuler sekolah berada dibawah seksi-seksi dalam struktur
kepengurusan OSIS sekolah serta ditangani oleh guru atau pembina yang
menguasai bidang ekstrakurikuler tersebut. Melalui kegiatan ekstrakurikuler
olahraga diharapkan potensi yang ada dalam diri peserta didik dapat
dikembangkan dan ditingkatkan agar berprestasi.
Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler siswa diarahkan untuk
memilih salah satu cabang olahraga yang sesuai dengan minat, bakat dan
kemampuan siswa, pada kegiatan ini cabang diharapkan lahir bibit-bibit
olahragawan yang nantinya dapat dibina untuk menghadapi event seperti
commit to user
Beberapa jenis ekstrakurikuler olahraga yang di SMPN Se Kota
Sukoharjo, yaitu: sepakbola, futsal, badminton, karate, tae kwondo, sepak
takraw dan voli.
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan kreativitas sesuai dengan potensi, bakat dan minat siswa.
Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler dapat menumbuhkan rasa tanggungjawab
sosial peserta didik dan dapat dijadikan untuk mengembangkan kesiapan karir
peserta didik. Dalam upaya mewujudkan tujuan itu diperlukan daya dukung
diantaranya, pelatih yang baik, atlet/siswa yang memiliki potensi/bakat,
pembinaan yang baik, sarana dan prasarana yang memadai dan pendanaan.
Berikut ini adalah penjelasan daya dukung tersebut,yaitu:
a. Pelatih
Setiap olahraga sangat membutuhkan seorang pelatih yang profesional untuk
memajukan timnya. Pelatih yang dimaksud adalah seorang atau sekelompok orang
yang mengelola atau menangani kelompok atau seseorang untuk mencapai
keberhasilan tertentu (Heru Suranto: 1994). Pelatih adalah seorang
profesionalisme yang bertugas membantu, membina, mengarahkan atau
olahragawan dalam mencapai prestasi maksimal dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya (Agus Purwanto, 1998: 1). Menurut Kamtono (1986: 67) untuk
menjadi seorang pelatih yang baik, paling tidak harus mempunyai beberapa
kemampuan atau kriteria antara lain: “kemampuan fisik, kemampuan psikis,
kemampuan pengendalian emosi, kemampuan sosial,
tanggungjawab dan pengabdian demi prestasi atlet”. Mendukung pernyataan
tersebut, Sukadiyanto (1997: 33) menyatakan bahwa pelatih yang baik memiliki
kriteria sebagai berikut: memiliki pengetahuan dan keterampilan cabang olahraga
profesinya, bersikap kepribadian yang baik, sehat jasmani dan rohani, serta
mampu berperan sebagai seorang pendidik atau guru yang baik. Tugas sebagai
pelatih menurut Siregar (1978: 23), adalah:
1) Mengenal atlet secara keseluruhan
2) Bersama atlet mengolah cabang olahraga pilihannya
commit to user
4) Mengajarkan rasa hormat pada social property
5) Mengawasi kesehatan atlet
6) Menyadarkan atlet tentang pentingnya berlatih
7) Menanamkan kepatuhan pada atlet
Menurut Djoko Pekik (2002: 18-19) pelatih yang mempunyai kemampuan fisik
yang baik akan dapat membantu atletnya mencapai prestasi yang maksimal karena
pelatih itu adalah sebagai model bagi atletnya. Menurut Kamtomo (1986: 67) ada
tiga hal perlu diperhatikan dalam kemampuan fisik seorang pelatih, antara lain:
1) Physical fitness
2) Skill performance
3) Proporsi fisik yang harmonis dan sesuai dengan cabang olahraga yang dilatih.
Harsono (1988: 31) menyatakan bahwa tinggi rendahnya prestasi atlet banyak
tergantung dari tinggi rendahnya pengetahuan dan kemampuan serta keterampilan
seorang pelatih, pendidikan formal dalam ilmu olahraga dan kepelatihan akan
sangat membantu segi
kognitif dan psikomotorik dari pelatih. Kamtomo (1986: 70) menjelaskan ada
beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam kemampuan psikis,
diantaranya adalah:
1) Memiliki kecintaan dan dedikasi yang tinggi terhadap bidangnya
2) Memiliki IQ yang tinggi
3) Memiliki pengetahuan yang luas tentang bidangnya baik secara teoritis maupun
praktis
4) Memiliki daya imajinasi serta daya kreasi yang mengagumkan
5) Memiliki keberanian bertindak dan berkemampuan keras untuk menang dalam
batas-batas sportifitas.
Menurut Harsono (1988: 57) kepribadian yang baik diharapkan dari seorang
pelatih adalah: 1) Akrab, 2) Ambisi tinggi, 3) Dipercaya, 4) Jujur, 5) Kooperatif,
6) Kepemimpinan yang tinggi, 7) Kreatif, 8) Mengerti orang lain, 9) Disiplin
pribadi, 10) Objektif, 11) Optimis, 12) Energik, 13) Rajin, 14) Setia, 15)
commit to user
Menurut Bompa (1994) ilmu pendukung dalam profesi kepelatihan terdiri dari:
anatomi,
fisiologi, kedokteran olahraga, biomekanika olahraga, psikologi, ilmu gizi,
sosiologi, ilmu pendidikan, pembelajaran motorik, statistik, tes dan pengukuran.
Dalam buku yang diterjemahkan oleh Kasiyo Dwijowinoto (1993: 1) Mc
Clenaghan mengemukakan bahwa pelatih itu harus ada kebutuhan untuk dapat
berhasrat memiliki kesenangan dasar dan sifat-sifat yang dibutuhkan oleh profesi
itu sendiri, harus memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang menunjang keahlian agar dapat berhasil.
Menurut Direktorat Keolahragaan, Ditjen PLSPO dan PBVSI (1993: 13) meliputi
antara lain:
1) Menjadi seorang guru, pendidik, bapak dan teman sejati.
2) Menganalisis perubahan yang terjadi pada atlet atau pemain.
3) Menjadi motivator bagi atlet atau pemain.
4) Organisatoris yang baik dan bekerja sama secara administrative.
5) Mencari dan memilih bibit-bibit atlet potensial dan
6) Mengawasi, memperhatikan dan membimbing atlet.
Tugas utama seorang pelatih adalah membantu atlet
untuk meningkatkan prestasinya setinggi mungkin. Atlet menjadi juara
disebabkan karena ada hasil konvergensi antara atlet yang berbakat
dan proses pembinaan yang benar dengan perbandingan sumbangan atlet
60%dan porsi pembinaan 40%, atlet juara lahir dan dibuat
(Harsono,1988:31).
Pelatih yang profesional harus sadar akan kenyataan yang terjadi di
lapangan kadang tidak sesuai dengan yang dikehendaki sehingga ia harus
dapat benar-benar mempengaruhi dan membentuk watak (karakter) dan
kepribadian atlet (siswa) dalam hal tertentu. Sehingga hal-hal yang tidak
diinginkan dapat terminimalisasi akan terjadi. Pengaruh-pengaruh yang
commit to user
kemungkinan juga pengaruh dapat ditangkap oleh atlet (siswa) sehingga
pelatih benar-benar berhati-hati dalam memberikan pengarahan.
Menurut Sudjarwo (1993: 9) tugas-tugas pokok yang harus dilakukan
seorang pelatih antara lain adalah :
1) Mengadakan pemanduan untuk memilih bibit unggul atlet
2) Menyusun program latihan untuk jangka pendek maupun jangka panjang
3) Menyusun strategi dan menentukan taktik dalam menghadapi pertandingan
4) Mengadakan evaluasi setelah selesai melakukan latihan atau pertandingan
5) Selalu berusaha meningatkan pengetahuan, baik secara teori maupun
praktek dalam cabang olahraga yang dibinanya.
Bompa (1994) mengemukakan bahwa ada berapa aspek yang perlu
diperhatikan seorang pelatih dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang
pelatih yaitu:
1) Aspek teknik adalah suatu latihan teknik yang bertujuanuntuk mempermahir
keterampilan teknik-teknik gerakan spesialisasimasing-masing cabang
olahraga, agar dengan demikian setiapketerampilan gerak dapat dengan
demikian setiap keterampilan gerak dapat dilakukan sebaik mungkin.
2) Aspek taktik adalah suatu latihan taktik yang dilakukandengan tujuan untuk
menumbuhkan perkembangan daya tafsir dankemampuan berpikir taktis
dari para atlet.
3) Aspek fisik adalah suatu latihan fisik yang dilakukan dengantujuan untuk
mempersiapkan fisik atlet menhadapi stress-stres fisik dalam latihan den
perbandingan.
4) Aspek mental adalah suatu latihan mental yang diberikankepada atlet
dengan tujuan untuk meningkatkan perkembangan mental atlet. Latihan ini
tidak kurang pentingnya dari perkembangan ketigafaktor diatas. Latihan
mental lebih menekankan pada perkembangan kedewasaan atlet serta
perkembangan emotional impulsive. Misalnya motivasi berlatih, semangat
bertanding, sikap pantang menyerah, percaya diri, sportivitas,
keseimbangan, kemampuan meredam anxietydan sebagainya.Bahwa
commit to user
yang di kuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian daridirinya,
sehingga ia dapat melakukan perilaku - perilaku kognitif, efektif,
dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Kecakapan melatih paling
memiliki tiga kompenen yang saling berhubungan yaitu pengetahuan,
kompetensi atau kerampilan, sikap danfilosofi, setta personality
(kepribadian).
b. Atlet
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 122), bahwa:
“Atlet adalah olahragawan terutama yang mengikuti perlombaan atau
pertandingan”. Atlet adalah individu yang berpartisipasi dalam olahraga
prestasi dimana pembinaan berupa latihan diekspresikan melalui
kompetisi. Melalui program latihan yang dilakukan, atlet diharapkan
mencapai prestasi puncak dan meraaih prestasi tertinggi (Raalte, 2002).
Atlet terbagi dalam kategori atlet junior berusia dan atlet senior atau
master atlet(Starkes, 2005). Master atlet lebihdikenal dengan sebutan
senior olimpians, adalah atlet yang tetap menjalankan program latihan dan
mengikuti kompetisi meskipun telah melewati masa usia prestasi puncak.
Dalam berbagai cabang olahraga kategori “master” paling muda adalah 25
tahun namun tak jarang dilakukan oleh atlet yang berusia lebih dari 35
tahun (Starkes, 2005).
Cabang olahraga apapun sangat membutuhkan pembibitan atlet
atau pemain karena merupakan upaya menemukan individu-individu yang
memiliki potensi untuk mencapai prestasi yang tinggi di kemudian hari.
Jika mengevaluasi dan menganalisa dalam berbagai kejuaraan dunia,
menunjukkan bahwa atlet tertentu yang menunjukkan prestasi maksimal
terhadap cabang olahraga tertentu, seorang atlet memiliki karakteristik
psikologi dan mental yang tidak sama satu dengan yang lain,memiliki
potensi fisik yang handal, memiliki kemampuan teknik dan taktik yang
commit to user
Sebelum diadakan pembinaan atlet sebaiknya lebih dahulu atlet
diberikan kesadaran bahwa prestasi puncak tidak akan tercapai apabila
atlet tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mencapainya. Karena
faktor terbesar untuk mencapai prestasi maksimal adalah datang dari atlet
itu sendiri meskipun faktor-faktor yang lain sebagai faktor pendukung
yang mempunyai sumbangan atau peranan yang sangat penting.
Atlet dengan motivasi berprestasi yang tinggi cenderung memilih
aktifitas yang menantang. Atlet tersebut juga cenderung untuk
menghindari tugas yang terlalu mudah karena tidak mendapatkan kepuasan
dari hal tersebut. Selain itu, atlet dengan motivasi berprestasi tinggi akan
melakukan evaluasi terhadap pertandingan mereka. Mereka akan meminta
umpan balik dari pelatih mengenai penampilan mereka(Adisasmito, 2007).
Dengan adanya motivasi berprestasi tinggi, atlet akan menjalankan
program latihan dengan sungguh-sungguh dan disiplin yang
tinggi(Adisasmito, 2007). Atlet juga memiliki rasa percaya diri terlihat
dari keyakinan untuk memenangkan pertandingan. Ini terkait dengan
upayanya dalam mempertahakan kendali emosi, konsentrasi, dan membuat
keputusan yang tepat,mampu untuk membagi konsentrasi kepada beberapa
keadaan sekaligus. Dengan adanya kematangan dalam persiapan, mereka
lebih memiliki harapan untuk sukses. Terakir, atlet mampu mengatasi
tekanan yang dihadapi, baik saat latihan maupun pertandingan, serta
mampu mengendalikan diri saat gagal (Satiadarma, 2000).
Salah satu pembentuk atlet andal adalah faktor bakat. Apabila
seseorang memiliki bakat khusus maka harus ditentukan bagaimana bakat
dapat dikembangkan sampai mencapai suatu prestasi (Gunarsa, 2008).
Pelatih sering beriteraksi dengan atlet, karena itulah pelatih mempunyai
peluang dan tanggungjawab yang besar untuk mengoptimalkan motivasi
atlet untuk berprestasi(Adisasmito, 2007). Dalam hubungan atlet dengan
pelatih perlu ditekankan adanya komunikasi yang baik. Dengan adanya
komunikasi yang baik dan kasih sayang antara pelatih dengan atlet dapat
commit to user
hukuman fisik saat atlet melakukan kesalahan memungkinkan atlet
menasosiasikan aktivitas fisik sebagai hukuman. Tambahan porsi latihan
bagi sebagian atlet teras menyenangkan, bagi sebagian lagi sama sekali
tidak berdampak positif.Pelatih yang mamperlakukan atlet tertentu lebih
baik akan menimbulkan ketida konsistenan dalam menerapkan aturan yang
dapat menyebabkan motivasi berprestasi atlet menurun (Satiadarma,
2000).
Kondisi fisik atlet memegang peranan penting dalam menjalankan
program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan
secara baik, sitematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran
jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dapat
menimbulkan atlet mencapai prestasi yang lebih baik sesuai harapan.
Fisik seorang atlet juga menentukan prestasi atlet seperti yang
dikatakan M. Sajoto (1988: 10), bahwa “kondisi fisik adalah salah satu
syarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi
atlet, bahkan dapat dikatakan dasar landasan titik tolak suatu awalan
prestasi”. Kondisi fisik merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak
dapat dipisahkan, baik peningkatannya maupun pemeliharaannya, artinya
bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik, maka harus
mengembangkan semua komponen tersebut walaupun perlu dilakukan
dengan prioritas. Komponen kondisi fisik yang dimaksud menurut M.
Sajoto (1988: 10), ada 10 bagian antara lain : “Kekuatan, daya tahan, daya
ledak, kecepatan, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, kelincahan,
ketetapan dan reaksi”.
Kondisi faktor yang mempengaruhi prestasi seorang atlet terdiri
dari beberapa faktor berikut (Gunarsa dalam Adisasmito, 2007) :
1. Sehat fisik dan mental
Kesehatan fisik dan psikis merupakan suatu kesatuan organis yang
memungkinkan motivasi berprestasi berkembang, yang meliputi,
kebugaran, emosi, motivasi, dan sebagainya.
commit to user
Suhu yang normal, udara yang bersih dan sehat, sinar matahari
yang cukup, bersih, dan rapih serta keadaaan sekitar yang cukup
menarik merupakan lingkungan yang dapat mendorong motivasi atlet
untuk berprestasi.
3. Fasilitas lapangan dan alat yang lengkap dan baik untuk latian
Kondisi lapangan yang baik dan menarik serta peralatan yang baik
akan memperkuat motivasi atlet.
4. Olahraga yang sesuai dengan bakat dan naluri atlet
Permainan dan pertandingan merupakan saluran dan sublimasi
(memperhalus dorongan-dorongan negatif) unsur bawaan (naluri),
seperti ingin tahu, keberanian, ketegasan, sifat pemberontak, agrasif
dan sebagainya. Olahraga yang tepat sesuai dengan unsur naluri akan
mengembangkan motivasi secara baik.
5. Pengaturan aktivitas latihan yang menarik
Program latihan yang teratur dan dikemas dengan menarik akan
memberikan motivasi yang tinggi pada atlet.
6. Alat bantu audio-visual
Dengan melibatkan latihan yang melibatkan alat bantu
audio-visual, dapat dilakukan evaluasi dalam latihan sehingga dapat
meningkatkan motivasi mereka untuk berlatih dengan lebih
bersemangat.
7. Metode latihan
Pemilihan metode latihan yang sesuai akan membantu atlet
dalam proses berlatih. Dalam proses latihan sebaiknya pelatih
memulai dari hal yang diketahui sampai hal yang tidak diketahui; dari
yang sederhana menuju yang lebih kompleks; dari yang pasti menuju
tidak pasti.
Dari penjelasan di atas, terdapat beberapa unsur pribadi yang
dapatmempengaruhi prestasi seorang altlet selain faktor lingkungan,
unsur pribadi atlet tersebut yaitu: sehat fisik dan mental dan olahrga yang
commit to user
motivasi yang pada khususnya akan difokuskan kepada motivasi
berprestasi.
Faktor dari prestasi seorang atlet juga dapat diukur melalui
seberapa sering dia bertanding dan mencatat kemenangan. Selain itu,
prestasi atlet merupakan sekumpulan hasil yang dicapai oleh atlet dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya (Adisasmito, 2007).
c. Pembinaan dan Pengurus
Sebagai unsur yang terpenting dalam mengelola organisasi, wajar
apabila pengurus dituntut untuk betul-betul meresapi keberadaannya,
artinya mereka mempunyai tanggung jawab terhadap jalannya organisasi.
Dimana maju dan mundurnya suatu organisasi tergantung kepada
kemampuannya dalam mengelola organisasi. Dalam melaksanakan
tugasnya, pengurus ditempatkan pada bagian dalam struktur organisasi
sesuai dengan bidang dan kemampuannya masing-masing. Setiap
pengurus mempunyai wewenang untuk mengatur bawahannya dalam batas
tanggung jawab dan wewenang yang dilimpahkan. Susunan pengurus
dalam organisasi hendaknya dapat menyesuaikan dengan kebutuhan
organisasi itu sendiri. Harsuki (2002) Menyatakan nilai suatu organisasi
tergantung pelaku organisasi itu sendiri. Dalam upaya meningkatkan
prestasi atlet maka kinerja organiasi keolahragaan harus ditingkatkan
kualitasnya baik ditingkat pusat maupun daerah. Peningkatan prestasi
olahraga dapat ditingkatkan semaksimal mungkin dengan memperhatikan
kinerja organisasi pada masing-masing cabang olahraga. Organiasi dan
manajemen olahraga harus kondusif yang dilakukan dengan efisien dan
efektif.
d. Prasarana dan Sarana
Keadaan sarana dan prasarana yang mendukung sangat diperlukan
untuk memperlancar dalam melakukan kegiatan. Karena kegiatan olahraga
commit to user
berolahraga tidak cukup hanya mengandalkan kesiapan fisik yang baik
saja, tetapi juga perlu didukung prasarana dan sarana yang memungkinkan
olahraga tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Terutama untuk
mencapai prestasi maksimal, akan dipengaruhi oleh adanya hal tersebut.
Menurut Depdikbud (1979: 7) fasilitas berlatih adalah semua alat
dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses berlatih melatih di klub
olahraga. Dapat dikatakan bahwa dengan didukung alat dan fasilitas yang
baik bisa menentukan pencapaian prestasi atlet yang baik. Fasilitas
merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran
pendidikan jasmani, bersifat permanen (tidak dapat dipindahkan) contoh
lapangan, hall, GOR dan lain-lain (Agus S. Suryobroto, 2004: 4). Fasilitas
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk pelajaran tetapi tidak dapat
dipindah-pindahkan, seperti lapangan, gedung. Menurut Agus S.
Suryobroto (2004: 4) alat adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindahkan bahkan di bawah
oleh pelakunya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980: 786) definisi dari
prasarana adalah : “segala yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses, sedangkan Sarana merupakan segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai tujuan atau
maksunya”. Sehingga dari pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa
prasarana dan sarana olahraga merupakan suatu fasilitas atau tempat dan
alat atau perlengkapan yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam
pelaksanaan kegiatan olahraga pendidikan jasmani.
Sedangkan menurut Purwadarminta (1990: 157) bahwa definisi
prasarana, sarana dan alat adalah sebagai berikut:
1) Prasarana adalah segala hal yang merupakan penunjang
terselenggaranya suatu proses atau usaha.
2) Sarana adalah merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai
commit to user
3) Alat-alat olahraga atau supplies biasanya dipakai dalam waktu relatif
pendek. Misalnya bola, raket, jaring bola basket, jaring tenis, pemukul
bola dan lain-lain.
Setiap cabang olahraga baik itu cabang olahraga perorangan
maupun beregu tentu membutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang
guna terlaksananya kegiatan olahraga tersebut. Sama halnya dengan
bidang studi penjas, membutuhkan berbagai macam sarana dan prasarana
yang menunjang proses pembelajaran itu. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Jonathan (1988: 127) bahwa:
“Baik olahraga perseorangan, beregu, dan olahraga keluarga, serta untuk para murid atau siswa dapat dilakukan di mana saja, di hutan, di alam bebas, dan di lapangan olahraga atau stadion asalkan saja sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan tersebut dapat mendukung atau memungkinkan. Sebab sarana dan prasarana yang tidak mendukung tidak akan membuahkan hasil secara maksimal.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas atau
prasarana merupakan bentuk permanen yang berupa bangunan atau
tempat, baik yang berada di luar maupun di dalam yang digunakan untuk
aktivitas olahraga. Sarana adalah suatu benda yang digunakan dalam
latihan atau bertanding dimana dalam latihan atau pertandingan benda atau
alat tersebut tidak dapat dipindah-pindahkan. Sedangkan alat olahraga
adalah suatu benda yang digunakan dalam berolahraga, mudah untuk
dipindah-pindah dan digunakan dalam waktu yang relatif singkat.
e. Aspek-aspek Pembinaan Olahraga
Latihan secara sistematis dan kontinyu merupakan langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai prestasi dalam kegiatan pembinaan
olahraga. Dalam pelaksanaan pembinaan olahraga prestasi, aspek-aspek
yang mendukung pencapaian prestasi olahraga harus dilatih dan
dikembangkan secara maksimal. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin
(1996: 87-88) menyatakan, aspek-aspek yang terkait dalam pembinaan