• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PERAN PENGAWAS SEKOLAH MELAL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIVITAS PERAN PENGAWAS SEKOLAH MELAL (1)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PERAN PENGAWAS SEKOLAH MELALUI

SUPERVISI AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN

KINERJA MENGAJAR GURU

(Studi Kasus pada SMKN 1 Kota Banjar dan SMK

Muhammadiyah Kota Banjar)

Oleh:

LAELA NURJAMILAH NURTANIATI

NIM: 82321617046

PENGESAHAN

Usul Penelitian ini sesuai dengan judul yang ditetapkan DBT dan disetujui untuk mengikuti seminar Usul Penelitian

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan.

Runalan, Drs, M.Si

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usul penelitian yang berjudul “EFEKTIVITAS PERAN PENGAWAS SEKOLAH MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN KINERJA MENGAJAR GURU (Studi Kasus pada SMKN 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar)” ini.

Usul penelitian ini dibuat sebagai pemenuhan salah satu syarat Ujian guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Adminitrasi Pendidikan Konsentrasi Administrasi Sistem Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan usul penelitian ini. Semoga usul penelitian ini bermanfaat bagi penulis pribadi, pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Ciamis, November 2017

(3)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... iii

Daftar Gambar... iv

BAB I Pendahuluan... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Fokus Penelitian... 8

1.3 Perumusan Masalah... 8

1.4 Tujuan Penelitian... 9

1.5 Kegunaan Penelitian... 9

BAB II Kajian Pustaka dan Pendekatan Masalah... 11

2.1 Kajian Pustaka... 11

2.1.1 Efektivitas... 11

2.1.2 Pengawas Sekolah... 14

2.1.2.1 Regulasi Pengawas Sekolah... 14

2.1.2.2 Tugas Pokok dan Beban Kerja Pengawas Sekolah 16 2.1.2.3 Kewajiban, Tanggung Jawab dan Wewenang... 17

2.1.2.4 Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah 17 2.1.3 Supervisi Akademik... 25

2.1.3.1 Pengertian Supervisi Akademik... 25

2.1.3.2 Tujuan Supervisi Akademik... 26

(4)

2.1.3.4 Prinsip – prinsip Supervisi Akademik... 30

2.1.3.5 Pendekatan Supervisi Akademik... 34

2.1.3.6 Model Supervisi Akademik... 38

2.1.4 Kinerja Mengajar Guru... 43

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru... 43

2.1.4.2 Dimensi Kinerja Mengajar Guru... 45

2.1.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan... 48

2.2 Pendekatan Masalah... 50

BAB III Metodologi Penelitian... 52

3.1 Metode Penelitian... 52

3.2 Desain Penelitian... 53

3.3 Sumber Data dan Alat Pengumpul Data... 53

3.4 Teknik Pengolah dan Analisis Data... 56

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian... 60

3.5.1 Waktu Penelitian... 60

3.5.2 Tempat Penelitian... 61

(5)

DAFTAR GAMBAR

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Melihat tujuan dari proses pendidikan secara Nasional Indonesia tersebut pemerintah dan bangsa Indonesia terus berupaya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas gurunya. Guru sangat menentukan keberhasilan pendidikan suatu negara. Berbagai kajian dan hasil penelitian yang menggambarkan tentang peran strategis dan menentukan guru dalam mengantarkan keberhasilan pendidikan suatu negara. Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyasa (1995:9) bahwa “keberhasilan pembaruan sekolah sangat ditentukan oleh gurunya, karena guru adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran.”

(7)

yang tercantum dalam UU No. 14 Tahun 2005 mengenai Guru dan Dosen dijelaskan bahwa:

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Lebih jauh diungkapkan oleh Supriadi (1998: 178) bahwa “mutu pendidikan yang dinilai dari prestasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh guru, yaitu 34% pada negara sedang berkembang dan 36% pada negara industri”. Peran guru dalam penyelenggaraan pendidikan formal sangat dominan untuk mencapai pendidikan yang berkualitas. Dalam hal pendidikan ini diperlukan guru yang memiliki kinerja yang baik, karena dalam pendidikan ini guru tidak hanya membentuk kecerdasan, tetapi juga membekali dengan kompetensi dan nilai-nilai etik serta pembentukan watak yang membuat anak didik mempunyai jati diri dan kepercayaan yang kuat atau kompetensinya.

Peningkatan terhadap kinerja mengajar guru perlu dilakukan baik oleh guru itu sendiri melalui motivasi yang dimilikinya maupun pihak kepala sekolah melalui pembinaan-pembinaan. Kinerja mengajar guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dan bertanggung jawab atas peserta didik di bawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Tetapi, kinerja mengajar guru tidak hanya ditunjukkan oleh hasil kerja, kinerja juga ditunjukkan oleh perilaku dalam bekerja.

(8)

Supervisi akademik merupakan salah satu alat dalam memberdayakan guru sehingga dapat meningkatkan kualitas dan keprofesionalannya. Inti supervisi adalah bagaimana guru dapat melakukan proses pembelajaran yang sebaik – baiknya sehingga para peserta didik dengan mudah melakukan proses pembelajaran. Douglass (1961) dalam buku Lantip Diat Prasojo (2011:25-28) membedakan konsep supervisi akademik menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:

(1) Good supervision is democratic;

Supervisi yang baik menurut Douglass adalah supervisi yang demokratis, karena kita hidup dalam masyarakat yang demokratis. Di dalam masyarakat yang demokratis, supervisi harus bersifat demokratis. Guru sebagai individu bebas berfikir, melatih diri untuk berinisiatif, mengembangkan kepercayaan diri, dan mengembangkan keikutsertaan dalam pembuatan keputusan, baik yang berkaitan dengan tujuan maupun kebijakan pengajaran. Demokrasi dalam dunia pendidikan dilakukan dengan cara memasukkan unsur – unsur kerja sama antara guru dengan supervisor. Mereka secara bersama – sama memecahkan masalah bersama. Supervisor yang demokratis juga menekankan pada pertumbuhan jabatan guru, diskusi dan penentuan tujuan yang bervariasi, menciptakan metode dan prosedur untuk perbaikan pembelajaran dan pengembangan kemampuan guru dalam rangka pemantapan diri.

(2) Good supervision is objective and systematic;

(9)

teori yang baru. Sifat objektif dan sistematis juga berlaku bagi riset dan percobaan – percobaan yang perlu untuk menentukan efektivitas dan validitas metode dan prosedur, baik bagi program pembelajaran maupun bagi keperluan supervisi, terutama sekali supervisi akademik

(3) Good supervision is creative.

Tujuan supervisi yang kreatif adalah mengembangkan program kerja sama yang berkenaan dengan perhatian umum, penggunaan riset ilmiah dan mempersiapkan tenaga – tenag profesional yang menuntut problem – problem ilmiah, bebas darai pengawasan dan menstimulir melalui semangat penemuan. Supervisi akademik memiliki program perbaikan, tidak hanya terbatas ditentukan dan sekaligus ditangani oleh atasan, tetapi juga usaha kerja sama dipertahankan dan dipelihara dalam rangka pengembangan riset alamiah. Para supervisor harus dapat menggerakkan guru melalui semangat penemuan.

Supervisi akademik dalam tujuannya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa merupakan suatu keniscayaan. Dalam hal ini kinerja mengajar guru harus pula ditingkatkan dan dibina secara kontinyu. Pembinaan kepada guru merupakan tugas seorang pengawas sekolah sebagai gurunya guru.

(10)

adalah selalu proaktif dalam memberikan pendekatan dan tanggungjawabnya, yaitu memiliki perencanaan ke depan, mengatasi masalah yang timbul dengan cara yang sesuai dengan jenis masalah yang dihadapi. Supervisor juga harus mengetahui, memahami serta melaksanakan teknik-teknik dalam supervisi.

Berbagai teknik dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka melalui media komunikasi (Syaiful Sagala, 2010:174).

Dalam iklim demokrasi harus ada reformasi unjuk kerja pengawas. Hal yang harus dirubah adalah unjuk kerja pengawas yang memakai pola lama yaitu mencari kesalahan dan kebiasaan memberi pengarahan dan bimbingan (Suharsimi Arikunto, 2004:76). Kalau pengawas terus menerus mengarahkan selain tidak demokratis, juga tidak memberi kesempatan guru-guru belajar berdiri sendiri (otonom) dalam arti profesional. Guru tidak diberi kesempatan untuk berdiri sendiri atas tanggungjawab sendiri padahal ciri dari guru yang profesional ialah guru-guru bebas dalam mengembangkan diri sendiri atas kesadaran diri sendiri.

(11)

pengawas, pengalaman belajar yang pernah diperoleh di saat “preservice education” belum menjadi bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas

pengawasan. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan pengawas daripada kepala sekolah dan pemimpin-pemimpin pendidikan lainnya, akan menghambat pelaksanaan pengawasan pendidikan. Ketiga, dari sikap guru-guru terhadap pengawas merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pengawasan. Kesan guru terhadap pengawas yang kurang demokratis pernah terjadi di masa lalu. Karena prosedur pengawasan yang kurang memenuhi harapannya.

Idealnya pengawas sekolah sebagai supervisor akademik harus menjadi idola para guru, karena keberadaan pengawas di tengah-tengah mereka menjadi inspirator bagi guru untuk mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan tugas mengajar. Namun menurut Fathurrohman dan Suryana (2011: 146) pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas di sekolah belum efektif sehingga belum memberi kontribusi yang memadai untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan menengah, alasan utamanya bertumpu pada dua hal yaitu pertama beban kerja pengawas terlalu berat, kedua supervisi yang dilakukan merupakan supervisi rutin yang menitikberatkan pada penataan administrasi sekolah, disiplin kerja dan kondisi fisik kebersihan, ketertiban dan keindahan sekolah. Akibatnya, di lapangan beberapa guru merasakan kehadiran pengawas di tengah-tengah mereka tidak dapat membantu memperbaiki dan mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas dihadapinya.

(12)

pengawas sekolah ada 6 orang yang mengawasi dan membina SMA dan SMK se-Kota Banjar yaitu sebanyak 15 SMK negeri dan swasta, serta 5 (lima) SMA negeri dan swasta. Menurut Permenpan No. 21 Tahun 2010, idealnya beban kerja pengawas hanya 37,5 jam perminggu dan pengawas mengawasi 40 orang guru. Keadaan ini menambah permasalahan pengawasan pendidikan khususnya di wilayah kerja Kota Banjar.

Keterbatasan jumlah Pengawas dan luasnya wilayah binaan memang menjadi penghambat keberhasilan supervisi akademik. Namun hal tersebut bukan menjadi kendala ketika pengawas cerdas menggunakan strategi supervisi yang efektif. Hal lain yang dapat dilakukan pengawas adalah meningkatkan efektivitas supervisi akademik pengawas, penggunaan bantuan teknologi dalam supervisi dan pemberdayaan K3S.

Oleh karena itu supervisi akademik yang dilakukan pengawas sekolah harus dilakukan dengan efektif sehingga dapat memberikan bimbingan dan layanan kepada guru dengan optimal. Kemampuan profesional dalam bidang teknis edukatif dan teknis administratif juga harus dikuasai oleh pengawas, bila tidak maka kehadiran pengawas tidak akan membawa pengaruh apapun dalam meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah.

(13)

1.2 Fokus Penelitian

Dari uraian pada latar belakang di atas terfokuskan bahwa kualitas kinerja mengajar guru dipengaruhi efektivitas peran pengawas sekolah dalam melakukan pembinaan melalui supervisi akademik. Dalam Permendiknas No 12 tahun 2007, salah satu kompetensi pengawas sekolah adalah kompetensi supervisi akademik Supervisi akademik, dalam hal ini yang dilakukan pengawas sekolah mempunyai kewenangan yang sangat besar dalam upaya meningkatkan mutu sekolah lewat perbaikan proses pembelajaran. Fungsi lain dari pengawas sekolah dalam hal supervisi akademik kepala sekolah yaitu memberikan penilaian terhadap seluruh komponen pendidikan yang salah satunya adalah guru. Dalam hal peningkatan mutu pendidikan, maka kualitas kinerja guru harus diperbaiki. menitik beratkan pada kegiatan supervisi akademik kepala sekolah yang benar-benar mempengaruhi peningkatan kualitas kinerja mengajar guru.

Penelitian ini akan memfokuskan sejauhmana efektivitas peran pengawas sekolah melalui pelaksanaan supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja mengajar guru. Dalam hal ini difokuskan pada SMK Negeri 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar.

1.3 Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian tersebut dapat dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

(14)

2. Apa sajakah kendala dan solusi pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas dalam meningkatkan kinerja mengajar guru di SMK Negeri 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Efektivitas pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas dalam meningkatkan kinerja mengajar guru di SMK Negeri 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar.

2. Kendala dan solusi mengenai supervisi akademik pengawas PAI dalam meningkatkan kinerja mengajar guru di SMK Negeri 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini terdiri atas aspek teoritis dan aspek praktis. 1. Aspek Teoritis

Secara akademis, temuan-temuan dalam penelitian ini dapat menjadi bahan untuk memperkaya konsep dan teori mengenai supervisi akademik pengawas. Indikator-indikator ketidak-efektifan pelaksanaan supervisi akademik menjadi bahan kajian untuk diteliti lebih lanjut sehingga akan dihasilkan konsep acuan bagi kegiatan keilmuan dalam masalah supervisi akademik pengawas. Faktor-faktor yang menjadi kendala dan solusi pelaksanaan supervisi akademik menjadi bahan penelitian lebih lanjut terutama tingkat hubungan dan pengaruhnya terhadap supervisi akademik,

sehingga akan diperoleh konsep yang turut memperkaya perbendaharaan supervisi akademik.

(15)

Secara praktis, temuan-temuan dalam penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk kemajuan penyelenggaraan supervisi akademik pengawas khususnya di Kota Banjar. Informasi dan kesimpulan hasil penelitian akan dijadikan dasar untuk memberikan masukan kepada para pengawas sekolah sebagai bahan rujukan dalam menyusun strategi supervisi akademik secara efektif.

Bagi birokrasi yang mengelola peningkatan mutu pendidikan diharapkan indikator dan faktor-faktor yang menghambat efektivitas pelaksanaan supervisi akademik dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan pendidikan khusususnya di bidang kepengawasan.

Bagi profesi pengawas, pelaksanaan supervisi dan kendala yang ditemukan sebagai sumbangan pemikiran, koreksi dan refleksi dalam meningkatkan kinerja sesuai dengan peran, tanggungjawab dan tupoksi pengawas, khususnya dalam menjalankan tugas supervisi akademik ke sekolah-sekolah binaan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENDEKATAN MASALAH

2.1 Kajian Pustaka

(16)

kinerja mengajar guru serta hasil penelitian terdahulu yang relevan, yang selanjutnya penulis jadikan landasan atau acuan dalam melakukan penelitian. 2.1.1 Efektifitas

Efektivitas mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Efektif ialah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan (outcomes) dengan cara melakukan pekerjaan yang benar (do the right things). Efektif juga berarti mampu mencapai tujuan dengan baik. Jika efisiensi lebih memfokuskan diri pada proses penghematan, maka keefektifan (effectiveness) lebih memfokuskan diri pada output atau hasil yang diharapkan. Hasil yang diharapkan dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

Efektif ialah cara melakukan sesuatu (pekerjaan) yang benar (do the right things), sedangkan efisiensi (daya guna) ialah cara melakukan pekerjaan

dengan benar (do things right) . Efektif dapat ditinjau dari sudut kuantitatif dan kualitatif. Pengertian efektif secara kuantitatif ialah perbandingan antara realisasi dengan target. Semakin tinggi realisasi yang dicapai, semakin tinggi nilai efektifnya. Efektif menurut pengertian kualitatif ialah tingkat pencapaian tujuan atau tingkat kepuasan yang dicapai. Semakin tercapai tujuan seseorang atau organisasi semakin efektif seseorang atau organisasi itu. Semakin puas seseorang atau organisasi, semakin efektif seseorang atau organisasi itu. Kepuasan meliputi kepuasan internal dan eksternal organisasi (Husaini Usman, 2010: 44).

(17)

approach dan pendekatan kepuasan partisipasi atau disebut participant

satisfaction model (Gibson, 1998:98).

Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah sesuatu atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya (Siagian, 2001: 24).

Efektivitas menunjukkan kemampuan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan supervisi akademik berjalan efektif. Terdapat beberapa cara pengukuran terhadap efektivitas, sebagai berikut: menurut Gibson et, al (Usman, 2010:3) menyatakan bahwa efektivitas dapat dilihat dari perspektif: (1) efektivitas individual (input), (2) efektivitas kelompok (proses), efektivitas organisasi.

Efektivitas individual ditentukan oleh pengetahuan, sikap, ketrampilan, kemampuan, motivasi dan stress. Efektivitas kelompok ditentukan oleh kekompakan(achieveness), kepemimpinan, struktur, status, peran dan norma. Efektivitas organisasi ditentukan oleh lingkungan, tehnologi, pilahan strategis, struktur dan budaya.

(18)

direncanakan dan berjalan dengan sebenarnya serta tidak menyimpang dari perencanaan sehingga sesuai dengan tujuan yang harapkan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan dan sejauh mana supervisi menghasilkan tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Oleh karena itu, dalam menentukan Efektivitas supervisi akademik pada penelitian ini, dapat diukur melalui indikator sebagai berikut :

a) Keberhasilan program b) Keberhasilan sasaran c) Tingkat input dan output 2.1.2 Pengawas Sekolah

2.1.2.1 Regulasi Pengawas Sekolah

Pengawas sekolah merupakan jabatan fungsional yang diatur oleh Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan standar pengawas sekolah dirinci dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Adapun jabatan fungsional dan angka kredit pengawas sekolah diatur dalam Permenpan RB Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angkat Kreditnya.

(19)

pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan (pasal 1 ayat 2). Kegiatan pengawasan adalah kegiatan pengawas sekolah dalam menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional Guru (pasal 1 ayat 4). Dalam Peraturan Menteri ini tidak dijelaskan apakah PNS yang diangkat sebagai pengawas sekolah ini berasal dari unsur guru atau kepala sekolah.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah disebutkan bahwa pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dan diberi tugas, tanggung jawab secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan prasekolah, sekolah dasar dan sekolah menengah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pengawas sekolah adalah berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi, memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan, serta telah lulus seleksi pengawas satuan pendidikan (pasal 39 ayat 2).

Jadi dapat dijelaskan bahwa pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang berstatus guru atau kepala sekolah yang lulus seleksi pengawas sekolah lalu diangkat dan diberi tugas, wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan pengawasan satuan pendidikan.

(20)

pelajaran/mata pelajaran, pendidikan luar biasa, dan bimbingan konseling. Dalam Pasal 4 ayat 1 disebutkan Pengawas Sekolah berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang pengawasan akademik dan manajerial pada sejumlah satuan pendidikan yang ditetapkan. Sedangkan pada ayat 2 Pengawas Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh Guru yang berstatus sebagai PNS

2.1.2.2 Tugas Pokok, dan Beban Kerja Pengawas Sekolah

Dalam Permenpan RB Nomor 21 Tahun 2010 pasal 5, termaktub tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan professional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus

Pada pasal 6 ayat 1 ditetapkan beban kerja Pengawas Sekolah adalah 37,5 (tiga puluh tujuh setengah) jam perminggu di dalamnya termasuk pelaksanaan pembinaan, pemantauan, penilaian, dan pembimbingan di sekolah binaan. Sedangkan pada ayat 2 dijelaskan Sasaran pengawasan bagi setiap Pengawas Sekolah adalah sebagai berikut:

(21)

2) untuk sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah dan sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah/madrasah aliyah kejuruan paling sedikit 7 satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh) Guru mata pelajaran/kelompok mata pelajaran;

3) untuk sekolah luar biasa paling sedikit 5 satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh) Guru;

4) untuk pengawas bimbingan dan konseling paling sedikit 40 (empat puluh) Guru bimbingan dan konseling.

2.1.2.3 Kewajiban, Tanggung jawab dan Wewenang

Kewajiban Pengawas Sekolah (pasal 7) dalam melaksanakan tugas adalah: a) menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan,

melaksakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan membimbing dan melatih profesional Guru;

b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

c) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, nilai agama dan etika;

d) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Sedangkan Pengawas Sekolah bertanggungjawab melaksanakan tugas pokok dan kewajiban sesuai dengan yang dibebankan kepadanya (pasal 8).

Pengawas Sekolah berwenang memilih dan menentukan metode kerja, menilai kinerja Guru dan kepala sekolah, menentukan dan/atau

mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan (pasal 9) 2.1.2.4 Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah

(22)

1) Kualifikasi Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) dan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut: a) Berpendidikan minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)

kependidikan dari perguruan tinggi terakreditasi;

b) 1) Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai guru TK/RA dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun di TK/RA atau kepala sekolah TK/RA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas TK/RA;

2) Guru SD/MI bersertifikat pendidik sebagai guru SD/MI dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah SD/MI dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SD/MI;

c) Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c;

d) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;

e) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah;

f) Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

(23)

b) 1) Guru SMP/MTs bersertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMP/MTs atau kepala sekolah SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMP/MTs sesuai dengan rumpun mata pelajarannya; 2) Guru SMA/MA bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMA/MA atau kepala sekolah SMA/MA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMA/MA sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;

3) Guru SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMK/MAK atau kepala sekolah SMK/MAK dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMK/MAK sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;

c) Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c;

d) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;

e) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah;

f) Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan

(24)

1) Kompetensi Kepribadian

a) Memiliki tanggung jawab sebagai pengawas satuan pendidikan. b) Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang

berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas jabatannya.

c) Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang tugas pokok dan tanggung jawabnya.

d) Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder pendidikan.

2) Kompetensi Supervisi Manajerial

a) Menguasai metode, teknik dan prinsipprinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

b) Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi,misi, tujuan dan program pendidikan di sekolah.

c) Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah. d) Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan

menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah.

e) Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah

f) Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah.

(25)

h) Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasilhasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah.

3) Kompetensi Supervisi Akademik

a) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah.

b) Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah.

c) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.

d) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui mata-mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah. e) Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah.

(26)

g) Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah.

h) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran/ bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah

4) Kompetensi Evaluasi Pendidikan

a) Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah.

b) Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai dalam pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah.

c) Menilai kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran/bimbingan pada tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah.

d) Memantau pelaksanaan pembelajaran/ bimbingan dan hasil belajar siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah.

(27)

f) Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan staf sekolah di sekolah.

5) Kompetensi Penelitian Pengembangan

a) Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam pendidikan.

b) Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk keperluan tugas pengawasan maupun untuk pengembangan karirnya sebagai pengawas.

c) Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif.

d) Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan, dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok tanggung jawabnya.

e) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik data kualitatif maupun data kuantitatif.

f) Menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan dan atau bidang kepengawasan dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu pendidikan

g) Menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan di sekolah. h) Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan

kelas, baik perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah. 6) Kompetensi Sosial

a) Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

b) Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas satuan pendidikan 2.1.3 Supervisi Akademik

(28)

Istilah supervisi berasal dari dua kata, yaitu super dan vision. Dalam Webtr’s New World Dictionary, istilah super berarti higher in rank or position than, superior to (superintendent), greater or better than others”, sedangkan kata

vision berarti “the ability to perceive something not actually visible, as through

mental acutness or keen foresight”(Suhardan, 2010: 35-36).

Menurut Suhardan (2010: 36) supervisi adalah pengawasan profesional dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan kaidah – kaidah keilmuan tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas biasa. Sementara itu Neagley dan Evans (1980) dikutip oleh Made Pidarta ( Sutarsih et al, 2009: 312) supervisi diartikan sebagai setiap layanan yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum.

Boardmab dalam Arikunto (2006: 12), menyatakan bahwa supervisi akademik bukan hanya membantu guru dalam memahami pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuannya, tapi juga membantu guru dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam menyusun rencana pembelajaran secara tepat. Disamping itu, supervisi membantu guru agar memiliki kemampuan dalam mengembangkan kecakapan pribadi.

(29)

yang sudah ada dan direncanakan oleh sekolah agar masyarakat dapat mengerti dan membantu usaha sekolah.

Intinya, supervisi akademik menurut Bordmab adalah bantuan kepada guru dalam meningkatkan pemahaman dan kecakapan kompetensi profesional tenaga pendidik, agar berhasil mencapai tujuan pendidikan. (Arikunto:2006:14).

Menurut Mulyasa (2003:11) supervisi akademik merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu guru meningkatkan pengetahuannya dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua, peserta didik dan sekolah serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang efektif.

Berdasarkan beberapa rumusan pengertian supervisi akademik dari para pakar tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian supervisi akademik adalah kegiatan berupa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh supervisor, yaitu pengawas sekolah dan kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan kinerjanya dan kemampuan pengelolaan pembelajaran sehingga akan mendorong peningkatan prestasi belajar peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.

2.1.3.2 Tujuan Supervisi Akademik

(30)

(motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan lebih meningkat (Sudjana, 2011: 56).

Melalui supervisi akademik guru hendaknya menguasai kompetensi yang harus dimilikinya yakni kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional sebagaimana dituangkan dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007. Dikatakan pembelajaran yang mendidik agar guru sadar bahwa tugas yang dibebankan kepada dirinya bukan semata-mata mengembangkan kecerdasan intelektual tetapi juga mengembangkan nilai-nilai moral, sosial, religi sebagai bagian integral dan proses pembelajaran. Dengan kata lain menciptakan proses pembelajaran yang menumbuhkan kedewasaan intelektual, moral, sosial dan emosional pesera didik.

Supervisi akademik diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemantauan dan penilaian kegiatan proses belajar dan proses mengajar di sekolah agar diketahui sejauhmana tercapainya tujuan pembelajaran. Pemantauan dan penilaian bisa dilakukan melalui kunjungan dan observasi kelas pada saat guru melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila peserta didik melakukan aktivitas belajar yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta mencapai hasil belajar yang optimal sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan memiliki rasa keingintahuan lebih lanjut.

(31)

mendorong guru agar bisa memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawab profesinya.

2.1.3.3 Fungsi dan Peranan Supervisi Akademik

Penyelenggaraan sekolah melibatkan lima fungsi utama, yaitu: (1) fungsi administrasi umum; (2) fungsi mengajar; (3) fungsi supervisi; (4) fungsi manajemen; dan (5) fungsi pelayanan khusus. Supervisi merupakan salah satu bagian dari fungsi penyelenggaraan sekolah. Posisi supervisi berkaitan langsung dengan pengajaran, tetapi tidak berhubungan langsung dengan siswa. Meskipun kata Sergiovanni & Starratt (1983) yang dikutip Muslim (2010: 47), tujuan akhir supervisi adalah meningkatkan perkembangan atau pertumbuhan siswa, tetapi tidak bisa melakukan intervensi langsung kepada siswa melainkan hanya melalui guru atau tenaga pendidik.

Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Menurut Arikunto (2006: 13), fungsi supervisi pendidikan sedikitnya ada tiga, yaitu: (1) sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran; (2) sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yag tekait dengan pembelajaran; dan (3) sebagai kegiatan memimpin dan membimbing.

(32)

yaitu: (1) mengkoordinasi semua usaha sekolah; (2) memperlengkapi kepemimpinan sekolah; (3) memperluas pengalaman guru-guru; (4) menstimulasi usaha-usaha yang kreatif; (5) memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus; (6) menganalisis situasi belajar-mengajar; (7) memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf; (8) memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru (Burton,et al, 1995:4).

Menurut Wiles dalam Sahertian (2008:25) bahwa supervisi berfungsi untuk membantu (assisting), memberikan dukungan (supporting) dan mengajak mengikutsertakan (sharing). Seorang supervisor dalam melakukan tugasnya dapat berperan sebagai :

a) Koordinator, harus dapat mengkoordinasi program belajar mengajar, tugastugas berbagai kegiatan yang berbeda-beda di antara guru-guru. Seperti mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh beberapa orang guru.

b) Konsultan, pengawas dapat memberikan bantuan, mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara individu maupun secara kelompok. Misalnya, ada kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit dalam belajar, yang menyebabkan guru sulit mengatasi dalam tatap muka di kelas.

c) Pemimpin kelompok, supervisor dapat memimpin guru-guru dalam mengembangkan potensi kelompok, misalnya saat mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama.

(33)

menatap atau merefleksi dirinya sendiri. Misalnya pada akhir semester, ia dapat mengadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari setiap guru atau siswa yang dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya. Peranan seorang supervisor adalah membantu, memberi suport dan mengikutsertakan, bukan mengarahkan terus menerus. Kalau terus menerus mengarahkan, selain tidak demokratis juga tidak member kesempatan kepada guru-guru untuk belajar mandiri (otonom) dalam arti profesional. Padahal ciri dari guru yang profesional ialah memiliki otonomi dalam arti bebas mengembangkan diri atas kesadaran dan tanggung jawab diri sendiri.

2.1.3.4 Prinsip – prinsip Supervisi Akademik

Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada bantuan yang dapat meningkatkan kemampuan profesional guru. Profesional guru ini tercermin pada kemampuan guru memberikan bantuan belajar kepada peserta didiknya, sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada peserta didiknya. Oleh karena itu seyogyanya supervisi pengawas sekolah dilakukan secara konstruktif dan kreatif dengan cara mendorong inisiatif guru untuk ikut aktif menciptakan suasana kondusif yang dapat membangkitkan suasana kreativitas peserta didik dalam belajar. Berbagai faktor dalam supervisi akademik ini akan berkualitas jika berlandaskan pada prinsip-prinsip supervisi.

(34)

dan guru hendaknya didasarkan atas hubungan kerabat kerja; (3) supervisi hendaknya didasarkan atas pandangan yang obyektif; (4) supervisi hendaknya didasarkan pada tindakan yang manusiawi dan menghargai hak asasi manusia; (5) supervisi hendaknya mendorong pengembangan potensi, inisiatif, dan kreativitas guru; (6) supervisi hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru; (7) supervisi yang dilakukan hendaknya dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan serta tidak mengganggu jam belajar efektif. Lebih lanjut disebutkan bahwa prinsip-prinsip supervisi di atas merupakan kaidah yang harus dijadikan landasan di dalam melakukan supervisi. Pengawas harus memahami prinsip-prinsip supervisi akademik untuk mengukur kegagalan atau keberhasilan supervisi mereka. Prinsip-prinsip akademik tesebut adalah:

(a) Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.

(b) Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.

(c) Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen. (d) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.

(e) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.

(f) Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.

(g) Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran.

(h) Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran.

(i) Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.

(j) Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.

(35)

(l) Berkesinambungan, artinyasupervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah.

(m) Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan. (n) Komprehensif, artinya menyeluruh

Sahertian (2008: 20) mengemukakan 4 prinsip berbagai faktor keberhasilan dalam supervisi sebagai berikut: (1) prinsip ilmiah (scientific) bercirikan obyektif, menggunakan alat, sistematis,berencana dan kontinyu; (2) prinsip demokratis, yaitu bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan hangat dengan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru; (3) prinsip kerjasama, sharing of idea, sharing of experience yaitu memberi dorongan dan rangsangan kepada guru sehingga mereka merasa tumbuh bersama; (4) prinsip konstruktif dan kreatif, supervisi dilaksanakan dalam suasana kerja yang menyenangkan sehingga mampu mengembangkan potensi kreativitas guru. Prinsip berbagai faktor dalam supervisi dari Sahertian ini menekankan pada bagaimana supervisi dilakukan agar guru dapat termotivasi dengan sadar mengembangkan profesionalitasnya, tanpa menyinggung harga diri dan martabatnya.

(36)

dilakukan dengan menggunakan catatan agar apa yang dilakukan dan ditemukan tidak hilang. Pada salah satu prinsipnya Arikunto mengingatkan jika supervisor memberikan saran atau umpan balik agar disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa, jika jarak antara kejadian dengan umpan balik sudah terlalu lama maka guru yang berbuat salah tidak mampu lagi melihat hubungan antara keduanya.

Dari beberapa pendapat di atas, terdapat beberapa kesamaan prinsip dalam dalam supervisi akademik. Persamaan itu diantaranya: bahwa supervisi akademik harus dilaksanakan terencana, sistematis, obyektif, berkesinambungan, hubungan yang hangat dan akrab, mendorong kreativitas guru, saling berbagi dan bekerja sama, berkolaborasi dan terdokumentasikan.

2.1.3.5 Pendekatan Supervisi Pendidikan

Pendekatan (orientasi supervisi) akademik adalah tingkah laku supervisor dalam membagi tanggungjawab antara dirinya dengan guru yang sedang disupervisi, dalam menganalisis dan mengambil keputusan terhadap masalah pengajaran yang dihadapi oleh guru. Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip – prinsip psikologis (Sahertian, 2008:44). Menurut Glickman (1981) dikutip oleh Muslim (2009 : 77) bahwa ada tiga pendekatan dalam supervisi akademik yakni : pendekatan direktif, pendekatan kolaboratif dan pendekatan non-direktif. Beberapa pendekatan perilaku supervisor tersebut dijelaskan Sahertian (2008: 46), sebagai berikut:

a) Pendekatan langsung (direktif )

(37)

Pendekatan ini lebih cocok diberikan kepada guru yang mengalami kekurangan, maka perlu diberi rangsangan sehingga dipandang perlu untuk diberikan rangsangan agar guru tersebut dapat bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement), atau hukuman (punishment).

Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan cara: Clarifying: Menjelaskan masalah yang dihadapi guru, Presenting (berceramah): mengemukakan ide-idenya sendiri tentang informasi apa yang harus dicari oleh guru dan bagaimana cara mencarinya, Directing (mengarahkan): menetapkan tindakan apa yang harus diambil oleh guru berdasarkan informasi yang terkumpul, Demonstrating: mendemonstrasikan prilaku yang harus dilakukan oleh guru, Setting the standard: peningkatan ditetapkan berdasarkan standard yang pasti

yang ia tetapkan, Reinforcing: memberi imbalan yang bersifat materi atau sosial

b) Pendekatan tidak langsung (non-direktif)

Cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tetapi mendengarkan terlebih dahulu secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Supervisor sebanyak mungkin memberikan kesempatan kepada para guru untuk mengemukakan permasalah yang mereka alami.

(38)

supervisor lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru. Guru mengemukakan masalahnya, kemudian supervisor mencoba mendengarkan untuk memahami apa yang dialami oleh para guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan nondirektif adalah sebagai berikut: Listening, Encouraging (mendorong), Clarifying: mengklarisikasi massalah yang dihadapi guru dengan mengulang apa yang telah dikatakan guru, Presenting: memberi masukan hanya ketika guru memintanya, dan Problem solving yaitu memberi kepercayaan kepada guru untuk memutuskan sendiri rencana tindakan yang akan diambil

c) Pendekatan kolaboratif

Cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, sepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria, dalam melaksanakan proses percakapan terhadap maslaah yang dihadapi guru.

(39)

dengan seksama terhadap persepsi guru, Problem solving: saling memberi masukan tentang alternatif tindakan yang dapat diambil untuk meningkatkan pembelajaran, Negotiating: supervisor dan guru membahas dan memilih alternative tindakan hingga dicapai kesepakatan.

Ketiga pendekatan supervisi akademik tersebut pelaksanaannya tergantung kepada prototipe guru. Glickman (1981) sebagaimana dikutip Sahertian (2008:44) menyatakan bahwa ada satu paradigma untuk memilah-milah guru dalam empat prototipe guru. Setiap guru memiliki dua kemampuan dasar, yaitu berfikir abstrak dan memiliki komitmen serta kepedulian. Keempat tipe tersebut adalah:

(1) Guru yang memiliki prototipe ini acuh tak acuh dan termasuk guru yang tidak bermutu. Pelaksanaan pendekatannya menggunakan direktif.

(2) Guru Unfocused Worker, memiliki karakterisitik komitmen tinggi, yaitu: antusias, enerjik, penuh dengan cita-cita dan keinginan yang baik, pekerja keras, tidak segan melakukan pekerjaan sekolah di rumah. Namun memiliki abstraksi rendah, yaitu: suka bingung menghadapi masalah, kecil hati, sering menangani tugas-tugas yang tidak realistis, kurang mampu menemukan dan menganalisis masalah, kurang mampu bertindak realistis. Sahertian menyebu prototipe guru tersebut termasuk guru yang terlalu sibuk. Pendekatannya dengan pendekatan kolaboratif. (3) Guru Analytical Observer, memiliki komitmen rendah, yaitu:

(40)

menyediakan waktu dan energi untuk melaksanakan ide-idenya. Berabstraksi tinggi, yaitu: dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, dapat mengembangkan berbagai alternative pemecahan, dapat memilih alternatif terbaik dan berfikir secara bertahap (step by step). Guru dengan prototipe seperti ini, disebut Sahertian sebagai guru tukang kritik. Pelaksanaan pendekatan supervisi akademiknya dengan pendekatan kolaboratif.

(4) Guru Professional, berkomitmen tinggi, yaitu: antusias, enerjik, penuh dengan cita-cita dan keinginan yang baik, pekerja keras, tidak segan melakukan pekerjaan sekolah di rumah Enerjik. Guru profesional memiliki abstraksi yang tinggi, yaitu: dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, dapat mengembangkan berbagai alternatif pemecahan, dapat memilih alternatif terbaik dan berfikir secara bertahap (step by step). Pelaksanaan pendekatan supervisi akademiknya menggunakan pendekatan non-direktif.

2.1.3.6 Model Supervisi Akademik

Yang dimaksud dengan model supevisi disini adalah pola, contoh, acuan dari supervisi yang dapat diterapkan di sekolah. Menurut Sahertian (2008 : 34) bahwa ada empat model supervisi yang berkembang, yaitu :

a) Model supervisi konvensional (tradisional)

(41)

kesalahan. Menurut Oliva, P.F (1984:7) dalam Sahertian (2008: 35) mengatakan bahwa perilaku seperti itu disebut snoopervision (mematai-matai). Sering juga disebut supervisi yang korektif. Dalam pelaksanaan supervisi itu sangat mudah kalau hanya untuk mengoreksi atau mencari kesalahan yang ada pada guru dalam melaksanakan pembelajaran, tetapi lebih sulit lagi bila untuk melihat segi-segi yang positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik. Apabila perilaku pemimpin demikian, selalu dipertahankan dengan alasan menjaga kekuasaan atau kewibawaannya dalam suatu organisasi dalam hal ini sekolah, maka akibatnya guru-guru akan merasa tidak puas atas perlakuan itu. Bahkan bukan tidak mungkin guru akan tidak lagi peduli (masa bodoh) dan menimbulkan sikap menantang terhadap pimpinan. Praktek seperti ini masih sering dilakukan oleh supervisor yang masuk ke kelas dengan tidak memberitahukan terlebih dahulu dan menanyakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Ini berarti masih melakukan supervisi yang konvensional, bukan tidak boleh menyalahkan, tetapi harus dapat dikomunikasikan dengan baik kepada guru tersebut.

b) Model supervisi bersifat ilmiah

Dalam supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Dilaksanakan secara berencana dan kontinyu

 Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik-teknik tertentu

 Menggunakan instrumen sebagai pengumpul data

 Adanya data yang objektif sesuai dengan keadaan yang riil

(42)

mengajar guru di kelas. Hasil penelitian atau supervisi ini diberikan kepada guru sebagai umpan balik terhadap penampilan mengajar guru. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru tersebut yang akan mengadakan perbaikan sendiri. Penggunaan alat perekam data seperti kamera dan sejenisnya berhubungan erat dengan penelitian ini sebagai bukti yang nyata di lapangan. Walaupun demikian, hasil rekaman data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi, karena melalui pengambilan rekaman ini akan mempengaruhi perilaku guru dalam mengajar dan situasi belajar siswa.

c) Model supervisi klinis

Menurut R. Willem dalam Archeson dan Gall, (1980: 1) terjemahan S.L.L.Sulo 1985 yang dikutip Sahertian (2008 : 38) mengemukakan bahwa supervisi klinis merupakan bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku yang ideal.

(43)

d) Model supervisi artistik

Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tetapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar, bahwa supervisi juga sebagai kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working through the others). Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya.

Menurut Sergiovanni dalam Sahertian (2008:43) mengatakan bahwa beberapa ciri yang khas model supervisi artistik, antara lain :

(1) Supervisi yang artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan dari pada banyak berbicara. memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup/ keahlian khusus, untuk memahami apa yang dibutuhkan seseorang yang sesuai dengan harapannya. (2) Supervisi yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang

unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.

(44)

(4) Model artistik terhadap supervisi memerlukan laporan yang menunjukkan bahwa dialog antara supervisor dan yang disupervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

(5) Model artistik terhadap supervisi memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.

(6) Model artistik terhadap supervisi memerlukan kemampuan untuk menafsir makna dari peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh pengalaman dan membuat mereka mengapresiasi yang dipelajarinya.

(7) Model artistik terhadap supervisi menunjukkan fakta bahwa supervisi yang bersifat individual dengan kekhasannya sensitivitas dan pengalaman merupakan instrumen yang utama digunakan, dimana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi.

2.1.4 Kinerja Mengajar Guru

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru

(45)

pelaksanaan kerja dengan mendefinisikan kinerja sebagai “tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan”.

Prawirosentono (1999:2) menyebut kinerja sebagai hasil kerja dengan mendefinisikan kinerja sebagai “hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing”. Rivai (2005:14) mengemukakan Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Hasibuan (2001:94) yang menyebut kinerja sebagai prestasi kerja mengungkapkan “prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang disandarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”. Mangkunegara (2000:67) berpendapat “prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah unjuk kerja seseorang dalam melaksanakan tugas sebagai realisasi konkret dari kompetensi berdasarkan kecakapan, pengalaman dan kesungguhan.

(46)

menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”. Hasibuan dan Moedjiono (2006:3) mengungkapkan mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Djamarah dan Zain (2002:45) menyatakan mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pengertian-pengertian di atas mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Merujuk pada pengertian kinerja dan mengajar sebagaimana telah diuraikan terdahulu, dapat disimpulkan kinerja mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah unjuk kerja guru dalam melaksanakan tugas mengajar.

2.1.4.2 Dimensi Kinerja Mengajar Guru

(47)

situasi dan kondisi yang ada dan berusaha “memoles” setiap situasi yang muncul menjadi situasi yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

Dimensi kinerja mengajar guru merujuk pada kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai pendidik dan pengajar. Menurut Wijaya dan Rusyan (1994:8) kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi merujuk kepada perfomance dan perbuatan yang rasional, untuk memenuhi versifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan. Robbins (2001:37) menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan. Spencer & Spencer (1993:9) mengatakan “Competency is underlying characteristic of an individual that is causally related

to criterionreferenced effective and/or superior performance in a job or

situation”. Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan

dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.

Selanjutnya Spencer & Spencer menjelaskan, kompetensi dikatakan underlying characteristic karena karakteristik merupakan bagian yang mendalam

(48)

kompetensi itu benar-benar memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan kriteria atau standar tertentu. Khusus berkaitan dengan kompetensi guru (teacher competency) Barloe (Syah, 2004:229) mengemukakan The ability of a teacher to responsibly perform his or her duties appropriately.

Artinya, kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban – kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.

Mulyasa (2007:26) mengemukakan kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Menurut Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pengertian kompetensi adalah “seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”.

Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.Pada saat melaksanakan kegiatan evaluasi, guru harus dapat menetapkan prosedur dan teknik evaluasi yang tepat. Jika tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan pada kegiatan perencanaan belum tercapai, maka ia harus meninjau kembali serta rencana implementasinya dengan maksud untuk melakukan perbaikan.

(49)

merencanakan pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, dan (3) mengevaluasi pembelajaran.

2.1.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam melakukan sebuah penelitian diperlukan adanya acuan berupa teori terdahulu melalui hasil berbagai penelitian yang dapat dijadikan sebagai pendukung. Salah satu data pendukung yang perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti, dalam hal ini yang berkaitan dengan supervisi akademik oleh pengawas sekolah dan kinerja mengajar guru.

(50)

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Risa Ratna Juwita (UPI: 2015) dalam tesis yang berjudul “Kontribusi Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru di SD Negeri di Kecamatan Batununggal Kota Bandung” menghasilkan kesimpulan bahwa supervisi akademik kepala sekolah di SD SeKecamatan Batununggal berada pada kategori tinggi, iklim organisasi sekolah sekolah di SD Se-Kecamatan Batununggal berada pada kategori tinggi dan Kinerja mengajar guru di SD Se-Kecamatan Batununggal berada pada kategori tinggi yang berarti guru sudah baik. Selain itu pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru berada pada kategori kuat, pengaruh iklim organisasi sekolah sekolah terhadap kinerja mengajar guru berada pada kategori kuat, pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru berada pada kategori kuat.

Penelitian yang dilakukan oleh Ius Kadarusman (Universitas Galuh: 2015) dalam tesis yang berjudul “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik” menghasilkan kesimpulan adanya pengaruh positif supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar peserta didik, begitu pula kinerja mengajar guru memiliki pengaruh positif terhadap prestasi belajar anak.

(51)

pokok permasalahan, baik yang berupa variabel bebas (independent) maupun pada variabel terikatnya (dependent).

Sementara itu, dilihat dari metode yang digunakannya, pada beberapa tesis yang terdahulu memiliki kesamaan, yaitu bersifat penelitian studi kasus. Untuk itu, baik pada pengumpulan data, pengolahan data dan analisis datanya memiliki kesamaan. Sedangkan perbedaan antara tesis ini dengan hasil penelitian sebelumnya adalah pada variasi variabel yang digunakan, terutama pada variabel bebasnya.

Pada tesis ini variabel bebasnya adalah efektivitas Supervisi akademik oleh pengawas, sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja mengajar guru di SMK Negeri 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar.

2.2 Pendekatan Masalah

Pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang berstatus guru atau kepala sekolah yang lulus seleksi pengawas sekolah lalu diangkat dan diberi tugas, wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan pengawasan satuan pendidikan. Sebagai gurunya guru, pengawas memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengawasi dan membina guru.

(52)

Lewat supervisi akademik yang dilakukan pengawas sekolah dapat meningkatkan kinerja mengajar guru sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.

Keterhubungan antara pengawas sekolah, supervisi akademik dan kinerja mengajar guru dapat digambarkan sebagai berikut:

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian ini memahami efektivitas peran pengawas sekolah melalui supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja mengajar guru.

(53)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen (1998:96), penelitian kualitatif mempunyai lima ciri, yaitu: (1) dilakukan pada latar alami karena yang merupakan alat penting adalah adanya data yang langsung dari peneliti sendiri; (2) bersifat deskripsif, yaitu data yang dikumpulkan dalam bentuk kata-kata atau gambar; (3) lebih memperhatikan proses daripada hasil; (4) dalam menganalisa data cenderung induktif; (5) makna merupakan hal yang esensial. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah atau natural setting.

Pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena beberapa pertimbangan antara lain: (1) data yang digunakan. Dalam penelitian ini lebih mengarah pada data-data yang bersifat verbal dan perilaku subyek peneliti yaitu analisis yang berhubungan dengan supervisi akademik yang dilakukan pengawas sekolah di SMK Negeri 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar dalam meningkatkan kinerja mengajar guru, (2) berdasarkan jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu yang berhubungan dengan situasi dan kondisi pengawas sekolah di lapangan, (3) dan analisis data yang digunakan ialah model analisis langsung dan mempunyai hubungan yang saling berkaitan antara tema pembahasan satu dengan pembahasan lain, (4) hasil penelitian yang berupa kesimpulan yang diperoleh setelah diadakan analisis data dinyatakan dalam deskripsi situasi dan bukan perhitungan angka model statistik, (5) penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar dan mengutamakan data yang bersifat kualitatif.

(54)

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kasus atau studi kasus yang akan dilakukan pada dua sekolah yaitu SMK Negeri 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar.

3.3 Sumber Data dan Alat Pengumpul Data

Pada tahap ini peneliti memperoleh dan mengumpulkan data melalui informasi secara lebih detail dan mendalam berdasarkan pada fokus penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik yaitu: 1) Observasi atau Pengamatan

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala ataupun fenomena yang diselidiki (Marzuki,2000: 55 -58). Dengan kata lain metode ini dilakukan dengan melihat langsung dan melakukan pengamatan-pengamatan langsung disertai dengan pencatatan dan juga diperkuat dengan melakukan pendokumentasian di lapangan. Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap situasi dan kondisi SMK Negeri 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar untuk memperoleh fakta dan data tentang pengawas dalam rangka memberikan supervisi akademis kepada guru-guru binaannya. Baik yang dilakukan dengan kunjungan ke kelas ataupun difokuskan pada pembinaan administrasi pembelajaran.

2) Wawancara (interview)

Interview adalah sebuah dialog percakapan dengan maksud tertentu.

(55)

adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. (Cholid, 2005 : 83). Untuk mendapatkan informasi yang lebih detail peneliti melakukan wawancara dengan sejumlah orang yang berkompeten baik terhadap subjek penelitian maupun informan penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara tak terstruktur. Alasannya adalah peneliti lebih luwes dan leluasa dalam memperoleh data melalui wawancara, maupun pertanyaan tentang supervisi akademik pengawas dalam meningkatkan kinerja mengajar guru di SMK Negeri 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar. Dalam kegiatan wawancara mendalam ini, peneliti melakukan wawancara dan subjek diberi kebebasan menguraikan jawabannya serta mengungkapkan pandangannya sendiri.

3) Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. (Nana Saudih, 2007: 221). Dalam Penelitian ini metode dokumentasi digunakn untuk mempelajari data yang berupa catatan-catatan yang berhubungan dengan situasi dan kondisi pelaksanaan Supervisi akademik.

Gambar

Gambar 2.1Pendekatan masalah
Gambar 3.1: Model analisis interaktif (Interactive Model of Analysis). Sumber: (Miles, 1992:20)

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas sekolah dasar terhadap kegiatan belajar mengajar di SDN Ngadirejan Ke­ camatan Pringkuku Kabupaten Pacitan di­

Dari beberapa penjelasan para pakar tenteng pengertian perpustakaan sekolah tersebut, dapat dipahami bahwa perpustakaan sekolah adalah sarana penunjang pendidikan di

Rencana Pengawasan Akademik (RPA) merupakan kegiatan supervisi tatap muka pengawas sekolah setiap minggu dengan sasaran guru mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran

dalam mengelola kegiatan pembelajaran; (2) kepala sekolah belum melaksanakan kegiatan supervisi akademik sesuai kebutuhan guru untuk meningkatkan kompetensinya; (3)

Penyusunan program supervisi akademik pada kegiatan-kegiatan pelatihan/ pembimbingan dalam penyusunan silabus dan RPP yang dilakukan Pengawas Sekolah di Sekolah

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis merupakan salah satu bentuk supervisi yang dilakukan terhadap guru dengan memenuhi kriteria sebagai berikut; (1) Bantuan

Rencana Pengawasan Akademik (RPA) merupakan kegiatan supervisi tatap muka pengawas sekolah setiap minggu dengan sasaran guru mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran

Sedang supervisi manajerial esensinya berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam