• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II FAKTOR YANG MENYEBABKAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG SEDANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN DIBATALKAN PENGADILAN PADA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 140KTUN2011 - Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur atas Pembatalan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah y

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II FAKTOR YANG MENYEBABKAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG SEDANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN DIBATALKAN PENGADILAN PADA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 140KTUN2011 - Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur atas Pembatalan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah y"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

FAKTOR YANG MENYEBABKAN SERTIPIKAT HAK MILIK

ATAS TANAH YANG SEDANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN

DIBATALKAN PENGADILAN PADA PUTUSAN MAHKAMAH

AGUNG NOMOR 140/KTUN/2011

A. Sertipikat Hak Milik

1. Pengertian Sertipikat Hak Milik

Pengertian sertipikat menurut Pasal 32 Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun

1997 tentang Pendaftaran Tanah menjelaskan bahwa sertipikat hak milik merupakan

surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data

fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis

tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang

bersangkutan, kemudian pada Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria

mendefinisikan bahwa sertipikat adalah surat tanda bukti hak atas tanah bagi

pemegangnya untuk memiliki, menggunakan, mengambil manfaat lahan tanahnya secara

turun menurun, terkuat dan terpenuh. Khusus terhadap hak milik atas tanah ditentukan

lain, yaitu adanya unsur turunan, terkuat dan terpenuh dibandingkan hak lainnya, namun

harus diartikan senapas dengan fungsi sosial tanah, selain itu juga dapat beralih dan

dialihkan kepada pihak lain serta dijadikan jaminan hutang melalui pembebanan hak

tanggungan.

Sertipikat hak milik hanya dapat diperoleh Warga Negara Indonesia dan badan

hukum tertentu yang ditentukan berdasarkan Peraturan Pemerintah. Setiap Warga Negara

Indonesia dapat memperoleh sertipikat hak milik atas tanah berdasarkan penegasan hak,

(2)

hak, pemecahan hak, pemisahan hak, pemindahan hak atau peralihan hak kemudian bagi

Warga Negara Asing dapat memperoleh sertipikat hak milik berdasarkan peralihan hak

karena warisan tanpa wasiat dan harta bersama dalam perkawinan, dengan catatan bahwa

ia harus melepaskan haknya dalam jangka waktu satu tahun sejak ia memperoleh hak

tersebut hal ini sebagaimana yang dijelaskan pada Pasal 21 ayat (2) dan (3) Undang –

Undang Pokok Agraria.

2. Penerbitan Sertipikat Hak Milik

Pada Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA menjelaskan bahwa akhir kegiatan

pendaftaran tanah yang diadakan oleh pemerintah adalah pemberian surat tanda bukti

hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. UUPA tidak menyebut nama surat

tanda bukti hak atas tanah yang didaftar. Kemudian pada Pasal 13 ayat (3) Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 menyatakan bahwa surat tanda bukti hak atas tanah

yang didaftar dinamakan sertipikat, yaitu salinan buku tanah dan surat ukur setelah

dijahit menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang bentuknya

ditetapkan oleh Menteri Agraria.19

19

Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komperhensif (selanjutnya disebut Urip Santoso – II), (Jakarta : Kencana, 2012), hal. 315.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya menghasilkan surat tanda

bukti hak, yang berupa sertipikat. Pengertian sertipikat menurut Pasal 1 angka (20)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, adalah surat

tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak

atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik satuan rumah susun, dan hak

(3)

Sertipikat diterbitkan oleh kantor pertanahan Kabupaten/Kota, sedangkan pejabat

yang menandatangani sertipikat, yaitu :

a. Dalam pendaftaran tanah secara sistematik, sertipikat ditanda-tangani oleh ketua

panitia ajudikasi atas nama kepala kantor pertanahan Kabupaten/Kota.

b. Dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat individual (perseorangan),

sertipikat ditanda-tangani oleh kepala kantor pertanahan Kabupaten/Kota.

c. Dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat masal,sertipikat

ditanda-tangani oleh kepala seksi pengukuran dan pendaftaran tanah atas nama kepala

kantor pertanahan Kabupaten/Kota.

Maksud dari diterbitkan sertipikat dalam kegiatan pendaftaran tanah untuk

pertama kali adalah agar pemegang hak dengan mudah dapat membuktikan bahwa

dirinya sebagai pemegang hak.Sertipikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak

yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam

buku tanah.

Penerbitan sertipikat oleh Badan Pertanahan Nasional merupakan surat tanda

bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data

yuridis yang termuat didalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai

dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Pada Pasal 1

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah antara lain

menjelaskan tentang pengertian yang berhubungan dengan pembuatan sertipikat hak atas

tanah, antara lain:

Data fisik adalah : keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan

(4)

bangunan atau bagian bangunan di atasnya (Pasal 1 angka (6)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah).

Data yuridis adalah : keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah

susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta

beban-beban lain yang membebaninya (Pasal 1 angka (7) Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah).

Surat Ukur adalah : dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk

peta dan uraian (Pasal 1 angka (17) Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah).

Buku Tanah adalah : dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data

fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya (Pasal 1

angka (19) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah).

3.Kekuatan Pembuktian Sertipikat Hak Milik

Dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada para pemegang haknya

dalam Pasal 32 ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 1997 menjelaskan bahwa sertipikat

merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat

mengenai data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat

ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Dalam hal ini, bahwa selama tidak dapat

dibuktikan sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang tercantum didalamnya harus

diterima sebagai data yang benar, baik dalam melakukan perbuatan hukum sehari-hari

(5)

tercantum dalam sertipikat harus sesuai dengan data yang tercantum dalam surat ukur

dan buku tanah yang bersangkutan, karena data itu timbul dari surat dan buku tanah

tersebut. Data yang dimuat dalam surat ukur dan buku tanah itu mempunyai sifat terbuka

untuk umum, sehingga diberikan kesempatan bagi pihak yang berkepentingan dapat

menyesuaikan data yang ada dalam sertipikat dengan data yang ada dalam surat ukur dan

buku tanah yang disajikan di Kantor Pertanahan.

Selanjutnya dalam Pasal 32 ayat (2) PP nomor 24 tahun 1997 yang berbunyi

bahwa dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas

nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan

secara nyata menguasainya, maka pihak yang merasa mempunyai hak atas tanah ini tidak

dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak

diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang

sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan

gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.

Pernyataan tersebut di atas menentukan, bahwa sertipikat merupakan alat

pembuktian yang kuat dan bahwa tujuan dalam pendaftaran tanah diselenggarakan untuk

memberi jaminan kepastian hukum menjadi tampak dan dirasakan arti praktisnya,

sungguhpun sistem publikasi yang digunakan adalah sistem negatif.Ketentuan ini tidak

mengurangi asas pemberian perlindungan yang seimbang, baik kepada pihak yang

mempunyai tanah dan dikuasai serta digunakan sebagai mana mestinya maupun kepada

pihak yang memperoleh dan menguasainya dengan itikad baik dan dikuatkan dengan

pendaftaran tanah yang bersangkutan. Dari ketentuan mengenai prosedur pengumpulan,

(6)

sertipikat dalam Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 ini tampak jelas usaha untuk

sejauh mungkin memperoleh dan menyajikan data yang benar, karena pendaftaran tanah

adalah untuk menjamin kepastian hukum.

B.Pendaftaran tanah

1. Pengertian Tentang Pendaftaran Tanah

Hak atas tanah mempunyai peran yang penting dalam kehidupan manusia, yang

mana hubungan tanah dengan manusia dapat menjadi hubungan yang emosional, karena

tanah merupakan salah satu sumber kehidupan, sehingga dalam mempertahankan hak

atas tanah tersebut setiap orang sanggup berbuat apa saja untuk mempertahankan

haknya, maka oleh karena itu di dalam Undang Undang Pokok Agraria atau disingkat

UUPA telah ditetapkan bahwa seluruh tanah yang berada di wilayah Negara Republik

Indonesia harus di inventarisir, sehingga dapat membantu usaha untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan keadilan sosial. 20

Menurut A.P. Parlindungan, pendaftaran tanah berasal dari kata cadastre (bahasa

Belanda Kaadaster) suatu istilah teknis untuk suatu record (rekaman), yang

menunjukkan kepada luas nilai dan kepemilikan terhadap suatu bidang tanah.

Dalam upaya

menginventarisir tentang pertanahan tersebut, maka pendaftaran tanah merupakan

langkah utama agar terwujudnya tertib administrasi pertanahan, yaitu dengan

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah

yang telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

21

20

Harun Al Rashid, Sekilas Tentang Jual Beli Tanah (Berikut Peraturan-Peraturan), (Jakarta : Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986), hal. 82

21

Urip Santoso, Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah(selanjutnya disebut Urip Santoso - I), (Jakarta : Kencana, 2011), hal. 12.

(7)

berasal dari bahasa Latin yaitu “ capistratum ” yang berarti suatu register atau capita

atau unit yang dulunya dibuat untuk pajak tanah Romawi (Captatio Terrens).22Cadastre

merupakan alat yang tepat dalam memberikan uraian dan identifikasi dan juga sebagai

Continuos recording(rekaman yang berkesinambungan) dari hak atas tanah.23

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendaftaran tanah adalah suatu

kegiatan yang dibebankan kepada pemerintah yang dilakukan secara terus menerus,

berkesinambungan dan teratur dengan melakukan pengolahan, pembukuan sampe

pemeliharaan data fisik dan yuridis dalam bentuk peta dan daftar bidang tanah sampai

pemberian tanda bukti hak bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak

milik atas satu rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya, kegiatan ini

merupakan kegiatan administratif yang bertujuan untuk mewujudkan tertib administrasi

dalam bidang pertanahan. Tugas dalam melakukan pendaftaran tanah di seluruh

Indonesia dibebankan kepada pemerintah sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 19 Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menjelaskan secara

jelas bahwa “pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,

pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis,

dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah

susun, termasuk pemberian surat tanda butkti hak bagi bidang-bidang tanah yang sudah

ada haknya dan hak milik atas satu rumah susun serta hak-hak tertentu yang

membebaninya.”

22

Ibid. 23

(8)

ayat (1) UUPA yang mana tujuannya adalah untuk memberikan kepastian hukum yang

bersifat rechtcadaster, yang artinya hanya untuk kepentingan pendaftaran tanah saja dan

hanya mempermasalahkan haknya apa dan siapa pemiliknya,24

Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa dalam pendaftaran tanah dikenal 2

macam asas, yaitu :

selain berfungsi untuk

melindungi si pemilik, pendaftaran tanah juga berfungsi untuk mengetahui status bidang

tanah tersebut dan siapa yang menjadi pemiliknya dan apa haknya, berapa luas tanahnya,

kemudian untuk apa dipergunakan tanahnya dan sebagainya, dan bagi hak tanggungan

dengan terdaftarnya jaminan hak tanggungan tersebut maka akan memperoleh hak

preferen dan asas publisitas yang melindungi eksistensi jaminan dari adanya gugatan dari

pihak ketiga.

25

Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftran tanah

memperluas tujuan dari pendaftaran tanah, yaitu : 1.Asas Specialiteit

Artinya pelaksanaan pendaftaran tanah itu diselenggarakan atas dasar peraturan perundang-undangan tertentu, yang secara teknis menyangkut masalah pengukuran, pemetaan, dan pendaftaran peralihannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dapat memberikan kepastian hukum terhadap hak atas tanah, yaitu memberikan data fisik yang jelas mengenai luas tanah,letak dan batas-batas tanah. 2. Asas Openbaarheid (Asas Publisitas)

Asas ini memberikan data yuridis tentang siapa yang menjadi subjek haknya, apa nama hak atas, serta bagaimana terjadinya peralihan dan pembebanannya. Data ini sifatnya terbuka untuk umum, setiap orang dapat melihatnya.

Berdasarkan asas ini setiap orang berhak mengetahui data yuridis tentang subjek hak, nama hak atas tanah, peralihan hak, dan pembebanan hak atas tanah yang ada di kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, termasuk mengajukan keberatan sertipikat diterbitkan, sertipikat pengganti, sertipikat yang hilang atau sertipikat yang rusak.

24

Ibid, hal. 167. 25

(9)

a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;

b. untuk menyediakan informasi kepada pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar;

c. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan dimana setiap bidang tanah termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya hak atas tanah wajib didaftar. Dalam rangka untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum, maka

kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah,

sedangkan untuk melaksanakan fungsi informasi, data yang berkaitan dengan aspek fisik

dan yuridis dari bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar, dinyatakan terbukti untuk

umum (asas publisitas), sementara dalam hal mencapai tujuan tertib administrasi

pertanahan, maka setiap bidang tanah atau satuan rumah susun, termasuk peralihan,

pembebanan dan hapusnya hak atas tanah, dan hak milik satuan rumah susun wajib

didaftar.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah secara

tegas menyebutkan bahwa instansi pemerintah yang menyelenggarakan pendaftaran

tanah tanah di seluruh wilayah Indonesia menurut Pasal 5 adalah Badan Pertanahan

Nasional (BPN), selanjutnya dalam Pasal 6 ayat (1) menegaskan bahwa dalam rangka

penyelanggaraan pendaftaran tanah tersebut, tugas pelaksanaannya dilakukan oleh

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

Dalam struktur organisasi Badan Pertanahan dibagi 3 berdasarkan wilayah, yaitu

:

a. Tingkat pusat (ibu kota Republik Indonesia) dibentuk Badan Pertanahan Nasional

(10)

b. Tingkat Provinsi dibentuk Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi

(Kanwil BPN Provinsi).

c. Tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota (Kantah

Kabupaten/Kota).

Objek pendaftaran tanah adalah semua bidang tanah yang berada di seluruh

wilayah Republik Indonesia yang dipunyai oleh orang-perorangan maupun badan hukum

dengan sesuatu hak yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih

jelas ditegaskan pada Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang meliputi

:

a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai.

b. Tanah hak pengelolaan c. Tanah wakaf

d. Hak milik atas satuan rumah susun e. Hak tanggungan

f. Tanah negara

Objek pendaftaran tanah bila dikaitkan dengan sistem pendaftaran tanah

merupakan sistem pendaftaran tanah (registration of titles)bukan sistem pendaftaran akta

(registration of deed). Sistem pendaftaran hak tampak dengan adanya buku tanah sebagai

dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun dan disajikan serta

diterbitkannya sertipikat sebagai surat tanda bukti hak yang didaftar. Sedangkan dalam

pendaftaran akta, yang didaftar bukan haknya, melainkan justru aktanya yang didaftar,

yaitu dokumen-dokumen yang membuktikan diciptakannya hak yang bersangkutan dan

dilakukannya perbuatan-perbuatan hukum mengenai hak tersebut kemudian.26

26

(11)

Kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan oleh pemerintah sebagaimana yang

diuraikan pada Pasal 19 ayat (2) UUPA meliputi :

a. Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah.

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.

c. Pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Kemudian kegiatan pendaftaran tanah dalam Pasal 19 ayat (2) UUPA dijabarkan

lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yaitu :27

1.Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali, yang dimaksud dengan pendaftaran

tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap

objek pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan Pemerintah No.

24 Tahun 1997 (Pasal 1 angka (9) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun

1997).Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah

secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik.Pendaftaran tanah secara

sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan

secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar

dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan (Pasal 1 angka (10)

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997).Pendaftaran tanah secara sistematik

didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan diwilayah-wilayah yang

ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional.Dalam

melaksanakan tanah secara sistematik, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

dibantu oleh panitia ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri Negara Agraria atau Kepala

Badan Pertanahan Nasional.Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan

pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran

27

(12)

tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau

massal (Pasal 1 angka (11) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997).Dalam suatu

desa/kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sistematik,

maka pendaftaran tanahnya dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara

sporadik.Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang

berkepentingan.Pendaftaran tanah secara sporadik dapat dilakukan secara

perseorangan atau massal.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi :

(a). Pengumpulan dan pengolahan data fisik, untuk keperluan pengumpulan dan

pengolahan data fisik dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan. Kegiatan

tersebut meliputi :

1. Pembuatan peta dasar pendaftaran.

2. Penetapan batas bidang-bidang tanah.

3. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta

pendaftaran.

4. Pembuatan daftar tanah, daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar

yang memuat identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran (Pasal 1

angka (16) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997). Bidang-bidang tanah

yang sudah dipetakan atau dibubuhkan nomor pendaftarannya pada peta

pendaftaran dibukukan dalam daftar tanah. Bentuk, isi, cara pengisian,

penyimpanan dan pemeliharaan daftar tanah diatur oleh Menteri Negara

(13)

5. Pembuatan surat ukur, surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik

suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian (Pasal 1 angka (17)

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997).Bagi bidang-bidang tanah yang

sudah di ukur serta dipetakan dalam peta pendaftaran tanah, dibuatkan surat

ukur untuk keperluan pendaftaran haknya. Untuk wilayah-wilayah

pendaftaran tanah secara sporadik yang belum tersedia peta pendaftaran, surat

ukur, dibuat dari hasil pengukuran. Bentuk, isi, cara pengisian, penyimpanan

dan pemeliharaan surat ukur ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional.

(b). Pembuktian hak dan pembukuannya, kegiatan tersebut meliputi pembuktian hak

baru, pembuktian hak lama, pembukuan hak, penerbitan sertifikat, penyajian

data fisik dan data yuridis dan penyimpanan daftar umum dan dokumen.

2. Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah (Bijhouding atau Maintenance), yang

dimaksud dengan pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran

tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar

tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan

yang terjadi kemudian (Pasal 1 angka (12) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997 Tentang Pendaftaran Tanah).Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan

apabila terjadi perubahan data fisik atau data yuridis objek pendaftaran tanah yang

telah terdaftar. Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan data

fisik atau data yuridis tersebut kepada kantor pertanahan Kabupaten/Kota setempat

untuk dicatat dalam buku tanah. Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang

(14)

haknya (Pasal 1 angka (19) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah).Salah satu tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang ditetapkan

dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah, adalah untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang

terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang

bersangkutan. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum, kepada

pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah.

2. Penyelenggara Pendaftaran Tanah Dan Prosedur Pendaftaran Tanah Secara Sistematik

Terbitnya seritipikat hak milik nomor 1756 tertanggal 04 Oktober 2005, Surat

ukur tanggal 13 September 2005 seluas 1981 M2 (meter persegi) yang terletak di

Provinsi Sumatera Utara, Kecamatan Medan Tuntungan, Kelurahan Mangga, melalaui

mekanisme pendaftaran tanah secara sistematik. Dalam Pasal 1 angka (10) Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, menjelaskan tentang

pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali

yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang

belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran

tanah secara sistematik dilaksanakan melalui ajudikasi., yang dimaksud dengan ajudikasi

menurut Pasal 1 angka (8) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah, adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran

(15)

data yuridis mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah untuk keperluan

pendaftarannya.

Dalam melaksanakan pendaftaran tanah secara sistemtik, kepala kantor

pertanahan Kabupaten/Kota dibantu oleh panitia ajudikasi berdasarkan inisiatifnya,

pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik dibagi menjadi 2 yaitu :28

a. Pendaftaran tanah secara sistematik dalam rangka program pemerintah.

Pendaftaran tanah secara sistematik ini dilaksanakan oleh panitia ajudikasi yang

dibentuk oleh kepala badan pertanahan nasional.

b. Pendaftaran tanah secara sistematik dengan swadaya masyarakat.

Pendaftaran tanah secara sistematik ini dilaksanakan oleh panitia ajudikasi yang

dibentuk oleh kepala kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional.

Panitia ajudikasi adalah suatu kepanitian yang melakukan pendaftaran tanah

diawali desa demi desa, dan ketua panitia tersebut bukan langsung kepala kantor

pertanahan setempat tetapi suatu kepanitian tersendiri yang diangkat dari kalangan badan

pertanahan nasional.29

28

Urip Santoso - I, Op-cit. 138. 29

A.P. Parlindungan, Op-cit. hal. 84

Mengingat pendaftaran tanah secara sistematik pada umumnya

bersifat massal dan besar-besaran, maka dalam melaksanakannya kepala kantor badan

pertanahan Kabupaten/Kota perlu dibantu oleh panitia yang khusus dibentuk untuk itu,

sehingga dengan demikian tugas rutin kantor pertanahan Kabupaten/Kota tidak

(16)

Susunan panitia ajudikasi dalam rangka pelaksanaan pendaftaran tanah secara

sistematik, adalah :30

a. Seorang ketua panitia merangkap anggota, yang dijabat oleh pegawai Badan

Pertanahan Nasioanl (BPN) yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan di

bidang pendaftaran tanah dan/atau hak-hak atas tanah, yang tertinggi pangkatnya

diantara para anggota panitia.

b. Seorang wakil ketua I merangkap anggota, yang dijabat oleh pegawai Badan

Pertanahan Nasioanl (BPN) yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan

dibidang pendaftaran tanah.

c. Seorang wakil ketua II merangkap anggota, yang dijabat oleh pegawai Badan

Pertanahan Nasioanl (BPN) yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan

dibidang hak-hak atas tanah.

d. Kepala desa/kepala kelurahan yang bersangkutan atau pamong desa/kelurahan

yang ditunjuk sebagai anggota.

e. Keanggotan panitia ajudikasi dapat ditambah dengan seorang yang dianggap

mengetahui data yuridis bidang-bidang tanah dilokasi pendaftaran tanah secara

sistematik, misalnya anggota tetua adat, kepala dusun, dan atau kepala

lingkungan setempat.

f. Satuan tugas pengukuran dan pemetaan.

Satuan tugas pengukuran dan pemetaan terdiri dari beberapa petugas ukur, dan

dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa orang pembantu petugas

ukur.

30

(17)

g. Satuan tugas pengumpul data yuridis.

Susunan satuan tugas pengumpul data yuridis terdiri dari :

1. seorang pegawai Badan Pertanahan Nasioanl (BPN) yang mempunyai

pengetahuan di bidang hak-hak atas tanah.

2. seorang pegawai Badan Pertanahan Nasioanl (BPN) yang mempunyai

pengetahuan di bidang pendartaran tanah.

3. seorang anggota pemerintahan desa/kelurahan dari wilayah yang

bersangkutan.

h. Satuan tugas administrasi.

Satuan tugas administrasi terdiri dari seorang atau beberapa orang petugas tata

usaha dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu beberapa orang pembantu tata

usaha.

Kemudian tugas dan wewenang panitia ajudikasi diatur dalam Pasal 52 sampai

dengan Pasal 54 Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997, yaitu:

a. Tugas dan wewenang panitia ajudikasi antara lain menyiapkan rencana kerja

ajudikasi secara terperinci, mengumpulkan data fisik dan dokumen asli data

yuridis semua bidang tanah yang ada di wilayah yang bersangkutan serta

memberikan tanda penerimaan dokumen kepada pemegang hak atau kuasanya,

menyelidiki riwayat tanah dan menilai kebenaran alat bukti pemilikan atau

penguasaan tanah, mengumumkan data fisik dan data yuridis yang sudah

dikumpulkan, membantu menyelesaikan ketidaksepakatan atau sengketa antara

pihak-pihak yang bersangkutan mengenai data yang diumumkan, mengesahkan

(18)

dasar pembukuan hak atau pengusulan pemberian hak, menerima uang

pembayaran, mengumpulkan dan memelihara setiap kuitansi bukti pembayaran

dan penerimaan uang yang dibayarkan oleh mereka yang berkepentingan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku, melaporkan laporan secara periodik dan

menyerahkan hasil kegiatan panitia ajudikasi kepada kepala kantor pertanahan

kabupaten/kota, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan secara khusus

kepadanya, yang berhubungan dengan pendaftaran tanah secara sistematik di

lokasi yang bersangkutan.

b. Tugas dan wewenang ketua panitia ajudikasi antara lain memimpin dan

bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan program kegiatan ajudikasi,

mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan kantor pertanahan

kabupaten/kota dan instansi terkait, memberikan pengarahan pelaksanaan

kegiatan termasuk penyuluhan awal di Rukun Tetangga (RT), berdasarkan berita

acara pengesahan pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah meliputi :

a. Menegaskan konversi hak atas tanah;

b. Menandatangani penetapan pengakuan hak;

c. Mengusulkan pemberian hak atas tanah negara;

1. Atas nama kepala kantor pertanahan kabupaten/kota menandatangani buku

tanah dan sertipikat serta mengesahkan peta pendaftaran;

2. Atas nama kepala seksi pengukuran dan pendaftaran tanah menandatangani

(19)

3. Atas nama kepala kantor pertanahan kabupaten/kota mendaftar peralihan dan

pembebanan hak atas tanah yang telah terdaftar dalam rangka pelaksanaan

pendaftaran tanah secara sistematik sebelum warkah-warkah hak yang

bersangkutan diserahkan kepada kepala kantor pertanahan kabupaten/kota;

4. Menandatangani dokumen penyerahan hasil kegiatan panitia ajudikasi kepada

kepala kantor pertanahan kabupaten/kota;

c. Tugas wakil ketua I adalah membantu ketua panitia ajudikasi dalam

mengoordinasikan pelaksanaan tugas pengumpulan data fisik dan penatausahaan

pendaftaran tanah, membantu ketua panitia ajudikasi dalam pemeriksaan fisik

bidang-bidang tanah, membuat kesimpulan hasil pengukuran dan pemetaan,

memeriksa sengketa mengenai batas dan luas tanah, meneliti daftar tanah dan

memeriksa luas, menyiapkan buku tanah, surat ukur, dan peta-peta tanah

setempat, memeriksa peta dan surat ukur, menginventarisir permasalahan

khususnya mengenai data fisik bidang-bidang tanah, membuat laporan hasil

kegiatan secara berkala, mengontrol pengukuran batas tanah, bersama wakil

ketua II menyiapkan pelaksanaan pengumuman (penerbitan dan penempelan di

papa pengumuman, menyiapkan konsep penetapan konversi dan pengakuan hak

atas tanah, menyiapkan peta pendaftaran, memeriksa surat ukur, memeriksa buku

tanah, sertipikat, daftar nama, dan peta pendaftaran, menyiapkan daftar tanah

Negara,.

d. Tugas wakil ketua II adalah membantu ketua panitia ajudikasi dalam

mengoordinasikan pelaksanaan tugas pengumpulan data yuridis, supervisi

(20)

membantu ketua panitia ajudikasi dalam pemeriksaan data yuridis bidang-bidang

tanah, membuat kesimpulan hasil pengumpulan data yuridis, membantu

menyelesaikan sanggahan mengenai data yuridis, membuat kesimpulan dan

laporan setelah pengumuman , bersama wakil ketua I menyiapkan pelaksanaan

pengumuman (penerbitan dan penempelan di papan pengumuman),

menginventarisir permasalahan umum hak atas tanah, supervisi nama pemilik

pada buku tanah, menyiapkan usul pemberian hak atas tanah Negara, menyiapkan

konsep keputusan pemberian hak atas tanah.

e. Tugas satuan tugas pengukuran dan pemetaan, yaitu menetapkan batas bidang

tanah dalam hal satuan tugas pengukuran dan pemetaan adalah pegawai Badan

Pertanahan Nasional (BPN), melaksanakan pengukuran batas bidang tanah,

membuat gambar ukur, membuat peta bidang tanah, membuat daftar tanah,

membuat peta pendaftaran, membuat surat ukur.

f. Tugas satuan tugas pengumpul data yuridis, yaitu melakukan pemeriksaan

bidang-bidang tanah dan menetapkan batas-batasnya, membuat sket (gambar

kasar) bidang-bidang tanah jika belum tersedia peta bidang tanah tersebut,

melakukan penyelidikan riwayat tanah dan menarik surat-surat bukti pemilikan

atau penguasaan tanah yang asli dan memberikan tanda terima, membuat daftar

bidang-bidang tanah yang telah di ajudikasi, membuat laporan pelaksanaan

pekerjaan setiap minggu, menyiapkan pengumuman mengenai data yuridis,

menginventarisasi sanggahan/keberatan dan penyelesaiannya, menyiapkan data

(21)

g. Tugas satuan tugas administrasi, yaitu melaksanakan tugas pengetikan,

penggandaan dokumen, penerimaan surat-surat umum dan pemberian tanda

terimanya dan pekerjaan administrasi lainnya, menyiapkan laporan ke kantor

pertanahan kabupaten/kota setempat, kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional

(BPN) provinsi dan unit kerja lain yang dianggap perlu, menyiapkan daftar hadir,

mengatur rumah tangga panitia ajudikasi, membuat laporan hasil rapat panitia

ajudikasi, menyiapkan laporan hasil kegiatan secara berkala, membuat evaluasi

untuk laporan hasil kegiatan secara berkala.

Prosedur dalam pendaftaran tanah secara sistematik, pihak penyelanggara yakni

Badan Pertanahan Nasional (BPN) mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, adapun itu :

a. Adanya suatu renca kerja (Pasal 13 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah). Dalam hal ini, pendaftaran tanah secara

sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja yang dilaksanakan di

wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria.

b. Pembentukan panitia ajudikasi (Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997 tentang Pendaftaran Tanah). Dalam melaksanakan pendaftaran tanah secara

sistematik, kepala kantor pertanahan kabupaten/kota dibantu oleh panitia

ajudikasi yang dibentuk oleh oleh Menteri Negara Agraria atau pejabat yang

ditunjuk.

c. Pembuatan peta dasar pendaftaran (Pasal 15 dan 16 Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah). Kegiatan pendaftaran tanah secara

(22)

peta dasar pendaftaran, BPN menyelanggarakan pemasangan, pengukuran,

pemetaan, dan pemeliharaan titik-titik dasar teknik nasional disetiap

kabupaten/kota. Pengukuran untuk pembuatan peta dasar pendafataran diikatkan

dengan titik-titik dasar teknik nasional sebagai kerangka dasarnya. Jika suatu

daerah tidak ada atau belum ada titik-titik dasar teknik nasional, dalam

melaksanakan pengukuran untuk pembuatan peta dasar pendaftaran dapat

digunakan titik dasar teknik lokal yang bersifat sementara, yang kemudian

diikatkan dengan titik dasar teknik nasional. Peta dasar pendaftaran menjadi dasar

untuk pembuatan peta pendaftaran.

d. Penetapan batas bidang-bidang tanah (Pasal 17 sampai dengan Pasal 19 Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah).

Dalam memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah,

bidang-bidang tanah yang akan dipetakan diukur, setelah ditetapkan letaknya,

batas-batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda batas disetiap sudut

bidang tanah yang bersangkutan.

e. Pembuatan peta dasar pendaftaran (Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah). Bidang-bidang tanah yang sudah

ditetapkan batas-batasnya diukur dan selanjutnya ditetapkan dalam peta dasar

pendaftaran.

f. Pembuatan daftar tanah (Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah). Bidang atau bidang-bidang tanah yang sudah

dipetakan atau dibubuhkan nomor pendaftarannya pada peta pendaftaran

(23)

g. Pembuatan surat ukur (Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah). Bagi bidang-bidang tanah yang sudah diukur serta

dipetakan dalam peta pendaftarannya, dibuatkan surat ukur untuk keperluan

pendaftaran haknya.

h. Pengumpulan dan penelitian data yuridis.

i. Pengumuman hasil penelitian data yuridis dan hasil pengukuran (Pasal 26 dan 27

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah). Hasil

pengumuman dan penelitian data yuridis beserta peta bidang atau bidang-bidang

tanah yang bersangkutansebagai hasil pengumuman diumumkan selama 30 hari

untuk memberi kesempatan kepada pihak yang berkepentingan mengajukan

keberatan. Pengumuman dilakukan di kantor panitia ajudikasi dan kantor kepala

desa/kelurahan letak tanah yang bersangkutan serta di tempat lain yang dianggap

perlu.

j. Penegasan hasil pengumuman penelitian data fisik dan data yuridis Pasal 28

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah). Setelah

jangka waktu pengumuman berakhir (lewat dari 30 hari), data fisik dan data

yuridis yang diumumkan tersebut oleh panitia ajudikasi dalam pendaftaran tanah

sistematik disahkan dengan berita acara.

k. Pembukuan hak (Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah). Setelah melalui mekanisme pengumpulan data fisik dan data

yuridis maka data tersebut dibukukan menjadi buku tanah sebagai dasar untuk

(24)

l. Penerbitan sertipikat (Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah). Penerbitan diterbitkan untuk kepentingan pemegang

hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah

terdaftar dalam buku tanah. Sertipikat diterbitkan oleh kantor pertanahan

kabupaten/kota setempat yang ditanda-tangani oleh ketua panitia ajudikasi atas

nama kepala kantor pertanahan kabupaten/kota.

Dari uraian di atas bahwa sudah jelas ada tahapan-tahapan dalam proses

pendaftran tanah secara sistematik menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah. Apabila dalam proses penerbitan sertifikat melalui

pendaftaran tanah secara sistematik tidak sesuai dengan ketentuan yang sebagaimana

harusnya maka tindakan penerbitan sertipikat tersebut dapat dikatakan sebagai cacat

yuridis maupun cacat prosedur.

Kemudian prosedur pendaftaran tanah secara sistematik menurut ketentuan

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (Permen

Agraria/Kepala BPN) Nomor 3 tahun 1997, sebagai berikut :31

a. Penetapan lokasi (Pasal 46 Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3 tahun 1997).

Menteri negara agaria menetapkan lokasi pendaftaran tanah secara sistematik atas

usul dari kepala kantor wilayah pertanahan nasional provinsi. Satuan lokasi

pendaftaran tanah secara sistematik adalah seluruh atau sebagian wilayah

desa/kelurahan.

b. Persiapan (Pasal 47 Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3 tahun 1997). Setelah

lokasi pendaftaran tanah secara sistematik ditetapkan, kepala kantor pertanahan

31

(25)

kabupaten/kota setempat menyiapkan peta dasar pendaftaran, berupa peta dasar

yang berbentuk peta garis atau peta poto. Peta dasar pendaftaran telah memuat

pemetaan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar haknya dalam bentuk peta

grafis.Apabila karena alasan teknis pembuatan peta indeks grafis tersebut tidak

dapat dilaksanakan sebelum dilakukan pendaftaran tanah secara sistematik,

pemetaan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar tersebut dilakukan bersamaan

dengan pemetaan bidang-bidang tanah hasil pengukuran bidang tanah secara

sistematik.

c. Pembentukan panitia ajudikasi (Pasal 48 Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3

tahun 1997). Panitia ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik yang

dilaksanakan dalam rangka program pemerintah dan satgas yang membantunya

dibentuk oleh menteri negara agraria untuk setiap desa/kelurahan yang sudah

ditetapkan sebagai lokasi pendaftaran tanah secara sistematik.Panitia ajudikasi

dalam pendaftaran tanah secara sistematik yang dilaksanakan dengan swadaya

masyarakat dan satgas yang membantunya dibentuk oleh Kepala Kantor Wilayah

Badan Pertanahan Nasional Provinsi.

d. Penyelesaian permohonan yang ada pada saat mulanya pendaftaran tanah secara

sistematik ( Pasal 55 Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3 tahun 1997).

Penyelesaian permohonan hak dan pendaftaran hak yang berasal dari konversi

mengenai bidang tanah dalam lokasi pendaftaran tanah secara sistematik yang

pada saat panitia ajudikasi diambil sumpahnya belum selesai pengurusannya,

(26)

1. Permohonan hak yang sudah diperiksa oleh panitia pemeriksaan tanah,

penyelesaiannya dilakukan oleh kepala kantor pertanahan kabupaten/kota,

kepala kantor wilayah badan pertanahan nasional provinsi dan/atau menteri

negara agrarian/kepala badan pertanahan nasional sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

2. Permohonan pendaftaran hak yang berasal dari konversi yang sudah selesai

diumumkan, penyelesaiannya dilakukan oleh kepala kantor pertanahan

kabupaten/kota, kepala kantor wilayah badan pertanahan nasional provinsi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Permohonan yang tidak termasuk angka 1 dan 2 berkasnya disampaikan oleh

kepala kantor pertanahan kabupaten/kota kepada ketua ajudikasi untuk

diselesaikan menurut Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3 tahun 1997.

Proses permohonan hak dan pendaftaran asal konversi hak-hak lama wajib

diberitahukan oleh kepala kantor pertanahan kabupaten/kota kepada ketua

ajudikasi dan sesuai dengan keperluannya diserahkan warkat-warkat.

e. Penyuluhan (Pasal 56 Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3 tahun 1997).

Sebelum dimulainya ajudikasi, diadakan penyuluhan di wilayah atau bagian

wilayah desa/kelurahan yang bersangkutan mengenai pendaftaran tanah secara

sistematik oleh kepala kantor pertanahan kabupaten/kota setempat dibantu panitia

ajudikasi berkoordinasi dengan instansi yang terkait, yaitu :

1. Pemerintah Kabupaten/Kota setempat.

2. Dinas/Kantor Penerangan (informasi fan komunikasi) Kabupaten/Kota

(27)

3. Kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan.

4. Instansi lain yang dianggap perlu.

Penyuluhan bertujuan memberitahukan kepada pemegang hak atau kuasanya atau

pihak lain yang berkepentingan bahwa di desa/kelurahan tersebut akan

diselenggarakan pendaftaran tanah secara sistematik dan tujuan serta manfaat

yang akan diperoleh dari hasil pendaftaran tanah tersebut.Pemegang hak atas

tanah atau kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan diberitahukan mengenai

kewajiban dan tanggung jawabnya untuk :

1. Memasang tanda-tanda batas pada bidang tanahnya sesuai ketentuan yang

berlaku.

2. Berada di lokasi pada saat panitia ajudikasi melakukan pengumpulan data

fisik dan data yuridis.

3. Menunjukkan batas-batas bidang tanahnya kepada panitia ajudikasi.

4. Menunjukkan bukti pemilikan atau penguasaan tanahnya kepada panitia

ajudikasi.

5. Memenuhi persyaratan yang ditentukan bagi pemegang hak atau kuasanya

atau selaku pihak lain yang berkepentingan.

Kemudian kepada pemegang hak atau kuasanya atau pihak lain

yangberkepentingan diberitahukan jadwal pelaksanaan pendaftaran tanah secara

sistematik, antara lain :

a.saat dimulainya dan selesainya pendaftaran tanah secara sistematik. b. saat akan dilakukan penetapan batas dan pengukuran bidang tanah.

f. Pengumpulan data fisik (Pasal 57 dan Pasal 58 Permen Agraria/Kepala BPN

(28)

bidang-bidang tanah, terlebih dahulu dilakukan penetapan batas-batas bidang-bidang tanah dan

pemasangan tanda-tanda atas tanah yang menjadi objek pendaftaran tanah secara

sistematis. Apabila pengukuran bidang-bidang tanah dilaksanakan oleh pegawai

BPN, penetapan batas dilakukan oleh satuan tugas pengukuran dan pemetaan atas

nama ketua panitia ajudikasi, dan apabila pengukuran bidang-bidang tanah

dilaksanakan oleh pihak ketiga, penetapan batas bidang tanah dilaksanakan oleh

satuan tugas pengumpulan data yuridis atas nama panitia ajudikasi.Penetapan

batas bidang tanah dilakukan setelah dilakukan sesuai dengan jadwal yang

disampaikan kepada masyarakat. Setelah penetapan batas dan pemasangan

tanda-tanda batas selesai dilaksanakan, maka dilakukan kegiatan pengukuran dan

pemetaan bidang-bidang tanah.

g. Pengumpulan dan penelitian data yuridis (Pasal 59 sampai dengan Pasal 62

Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997). Untuk keperluan penelitian

data yuridis bidang-bidang tanah dikumpulkan alat-alat bukti mengenai

kepemilikan atau penguasaan tanah, baik bukti tertulis maupun tidak tertulis

berupa keterangan saksi dan/atau keterangan yang bersangkutan, yang

ditunjukkan oleh pemegang hak atas tanah atau kuasanya atau pihak lain yang

berkepentingan kepada panitia ajudikasi.

h. Pengumuman data fisik dan data yuridis dan pengesahan (Pasal 63 dan Pasal 64

Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997). Rekapitulasi data yuridis

yang sudah dituangkan di dalam risalah penelitian data yuridis dan penetapan

batas mengenai bidang tanah yang sudah dipetakan dalam peta

(29)

i. Penegasan konversi, pengakuan hak, dan pemberian hak (Pasal 65 dan Pasal 66

Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997).

j. Pembukuan hak (Pasal 67 dan Pasal 68 Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3

Tahun 1997).

k. Penerbitan sertifikat (Pasal 69 dan Pasal 71 Permen Agraria/Kepala BPN Nomor

3 Tahun 1997).

Dari uraian menurut Permen Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 sebagai

aturan pelaksana dari PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah menjelaskan

lebih terperinci lagi tentang prosedur pendaftaran tanah secara sistematik, maka aturan

yang sebagai acuan pihak BPN dalam proses pendaftaran tanah secara sistematik tersebut

harus benar-benar dijadikan sebagai pedoman dalam proses pendaftarannya agar

keputusan yang mereka keluarkan dapat mereka pertanggung jawabkan sebagaimana

mestinya yang tidak bertentangan dengan asas-asas pemerintahan yang baik.

3. Sistem Publikasi dalam Pendaftaran Tanah

Sistem publikasi dalam pendaftaran tanah dikalangan para ahli disebutjuga

dengan sistem pendaftaran tanah, namun menurut Boedi Harsono keduaistilah tersebut

memiliki pengertian yang berbeda. Sistem pendaftaran tanah mempermasalahkanapa

yang didaftarkan, bentuk penyimpangan dan penyajiandata yuridisnya serta bentuk tanda

bukti haknya. Sistem pendaftaran tanah terdiridari registration of deeds (sistem

pendaftaran akta atau perbuatan hukum) danregistration of titles (sistem pendaftaran hak

atau hubungan hukum).32

32

Arie S. Hutagalung,Hukum Pertanahan di Belanda dan Indonesia, (Denpasar : PustakaLarasan, 2012), hal. 242.

(30)

penyajian data yangdihimpun secara terbuka dan disajikan dalam tanda bukti hak sebagai

informasibagi masyarakat yang akan melakukan perbuatan hukum atas tanah yang

telahdidaftrkan tersebut. Sistem publikasi dalam pendaftaran tanah dikenal ada 2 (dua)

macam, yaitu sistem publikasi positif dan sistem publikasi negatif.

1). Sistem Publikasi Positif

Sistem publikasi positif dalam pendaftaran tanah menandakan bahwa sertipikat

merupakan surat tanda bukti hak yang bersifat mutlak, dalam artianbahwa pendaftaran

tanah yang dilakukan oleh orang adalah benar, sehinggaapabila ada pihak-pihak yang

merasa dirugikan akibat diterbitkannya suatu sertipikat, maka pihak tersebut tidak dapat

menuntut perbuatan hukum yangterjadi pendaftaran hak atas tanah tersebut, dan dalam

keadaan tertentu pihakketiga yang dirugikan tersebut akan diberikan kompensasi dalam

bentuk yang lain, dengan kata lain bahwa negara memberikan jaminan bahwa

pendaftarantanah yang dilakukan tersebut sudah dilakukan dengan benar. Cara

pengumpulan data padasistem positif ialah pendaftaran “title” atau hubungan hukum

yang kongkrityaitu haknya.Adapun ciri-ciri sistem publikasi positif dalam pendaftaran

tanah yaitu:

a. Sistem pendaftaran tanah menggunakan sistem pendaftaran hak(registration of

titles).

(31)

b. Sertipikat yang diterbitkan sebagai tanda bukti hak yang bersifat mutlak,yaitu

data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam sertipikat tidakdapat diganggu

gugat dan memberikan kepercayaan yang mutlak padabuku tanah.

c. Negara sebagai pendaftar menjamin bahwa data fisik dan data yuridisdalam

pendaftaran tanah adalah benar.

d. Pihak ketiga yang memperoleh tanah dengan itikad baik

mendapatkanperlindungan hukum yang mutlak.

e. Pihak lain yang dirugikan atas diterbitkannya sertipikat mendapatkankompensasi

dalam bentuk lain.

f. Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah membutuhkan waktu yang lama,petugas

pendaftaran tanah melaksanakan tugasnya dengan sangat telitidan biaya relatif

lebih besar.33

Sistem publikasi negatif dalam pendaftaran tanah mempunyai maknabahwa data

yang disajikan dalam pendaftaran belum tentu benar adanya,dengan kata lain bahwa

negara tidak jaminan tentang kebenaran data yangdisajikan dalam pendafataran.

Sehingga apabila ada pihak yang keberatan ataspendaftaran hak atas tanah, maka

dimungkinkan adanya gugatan dari pihak lainyang dapat membuktikkan bahwa ia

merupakan pemegang hak yangsebenarnya. Terkait dengan sistem publikasi negatif

pendaftaran tanah Arie S.Hutagalung menyatakan bahwa dalam sistem publikasi negatif

ini, negara hanya secara pasif menerimaapa yang dinyatakan oleh pihak yang meminta

pendaftaran, oleh karenaitu sewaktu-waktu dapat digugat oleh orang yang merasa lebih 2) Sistem Publikasi Negatif

33

(32)

berhakatas tanah itu, pihak yang memperoleh tanah dari orang yang sudah terdaftarpun

tidak dijamin, walaupun dia memperoleh tanah itu denganiktikad baik.34

d. Pihak lain yang dirugikan atas diterbitkannya sertipikat dapatmengajukan keberatan

kepada penyelenggara pendaftaran tanah untuk membatalkan sertifikat ataupun

gugatan ke pengadilan untuk memintaagar sertipikat dinyatakan tidak sah.

Ada beberapa ciri dari pendaftaran tanah yang menganut sistem publikasi negatif,

adapun itu :

a. Sistem pendaftaran tanah mengunakan sistem pendaftaran akta(registration of deed);

b. Sertipikat yang diterbitkan sebagai tanda bukti hak bersifat kuat, yaitudata fisik dan

data yuridis yang tercantum dalam sertipikat dianggap benar sepanjang tidak

dibuktikan sebaliknya oleh alat bukti lain;

c. Negara sebagai pendaftar tidak menjamin bahwa data fisik dan datayuridis dalam

pendaftaran tanah adalah benar;

35

Dari kedua cirri sistem pendaftaran tanah yang diuaraikan di atas tersebut,

Negara Indonesia menganut sistem publikasi negatif dalam pendaftaran tanah, yang

mana pemerintah tidak menjamin tentang kebenaran data yang disajikan dalam

pendaftaran tanah tersebut karena masih memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan untuk dapat membuktikan kepemilikannya atas tanah tersebut dengan

menggugatnya ke Pengadilan seperti yang terjadi pada putusan Mahkamah Agung

Nomor 140 K/TUN/2014, yang mana pihak penggungat dalam proses pengadilan dapat

menunjukkan bukti-bukti kepemilikannya terhadap tanah tersebut, sehingga majelis

34

Ibid, hal. 266

35

(33)

hakim berpendapat bahwa si penggugatlah sebagai pemilik yang sah atas tanah tersebut.

Terbitnya sertipikat hak milik yang disengketakan pada putusan tersebut didasari dengan

adanya akta pemisahan dan pembagian hak waris dan surat kuasa, yang mana isi dari

akta tersebut memberikan bagian penggugat kepada tergugat dan penggugat memberikan

kuasa kepada tergugat untuk pengurusan sertipikat ke atas nama tergugat. Berdasarkan

adanya akta tersebut pihak Badan Pertanahan Nasional Kota Medan menerbitkan

sertipikat hak milik atas tanah tersebut atas nama pemohon, namun akibat dari penerbitan

tersebut ada pihak tergugat keberatan atas penerbitan sertipikat tersebut dan pihak

penggugat mengajukan gugatan atas terbitnya sertipikat hak milik atas tanah tersebut.

C. Faktor Yang Menyebabkan Pembatalan Sertipikat Hak Milik Yang Sedang Dibebani Hak Tanggungan Dibatalkan Pengadilan Pada Putusan Mahkamah Agung, Nomor 140 K/TUN/2011

Pembatalan sertipikat hak milik pada putusan mahkamah agung, nomor 140

K/TUN/2011), yang mendasari terjadinya pembatalan sertipikat hak milik atas tanah yang

disengketakan adalah ketika dalam proses persidangan, pihak BPN tidak dapat

menunjukkan suatu alat bukti surat yang menunjukkan adanya suatu susunan panitia

ajudikasi yang dibentuk dalam rangka proses penerbitan sertipikat hak milik atas tanah

melalui pendaftaran tanah secara sistematik, padahal dalam Pasal 8 ayat (1) dan (2)

Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah menjelaskan

bahwa dalam melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik, Kepala Kantor

Pertanahan dibantu oleh panitia ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang

ditunjuk dan susunan panitia ajudikasi terdiri dari :

a. seorang ketua panitia, merangkap anggota yang dijabat oleh seorang

(34)

b. beberapa anggota yang terdiri dari :

1. seorang pegawai BPN yang mempunyai kemampuan pengetahuan di

bidang pendaftaran tanah;

2. seorang pegawai BPN yang mempunyai kemampuan pengetahuan di

bidang hak-hak atas tanah;

3. Kepala Desa/Kelurahan yang bersangkutan dan atau seorang Pamong

Desa/Keluraha yang ditunjuknya;

Panitia ajudikasi merupakan suatu kepanitian yang melakukan pendafataran tanah

dengan cara sistematik dan peran dari panitia ajudikasi tersebut adalah membantu Kepala

Kantor sehingga dengan demikian tugas rutin Kantor Pertanahan tidak terganggu, karena

pendaftaran tanah secara sistematik pada umumnya bersifat massal dan besar-besaran.

Kemudian dikuatkan dengan keterangan saksi yang menyatakan tidak pernah dilakukan

suatu kegiatan pengukuran oleh petugas Badan Pertanahan Nasional Kota Medan melalui

tim ajudikasinya terhadap objek pendaftaran tanah tersebut dan perbuatan tersebut

merupakan suatu tindakan yang melanggar ketentuan yang berlaku karena sebelum

menerbitkan sertipikat hak atas tanah terdapat tahapan/prosedur/mekanisme yang harus

dilakukan oleh pihak Badan Pertanahan Nasional Kota Medan yaitu meliputi

pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis, sebagaimana yang

dijelaskan pada Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang

Pendaftaran tanah yang menjelaskan bahwa kegiatan tanah untuk pertama kali meliputi :

a. pengumpulan dan pengolahan data fisik; b. pembuktian hak dan pembukuannya; c. penerbitan sertipikat;

d. penyajian data fisik dan yuridis;

(35)

Berdasarkan ketentuan di atas seharusnya pihak Badan Pertanahan Nasional Kota

Medan sebelum menerbitkan sertipikat hak milik atas tanah tersebut harus melakukan

suatu pengukuran untuk mengetahui luas dan batas-batas serta keadaan fisik atas objek

tersebut agar tidak terjadi suatu permasalahan dibelakang hari setelah terbitnya sertipikat

tersebut. Selanjutnya dalam proses persidangan pihak Badan Pertanahan Nasional Kota

Medan tidak ada mengajukan alat bukti berupa penetapan batas-batas dan pengumuman

dari hasil penyelidikan riwayat tanah sehingga tidak memberikan kesempatan bagi

orang-orang yang berkepentingan untuk mengajukan keberatan, hal tersebut tidak sesuai dengan

ketentuan yang ada pada Pasal 26 Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah yang memerintahkan bahwa daftar isian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 25 beserta peta bidang atau bidang-bidang tanah yang bersangkutan sebagai hasil

pengukuran di umumkan selama 30 hari dalam pendaftaran tanah secara sistematik.

Pengumuman yang harus dilakukan pada saat proses penerbitan sertipikat tersebut sangat

berguna untuk mengetahui kebenaran data fisik dan yuridis dari riwayat tanah tersebut

sehingga apabila terjadi suatu permasalahan terhadap tanah tersebut, dengan adanya suatu

lembaga pengumuman memberikan kesempatan kepada pihak lain yang merasa keberatan

diterbitkan sertipikat hak atas tanah tersebut. Pihak Badan Pertanahan Nasional Kota

Medan dalam menerbitkan sertipikat yang menjadi objek sengketa tersebut telah

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan asas-asas umum

pemerintahan yang baik khususnya atas kecermatan sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 53 ayat (2) huruf a dan b Undang-Undang nomor 9 tahun 2004 tentang Peradilan

Tata Usaha Negara yang berbuyi bahwa alasan-alasan yang dapat digunakan dalam

(36)

a. keputusan TUN yang digugat itu bertentangan dengan peraturan

perundangan-undangan yang berlaku;

b. keputusan TUN yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum

pemerintahan yang baik;

sehingga akibat dari perbuatan tersebut pihak Badan Pertanahan Nasioan Kota Medan

telah merugikan kepentingan pihak para penggugat.

Proses penerbitan sertipikat hak milik nomor 1756 tertanggal 04 Oktober 2005,

Surat ukur tanggal 13 September 2005 seluas 1981 M2 (meter persegi) yang terletak di

Provinsi Sumatera Utara, Kecamatan Medan Tuntungan, Kelurahan Mangga, melalaui

mekanisme pendaftaran tanah secara sistematik seharusnya memiliki

tahapan/prosedur/mekanisme sebagaimana yang diatur dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan yang tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, maka berdasarkan

tindakan tersebut majelis hakim berpendapat bahwa penerbitan sertipikat hak milik

Referensi

Dokumen terkait

Sustainability Menegement sebagai Solusi keberlanjutan program PUAP di Gapoktan Sigampa Desa Kaleke Kecamatan Dolo Barat terkait dengan pengelolaan program PUAP

Keputusan konsumen untuk menginap tergolong tinggi, walaupun indikator tingkat prioritas Serrata Hotel sebagai pilihan menginap dan keinginan responden

Dari hasil statistik interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman umur 4, 5, dan 6 mst, jumlah daun umur 3 mst, tetapi tidak berpengaruh

Hasil penelitian Habib (2008) tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saeedi dan Ebrahimi (2010) yang melakukan penelitian terhadap

Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh Indonesia yaitu ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah yaitu kayu, ongkos produksi yang jauh lebih murah, dan

Leher Burung: didominasi oleh struktur berarah Utara- Barat Laut (Jalur Perlipatan Lengguru, LFB), yang berhenti pada tinggian Kemum pada daerah Kepala Burung.. Tubuh

Sedangkan akad perjanjian bagi hasil penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan dan juragan di Desa Morodemak Kecamatan Bonang adalah sah menurut hukum Islam karena

“ Entah kenapa, tiba-tiba Kugy merasa Noni bukanlah orang yang tepat untuk diajak bicara masalah ini, tidak dengan adanya proyek percomblangan yang sepertinya betul-betul diseriusi