• Tidak ada hasil yang ditemukan

Front Matter Vol.13, No.1 Jun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Front Matter Vol.13, No.1 Jun 2017"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BALABA

ARTIKEL

Faktor Lingkungan dan Perilaku yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Panyabungan Mandailing Natal Sumatera Utara Ahmad Faizal Rangkuti,Sulistyani, Nur Endah W/

Gambaran Angka Prevalensi Mikrofilaria di Kabupaten Banyuasin Pasca Pengobatan Massal Tahap III Reni / Oktarina, Santoso, Yulian Taviv

Hubungan antara Konsentrasi Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum burmannii Nees Ex Bl.)dalam Lotion dengan Sifat Fisik dan Tingkat Kesukaan Konsumen/Erwan Kurnianto, Nining Sugihartini, Laela Hayu Nurani

Parameter Entomologi pada Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Tinggi dan Rendah di Jawa Tengah (Studi di Kabupaten Kudus dan Wonosobo)/ Bina Ikawati, Bondan Fajar Wahyudi, Novia Tri Astuti, Sunaryo

Preferensi Aedes aegypti Meletakkan Telur pada Berbagai Warna Ovitrap di Laboratorium Made Agus / Nurjana, Ade Kurniawan

Pengobatan Malaria Kombinasi Artemisinin (ACT) i Provinsi Papua Barat d Tahun 2013 Revi Rosavika / Kinansi, Rika Mayasari, Diana Andriyani Pratamawati

Perbandingan Indeks Larva Vektor Demam Berdarah Dengue Pra dan Paska-Intervensi di Kota Prabumulih/ Hotnida Sitorus, Yulian Taviv, Anif Budiyanto, Lasbudi P. Ambarita, Milana Salim, Rika Mayasari

Daya Saing Kawin Nyamuk Jantan Steril (Culex quinquefasciatus) Skala Laboratorium: Studi wal A Penggunaan Teknik Serangga Mandul dalam Pengendalian Vektor Filariasis imfatik Kota Pekalongan/ L di Tri Ramadhani, Upik Kusuma Hadi , Susi Soviana, Zubaidah Irawati, Sunaryo

Kriptosporidiosis di Indonesia/ Tri Wijayanti

Saluran Air Tertutup Sebagai Faktor Penekan Populasi Tikus i Daerah Bekas Fokus Pes Cangkringan d Sleman Yogyakarta Sukismanto, Lupita Chairunnisa, Indah Werdiningsih/

JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG

BANJARNEGARA

VOLUME 1 NO.

3

1 JUNI

201

7

ISSN 1858-0882

E-ISSN 2338-9982

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG

(BALAI LITBANG P2B2) - BANJARNEGARA

Jl. Selamanik No. 16 A Banjarnegara 53415

balaba_banjarnegara@yahoo.com

(2)

Pemimpin Redaksi (Editor In Chief):

Rr. Anggun Paramita Djati, SKM, MPH

Anggota Dewan Redaksi (Editors):

Sunaryo, SKM, M.Sc (Geografi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Indonesia)

Asyhar Tunissea, SKM, M.Kes (Kesehatan Lingkungan, Badan Litbang Kesehatan, Indonesia) Bina Ikawati, SKM, M.Kes (Kesehatan Lingkungan, Badan Litbang Kesehatan, Indonesia) Tri Isnani, S.Sos (Perilaku Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Indonesia)

Dyah Widiastuti, S.Si, M.Sc (Biologi Molekuler, Badan Litbang Kesehatan, Indonesia) Dewi Marbawati, S.Si (Biologi Molekuler, Badan Litbang Kesehatan, Indonesia) Zumrotus Sholichah, SKM (Epidemiologi, Badan Litbang Kesehatan, Indonesia)

Redaksi Pelaksana (Management Board):

Puji Astuti, A.Md Somsiah, A.Md

Mitra Bestari (Scientific Editorial Board):

Prof (Riset) dr. Emiliana Tjitra, DTM&H, M.Sc, Ph.D (Biomedik, Badan Litbang Kesehatan, Indonesia) Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah, M.Phill (Entomologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

Prof. drh. Setyawan Budiharta, MPH, Ph.D (Epizoologi)

Dr. dr. Bagoes Widjanarko, MPH, MA (Promosi Kesehatan, Universitas Diponegoro, Indonesia) Prof. Upik Kesumawati Hadi, DVM, MS. PhD (Entomologi Kesehatan, Institut Pertanian Bogor)

Dr. M. Sakundarno Adi, M.Sc, Ph.D (Epidemiologi Penyakit Menular, Universitas Diponegoro, Indonesia) dr. Tri Baskoro Tunggul Satoto, M.Sc., Ph.D (Entomologi Medis, Fakultas Kedokteran UGM)

Siwi Pramatama Masrs Wijayanti, S.Si., M.Kes., Ph.D (Epidemiologi Molekuler, Universitas Jenderal Soedirman)

Perwajahan (Layout):

Nur Sholihatin, S.Sos Ratih Sulistiyanti, A.Md

Sekretariat (Secretariat):

Dewi Puspita Ningsih, SKM Dian Indra Dewi, A.Md Endang Setiyani, A.Md Agung Puja Kesuma, SKM Wahyuning Nuraeni Ady Wicaksono Prasetyo Erfan Widiantoro Dedi Setiadi

Diterbitkan oleh (Published by):

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

Alamat Redaksi:

Jl. Selamanik No 16 A Banjarnegara 53415, Telp/Fax (0286) 594972 Website: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/blb

Email: balaba_banjarnegara@yahoo.com

BALABA

JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA

VOLUME 1 NO. 1 Juni 2013 7

(3)

JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER

BINATANG

BANJARNEGARA

VOLUME 13 NOMOR 1, JUNI 2017

DAFTAR ISI

Faktor Lingkungan dan Perilaku yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Panyabungan Mandailing Natal Sumatera Utara

Ahmad Faizal Rangkuti, Sulistyani, Nur Endah W...... 1-10

Gambaran Angka Prevalensi Mikrofilaria di Kabupaten Banyuasin Pasca Pengobatan Massal Tahap III

Reni Oktarina, Santoso, Yulian Taviv………...………..…………... 11-20

Hubungan antara Konsentrasi Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum burmannii Nees Ex Bl.) dalam Lotion dengan Sifat Fisik dan Tingkat Kesukaan Konsumen

Erwan Kurnianto,Nining Sugihartini, Laela Hayu Nurani... 21-28

Parameter Entomologi pada Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Tinggi dan Rendah di Jawa Tengah (Studi di Kabupaten Kudus dan Wonosobo)

Bina Ikawati, Bondan Fajar Wahyudi, Novia Tri Astuti, Sunaryo... 29-36

Preferensi Aedes aegypti Meletakkan Telur pada Berbagai Warna Ovitrap di Laboratorium Made Agus Nurjana, Ade Kurniawan... 37-42

Pengobatan Malaria Kombinasi Artemisinin (ACT) di Provinsi Papua Barat Tahun 2013

Revi Rosavika Kinansi, Rika Mayasari, Diana Andriyani Pratamawati... 43-54

Perbandingan Indeks Larva Vektor Demam Berdarah Dengue Pra dan Paska-Intervensi di Kota Prabumulih

Hotnida Sitorus, Yulian Taviv, Anif Budiyanto, Lasbudi P. Ambarita, Milana Salim, Rika Mayasari…………...

55-64

Daya Saing Kawin Nyamuk Jantan Steril (Culex quinquefasciatus) Skala Laboratorium: Studi Awal Penggunaan Teknik Serangga Mandul dalam Pengendalian Vektor Filariasis Limfatik di Kota Pekalongan

Tri Ramadhani, Upik Kusuma Hadi, Susi Soviana, Zubaidah Irawati, Sunaryo…………... 65-72

Kriptosporidiosis di Indonesia

Tri Wijayanti…………... 73-82

Saluran Air Tertutup Sebagai Faktor Penekanan Populasi Tikus di Daerah Bekas Fokus Pes Cangkringan Sleman Yogyakarta

(4)

PENGANTAR REDAKSI

BALABA Volume 13 No. 1 Juni 2017 memuat 10 artikel mengenai Malaria, Mikrofilaria, repellant, demam berdarah, Aedes aegypti, filariasis, kriptosporidiosis dan populasi tikus. Artikel yang pertama berjudul Faktor Lingkungan dan Perilaku yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Panyabungan Mandailing Natal Sumatera Utara yang bertujuan untuk mengetahui faktor lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria

Artikel kedua dengan judul Gambaran Angka Prevalensi Mikrofilaria di Kabupaten Banyuasin Pasca Pengobatan Massal Tahap III mengulas tentang kegiatan Pasca Pemberian POMP di Kabupaten Banyuasin. Artikel yang ketiga berjudul Hubungan antara Konsentrasi Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum burmannii Nees Ex Bl.) dalam Lotion dengan Sifat Fisik dan Tingkat Kesukaan Konsumen penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh konsentrasi minyak atsiri kayu manis dalam lotion terhadap sifat fisik dan tingkat kesukaan konsumen agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Artikel keempat berjudul Parameter Entomologi pada Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Tinggi dan Rendah di Jawa Tengah (Studi di Kabupaten Kudus dan Wonosobo) yang merupakan analisis lanjut penelitian Peta Status Kerentanan Aedes aegypti (Linn) Terhadap Insektisida Cypermethrin 0,05%, Malathion 0,8% dan Temephos. Artikel kelima berjudul Preferensi Aedes aegypti Meletakkan Telur pada Berbagai Warna Ovitrap di Laboratorium mengulas tentang pemeliharaan telur nyamuk Ae. Aegypti pada berbagai warna Ovitrap. Artikel keenam dengan judul Pengobatan Malaria Kombinasi Artemisinin (ACT) Di Provinsi Papua Barat Tahun 2013 yang bertujuan untuk mencari hubungan antara jenis malaria yang ditemukan dalam pemeriksan darah dengan status pemberian obat antimalaria ACT (Artemisinin-based Combination Therapy). Artiekel ketujuh yaitu berjudul Perbandingan Indeks Larva Vektor Demam Berdarah Dengue Pra dan Paska-Intervensi di Kota Prabumulih mengulas tentang pemberian intervensi kader jumantik dengan larvasidasi selektif serta promosi kesehatan melalui kelompok masyarakat (intervensi I), intervensi kader jumantik (intervensi II), dan satu wilayah tanpa intervensi

Artikel kedelapan judul Daya Saing Kawin Nyamuk Jantan Steril (Culex quinquefasciatus) Skala Laboratorium: Studi Awal Penggunaan Teknik Serangga Mandul Filariasis Limfatik di Kota Pekalongan mengulas tentang Teknik Serangga Mandul (TSM), yang ditentukan dengan nilai daya saing kawin dan sterilitas Artikel kesembilan berjudul Kriptosporidiosis di Indonesia membahas tentang infeksi Cryptosporidium pada anak-anak, penderita HIV/AIDS dan tuberculosis, hewan, lingkungan, teknik diagnose dan upaya pengendaliannya. Artikel terakhir yang menutup edisi ini Saluran Air Tertutup Sebagai Faktor Penekanan Populasi Tikus di Daerah Bekas Fokus Pes Cangkringan Sleman Yogyakarta dimana Kecamatan Cangkringan, dimana Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman merupakan wilayah fokus pengamatan pes yang letaknya berada lereng gunung merapi, tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah menentukan kondisi lingkungan rumah yang berperan dalam keberhasilan penangkapan tikus.

Semoga tulisan-tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata, redaksi Jurnal BALABA mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim, penulis, mitra bestari dan seluruh pihak yang mendukung dan membantu penerbitan BALABA Volume 13 No. 1 Juni 2017.

Salam,

(5)

LEMBAR ABSTRAK

Lembar abstrak ini boleh diperbanyak/dicopy tanpa izin

Ahmad Faizal Rangkuti, Sulistyani, Nur Endah W (FKM Universitas Ahmad Dahlan)

Faktor Lingkungan dan Perilaku yang

Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Panyabungan Mandailing Natal Sumatera Utara

BALABA

Vol. 13 No. 1, Juni 2017, Hal. 1-10

Panyabungan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal dan termasuk daerah endemis malaria. Angka kesakitan malaria hingga

tahun 2013 mencapai 36,6‰ dengan 2879 kasus

positif. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain case control, dan analisis data mnggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan daerah penelitian berada di daerah dataran, rata – rata suhu dan kelembaban pada siang hari 30,8 oC dan 66,7% sedangkan pada malam hari 27,2 oC dan 71,7 %. Faktor – faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian malaria yaitu penggunaan kelambu (p value: 0,000; OR: 3,573; 95% CI: 1,732 – 7,373), pemakaian obat anti Faktor risiko yang dominan terhadap kejadian malaria di Kecamatan Panyabungan adalah tidak menggunakan kelambu pada malam hari.

Kata kunci: Malaria, Lingkungan, Prilaku, Panyabungan

---

Reni Oktarina ,Santoso, Yulian Taviv

(Loka Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Baturaja)

Gambaran Angka Prevalensi Mikrofilaria di

Kabupaten Banyuasin Pasca Pengobatan

Massal Tahap III

BALABA

Vol. 13 No. 1, Juni 2017, Hal. 11-20

Filariasis merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan cacat permanen bagi penderitanya. Salah satu upaya memutus mata rantai penularan filariasis adalah dengan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis filariasis selama 5 tahun berturut-turut. Sejak tahun 2012 kegiatan POMP filariasis dilakukan di seluruh wilayah Kabupaten Banyuasin. Setelah pengobatan tahun ke-3 perlu dilakukan evaluasi angka prevalensi mikrofilaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi mikrofilaria dan densitas (kepadatan) mikrofilaria setelah POMP filariasis. Kegiatan yang dilakukan adalah Survei Darah Jari (SDJ) terhadap penduduk yang tinggal di desa sentinel dan desa spot sebanyak 930 orang. Hasil pemeriksaan mendapatkan 4 orang positif mikrofilaria dengan spesies Brugia malayi. Microfilaria rate (Mf rate) di desa sentinel ditemukan sebesar 0,96 dengan kepadatan mikrofilaria 938 ekor/mL darah, Mf rate di desa spot sebesar 0,31 dengan kepadatan 217,75 ekor/mL darah, sedangkan Mf rate kabupaten sebesar 0,43 dengan kepadatan 716,06 ekor/mL darah. Jenis pekerjaan penderita filariasis paling banyak adalah petani/nelayan. Telah terjadi penurunan angka prevalensi mikrofilaria di Kabupaten Banyuasin, namun risiko penularan masih dapat terjadi karena kepadatan mikrofilaria yang ditemukan >50 ekor/mL darah.

Kata kunci: Filariasis, angka prevalensi mikrofilaria, kepadatan mikrofilaria

---

Erwan Kurnianto, Nining Sugihartini, Laela Hayu Nurani

(Alumnus Pascasarjana Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)

Hubungan antara Konsentrasi Minyak Atsiri

Kayu Manis (Cinnamomum burmannii Nees Ex

Bl.) dalam Lotion dengan Sifat Fisik dan Tingkat Kesukaan Konsumen

BALABA

Vol. 13 No. 1, Juni 2017, Hal. 21-28

(6)

masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi minyak atsiri kayu manis dalam lotion terhadap sifat fisik dan tingkat kesukaan konsumen. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasi UAD tahun 2014 dengan rancangan eksperimental yang diawali dengan destilasi minyak atsiri kayu manis. Selanjutnya minyak atsiri diformulasikan dalam bentuk lotion dengan konsentrasi 1% (F1), 3% (F II), 5% (F III), 7% (F IV). Sediaan lotion diuji sifat fisik (homogenitas, viskositas, daya sebar, daya lekat, pH) dan uji hedonik untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen berdasarkan warna dan aroma lotion. Data tersebut diperoleh dengan memberikan kuisioner kepada 30 orang peserta. Hasil uji menunjukkan bahwa lotion homogen pada semua konsentrasi. Peningkatan konsentrasi minyak atsiri kayu manis menyebabkan penurunan viskositas (p<0,05) dan daya lekat (P<0,05), peningkatan daya sebar (P<0,05), tidak mempengaruhi nilai pH (p>0,05) serta peningkatan skor hedonik sampai pada konsentrasi 5%. Berdasarkan hasil uji maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi minyak atsiri kayu manis sebesar 5% memenuhi persyaratan daya sebar, daya lekat, pH dan paling disukai oleh konsumen.

Kata kunci: kayu manis (Cinnamomum bermannii Ness ex Bl.), sediaan lotion, uji hedonik.

---

Bina Ikawati, Bondan Fajar Wahyudi, Novia Tri Astuti, Sunaryo

(Balai Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Banjarnegara)

Parameter Entomologi pada Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Tinggi dan Rendah sedangkan Kabupaten Wonosobo daerah endemis DBD rendah (IR = 11,92). Vektor utama di kedua daerah adalah Aedes aegypti. Penelitian bertujuan menganalisis perbedaan parameter entomologi di Kudus dan Wonosobo. Penelitian ini merupakan analisis lanjut penelitian Peta Status Kerentanan Aedes aegypti (Linn), terhadap Insektisida Cypermethrin 0,05%, Malathion 0,8% dan Temephos di Kabupaten Purworejo, Kebumen, Pekalongan, Demak, Wonosobo, Cilacap, Kudus, Klaten, Banjarnegara Tahun 2014 yang dilakukan

dengan desain cross sectional. Hasil menunjukkan indikator entomologi di Kudus (House Index = 40,67%, Container Index = 21,40%, Breteau Index = 233,67 dan Pupa Index = 113,67%) lebih tinggi daripada di Wonosobo (HI=14,33%, CI=10,93%, BI=15,33 dan PI=38,33%). Bak mandi merupakan kontainer yang paling banyak ditemukan positif jentik Ae. Aegypti. Breeding Preference Ratio (BPR) pada tong dan “padasan” di Kudus tertinggi masing-masing sebesar 4,03, sedangkan di Wonosobo tertinggi adalah di toples (9,15). Analisis multivariat di Kudus menunjukkan penutup kontainer berperan paling besar untuk ditemukannya jentik Ae aegypti, sedangkan di Wonosobo pencahayaan di sekitar kontainer adalah faktor paling utama.

Kata kunci: Parameter entomologi, endemis, demam berdarah dengue

---

Made Agus Nurjana, Ade Kurniawan

Balai Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Donggala

Preferensi Aedes aegypti Meletakkan Telur

pada Berbagai Warna Ovitrap di

Laboratorium

BALABA

Vol. 13 No. 1, Juni 2017, Hal. 37-42

(7)

kontainer, sehingga penggunaan ovitrap yang berwarna hitam disarankan untuk mengendalikan populasi nyamuk Ae. aegypti di lingkungan dengan pemantauan berkala.

Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti, ovitrap

---

Revi Rosavika Kinansi, Rika Mayasari, Diana Andriyani Pratamawati

(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit, Salatiga)

Pengobatan Malaria Kombinasi Artemisinin (ACT) di Provinsi Papua Barat Tahun 2013

BALABA

Vol. 13 No. 1, Juni 2017, Hal. 43-54

Malaria merupakan penyakit dengan angka kesakitan tinggi di Indonesia. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi malaria di Papua Barat meningkat. Tujuan penelitian untuk mencari hubungan antara jenis malaria yang ditemukan dalam pemeriksan darah dengan status pemberian obat antimalaria ACT (Artemisinin-based Combination Therapy). Pengambilan sampel secara stratified random sampling dan diperoleh 1490 penduduk yang seluruhnya dikonfirmasi menderita malaria dari populasi penduduk di Provinsi Papua Barat. Analisis data menggunakan analisis deskriptif univariat dan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis malaria yang paling banyak ditemukan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax (51%). Deteksi dini yang dilakukan dalam 24 jam pertama saat penderita mengalami demam dapat dijadikan dasar untuk mengambil kebijakan bahwa deteksi dini mampu mengurangi angka kesakitan malaria. Pemberian obat antimalaria tidak tergantung pada jenis malaria yang diderita. ACT sesuai untuk jenis malaria apa saja. Konsistensi pemberian ACT diperoleh dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi obat profilaksis. Selain itu obat antimalaria kombinasi yang ideal mampu menyembuhkan dalam waktu yang singkat dan jika penderita melaksanakan kepatuhan mengonsumsi obat maka tidak akan terjadi resistensi terhadap antimalaria.

Kata kunci: Malaria, ACT, Papua Barat, Positif malaria, resistensi antimalaria

---

Hotnida Sitorus, Yulian Taviv, Anif Budiyanto, Lasbudi P. Ambarita, Milana Salim, Rika Mayasari

(Loka Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Baturaja)

Perbandingan Indeks Larva Vektor Demam Berdarah Dengue Pra dan Paska-Intervensi di Kota Prabumulih

BALABA

Vol. 13 No. 1, Juni 2017, Hal. 55-64

Kota Prabumulih merupakan salah satu wilayah endemis DBD di Provinsi Sumatera Selatan dengan jumlah penderita pada tahun 2011-2012 berturut-turut sebanyak 225 dan 301 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks larva vektor DBD sebelum dan sesudah pemberian intervensi di Kota Prabumulih. Intervensi yang diberikan adalah intervensi kader jumantik dengan larvasidasi selektif serta promosi kesehatan melalui kelompok masyarakat (intervensi I), intervensi kader jumantik (intervensi II), dan satu wilayah tanpa intervensi. Sebelum dan sesudah intervensi pada tiap lokasi dilakukan pengamatan vektor DBD pradewasa. Hasil penelitian menunjukkan indeks larva (house index/HI, breteau index/BI, container index/CI) di wilayah intervensi I sebelum dilakukan intervensi masing-masing sebesar 51,7%, 126,5 dan 23,8%, sedangkan setelah intervensi sebesar 31,9%, 53,4 dan 13,6%. Di wilayah intervensi II, sebelum intervensi memiliki nilai HI 53,8%, BI 109,2 dan CI 20,3% dan sesudah intervensi dengan nilai HI 41,3%, BI 46,4 dan CI 13,7%. Di wilayah non intervensi, hasil pemeriksaan awal diperoleh nilai HI 37,3%, BI 61,7 dan CI 15,9%, sedangkan di akhir penelitian diperoleh nilai HI 32,0%, BI 50,9 dan CI 23,9%. Pengendalian vektor DBD melalui promosi kesehatan pada kelompok masyarakat yang disertai larvasidasi selektif memberikan kontribusi penurunan kepadatan jentik lebih besar dibandingkan wilayah lainnya.

Kata kunci: Indeks Larva, Vektor, Demam Berdarah Dengue, Prabumulih

---

Tri Ramadhani, Upik Kusuma Hadi ,Susi Soviana, Zubaidah Irawati, Sunaryo

(Mahasiswa Pasca Sarjana Program Doktor, Jurusan Parasitologi dan Kedokteran Entomologi- Institut Pertanian Bogor Darmaga-Bogor)

(8)

Studi awal Penggunaan Teknik Serangga Mandul dalam Pengendalian Vektor Filariasis Limfatik di Kota Pekalongan

BALABA

Vol. 13 No. 1, Juni 2017, Hal. 65-72

Culex quinquefasciatus merupakan vektor utama filiriasis limfatik di Kota Pekalongan. Teknik Serangga Mandul dapat menjadi alternatif upaya pengendalian vektor filariasis. Keberhasilan teknik ini tergantung kemampuan jantan mandul untuk kawin dengan betina alam di laboratorium. Indikator aplikasi Teknik Serangga Mandul (TSM) ditentukan dengan nilai daya saing kawin dan sterilitas. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Nyamuk Culex quinquefasciatus berasal dari galur lokal kota Pekalongan. Iradiasi gamma pada pupa (umur >15 jam) dengan dosis uji 0,60,65,70,75 dan 80 Gy di BATAN Jakarta. Nyamuk jantan yang muncul dari pupa kemudian di kawinkan dengan betina normal. Hasil perkawinan diamati jumlah nyamuk betina yang mampu bertelur, fertilitas, fekunditas dan daya saing kawin. Data dianalisis dengan uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan iradiasi berpengaruh terhadap fertilitas akan tetapi tidak dengan fekunditas dan daya saing kawin. Dosis 70 Gy merupakan dosis optimum dengan tingkat fertilitas 1,8% (sterilitas 98,2%) dan C indeks 0,586 dapat direkomendasikan untuk uji lanjut semi lapang. Banyaknya jantan steril yang dilepas enam kali dari populasi alam untuk memperbesar peluang kawin dengan betina normal.

Kata kunci: Daya saing kawin. Culex quinquefasciatus, TSM

---

Tri Wijayanti

(Balai Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Banjarnegara)

Kriptosporidiosis di Indonesia

BALABA

Vol. 13 No. 1, Juni 2017, Hal. 73-82

Kriptosporidiosis termasuk waterborne dan soil transmitted diseases, disebabkan oleh Cryptosporidium yang bersifat obligat intraseluler. Cryptosporidium menyebabkan infeksi pada usus halus dan dapat menyebabkan diare akut pada manusia dan hewan. Kriptosporidiosis paru telah dilaporkan pada penderita HIV/AIDS dan tuberkulosis. Diare

merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Di Indonesia, setiap anak mengalami serangan diare sebanyak 1,6-2 kali setahun. Kasus diare yang disebabkan oleh parasit Cryptosporidium sp berkisar antara 4-11%.

Fokus tulisan ini adalah hasil penelitian tentang infeksi Cryptosporidium anak-anak, penderita HIV/AIDS dan tuberkulosis, hewan, lingkungan, teknik diagnosa dan upaya pengendaliannya. Spesies Cryptosporidium yang terkonfirmasi ada di Indonesia adalah C. wrairi, C. muris, C. felis, C. hominis, C. melagridis dan C. parvum, yang mengindikasikan besarnya peranan hewan dalam penularan kriptosporidiosis. Cryptosporidium sp perlu dipertimbangkan dalam diagnosa penyakit pada penderita HIV/AIDS dan tuberkulosis. Kemungkinan penularan kriptosporidiosis melalui sekresi pernafasan baik dari droplet, aerosol maupun kontak dengan muntahan harus diantisipasi untuk mencegah penularan terutama pada individu imunokompromi/imunodefisiensi. Teknik diagnosa cepat yang mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi sangat penting dalam membantu penemuan kasus dan surveilans kriptosporidiosis di Indonesia. Pentingnya menjaga sanitasi lingkungan dan ternak, higiene perseorangan, pengelolaan air minum dan makanan untuk mencegah penularan kriptosporidiosis.

Kata kunci: kriptosporidiosis, Cryptosporidium sp., diare, tuberkulosis, HIV/AIDS

---

Sukismanto, Lupita Chairunnisa, Indah Werdiningsih

(Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta)

Saluran Air Tertutup Sebagai Faktor Penekan Populasi Tikus di Daerah Bekas Fokus Pes Cangkringan Sleman Yogyakarta

BALABA

Vol. 13 No. 1, Juni 2017, Hal. 83-92

(9)

tikus hutan masuk ke dalam perkampungan penduduk. Pengamatan dan pemantauan tikus dilakukan untuk kewaspadaan pes dan penyakit lain dari keberadaan tikus seperti leptospirosis. Kecamatan Cangkringan memiliki lima desa salah satunya yaitu Desa Wukirsari yang merupakan daerah bekas fokus. Tujuan kegiatan adalah menentukan kondisi lingkungan rumah yang berperan dalam keberhasilan penangkapan tikus. Jenis penelitian deskriptif metode observasional dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel sebanyak 66 sampel rumah. Analisis data secara univariat dan bivariat. Jumlah tikus yang tertangkap di Desa Wukirsari semuanya berada di dalam rumah sebanyak 36 tikus dengan hasil trap success sebanyak 27,7%, jenis tikus yang tertangkap Rattus rattus diardi dengan jumlah pinjal khusus Xenopsylla cheopis sebanyak 5 ekor. Hasil perhitungan indeks pinjal khusus sebesar 0,13. Hasil analisis bivariat hanya variabel keberadaan saluran air tertutup yang signifikan ada hubungan dengan kesuksesan dalam penangkapan tikus.

Kata kunci: Kepadatan Tikus, Saluran Air, Kondisi Lingkungan Rumah

(10)

ABSTRACT SHEET

This abstract sheet may reproduced/copied without permission

Ahmad Faizal Rangkuti, Sulistyani, Nur Endah W (Faculty of Public Health University Ahmad Dahlan)

Behavioral And Environmental Factors To The Occurrence Of Malaria In District Panyabungan Mandailing Natal Sumatera Utara.

BALABA

Vol. 13 No. 1, June 2017, Hal. 1-10

Panyabungan is one of the districts in Mandailing Natal regency which is an endemic area of malaria. The number of Malaria cases until 2013 reached 36.6 ‰ in 2879 positive cases. This study aimed to determine factors related to the malaria’s occurrence. This research was observational analytic study with case control design, analyzed by logistic regression.. The result of study indicated that the area of study was in the plateu, the average of temperature and humidity is 30.8 ° C and 66.7% during the day but the everage at night is on 27.2 ° C and 71.7. Factors which significantly associated with the occurence of malaria were the use of mosquito nets (p value: 0.000; OR: 3.573 ; 95% CI: 1.732 to 7.373), the use of anti-mosquito substance (p value: 0.029; OR: 2.719; 95% CI: 1.087 to 6.798), had activity outside of the house at night (p value: 0.01; OR: 3.254; 95% CI: 1.563 to 6.777), the use of long clothes (p value: 0.013; OR: 2.474; 95% CI: 1.205 to 5.076) and the presence of stagnant water (p value: 0.033; OR: 2.33; 95% CI: 1.06 to 5.118). The dominant risk factors was not using mosquito nets at night.

Keywords: Malaria, Environment, Behavior, Panyabungan

---Reni Oktarina ,Santoso, Yulian Taviv

(Vector and Animal Borne Disease Control Unit of Baturaja)

Microfilaria Rate in Banyuasin District Post Mass Drug Administration Round III

BALABA

Vol. 13 No. 1, June 2017, Hal. 11-20

Filariasis is a chronic infectious disease that can cause permanent disability. One effort to interrupt transmission of filariasis is the Mass

Drug Administration filariasis (MDA filariasis) in endemic areas of filariasis for 5 years. In 2012, MDA filariasis was carried out in all regions of Banyuasin. After treatment the 3rd year, it is necessary to evaluate the prevalence of microfilaria and microfilaria density. This activity was conducted by finger blood survey to people who’s living in sentinel and spot villages. This study selected 930 people for SDJ activities The test results obtained 4 positive of microfilaria Brugia malayi. The prevalence or microfilaria rate (Mf rate) in the village of sentinel was 0,96 with microfilaria density were 938/mL of blood, Mf rate in spot village was 0.31 with a microfilaria density were 217.75/mL of blood, while the Mf rate district was 0.43 with a microfilaria density were 716.06/mL of blood. People who suffer filiariasis mostly are farmers/fishermen. The prevalence of microfilariae in Banyuasin decreased, but the risk of transmission can still occur because of the density of microfilariae found> 50/mL of blood.

Keywords: Filariasis, microfilaria rate, microfilaria density.

---

Erwan Kurnianto, Nining Sugihartini, Laela Hayu Nurani

(Pharmacy Postgraduate Graduate of Ahmad Dahlan University Yogyakarta)

The Relationship between The Concentration of

Essential Oils ofCinnamomum burmannii Nees

Ex Bl. in Lotion to Physical Characteristic and The Level of Consumer Preference

BALABA

Vol. 13 No. 1, June 2017, Hal. 21-28

(11)

characteristic (homogeneity, viscosity, concentrations of cinnamon caused decreasing of viscosity (p <0.05) and adhesivity (P <0.05), an increasing of spreadability (P <0.05), did not affect the pH value (p> 0.05), and increasing hedonic level until 5% concentration. It can be concluded that concentration of essential oil of cinnamon at 5% fullfilled the requirement of spreadability, adhesivity, pH and the most prefered by consumers.

Keywords: Cinnamon (Cinnamomum burmanii Ness ex Bl.), lotion, hedonic test.

---

Kudus district is a district with high DHF cases in Central Java in 2013 (IR=57.50). Wonosobo District is new area with low DHF cases (IR=11.92). Aedes aegypti is the main vector of DHF in both. The purpose of this study was to determine the difference of entomological parameter in high and low DHF endemic area. This research was continued analysis of entomologycal data from study of The Resistance Map of Aedes aegypti (Linn) Agains Cypermethrin 0,05%, Malathion 0,8% and Temephos inn Purworejo, Kebumen, Pekalongan, Demak, Wonosobo, Cilacap, Kudus, Klaten, Banjarnegara at 2014, that use cross sectional design. The results showed that HI, CI, BI and PI in Kudus (40,67%,21,40%, 233,67 and 113,67%), higher than in Wonosobo (14,33%, 10,93%, 15,33 dan 38,33%). In all location bathing tub were the potential breeding places of Ae. aegypti. In Kudus, Breeding Preference Ratio (BPR) in barrel and water tank for “wudhu” had the highest as much as 4.03. In Wonosobo the highest BPR was in jar as much as 9.15. Multivariat analysis showed that in Kudus container covers

were most closely correlated to the presence of Ae aegypti larvae, while in Wonosobo illumination around containers is the main factor.

Keywords: entomology parameter, endemic, dengue haemorrhagic fever.

---

Made Agus Nurjana, Ade Kurniawan

(Vector and Animal Borne Disease Control Unit of Donggala)

Preferences of Aedes aegypti Lay Eggs in Various Colors Ovitrap in The Laboratory

BALABA

Vol. 13 No. 1, June 2017, Hal. 37-42

Dengue Haemograffic fever is a vector borne disease which caused outbreaks and death. There is no applied vaccine until now, so the effort of prevention and control is to terminate chain of infection mosquito breeding. Factors which influenced the female mosquitoe to lay their eggsare type of container, color, water, temperature, water source, humidity and environment condition. This study was conducted to determine the preferences of Ae. aegypti saturation included in the containers with various colors. The result showed that most of female mosquito laid their eggs in plastic cup black (53,2%). ANOVA analysis showed that the diversity of colors ovitrap produce different the number of eggs Ae. aegypti in each type of countainer color. It is recommended to use black ovitrap for controling populations of Ae, aegypti in environment with regular monitoring.

Keywords: Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti, Ovitrap

---

Revi Rosavika Kinansi, Rika Mayasari, Diana Andriyani Pratamawati

(Center for Research and Development of Disease Vectors and Reservoir Salatiga)

Artemisinin-based Combination of Antimalaria Therapy (ACT) in West Papua at 2013

BALABA

(12)

Malaria is still a disease with highest incidence rate in Indonesias. Based on Riskesdas 2013, the prevalence of malaria in West Papua was generally increasing. This study aimed to find the correlation of type of malaria found in blood examination and distribution status of ACT. Samples of data obtained by stratified random sampling from 1490 people who had suffered from malaria in West Papua. Data analysis using univariate descriptive and correlation analysis The result showed that the most common type of malaria was tertiana malaria caused by Plasmodium vivax (51%). Early detection performed within the first 24 hours when the patient is suffering from fever can be used as the basis for a policy that early detection can reduce malaria morbidity. It can be concluded ACT suitable for any type of malaria. The concistency of provision of ACT can be implemented by increasing public awareness of taking prophylactic. In addition the ideal combination antimalarial drugs be able to heal in a short time and if the patients performs the compliance of taking the drug, it will not be antimalarial resistance.

Keywords: Malaria, ACT, Papua Barat, Positive of malaria, antimalaria resistence

---

Hotnida Sitorus, Yulian Taviv, Anif Budiyanto, Lasbudi P. Ambarita, Milana Salim, Rika Mayasari

(Vector and Animal Borne Disease Control Unit of Baturaja)

Comparison of Dengue Vector Larvae Indices Pre and Post-Intervention in Prabumulih

BALABA

Vol. 13 No. 1, June 2017, Hal. 55-64

Prabumulih city is one of dengue endemic area in South Sumatera Province with number of cases in 2011-2012 were 225 and 301 cases respectively. The research aims to determine the influence of jumantik accompanied by health promotion program to the larval mosquitoes indices. This is quasi-experimental study, carried out in three endemic areas of Prabumulih City in 2014. There were two intervention in two location and one location for non-intervention. In the first location, the intervention were larva surveillance by jumantik cadre, giving larvicide selectively, accompanied by health promotion program to community group (intervention fecundity, fertility

and mating competitiveness. This experimental research was conducted in the laboratory and the data were analyzed by ANOVA.The result showed that irradiation at the trial doses had an effect on fertility of Culex quinquefasciatus, but not had significant effect on fecundity and mating competitiveness . A dose of 70 Gy is the optimum dose with a fertility rate of 1.8% (sterility 98.2%) and C indexs 0,568 can be recommended for futher semi field assays. The number of sterile males were six times compared with the wild population to increase the chances of mating with wild-type females.

I), in second location the intervention only for larvae surveillance by jumantik cadre (intervention II), and the third location giving no intervention. Observation of immature mosquito was carried out in every location before and after intervention was given. The result showed an increase in Free larvae index of 19,8% in the intervention I , 12,5% in the intervention II and 5,3% in the no-intervention location. Indicator of breteau index showed a decrease in all location, 73,1% in the intervention I, 62,8% in the intervention II and 10,8% in the no-intervention location. Container index indicator showed a decrease in two intervention location, 10,2% in the intervention I, 6,6% in the intervention II, while in no-intervention location show an increase for 8%. Health promotion program about how to prevent dengue transmission through potential community groups could become an alternative effort to control vector population integrated with other control methods.

Keywords: Larvae Indices, Vector, Dengue Haemorrhagic Fever, Prabumulih

---

Tri Ramadhani, Upik Kusuma Hadi ,Susi Soviana, Zubaidah Irawati, Sunaryo

(Post Graduate Student of Doctoral Program, Department of Parasitology and Medical Entomology Dramaga-Bogor)

Mating competitiveness of sterile male

Mosquitoes (Culex quinquefascuatus) in

laboratory: Preliminary Study the use of the Sterile Insect Technique to vector control of

Filariasis Limfatik in Pekalongan City

BALABA

Vol. 13 No. 1, June 2017, Hal. 65-72

(13)

Insect Tehnique could be an alternative vector control efforts to eliminate filariasis. The success of this technique is depend on the ability of laboratory-reared sterile males with the wild-type females. Indicator of SIT Aplication is determined by the value of the mating competitiveness and sterility to Culex quinquefasciatus (Diptera:Culicidae). The design of the research is an experimental. Gamma irradiation on the pupae (age . 15 hours) with the doses of 0 Gy, 60 Gy, 65 Gy,70 Gy, 75 Gy and 80 Gy in BATAN Jakarta. Male mosquitoes which emerged from the pupa then matting with a normal female. This research observed the mean of females laying eggs , Keywords : Mating competitivenes, Culex quinquefascuatus, Sterile Insect Technique

---

Tri Wijayanti

(Vector and Animal Borne Disease Control Unit of Banjarnegara)

Increasingly Of Cryptosporidiosis Cases In Indonesia

BALABA

Vol. 13 No. 1, June 2017, Hal. 73-82

Cryptosporidiosis included to waterborne and soil transmited diseases, caused by Cryptosporidium, obligat intraceluller pathogen organism. Cryptosporidium cause intestinal infection of human and animal acute diarrhea. Lung cryptosporidiosis on HIV/AIDS and tuberculosis patients was reported. Diarrhea still be important health problem because diarrhea was be the third dominant contributor of children morbidity and mortality at some country include Indonesia. Every children have 1,6-2x diarrhea onset annually. Diarrhea cases caused by Cryptosporidium sp parasite was around 4-11%. Focus of this review is about cryptosporidiosis on children, HIV/AIDS and tuberculosis patients, animal, environment, diagnostic and it’s prevention and control. Cryptosporidium species confirmed in Indonesia are C. wrairi, C. muris, C. felis, C. hominis, C. meleagridis and C. parvum, indicated that there was a big rule of animal on Cryptosporidium transmission. Cryptosporidium was necessary to be one of diseases diagnose on HIV/AIDS and tuberculosis patients. Transmission of Cryptosporidium by respiratory secretion (droplet, aerosol or contact with vomiting) must be anticipated to prevent cryptosporidiosis especially on imunocompromissed/imunodeficiency people. Rapid Diagnostic Test that have highly sensitivity

and spesificity is very important on Cryptosporidium cases finding and surveillance in Indonesia. Environment and cattle sanitation, personal hygiene, water and food treatment, is necessary to prevent cryptosporidiosis transmission.

Key words : Cryptosporidiosis, Cryptosporidium sp., diarhea, tuberculosis, HIV/AIDS

--- Sukismanto, Lupita Chairunnisa, Indah Werdiningsih

(Faculty of Health Sciences, Universitas Respati Yogyakarta)

Closed Water Chanel As A Pressing Factor Of

Rats Population In Plague Focused Area At Cangkringan Sub District, Sleman District, Yogyakarta Province.

BALABA

Vol. 13 No. 1, June 2017, Hal. 83-92

Sub-district Cangkringan of Sleman District is an focus area of Plague surveillance at the slopes of Merapi Mountains. Eruption montains was interested alert of rats to insert surrounding villages mountain. Surveillance such as monitoring of rats population was doing for early warning Plague and other disease such as Leptospirosis disease. Sub-district Cangkringan consist of five villages, Wukirsari village is one of former focus. The purpose of study was to determine home environment conditions contributed to trap success. Study design was observational with cross sectional, size of sample as 66 samples (home). Data analyzed with univariat and bivariate. The number of rats caught in the village of Wukirsari are 36 rats with 27.7% trap success with type of rats by Rattus rattus diardi with number of “Xenopsylla cheopis” are 5. Index flea was calculated of 0.13. based on bivariat analysis just closed water channel variabel was significantly correlated with trap success.

Keywords: Rat Density, Water Channel, Home Environment Condition

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar 13 tampak bahwa, walaupun sudah menggunakan 2 (dua) ground wire , tapi sudut lindung eksisting (SLE) masih berada diluar sudut lindung proteksi tingkat I

7 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajar.an Bahasa Arab ,.... 4 ةعماج لىاو سا ڠ ا ةيملاسلإا ةيموكلحا ةعمالجا ىدحإ يه في ةدوجولما اراسم ڠ ةيبرعلا ةغللا ميلعت في صصتخ

Pemilihan pengaturan bentuklahan berupa teras bangku dianggap sesuai dengan kondisi kemiringan tebing yang ada pada lokasi penelitian dengan ketinggian tebing &gt; 4 m

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Peternakan kerbau lokal (bubalus bubalis) dengan sisitim gembala milik Bapak Wantono merupakan usaha peternakan yang sangat layak

Evaluasi Penerapan Pendidikan Karakter Religius, Disiplin, dan Tanggungjawab melalui Kegiatan Keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Darus Sholichin Kotalama Malang Dalam menyusun

Kristal tunggal logam tartrat telah banyak disintesis dalam gel metasilikat dan menunjukkan berbagai sifat menarik seperti feroelektrik, dielektrik, piezoelektrik,

[r]

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kinerja keuangan secara simultan dan parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE)