• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFETIVITAS PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TERHADAP KELOMPOK WARGA MISKIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM (Studi Kasus Kanwil Hukum Dan Ham Provinsi Sulawesi Tengah) Muhammad Arya Hidayat Abdul Wahid Harun Nyak Itam Abu Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFETIVITAS PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TERHADAP KELOMPOK WARGA MISKIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM (Studi Kasus Kanwil Hukum Dan Ham Provinsi Sulawesi Tengah) Muhammad Arya Hidayat Abdul Wahid Harun Nyak Itam Abu Abstrak"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

722 EFETIVITAS PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TERHADAP KELOMPOK WARGA MISKIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011

TENTANG BANTUAN HUKUM

(Studi Kasus Kanwil Hukum Dan Ham Provinsi Sulawesi Tengah)

Muhammad Arya Hidayat Abdul Wahid Harun Nyak Itam Abu

Abstrak

Bantuan Hukum merupakan instrumen penting dalam sistem peradilan pidana karena merupakan bagian dari Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi setiap individu, termasuk hak atas bantuan hukum. Hak atas bantuan hukum merupakan salah satu hak yang terpenting yang di miliki oleh setiap warga negara, karena dalam setiap proses hukum, khususnya hukum pidana, pada umumnya setiap orang yang di tetapkan sebagai tertuduh dalam suatu perkara pidana, tidaklah mungkin dapat melakukan pembelaan sendiri dalam suatu proses hukum dan dalam pemeriksaan hukum terhadapnya. Adapun permasalahan penelitian yang penulis angkat mengenai Bagaimanakah Efektivitas Penyelenggaraan Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah ? dan Hambatan Dalam Penyelenggaraan Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah ?. Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitan yuridis empiris. Hasil penelitian yang dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemberian bantuan hukum terhadap warga miskin oleh kantor wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia provinsi Sulawesi Tengah Sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada sebagaimana ketentuan PERMA Nomor 1 tahun 2004 tentang Pedoman pemberian bantuan hukum, namun belum berjalan efektif. Saran yang diberikan adalah guna lebih mengefektifkan pemberian bantuan hukum terhadap kelompok warga miskin perlu dilakukan sosialisasi secara masif dan berkesinambungan agar seluruh masyarakat di Sulawesi Tengah mengetahui adanya program tersebut, sehingga maksimal dan efektif dalam pelaksanaannya.

Kata Kunci : Efektivitas, Lembaga Bantuan Hukum, dan Warga Miskin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bantuan Hukum merupakan instrumen penting dalam sistem peradilan pidana karena merupakan bagian dari perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi setiap individu, termasuk hak atas bantuan hukum. Hak atas bantuan hukum merupakan salah satu hak yang terpenting

(2)

723 Menurut Undang-Undang Nomor

16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum, bantuan hukum merupakan sebuah jasa hukum yang di berikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi masalah hukum.1 Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, bantuan hukum pada pokoknya memiliki arti bantuan hukum yang di berikan oleh para ahli bagi warga masyarakat yang memerlukan untuk mewujudkan hak-haknya serta juga mendapatkan perlindungan hukum yang wajar2. Upaya untuk mewujudkan hak-haknya dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan

(access to justice) dan kesamaan di hadapan hukum (equality before the law).Pemenuhan kebutuhan akan perlindungan hukum dapat dilakukan melalui suatu program pelayanan hukum yang efektif dan efisien. Beberapa hal yang harus mendapat perhatian dalam

1

Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

2

IGN Ridwan Widyadharma, Profesional Hukum dalam Pemberian Bantuan Hukum, Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, 2010, hlm. 26.

pelayanan hukum bagi golongan miskin yaitu:3

a. Target apa yang akan dicapai dalam pelayanan hukum dimaksud. b. Siapa yang nantinya menjadi

sarana dari pelayanan yaitu subyek yang akan dilayani dalam suatu program pelayanan hukum.

c. Siapa yang akan atau harus menjadi pelayan dalam program pelayanan hukum dimaksud.

d. Bentuk pelayanan yang bagaimana yang dapat di jalankan, yang mempunyai relevansi dengan kondisi dan situasi sekarang.

e. Potensi-potensi mana saja yang dapat di manfaatkan dan sumber daya hukum apa yang harus di implementasikan guna perbaikan nasib mereka atau setidaknya dapat mengangkat mereka dari bawah garis kemiskinan.

Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak mampu untuk membayar jasa penasehat hukum dalam mendampingi perkaranya. Meskipun ia mempunyai fakta dan bukti yang dapat di pergunakan untuk meringankan atau menunjukkan

3

(3)

724 kebenarannya dalam perkara itu, sehingga

perkara mereka pun tidak sampai ke pengadilan. Padahal bantuan hukum merupakan hak orang miskin yang dapat di peroleh tanpa membayar (probono publico).

Adanya ketidak mampuan masyarakat secara finansial untuk menuntut haknya sesuai dengan prosedur hukum, menuntut untuk di adakannya suatu kebijaksanaan sehingga dapat mengajukan suatu perkara perdata dengan tidak terbentur oleh biaya, khususnya dalam berperkara perdata, oleh karena itu di perlukan suatu prosedur untuk mengajukan perkara secara cuma-cuma/tidak perlu membayar panjar perkara (prodeo). Sehingga bagi pihak yang kurang mampu, dapat mengajukan gugatan secara cuma-cuma yang di sebut dengan berperkara secara prodeo. Hal tersebut sesuai dengan asas trilogi peradilan yaitu peradilan cepat, sederhana dan murah.

Lembaga atau organisasi hukum yang memperjuangkan keadilan dan penegakkan hukum seperti Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang mendampingi klien atau pihak yang di rugikan haknya, dengan catatan klien atau pihak yang akan di dampingi perkaranya lemah secara ekonomi atau financial. Hal ini juga di atur dalam pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum yang

menyatakan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang di berikan oleh pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada penerima Bantuan Hukum dan penerima Bantuan Hukum tersebut adalah orang atau kelompok orang miskin.

(4)

725 hukum juga dapat di berikan juga oleh

Advokat sebagaimana di atur juga pada pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintahan Nomor 83 Tahun 2008 tentang persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma, yang berbunyi:

“Bantuan Hukum secara cuma-cuma

adalah jasa hukum yang di berikan Advokat tanpa menerima pembayaran

honorarium meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu.” Dan aturan di atas di pertegas dengan adanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat yang menyebutkan bahwa Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Sementara itu fakir miskin merupakan tanggung jawab negara yang di atur dalam pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi: “fakir miskin dan anak-anak yang terlantar di pelihara oleh negara.”4

Profesi advokat merupakan profesi yang terhormat (officium nobile) karena mengabdikan dirinya kepada kepentingan masyarakat bukan hanya kepada kepentingan pribadi. Advokat sebagai

4

Frans Hendra Winarta, 2000, Bantuan Hukum suatu Hak asasi Manusia Bukan Belas Kasihan, Elex Media Komputindo, Jakarta, hlm 96

salah satu aktor penegak hukum dan pelindung hak asasi manusia di indonesia. Salah satu peran advokat yaitu sebagai pengawas dan pengawal keadilan. Indonesia sebagai negara hukum melekat ciri-ciri mendasar antara lain perlindungan hukum atas hak-hak asasi manusia, persamaan di hadapan hukum, peradilan yang bebas dan tidak memihak dan tidak di pengaruhi oleh kekuasaan lain.

Pelaksanaan pemberian bantuan hukum berjalan sesuai dengan harapan penerima bantuan hukum dan masyarakat pada umumnya apabila penyelenggaraan bantuan hukum tersebut berjalan dengan baik dimana merupakan tanggung jawab dari Kementrian Hukum dan HAM RI selaku penyelenggara di pusat dan Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah sebagai penyelenggara bantuan hukum untuk di daerah, oleh karenanya penyelenggaraan yang baik akan mempengaruhi efektivitas pemberian bantuan hukum di daerah Sulawesi Tengah.

(5)

726 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Efektivitas Penyelenggaraan Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah?

2. Hambatan Dalam Penyelenggaraan Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah?

BAB II PEMBAHASAN

A. Efektivitas Penyelenggaraan Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin Oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah.

Tujuan dari di laksanakannya Bantuan Hukum di sebutkan dalam pasal 2 SEMA Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum antara lain:

1. Meringankan beban biaya yang harus di tanggung oleh anggota masyarakat tidak mampu di pengadilan;

2. Memberikan kesempatan yang merata pada masyarakat tidak mampu untuk memperoleh pembelaan dan perlindungan hukum ketika berhadapan dengan proses hukum di pengadilan;

3. Meningkatkan akses terhadap keadilan; dan

4. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang hukum melalui penghargaan, pemenuhan dan perlindungan terhadap kewajibannya.5

Sesuai PERMA Nomor 1 Tahun 2014, masyarakat yang ingin mengajukan permohonan Bantuan Hukum secara tertulis kepada pemberi Bantuan Hukum setidaknya harus memuat:

1. Identitas Pemohon Bantuan Hukum di buktikan dengan kartu tanda penduduk dan/atau dokumen lain yang di keluarkan oleh instansi yang berwenang.

2. Uraian singkat mengenai pokok persoalan yang di mintakan Bantuan Hukum.

Syarat yang perlu di lampirkan masyarakat tidak mampu yang akan meminta Bantuan Hukum adalah:

5

(6)

727 1. Surat keterangan tidak mampu

(SKTM) yang di keluarkan oleh Kepala Desa/Lurah wilayah setempat yang menyatakan bahwa benar yang bersangkutan tidak mampu membayar biaya perkara, atau

2. Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga Miskin (KKM), Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Kartu Beras Miskin (Raskin), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Perlindungan Sosial (KPS), atau dokumen lainnya yang berkaitan dengan daftar penduduk miskin dalam basis data terpadu pemerintah atau yang di keluarkan oleh instansi lain yang berwenang untuk memberikan keterangan tidak mampu.

Pemohon yang tidak bisa menulis atau tidak pandai menyusun redaksi permohonan atau bahkan mungkin buta huruf, dapat mengajukan secara lisan yang dibantu oleh Advokat atau petugas untuk itu dan di tuangkan dalm bentuk tertulis yang di tandatangani oleh pemohon dan Advokat atau petugas pada Organisai Advokat atau Lembaga Bantuan Hukum. Permohonan yang diajukan langsung

kepada Advokat harus ada tembusannya kepada Organisasi Advokat yang bersangkutan.

Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelangkapan persyaratan dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja setelah menerima berkas permohonan Bantuan Hukum. Permohonan Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan, pemberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan kesediaan atau penolakan secara tertulis atas permohonan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan dinyatakan lengkap. Pemberi Bantuan Hukum menyatakan Bantuan Hukum. Advokat yang di tugaskan untuk memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma namanya di cantumkan dalam jawaban tersebut.

(7)

728 kekuatan hukum tetap, selama Penerima

Bantuan Hukum tersebut tidak mencabut surat kuasa khusus.

Selain Advokat memberikan jasa hukum di dalam persidangan, Advokat juga memberikan jasanya di luar sidang pengadilan. Sesuai PP Nomor 42 Tahun 2013, biaya kegiatan Bantuan Hukum litigasi untuk satu perkara (pidana, perdata, atau tata usaha negara) hingga pekara itu mempunyai kekuatan hukum mengikat di tetapkan Rp 5.000.000 ( lima juta rupiah).6 Efektivitas Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin di tinjau dari Teori Efektivitas Hukum. Dari tahun ke tahun masyarakat akan mengetahui kinerja Advokat yang sebenarnya dan mereka akan merasa mendapatkan keadilan jika memang pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum terhadap terdakwa tidak mampu itu terbukti berhasil secara efektif sebagai cerminan peningkatan kesadaran hukum masyarakat.

Kelima faktor untuk mengukur efektivitas Pemberian Bantuan Hukum terhadap terdakwa tidak mampu oleh Advokat seperti teori yang di sebutkan Soerjono Soekanto, dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya hukum itu sendiri yaitu

6

PERMA Nomor 1 Tahun Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan.

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, SEMA, Kode Etik Profesi, semuanya telah mengatur dan menyebutkan secara jelas segala hal yang terkait dengan hal tersebut. Penegak hukumnya yaitu Advokat meskipun ada saja yang belum terketuk hati nuraninya dalam membela masyarakat kurang mampu namun sebagian dari mereka juga sudah berupaya menjalankan tugas sebaik-baiknya sesuai kewajiban profesi dan menganggap ini bagian dari ibadah karena menolong orang yang kesulitan tanpa pamrih. Mereka siap membantu masyarakat tidak mampu yang sedang berhadapan dengan hukum tanpa mengharapakan imbalan namun harus tetap profesional tidak membeda-bedakan dengan klien lainnya.

(8)

729 B. Hambatan dalam Penyelenggaraan

Bantuan Hukum Terhadap Kelompok Warga Miskin oleh Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Sulawesi Tengah.

Secara umum masih sulit bagi rakyat kecil untuk mengakses keadilan, penyebanya antara lain masih adanya sisi negatif dalam penegakan hukum yang mengetahui rakyat kecil. Keraguan masyarakat untuk datang ke Pos Bantuan Hukum juga karena image Advokat yang seolah-olah tidak mau memberi bantuan hukum jika tidak di bayar maupun mahalnya jasa mereka dalam memberikan Bantuan Hukum. Masyarakat juga merasa mampu menyelesaikan segala proses hukum yang harus di jalani dan menangani perkarahnya sendiri. itulah yang membuat mereka akhirnya memilih maju sendiri menghadapi serangkaian proses hukum.

Pihak penyidik sebenarnya sudah menyampaikan hak terdakwa agar di dampingi penasehat hukum baik menyediakan sendiri maupun di sediakan oleh penyidik sesuai amanat yang di sebutkan dalam KUHAP bahwa guna kepentingan pembelaan seseorang berhak mendapatkan Bantuan Hukum pada setiap tingkat pemeriksaan apabila ancaman hukumannya 5 tahun atau lebih, tetapi pada kenyataannya baik masyarakat sendiri merasa mampu menyelesaikan masalahnya sendiri juga penyidik

(9)

730 Hambatan lain juga berasal dari

Advokatnya sendiri. Ada juga perilaku curang yang di lakukan yaitu ketika advokat telah menerima honor dari kliennya, namun kasusnya berhenti dan tidak segera di tangani. Uang kuasa yang telah di berikan oleh kliennya sejak kesepakatan awal di pergunakan namun dengan mengabaikan kewajiban yang seharusnya menuntaskan kasus yang di tanganinya tersebut. Perilaku ini dapat di tindak oleh Dewan Kehormatan karena tergolong sudah melanggar kode etik Advokat. Hambatan berikutnya yaitu tidak seimbangnya jumlah pencari keadilan dengan Advokat. Penyeberannya yang tidak merata, tidak menyebarnya Advokat di seluruh pelosok tanah air dan terpusat di kota besar yang berakibat masyarakat miskin yang sebagaian besar berada di pelosok-pelosok desa tidak bisa menjangkau Bantuan Hukum ini.

Hambatan selanjutnya yang timbul dari masyarakatnya sendiri juga beberapa kali ditemui. Mereka memalsukan surat keterangan tidak mampu yang di jadikan syarat dalam memperoleh bantuan hukum cuma-cuma, mereka datang ke Pos Bantuan Hukum di tunjang dengan berpenampilan seolah-olah terlihat seperti masyarakat tidak mampu. Advokat juga tidak boleh dengan mudah percaya begitu saja, sehingga di perlukan tim untuk terjun

langsung dalam melakukan observasi kepada calon kliennya supaya nantinya akan ketahuan siapa masyarakat yang sengaja memanfaatkan fasilitas ini dan mana masyarakat yang benar-benar membutuhkan Bantuan Hukum prodeo.

(10)

731 kompetensi dan berdaya saing tinggi,

sehingga bisa di segani oleh mitra penegak hukum lain. Ini sebenarnya juga untuk membangun hubungan baik dengan penegak hukum lainnya. upaya yang tidak kalah penting dan terus menerus di lakukan yaitu sosialisasi sebagai bentuk upaya preventif melalui berbagai menyedia cetak maupun elektronik, melalui LSM dan tokoh masyarakat, serta secara berkala memberikan Penyuluhan Hukum.

Pemberi Bantuan Hukum telah diatur secara yuridis pada pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang menyatakan bahwa pemberi Bantuan Hukum adalah Lembaga Bantuan Hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum. Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum di sebutkan:

1. Pelaksanaan Bantuan Hukum di lakukan oleh pemberi Bantuan Hukum yang telah memenuhi syarat berdasarkan Undang-undang ini.

2. Syarat-syarat Pemberi Bantuan Hukum sebagaimana di maksud pada ayat (1) meliputi:

a. Berbadan Hukum;

b. Terakreditasi berdasarkan Undang-undang ini;

c. Memiliki kantor atau sekretariat yang tetap;

d. Memiliki pengurus;dan

e. Memiliki programa Bantuan Hukum.

Berdasarkan peraturan tersebut, maka yang hanya memenuhi syaratlah yang dapat memberikan Bantuan Hukum cuma-cuma. Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum di sebutkan bahwa penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin, definisi tersebut di jelaskan di dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum. Dalam pasal 5 ayat (1) dan (2) di jelaskan bahwa orang miskin yang menjadi penerima Bantuan Hukum adalah setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri dimana hak dasar sebagaimana di maksud meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan, dan/atau perumahan.

(11)

732 dapat membayar penasehat hukum

(Advokat). Berdasarkan Pasal 14 Undang-undang Bantuan Hukum, terdapat beberapa syarat untuk memperoleh Bantuan Hukum. Pemohon Bantuan Hukum harus memenuhi syarat-syarat sebagai beikut:

a. Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang di mohonkan Bantuan Hukum.

b. Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara.

c. Melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal Pemohon Bantuan Hukum. d. Dalam hal Pemohon Bantuan

Hukum tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis, permohonan dapat diajukan secara lisan.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1.Pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum terhadap warga miskin oleh Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Sulawesi Tengah sudah di laksanakan sesuai dengan prosedur yang ada

sebagaimana ketentuan PERMA Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum, namum belum berjalan efektif;

2.Hambatan dalam Pelaksanaan Pemberian Bantuan Huskum terhadap warga miskin oleh Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Sulawesi Tengah adalah a). Belum banyak masyarakat yang mendapatkan akses atas program bantuan hukum tersebut, b). belum meratanya tempat kedudukan Advokat pada kabupaten/kota seprovinsi Sulawesi Tegah. c). Masih ada masyarakat yang tergolong mampu namun memanfaatkan program bantuan hukum bagi warga yang tergolong tidak mampu.

B.

Saran

1. Guna lebih mengefektifkan pemberian bantuan hukum terhadap kelompok warga miskin perlu dilakukan sosialisasi secara masif dan berkesinambungan agar seluruh masyarakat di Sulawesi Tengah mengetahui adanya program tersebut, sehingga maksimal dan efektif dalam pelaksanaannya.

(12)

733 memanfaatkan program bantuan hukum

(13)

734 DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, (Citra Aditya Bakti), Bandung.

Achmad Ubbe, 1992, Pengkajian tentang Perlindungan hukum terhadap penduduk yang tergolong Miskin, Badan Pembinaan hukum Nasional Depertemen Kehakiman.

Bambang Suggono, 2013, Metodologi Penelitian Hukum(Rajawali Pres), Jakarta.

Frans Hendra Winarta, 2000, Bantuan Hukum suatu Hak asasi Manusia Bukan Belas Kasihan, Elex Media Komputindo, Jakarta

IGN Ridwan Widyadharma, 2010, Profesional Hukum dalam Pemberian Bantuan Hukum,: (Badan Penerbit Universitas Dipenogoro), Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Data koordinat X,Y, dan Z diperoleh dari hasil pengukuran terestris menggunakan Total Station Leica FlexLine kemudian data tersebut diolah menggunakan Software

PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT DJARUM TERHADAP REPUTASI PERUSAHAAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kemampuan mengetahui yang di maksud yaitu kemampuan untuk mengingat kembali suatu yang telah kemampuan yang di

The difference in anthocyanin content between bagged and non-bagged mature non-ripe apples (12th September, 119 days after full bloom) be- came smaller compared with that of

60 Peminat-peminat bola sepak hadir ____________ sokongan dan tepukan gemuruh kepada. pasukan Perlis Stadium

Dari perhitungan diatas didapat hasil penilaian terbesar ada pada V2 yaitu Supplier ke 2 (PCM) dengan bobot 0.9265 sehingga supplier ke 2 (PCM) layak atau dapat

Garuda Indonesia (Persero) Tbk Branch Office Denpasar khususnya pada Finance Departement, yang telah memberi semangat dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan

Metode pembelajaran aktif-reflektif pada dasarnya meminta semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran yaitu guru dan siswa untuk memiliki kemampuan