PERANCANGAN RUANG KELAS ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI
PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS DI YPAB “TEGALSARI”,
SURABAYA)
Linda Herawati Gunawan, Budi Santoso Goutama Yunia C. Evanti
Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Raya Kalirungkut, Surabaya 60293, Indonesia
E-mail : lindawala@gmail.com
Abstrak
Tunanetra membutuhkan keterampilan yang digunakan untuk berinteraksi dengan lingkungan. Keterampilan tersebut adalah Orientasi dan Mobilitas (OM) yang memiliki pengertian penggunaan indera yang masih berfungsi untuk menetapkan posisi dalam kondisi di sekitar dengan bergerak berpindah secara efisien dan aman. Dan kasus ini terjadi pada YPAB “Tegalsari”, Surabaya. Menurut guru, siswa dan orangtua, yayasan ini memiliki permasalahan mengenai ruang kelas OM pada kriteria pencahayaan, suhu ruangan, dan warna cat dinding, yang kurang memenuhi untuk sebuah ruang kelas. Untuk fasilitas belajar terdapat permasalahan pada lemari penyimpanan dan ubin pandu yang masih belum terdapat di ruang kelas. Dan untuk fasilitas penunjang permasalahannya terdapat pada tidak tersedianya meja dan kursi belajar kelompok. Sehingga dari permasalahan tersebut akan dirancang perbaikan. Dalam perancangan dilakukan tujuh tahap perancangan dan pengembangan produk. Setelah dianalisis didapatkan perancangan ruang kelas yang memiliki tekstur dinding dan warna yang berbeda pada kedua sisinya. Lemari penyimpanan yang memiliki sekat dan gantungan, pintu geser, warna kontras dengan kombinasi warna lebih dari 2 dan simbol braille pada sekat lemari. Ubin pandu yang dapat dibongkar pasang lepas, memiliki tekstur timbul dan memiliki kombinasi 2 warna kontras. Meja dan kursi belajar kelompok dengan meja dan kursi yang terpisah, tidak dapat dilipat dan warna berbeda.
Kata kunci : Orientasi dan Mobilitas (OM), Braille, Ubin pandu
Pendahuluan
Setiap manusia pasti membutuhkan interaksi dengan lingkungan untuk melakukan kegiatannya sehari-hari. Hal ini sangat mudah dilakukan oleh orang awas/normal. Namun bagaimana dengan para tunanetra, tunanetra membutuhkan keterampilan untuk berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu yang biasa disebut dengan Orientasi dan Mobilitas (OM). Pelatihan Orientasi dan Mobilitas adalah sebuah pelatihan yang bertujuan untuk membekali penyandang tunanetra dengan kemampuan dan keterampilan memanfaatkan keseluruhan indera yang masih berfungsi dalam upaya mengenali lingkungan, bergerak, dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, serta untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara efektif dan aman.
Kajian Literatur
Pada kajian literatur ini akan dibahas tentang ergonomi, antropometri, orientasi dan mobilitas, perancangan dan pengembangan produk, serta aspek lingkungan.
Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu yang berkaitan erat dengan manusia dan pekerjaan. Terdapat manfaat dan tujuan dari ilmu tersebut, yaitu untuk melihat permasalahan yang timbul dan menyelesaikan masalah tersebut khususnya permasalahan mengenai ketidaknyamanan. Pendekatan ergonomi memperhatikan keterbatasan fisik, psikologis dan interaksi terhadap sistem manusia mesin yang berguna untuk merancang, memperbaiki dan menciptakan produk yang ergonomis, aman, enak, nyaman dan sehat atau yang sering disebut ENASE. Ergonomi mampu menimbulkan
functional effectiveness dan kenikmatan pemakaian dari peralatan fasilitas maupun lingkungan kerja yang dirancang.
Antropometri
Anthopometri adalah tentang pengukuran ukuran tubuh, bentuk dan kekuatanPerbedaan ukuran manusia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa/etnis, dan lain-lain
Orientasi dan Mobilitas
Orientasi dan Mobilitas memiliki arti sebagai kemampuan, kesiapan dan mudahnya bergerak dari suatu posisi ke posisi yang lain yang dikehendaki dengan selamat, efisien, dan baik tanpa meminta bantuan dari orang lain. Manfaat dari penguasaan Orientasi dan Mobilitas bagi siswa tunanetra adalah :
1. Fisik : penampilan postur tubuh dan gaya jalan lebih baik 2. Psikologis : meningkatkan rasa percaya diri
3. Sosial : mampu berinteraksi dengan lingkungannya
4. Ekonomis : siswa tunanetra tidak akan banyak meminta bantuan orang lain, dan lebih aktif dalam bergerak menuju ke tempat tujuan
5. Pandangan masyarakat akan lebih positif dan wajar dalam mengenal kepribadian dan rasa sosial tunanetra
Tujuan dari orientasi, yaitu mengetahui posisi dirinya, mengetahui posisi tujuan dan objek di sekitarnya, dan mengetahui cara bagaimana untuk mencapai tujuan dan objek tersebut.
Perancangan dan Pengembangan Produk
Ada beberapa tahapan yang diperlukan untuk proses perancangan dan pengembangan produk, yaitu: identifikasi kebutuhan pelanggan, spesifikasi produk, penyusunan konsep, seleksi konsep, pengujian konsep, desain industri, prototype
Metodologi
Langkah-langkah penelitian yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengamatan awal melalui wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih detail.
b. Mengidentifikasi masalah pada yayasan.
c. Menetapkan tujuan penelitian yang ingin diperoleh
d. Melakukan studi literatur sebagai dasar penelitian yang dilakukan
e. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian dan mengolahnya
f. Melakukan perancangan dengan menggunakan perancangan dan pengembangan produk g. Menganalisis hasil implementasi dari rancangan tersebut
h. Menyusun kesimpulan dan saran yang digunakan untuk perbaikan penelitian selanjutnya.
Hasil dan Diskusi
Berikut akan dibahas mengenai hasil penelitian yang dilakukan:
Wawancara dan Kuesioner Awal
perancangan lemari penyimpanan yang memperhatikan kriteria yang belum sesuai tersebut. Selain itu untuk meja dan kursi belajar, kriteria yang belum sesuai, menurut guru adalah warna (100%), aman (100%), nyaman (100%), fungsi (50%). Dan menurut orangtua adalah warna (100%) serta desain (42,86%). Oleh karena itu, dilakukan perancangan meja dna kursi belajar yang memperhatikan kriteria yang belum sesuai tersebut.
Data Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan yang akan dibahas adalah mengenai pencahayaan, warna cat dinding, suhu ruangan, kerapian, sirkulasi udara. Untuk pencahayaan, di ruang kelas tersebut terdapat 4 lampu TL yang terpasang di tengah ruangan. Untuk warna dinding, warna yang ada sekarang adalah warna biru pucat. Untuk kerapian dan sirkulasi udara tidak menjadikan permasalahan di YPAB, karena diduga cukup sesuai. Dan untuk suhu ruangan terdapat pengamatan suhu, yaitu pengamatan yang dilakukan pada jam pembelajaran OM. Suhu yang diperoleh berkisar di 31-32,5 °C.
Perancangan dan Pengembangan Produk Identification customer needs
Hal yang dilakukan pada identifikasi kebutuhan pelanggan ini adalah mengumpulkan data mentah dari pelanggan, yaitu dengan melakukan wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada guru, siswa dan orangtua mengenai kebutuhan ruang kelas dan fasilitasnya. Kemudian menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan.
Product specification
Spesifikasi produk memiliki tujuan untuk menterjemahkan hal-hal yang berkaitan dengan produk. Berikut adalah contoh need metriks untuk ruang kelas, dimana need metric ini juga akan dibuat di setiap rancangan produk yang akan dibuat:
Tabel 1. Need matriks untuk ruang kelas METRIKS
NEED
Pemilihan warna
Penambahan jumlah
lampu
Penambahan ventilasi
udara
Alokasi ke ruangan
lain
Pemberian AC di ruangan
Desain ruangan
Ukuran luas ●
Suhu ruangan
dingin ●
Pencahayaan
terang ●
Kerapian ●
Sirkulasi udara
tidak pengap ●
Warna cat
dinding kontras ●
Generation concept dan selection concept
Ruang kelas OM
Gambar 1. Contoh Concept generation dan selection concept ruang kelas
Dari gambar 1, didapatkan konsep yang terpilih adalah konsep 1, ruang kelas yang memiliki dinding bertekstur sama pada kedua sisi dinding dan memiliki kombinasi warna dinding di setiap sisi berbeda. Untuk konsep 3 adalah ruang kelas yang memiliki dinding bertekstur beda pada kedua sisi dinding dan memiliki kombinasi warna dinding di setiap sisi berbeda.
Proses Concept generation ini juga dilakukan untuk setiap produk yang akan dirancang.
Testing concept
Mengkomunikasikan konsep dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan yang dilakukan dengan guru dan siswa. Untuk ruang kelas terdapat 2 tekstur dinding, konsep A adalah tekstur yang sama dan untuk konsep B adalah tekstur yang beda. Diberikan 2 amplas yang berwarna dan dengan level kekasaran yang berbeda. Konsep B lebih dipilih oleh guru dan siswa, karena memberikan edukasi dan perbedaan yang signifikan. Dengan perbedaan warna yang kontras, yaitu biru dan jingga.
Kesesuaian fasilitas belajar dan penunjang, menurut semua responden (100%), lemari, ubin pandu dan meja kursi belajar sudah sesuai untuk pembelajaran. Mengkomunikasikan konsep dalam hal ini dengan cara memberikan zoom sketsa 3D dengan font 1,4x ukuran normal.
Ukuran Braille dilakukan dengan percobaan kepada siswa tunanetra dan low vision. Ternyata 2 siswa (11,11%) memilih simbol dengan ukuran 2x lipat, 13 siswa (72,22%) memilih simbol dengan ukuran 3x lipat dan 5 siswa (27,77%) memilih simbol dengan ukuran 4x lipat.
Prototype
Berikut adalah pengukuran produk berdasarkan antropometri dan penyesuaian terhadap alat OM serta penambahan allowance.
Tabel 3. Industrial design rancangan produk
Produk Keterangan Antropometri Lain-lain Ukuran
Lemari penyimpanan
ketinggian lemari dimensi 34 - 153 cm
kedalaman/lebar lemari dimensi 25 - 51 cm
panjang lemari dimensi 33 - 84 cm
jarak pintu dan sekat - asumsi 6 cm
panjang 2 pintu geser - asumsi 45 cm
panjang gantungan - diameter tongkat x 13 unit 36 cm
tinggi gantungan dari atap - asumsi 12 cm
Ubin pandu
panjang ubin dimensi 30 + all jarak langkah siswa 40 cm
lebar ubin dimensi 31 + all jarak langkah siswa 40 cm
tebal ubin - asumsi 1 cm
panjang clue dimensi 30 - 26 cm
lebar clue dimensi 31 - 13 cm
Meja dan kursi belajar
panjang kursi dimensi 18 - 45 cm
tinggi kursi dimensi 16 - 46 cm
lebar kursi dimensi 14 - 45 cm
tebal meja dan kursi - asumsi 2 cm
sandaran kursi - allowance 29 cm
panjang meja (dimensi 18 x 2) - 92 cm
lebar meja (dimensi 14 x 2) - 93 cm
tinggi meja dimensi 16 + all - 75 cm
Berikut adalah rancangan 3D untuk lemari penyimpanan, ubin pandu, meja dan kursi belajar beserta ukurannya:
45 cm
51 cm 84 cm
153 c
m
Gambar 2. Lemari penyimpanan
40 cm
40 cm
Gambar 3. Ubin pandu
46 c
m
45 cm
45 cm
75 c
m
Gambar 4. Meja dan kursi belajar
Analisis Aspek Lingkungan
Berikut akan dibahas mengenai suhu ruangan, pencahayaan, kerapian, sirkulasi dan warna dari dinding.
Suhu Ruangan
dengan suhu udara luar, yaitu sekitar ± 32 C. Menurut teori (Sastrowinoto, 1985), rentang suhu zona nyaman adalah 26-27 C. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dengan mengganti kipas angin dengan AC 1 unit (Air Conditioner).
Sirkulasi udara
Diberikan tanaman hijau untuk sirkulasi udara dan pada suatu ruangan akan diberikan ventilasi udara di atap, karena dapat membuang udara panas ruangan di bawahnya.
Warna cat dinding
Untuk ruang kelas, diberikan warna-warna kontras, yaitu biru dan jingga. Biru memiliki arti damai, setia, mengurangi depresi, lembut, menahan diri, ikhlas. Sedangkan jingga memiliki arti hangat, semangat muda, ekstremis, menarik. Sedangkan warna yang digunakan untuk langit-langit adalah warna putih. Hal ini dikarenakan langit-langit baik sekali untuk pemantulan cahaya agar bebas dari iluminasi yang memberikan bayangan. Dan menurut efek psikologi adalah terang dan bersih.
Kesimpulan
Ruang kelas yang memperhatikan aspek ENASE (ergonomi) dengan penambahan tekstur di dinding dan pemberian warna yang kontras pada dua sisi dinding.
Ukuran ruang kelas sudah standar 4x6 m2.
Pencahayaan diberikan 6 buah lampu fluoresen tabung u dengan daya 60 W. Suhu ruangan dengan penambahan 1 unit AC (Air Conditioner).
Warna cat dinding dibuat kontras, yaitu biru dan jingga.
Lemari penyimpanan yang berukuran (84x51x153) cm3, dengan adanya sekat dan gantungan, pintu geser, kombinasi lebih dari 2 warna kontras dan penambahan braille pada sekat.
Ubin pandu yang dapat dibongkar pasang lepas, memiliki tekstur timbul dan kombinasi 2 warna kontras.
Meja dan kursi belajar kelompok yang terpisah, tidak dapat dilipat dan perbedaan warna kontras pada meja dan kursinya.
Daftar pustaka
Wignjosoebroto, Sritomo. (2003), Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, GunaWidya, Surabaya.
Hosni, Irham. (tanpa tahun), Orientasi dan Mobilitas bagi Tunanetra, PLB FIP IKIP, Bandung.
Ulrich, T. Karl & Steven D. Eppinger. (2001), Perancangan dan Pengembangan Produk, Edisi Pertama, Salemba Teknika, Jakarta.
Darmaprawira, W.A. & Sulasmi. (2002), Warna Teori dan Penggunaannya, Penerbit ITB, Bandung.
Tompkins, James A. (1984), Facilities Planning, Third Edition, John Wiley & Sons Inc. Publieser, New York.
Tilley, Alvin R. & Henry Dreyfuss Associates. (2002), The Measure of Man & Woman, John Wiley & Sons Inc., New York.
Tarwaka, Solichul H.A.Bakri & Lilik Sudiajeng. (2004), Ergonomi Untuk Keselamatan,