• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi palsi serebral - Perbandingan kualitas hidup anak palsi serebral yang mendapat terapi fisik lebih dari 10 bulan dengan kurang dari 10 bulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi palsi serebral - Perbandingan kualitas hidup anak palsi serebral yang mendapat terapi fisik lebih dari 10 bulan dengan kurang dari 10 bulan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi palsi serebral

Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan dan bentuk tubuh, yang menyebabkan keterbatasan aktivitas fisik, gangguan tidak bersifat progresif, terjadi saat perkembangan otak janin dan bayi. Gangguan motorik sering disertai dengan gangguan sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, gangguan perilaku, epilepsi, dan gangguan muskuloskeletal.14

2.2. Etiologi dan faktor risiko palsi serebral:

(2)

2.3. Diagnosis palsi serebral

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan neurologi yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan terhadap perubahan tonus otot, kekuatan otot, refleks, dan koordinasi.16 Terdapatnya refleks primitif yang persisten dan tidak adanya reflek protektif pada usia yang seharusnya, merupakan gambaran penting yang menggambarkan adanya gangguan pada traktus kortikospinalis.17

2.4. Klasifikasi palsi serebral

Secara garis besar, klasifikasi palsi serebral dapat dibagi menjadi: 1. Klasifikasi fisiologi dan topografi

Palsi serebral dapat dibagi dalam 2 kelompok fisiologi yaitu piramidal dan ekstrapiramidal.15 Pada kelompok piramidal, gejala yang menonjol adalah spastisitas, ditemukan pada 70% - 85% dari seluruh kasus palsi serebral. 18 Sedangkan kelompok ekstrapiramidal antara lain diskinesia, korea, atetosis, distonia, dan ataksia.15

(3)

2. Klasifikasi fungsional

Klasifikasi fungsional berdasarkan tingkat keparahan gangguan motorik /

Gross Motor Function Classification System (GMFCS).19 GMFCS dibedakan berdasarkan kelompok umur dan terbagi menjadi 5 tingkatan, yaitu:20

Tingkat I : berjalan tanpa hambatan Tingkat II : berjalan dengan hambatan

Tingkat III : berjalan dengan menggunakan alat bantuan pegangan tangan Tingkat IV : bergerak sendiri dengan hambatan, kadang menggunakan alat

bantu mobilitas

Tingkat V : berpindah tempat dengan menggunakan kursi roda

GMFCS dapat digunakan untuk menentukan pemilihan terapi yang tepat sesuai dengan usia pasien dan tingkatan fungsi motorik, serta memprediksi prognosis fungsi motorik kasar anak palsi serebral.19

2.5. Kualitas hidup anak palsi serebral

(4)

Secara umum, kualitas hidup anak palsi serebral lebih rendah dibandingkan anak normal kelompok usia yang sama. Gangguan motorik memegang peranan penting dalam hal ini.12 Di Asia seperti Malaysia, kualitas hidup anak palsi serebral masih rendah, hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan untuk anak-anak cacat, kurangnya kesadaran dan keahlian dari sumber daya manusia, dan tingkat ekonomi yang rendah.5 Namun beberapa bayi dengan gangguan motorik ringan menunjukkan perbaikan dan mencapai fungsi motorik normal pada masa anak-anak.21

2.6. Penilaian kualitas hidup anak palsi serebral

Pemilihan instrumen kualitas hidup bergantung kepada validitas, keandalan, mudah dalam penggunaan, biaya lebih murah, sesuai dengan sosial kultural / budaya setempat.11,22

Beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kualitas hidup anak palsi serebral, diantaranya:

(5)

CP QOL dapat digunakan untuk: menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup anak palsi serebral, mengetahui apakah intervensi yang diberikan telah meningkatkan kualitas hidup dan mendapatkan informasi tentang beberapa aspek dalam kehidupan anak.11

2. Caregiver Priorities and Child Health Index of Life with disabilities

(CPCHILD)

Merupakan alat yang digunakan untuk menilai status fungsional dan kesehatan, hubungan kesehatan dan kualitas hidup anak palsi serebral yang sangat berat umur 5-18 tahun. CPCHILD menilai 6 aspek yaitu: (1) Perawatan diri sendiri (2) Posisi, pindah tempat, dan mobilitas (3) Komunikasi dan interaksi sosial (4) Kenyamanan, emosi, dan perilaku (5) Kesehatan (6) Kualitas hidup.23

CPCHILD dapat digunakan untuk: membantu klinisi menilai faktor yang mengganggu kualitas hidup anak, memonitor perkembangan anak, membantu dalam perencanaan dan evaluasi program rehabilitasi bagi anak.22,23

3. Pediatric Quality of Life inventory (PedsQL) 3.0 Cerebral palsy module

(6)

Aktivitas sehari-hari (2) Aktivitas sekolah (3) Pergerakan dan keseimbangan (4) Nyeri dan sakit (5) Kelelahan (6) Aktivitas untuk makan (7) Berbicara dan komunikasi.24,25 PedsQL 3.0 ini dapat digunakan untuk: menentukan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup anak, membantu mengoptimalkan terapi yang diberikan pada anak.25

2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup palsi serebral 1. Kondisi kesehatan atau penyakit anak

Hal ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi kualitas hidup anak. Kondisi kesehatan fisik terutama ditentukan oleh struktur dan fungsi tubuh anak. Anak palsi serebral mempunyai gangguan beberapa sistem tubuh seperti sistem saraf pusat, respirasi, kardiovaskular, dan muskuloskeletal.26

(7)

2. Faktor personal

Faktor personal berkaitan dengan aspek emosional dan perilaku (internalisasi dan eksternalisasi). Perlindungan yang berlebihan dari orang tua dapat menimbulkan masalah psikologis pada anak palsi serebral seperti kecemasan dan depresi. Suatu penelitian di Hongkong tahun 2008 menunjukkan bahwa tingkatan gangguan motorik tidak mempengaruhi psikologi anak.28 Anak dengan gangguan emosional dan perilaku menunjukkan penurunan komunikasi dan fungsi sosial, yang mengakibatkan rendahnya kualitas hidup.12,29

3.Faktor lingkungan

Keluarga, masyarakat, dan pemerintah memegang peranan penting dalam faktor lingkungan.30 Kurangnya penerimaan anak palsi serebral dalam masyarakat berupa adanya sikap diskriminasi, stigmatisasi, dan kurang pengertian dari masyarakat terhadap kondisi anak palsi serebral, menyebabkan menurunnya kualitas hidup anak.31 Faktor keluarga dipengaruhi oleh: tingkat pendidikan orang tua, status perkawinan orang tua, serta kesehatan fisik dan mental orang tua.29

2.8. Terapi Fisik pada anak palsi serebral

(8)

kemampuan fisiknya. Disebut juga fisioterapi. Terapi fisik sebaiknya diberikan dalam satu tahun pertama kehidupan atau segera setelah diagnosis palsi serebral dibuat. Pemberian terapi fisik juga terbukti dapat memperbaiki panjang langkah, urutan langkah, kecepatan dan irama gaya berjalan, peningkatan rentang gerakan, pengurangan spastisitas dan rigiditas.31

Terapi fisik bertujuan untuk memperbaiki struktur dan fungsi tubuh, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan partisipasi anak.8 Manfaat pemberian terapi fisik pada anak palsi serebral antara lain: mencegah komplikasi muskuloskeletal seperti kelemahan atau atrofi otot, menghindari kontraktur otot, mencegah deformitas tulang, dan membantu anak melakukan aktivitas sehari-hari.32

(9)

2.9. Kerangka Konseptual

Kerusakan otak masa prenatal Kerusakan otak masa perinatal Kerusakan otak masa postnatal

PALSI

(1) fungsi sosial dan penerimaan, (2) partisipasi dan kesehatan fisik, (3)

fungsi, (4) mental, (5) nyeri dan dampak kecacatan, (6) akses ke tempat pelayanan kesehatan, (7)

Gambar

Gambar 2.8 Kerangka konseptual

Referensi

Dokumen terkait

pada website ini memberikan informasi mengenai anak-anak kelas 3db18 angkatan 2003/2004 berupa biodata, gallery, artikel dan fasilitas forum diskusi. Website ini bersifat online

Kepala UPTD BPSB Sumatera Barat..

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) bahwa jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

penelitian analitik dengan pendekatan crsos-sectional karena peneliti bermaksud untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan penggunaan gadget dengan ketajaman

Berdasarkan pada ketentuan sebagaimana Pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, menyebutkan bahwa penyertaan modal pemerintah daerah

Masalah penelitian yang akan dikaji di dalam penelitian ini adalah karena adanya perbedaan penerapan akad pembiayaan take over antara yang dilakukan perbankan syariah dengan

Transaksi murabahah merupakan salah satu kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank Syariah, namun mengingat prinsip yang mendasari transaksi tersebut adalah jual beli,

Sesuai dengan data yang telah dilangsir dari pihak Bapemas mengenai angka penggunaan KB aktif pada masyarakat kota Surabaya yang memang cukup rendah, kemudian menggagas program