• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pembangunan Modal Sosial : Keberadaan Kegiatan Pelatihan Ikan Pora-Pora Bagi Masyarakat Miskin dan Pengangguran Oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial di Desa Silalahi I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan modal sosial adalah masalah penting yang sering dibicarakan terutama dalam pemerintahan maupun dalam organisasi sosial, dimana pembangunan modal sosial berguna untuk mempertahankan kehidupan khususnya bagi masyarakat miskin dan masyarakat pengangguran. Selain itu

pembangunan modal sosial berguna untuk menciptakan tenaga kerja yang mampu menghadapi persaingan global. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan manusia. Kesejahteraan ingin dicapai dan membangun harkat dan sesuai martabat kemanusiaan dengan berlandaskan pada kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Manusia

yang bermartabat tidak akan puas dengan kehidupan pada belas kasihan orang lain, tidak ingin tergantung pada orang lain. Paradigma yang tidak pernah berubah

adalah kebutuhan akan lapangan pekerjaan. Tantangan utama pembanguan yang merupakan masalah ekonomi dan sosial yaitu banyaknya tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Namun nampaknya banyak tantangan yang dihadapi

seperti, tatanan sosial dan budaya yang sangat kuat ikatan-ikatan tradisional, lemahnya solidaritas antara kelompok-kelompok dalam masyarakat, keterbatasan

akan pengetahuan, lembaga-lembaga dan pranata-pranata yang dibutuhkan untuk pembangunan belum berkembang, justru menjadi penghalang baik lembaga ekonomi sosial, politik, hukum serta sikap pemerintah dan birokrasi yang acuh tak

(2)

2

Modal sosial adalah konsep yang muncul dari hasil interaksi di dalam

masyarakat dengan proses yang lama. Meskipun interaksi terjadi karena berbagai alasan, orang-orang berinteraksi, berkomunikasi, dan kemudian menjalin kerjasama pada dasarnya dipengaruhi oleh keinginan untuk berbagi cara untuk

mencapai tujuan bersama yang tidak jarang berbeda dengan tujuan dirinya sendiri. Keadaan ini terutama terjadi pada interaksi yang berlangsung lama. Interaksi

semacam ini melahirkan modal sosial berupa ikatan-ikatan emosional yang menyatukan orang untuk mencapai tujuan bersama, yang kemudian menumbuhkan kepercayaan dan keamanan yang tercipta dari adanya relasi yang

relative panjang. Modal sosial akan tumbuh dan berkembang jika digunakan bersama dan akan mengalami kepunahan jika tidak dilembagakan secara bersama,

oleh karena itu, pewarisan nilai modal sosial dilakukan melalui proses adaptasi, pembelajaran, serta pengalaman dalam praktek nyata. Bentuk-bentuk modal sosial yang penting adalah kemampuan dan bakat-bakat individual, seluruh pengetahuan

masyarakat, interaksi dan hubungan dalam masyarakat, organisasi dan jaringan sosial, budaya masyarakat. Modal sosial berlangsung melalui berbagai bentuk,

antara lain melalui aliran informasi, norma hubungan timbal balik atau kerjasama mutual, tindakan kolektif, dan solidaritas yang didukung hubungan sosial. Bentuk-bentuk modal sosial tersebut diwujudkan dalam Bentuk-bentuk kesedian mereka

bekerjasama, saling membantu, dan saling membangun pengertian antara satu dengan yang lainnya.

(3)

3

bervariasi tergantung pada sejarah kebudayaan wilayah atau daerah tersebut. Serta

struktur sosial dan peradaban yang telah terbentuk cukup lama sesuai dengan lingkungannya. Hubungan yang terbentuk antara kultur dan institusi, bagaimanapun memiliki jalinan yang sangat kompleks. Namun keberadaan

institusi dan lembaga dalam masyarakat tidak dapat terbangun dengan kuat tanpa modal sosial, demikian juga sebaliknya, modal sosial pun tidak dapat eksis tanpa

institusi yang menopangnya.

Modal sosial dapat diartikan sebagai karakteristik dari hubungan antar individu dalam suatu organisasi sosial maupun dengan individu diluar organisasi

yang dapat berwujud kepercayaan sosial, norma dan jaringan sosial yang memungkinkan setiap individu yang ada di dalamnya untuk melakukan kerjasama

untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial yang terbentuk di masyarakat dapat memiliki bentuk yang beraneka ragam, baik itu berupa organisasi maupun nilai-nilai yang berkembang dimasyarakat. Wujud nyata dari modal sosial yang terjadi

di masyarakat tidak dapat dilepaskan dari sistem budaya yang di masyarakat itu sendiri. Hermawati dan Handari (2003) mengungkapkan bentuk-bentuk modal

sosial yang berkembang di masyarakat sebagai, hubungan sosial, adat dan nilai budaya lokal, toleransi, kesediaan untuk mendengar, kejujuran, kearifan lokal dan pengetahuan lokal, jaringan sosial dan kepemimpinan social, kepercayaan,

kebersamaan dan kesetiaan, tanggung jawab sosial, partisipasi masyarakat, dan kemandirian.

(4)

4

miskin. Desa Silalahi merupakan desa yang memiliki sumberdaya alam dan

sumber daya manusia yang memadai tetapi awalnya kurang mendapat perhatian dari pemerintah dalam bidang pekerjaan dan saat ini Dinas Tenaga Kerja dan sosial sudah mulai memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa

Silalahi I. Desa Silalahi ini merupakan bagian dari Danau Toba, dimana desa ini terletak dibagian tepi danau toba. Di Desa Silalahi I ini juga terdapat banyak

wisata sama halnya dengan Danau Toba yang selama ini banyak dikunjungi oleh masyarakat lokal maupun wisatawan asing, tetapi jika dibandingkan pengunjung yang lebih ramai adalah di Danau Toba itu sendiri padahal yang lebih bersih

adalah Silalahi I daripada Danau Toba yang seperti kita ketahui banyak sampah yang mengotori danau tersebut. Desa Silalahi I terdapat keramba dimana para

nelayan menjaring ikan untuk dijual seperti ikan pora-pora, ikan mujahir dan ikan emas. Selain itu banyak masyarakat local yang memancing didaerah Desa Silalahi I dan sekitarnya.

Penduduk desa tersebut sebagian besar menghidupi kebutuhan pokoknya dengan cara bertani yaitu menanam bawang dan menanam padi. Sebelum

pemerintah melakukan suatu pemberdayaan masyarakat desa belum mengetahui apa yang dapat untuk digunakan menjadi modal dalam memajukan tingkat kehidupannya. Rata-rata pekerjaan masyarakat sekitar hanya menunggu waktu

panen yang mereka tanam seperti padi dan bawang. Selain itu ada juga yang menjadi nelayan disekitaran danau tersebut.

(5)

5

dari tahun 2009 sampai tahun 2013 tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran

semakin meningkat. Sehingga saat ini pemerintah mengupayakan melakukan suatu pelatihan khusus untuk memberikan pengetahuan bagi masyarakat agar mereka mempunyai modal dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Program

yang dilakukan pemerintah Dinas Tenaga Kerja dan Sosial adalah program peningkatan kesempatan kerja. Memberikan fasilitas dan mendorong sistem

pendanaan pelatihan berbasis masyarakat. Program ini merupakan suatu pemberdayaan bagi masyarakat bagaimana menggunakan sumber daya yang sudah tersedia didesa tersebut seperti bawang dan ikan pora-pora. Dalam hal ini

bentuk fasilitas yang diberikan pemerintah yaitu mendatangkan pelatih dari ibu kota dan provinsi untuk melatih mereka, kemudian menyediakan dana serta alat

yang dibutuhkan seperti, dandang, kuali, kompor,pisau, minyak, tepung dan lainnya. Mereka hanya menyediakan ikan pora-poranya saja serta kesediaan diri mereka untuk mengikuti pelatihan tersebut.

Pengembangan masyarakat adalah upaya mengembangkan sebuah kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif berlandaskan prinsip–prinsip keadilan

sosial dan saling menghargai. Para pekerja kemasyarakatan berupaya memfasilitasi warga dalam proses terciptanya keadilan sosial dan saling menghargai melalui program–program pembangunan secara luas yang

menghubungkan seluruh komponen masyarakat. Pengembangan masyarakat menerjemahkan nilai – nilai keterbukaan, persamaan, pertanggungjawaban,

(6)

6

memberikan kekuatan atau sarana yang diperlukan dan memberdayakan mereka

(FCDL, 2003: 1).

Kegiatan masyarakat difokuskan kepada upaya menolong orang–orang yang lemah yang memiliki minat untuk bekerja sama dalam kelompok, melakukan

identifikasi terhadap kebutuhan dan melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pengembangan masyarakat sering kali

diimplementasikan dalam beberapa bentuk kegiatan, yaitu :

1. Program pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh daya dukung dan kekuatan dalam memenuhi

kebutuhannya.

2. Kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan–

kebutuhan warga kurang mampu dapat dipenuhi oleh pihak – pihak lain yang bertanggung jawab.

Semua kegiatan pengembangan masyarakat diarahkan untuk membentuk sebuah struktur masyarakat yang mencerminkan tumbuhnya semangat swadaya dan partisipasi. Pengembangan masyarakat meliputi usaha memperkukuh interaksi

sosial dalam masyarakat, menciptakan semangat kebersamaan, solidaritas diantara anggota masyarakat dan membantu mereka untuk berkomunikasi dengan pihak

lain dengan cara berdialog secara alamiah atau tanpa intervensi, didasari penuh pemahaman dan ditindak lanjuti dengan aksi sosial nyata.

Desa Silalahi I salah satu modal sosialnya yaitu jaringan sosial. Dimana

jaringan sosial merupakan suatu interaksi sosial yang mempunyai hubungan didalam organisasi atau komunitas. Didesa Silalahi I sudah terdapat komunitas

(7)

7

membentuk komunitas tersebut adalah pemerintah setempat guna untuk

meningkatkan taraf kehidupan mereka. Maksud dari hubungan yang membentuk sebuah jaringan sosial dalam hal ini yaitu dimana anggota komunitas itu sendiri mampu menjalin interaksi antara satu dengan yang lain. Dalam hal ini pemerintah

selaku media perantara bagi masyarakat membentuk kelompok didalam komunitas tersebut. Tujuannnya untuk membentuk suatu kepercayaan, kerjasama

dan kepemimpinan antara anggota satu dengan yang lain meskipun sudah memiliki kelompok masing-masing.

Pemerintah sangat berperan penting dalam pembangunan modal sosial di

Desa Silalahi I. Pembangunan modal sosial oleh pemerintah dikenal pula sebagai

dimana menekankan pada pentingnya kolektivitas. Kumpulan ini dibangun dari asosiasi masyarakat yang memiliki sumber daya secara kolektif dan membagi wewenang untuk membuat keputusan. Melalui strategi tersebut, pembangunan

sosial dilakukan oleh samping adanya

tanggung jawab untuk memastikan apaka diimplementasikan dan apakah kebijakan sosial dan ekonomi diselaraskan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kebanyakan pemerintah hanya

berdiam diri melihat kondisi sosial dan ekonomi khususnya masyarakat yang kurang mampu. Namun, dalam hal ini berbeda pemerintah mampu mewujudkan

(8)

8

pengamatan dan sosialisasi terhadap masyarakat Silalahi. Dan sudah jelas bahwa

Desa silalahi I terdapat modal sosial yang cukup untuk diberikan pelatihan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.

Desa Silalahi I merupakan desa yang memiliki sumber daya manusia dan

sumber daya alam yang cukup besar tetapi masyarakat kurang menyadari akan adanya modal sosial yang dimiliki. Dengan demikian Dinas Tenaga Kerja dan

Sosial melakukan kegiatan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora. Dalam membentuk modal sosial tanpa adanya kerja sama dan saling adanya kepercayaan antara satu dengan yang lain maka tidak dapat membentuk sebuah jaringan sosial.

Jaringan sosial dapat terbentuk ketika modal sosial dalam sebuah komunitas sudah dapat terpenuhi.

Berdasarkan latar belakang diatas muncul sejumlah pertanyaan yaitu mengenai bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat di Desa Silahi I terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan

Sosial? Bagaimanakah persepsi masyarakat miskin dan pengangguran terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora sesudah mengikuti program

pelatihan tersebut? Apakah keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (DISNAKERSOS) terhadap masyarakat miskin dan pengangguran mendorong terjadinya jaringan sosial? Pernyataan

permasalahan tersebut menarik untuk diteliti, sebab penelitian ini ingin melihat bagaimana hubungan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora dan jaringan sosial

(9)

9 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka peneliti membuat rumusan masalah berdasarkan fokus penelitian. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat di Desa Silahi I terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga

Kerja dan Sosial?

2. Bagaimanakah persepsi masyarakat miskin dan pengangguran terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora sesudah mengikuti

program pelatihan tersebut?

3. Apakah keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas

Tenaga Kerja dan Sosial terhadap masyarakat miskin dan pengangguran mendorong terjadinya jaringan sosial di Desa Silalahi 1?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk melihat tingkat partisipasi masyarakat di Desa Silahi I terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga

Kerja dan Sosial.

2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat miskin dan pengangguran terhadap program pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora sesudah mengikuti

program pelatihan tersebut.

3. Untuk melihat keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh

(10)

10 1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada

umumnya dan ilmu Sosiologi, khususnya pada bidang ilmu Sosiologi Pembangunan dan institusi sosial.

2. Untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai permasalahan yang diteliti dan kemampuan peneliti untuk membuat karya tulis ilmiah.

2. Menjadi sumbangan pemikiran pada kajian pengembangan masyarakat dan institusi sosial, mengenai informasi yang

membantu masyarakat khususnya pembangunan modal sosial masyarakat miskin dan pengangguran dalam mengikuti pelatihan industry kecil ikan pora-pora.

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Teori Modal Sosial

(11)

11

manfaat rill bagi orang miskin dan komunitas yang terpinggirkan. Modal sosial

dalam hal ini mempresentasikan sumber daya karena melibatkan harapan akan resiprositas, dan melampaui individu mana pun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas yang hubungan-hubungannya diatur oleh tingginya tingkat

kepercayaan dan nilai-nilai bersama. Tempat modal sosial dalam karya Coleman terletak didalam upaya lebih luas untuk memahami basis tatanan sosial.

Dari teori pilihan rasional Coleman berkembang pandangan yang luas tentang masyarakat sebagai sekumpulan system sosial perilaku individu. Untuk menguraikan prinsip-prinsip tatanan sosial, Coleman mengusulkan agar perilaku

pada level system harus dipilah-pilah lagi menjadi pemahaman atas preferensi individu dan tindakan-tindakan mereka. Konsep modal sosial adalah sarana untuk

menjelaskan bagaimana orang dan kelompok berusaha untuk bekerja sama dan modal sosial ini lahir dari upaya untuk menjelaskan adanya ketimpangan sosial. Modal sosial memberikan pemecahan atas masalah seseorang memilih bekerja

sama, bahkan kepentingan paling utama mereka terkesan dapat terpenuhi melalui kompetisi.

Dalam artian modal sosial adanya norma, jaringan sosial dan hubungan antara orang dan perorangan atau dalam hal ini antara narasumber atau pemerintah dan peserta bernilai bagi tumbuh kembangnya suatu taraf kehidupan yang lebih

baik bagi masyarakat miskin dan pengangguran dalam mengikuti pelatihan. Modal sosial dan modal manusia hubungan dipandang membangun sumber modal

(12)

12

Kedekatan dalam hal ini adanya hubungan yang memberikan manfaat timbal balik

antar individu dan institusi berbeda, sebagai sesuatu yang esensial dalam memberikan tidak hanya dipenuhinya kewajiban, namun juga bagi dijalankannya sanksi.

Sama halnya dengan teori sosial Marxis, yang berasumsi bahwa orang bersatu untuk mengejar kepentingan bersama kelas sosial mereka sendiri, namun

bukan karena mereka menikmati kebersamaan mereka. Peran modal sosial dalam membangun modal sosial manusia secara logis mengarah pada pandangan bahwa pilihan individu adalah cara yang buruk untuk menentukan distribusi keterampilan

(Jhon Field,2011: 32-46).

1.5.2 Teori Pilihan Rasional

Pilihan Rasional (rational choice), seperti yang dikembangkan oleh para ekonom dan khususnya seperti yang tercermin dalam karya dari Gary Backer tentang The Economic Approach to Human Behaviour (1976), mulai dengan

beberapa unit perilaku atau actor yang diasumsikan “berperilaku rasional”. Berperilaku rasional bermakna memaksimumkan keajegan perilaku yang

diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau hasil dimsa akan datang.

Secara umum teori pilihan rasional mengasumsikan bahwa tindakan

manusia mempunyai maksud dan tujuan yang dibimbing oleh hirarki yang tertata rapi dari preferensi. Dalam hal ini rasional berarti :

1. Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan

(13)

13

3. Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai

pilihan tertentu

Bagi kelompok Sosiologi Ekonomi baru yang dimotori oleh Granovetter percaya, bahwa kegiatan ilmiah Sosiologi dan pokok persoalan studi Sosiologi,

apabila dimasukkan kedalam kerangka individu merupakan suatu kekliruan. Menurut Granovetter (1985), pendekatan pilihan rasional merupakan bentuk

ekstrem dari individualism metodelogis yang mencoba meletakkan suatu superstruktur yang luas diatas fundamental yang sempit, sebab pendekatan pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius struktur jaringan social dan bagaimana

struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan. (Damsar, 2009).

Semua pilihan ditawarkan kepada setiap individu ataupun kelompok untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan. Pilihan disiapkan secara rasional untuk kemudian diwujudkan menjadi Perilaku Rasional untuk sebuah tindakan dalam Budaya Konsumen tersebut. Secara tidak langsung ini juga berlaku pada konsep

umum yaitu, Hidup adalah pilihan yang bisa dibahas melalui konsep dan teori dari perspektif Sosiologi pada umumnya dan Sosiologi Ekonomi pada khususnya.

1.6 Hipotesis

Hipotesis dapat didefenisikan sebagai suatu pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif

sehingga dapat diuji kebenarannya. Hipotesis nol yang dilambangkan dengan H0 adalah sebuah proposisi yang menyatakan hubungan yang defenitif dan eksak atau

(14)

14

alternative yang dilambangkan dengan H1 atau HA yang merupakan kebalikan dari hipotesis nol adalah sebuah pernyataan yang menjelaskan adanya korelasi atau perbedaan antara populasi dari dua variabel atau lebih (Sukaria, 2011 : 94-104).

HA = Terdapat korelasi positif antara keberadaan pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial terhadap masyarakat miskin dan pengangguran.

H0 = tidak terdapat korelasi positif antara keberadaan pelatihan da pengolahan ikan pora-pora oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial terhadap masyarakat miskin dan pengangguran.

1.7 Defenisi Konsep

1. Modal Sosial

James Coleman (1990:300), seorang sosiolog, memberi batasan kapital sosial sebagai “seperangkat sumber daya yang inheren dalam hubungan keluarga dan dalam organisasi sosial komunitas serta sangat berguna bagi pengembangan

kognitif dan sosial seorang anak”. Coleman menambahkan bahwa kapital sosial merupakan “aspek dari struktur sosial serta memfasilitasi tindakan individu dalam

struktur sosial”. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kapital sosial merupakan investasi sosial, yang meliputi sumber daya sosial seperti jarigan, kepercayaan, nilai dan norma serta kekuatan menggerakkan dalam

struktur hubungan sosial untuk mencapai tujuan individual dan atau kelompok secara efisien dan efektif dengan kapital lainnya.

(15)

15

sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang

dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dalam level mekanismenya, modal sosial dapat mengambil bentuk kerjasama sebagai upaya penyesuaian dan koordinasi tingkah laku yang diperlukan untuk

mengatasi konflik.

Di indonesia, studi tentang modal sosial secara formal masih merupakan

hal yang baru. Namun, secara eksplisit belum begitu mengenal terminologi modal sosial, sebenarnya telah ada beberapa studi terutama berupa kajian tentang hubungan kerja sama saling menguntungkan antar warga masyarakat di daerah

pedesaan yang pada esensinya memiliki keterikatan erat dengan modal sosial terdiri dari norma jaringan dan kepercayaan, maka sebenarnya hal tersebut secara

historis bukan merupak fenomena baru dan asing bagi masyarakat Indonesia dan hal tersebut lebih berakar kuat dan terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan.

Semangat dan implementasi dari kemauan untuk saling bekerjasama dalam upaya memenuhi kepentingan sosial dan kepentingan individu atau personal teleh

termanivestasikan dalam berbagai bentuk aktivitas bersama yang secara umum dikenal dengan kegiatan “Gotong Royong”. Gotong royong merupakan suatu bentuk kehidupan sosial di masyarakat pedesaan dimana sesama anggota

masyarakat saling tolong menolong secara timbal balik dalam hal ini terjadi hubungan Resiprositas.

Menurut Lesser (Mariana, 2006) modal sosial sangat penting bagi komunitas karena:

(16)

16

2. Menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam

komunitas.

3. Mengembangkn solidaritas

4. Memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas

5. Memungkinkan pencapain bersama.

6. Membentuk prilaku kebersamaan dan keorganisasian komunitas.

Modal sosial bisa diukur kedalam enam dimensi, adapun keenam dimensi tersebut adalah kelompok dalam jaringan, kepercayaan dan solidaritas, tindakan kolektif dan kerja sama, informasi dan komunkasi, kohesi sosial dan pemasukan

yang terakhir adalah kekuasaan dan tidakan politik.

Berbeda dengan modal fisik dan modal manusia yang sifatnya lebih

kongkrit, dapat diukur dan dapat diperhitungkan secara eksak untuk suatu proses produksi, wujud modal sosial tidak sejelas kedua jenis modal tersebut. Pemahaman tentang modal sosial menekankan pada hubungan timbal balik antara

modal dan sifat sosial yang menjelaskan modal tersebut. Sifat sosial dalam modal sosial tidak bersifat netral, ditandai adanya hubungan saling menguntungkan

antara dua orang, kelompok, kolektivitas, atau kategori sosial atau manusia pada umunya.

Fukuyama dalam Nasdian (2005) mengartikan modal sosial sebagai

seperangkat nilai-nilai internal atau norma-norma yang disebarkan di antara anggota-anggota suatu kelompok yang mengijinkan mereka untuk bekerjasama

(17)

aturan-17

aturan yang disepakati anggota, seperti pertemuan rutin setiap bulan, aturan

pengembalian pinjaman dan pembagian tugas. a. Kepercayaan (Trust)

b. Kejujuran (Honesty)

c. Timbal Balik (Resiprocity)

Grootaet di dalam Ketut menyatakan bahwa kapital sosial merupakan salah

satu alternative untuk mengatasi kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan ketersedian kapital ekonomi di tingkat rumah tangga. Bahkan menurutnya, kontribusi kapital sosial sebanding dengan modal manusia. Artinya kapital sosial

yang bersifat non fisik diyakini mampu menandingi peran kapital fisik. Sedangkan kapital sosial berdasarkan sosiologi ekonomi digunakan atau

diterapkan dalam fenomena ekonomi, terutama yang terkait denan aspek produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa sebagai sumberdaya yang terbatas.

2. Jaringan sosial

Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain

melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan oleh prinsip kesukarelaan, kesamaan, kebebasan dan keadaban. Kemampuan anggota-anggota kelompok/masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola

hubungan sinergetis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial dalam masyarakat.

(18)

18

pengalaman-pengalaman sosial turunan dan kesamaan kepercayaan pada dimensi

ke-Tuhanan cenderung memiliki kohesifitas yang tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun sangat sempit. Sebaliknya, pada kelompok yang dibnagun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dan dengan ciri pengelolaan

organisasi yang lebih moderrn.

Kelompok dan jaringan memungkinkan orang untuk mengakses

sumber-sumber dan berkolaborasi untukk mencapai tujuan, ini adalah konsep penting bagian dari modal sosial. Jaringan informal di manifestasikan dalam pertukaran yang spontan dan tidak teratur terhadap informasi dan sumber penghasilan

kelompok seperti usaha dalam kerja sama, koordinasi dan saling membantu yang dapat memaksimalkan kegunaan sumber yang ada. Jaringan informal dapat

dihubungkan dengan hubungan horizontal dan vertikal yang dibentuk melalui faktor-faktor lingkungan, termasuk pasar, kekeluargaan, dan persahabatan.

Jenis lainnya adalah jaringan yang terdiri dari perkumpulan, dimana

anggotanya dihubungkan secara horizontal. Jaringan seperti ini sering secara jelas menggambarkan struktur, peran dan peraturan yang memerintah bagaimana

anggota kelompok bekerjasama untuk mencapai tujuan utama. Jaringan ini juga memiliki potensi alami untuk membangun diri sendiri, bantuan mutual, solidaritas dan upaya-upaya kerjasama dalam kelompok. Mata rantai modal sosial disisi lain,

termasuk hubungan dan interaksi di antara kelompok dan pemimpinnya dan memperluas hubungan antara anggota masyarakat di kampung dengan masyarakat

(19)

19 3. Masyarakat miskin dan pengangguran

Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang, luarga atau anggota masyarakat tidak mempunyai kemamuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar sebagaimana anggota masyarakat lain pada

umumnya. Menurut Emil Salim (1984), bahwa kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.

Mereka dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti pangan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain. Dalam pertumbuhan dan perkembangan

masyarakat, biasanya sekaligus tumbuh pula berbagai nilai dan norma yang baru, dan dapat mengakibatkan bergesernya ukuran-ukuran taraf kehidupan tertentu,

yang kemudian menjadi suatu kelaziman bagi masyarakat.

Ukuran kaya atau miskin dapat dilihat melalui kemampuan atau jumlah pemilikan nilai-nilai ekonomisnya. Jika pemilikan terhadap nilai-nilai ekonomis

ini mengalami ketimpangan, dimana tidak ada cukup dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, maka keadaan tersebut dapat menimbulkan

masalah-masalah sosial, apabila keadaan tersebut secara umum dirasakan sebagian besar jumlah anggota masyarakat. Untuk negara-negara tertentu umumnya terjadi didaerah pedesaan, sementara orang-orang kota berebut

menguasai sumber ekonomi, seperti status, lapangan pekerjaan dan lainnya. Faktor ekonomi kemudian dijadikan tolok ukur dalam menilai kemiskinan,

(20)

20

Menurut david C. Korten (1984), terdapat tiga kebutuhan pokok yang sulit untuk

dipenuhi oleh kaum miskin, yaitu :

1. Banyak diantara orang miskin tidak mempunyai kekayaan produktif selain kekuatan jasmani mereka. Berkembang dan terpeliharanya kekayaan

tersebut tergantung pada semakin baiknya kesempatan untuk memperoleh pelayanan umum, seperti pendidikan, perawatan, kesehatan dan

penyediaan air yang pada umunya tidak tersedia bagi mereka yang justru paling membutuhkan.

2. Peningkatan pendapatan kaum miskin itu mungkin tidak akan

memperbaiki taraf hidup mereka apabila barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pendapatan mereka tidak tersedia.

Selain itu, ada juga beberapa hal yang menyebabkan kemiskinan itu tetap ada dan tetap menjadi masalah sosial yaitu sebagai berikut :

1. Pihak untuk menjadi tetap miskin, yang mencerminkan dari pola pikir, pilihan hidup, dan perilaku individu. Misalnya, berperilaku malas dan tidak mau berusaha.

2. Sulitnya akses untuk mendapat pendidikan yang layak dan pekerjaan. 3. Perasaan terbiasa dengan kemiskinan dengan alasan karena hidup di

lingkungan miskin sehingga menggangap kemiskinan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

4. Kemiskinan sebagai akibat dari permasalahan structural, yaitu orang-orang

(21)

21

Walaupun kini pemerintah mengatakan bahwa kemiskinan berhasil

ditekan, beberapa pihak tetap tidak percaya atau ragu-ragu karena belum ada program pemerintah yang tepat dan efektif untuk meminimalisir kemiskinan di daerah maupun diprovinsi. Kemiskinan ini juga terjadi akibat dari pembangunan

didaerah – daerah, dimana adanya pembangunan yang tidak jelas dan tidak merata karena banyaknya dana yang dikorupsi menyebakan masyarakat mengadu nasib

ke ibu kota. Kebanyakan dari mereka tidak berhasil dan hidup terlunta-lunta ditengah kerasnya kehidupan di kota metropolitan.

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak

bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang

layak.Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Adapun yang menjadi jenis-jenis pengangguran menurut Dinas Tenaga Kerja dan Sosial yaitu,

pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu :

1. Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga

kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. 2. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang

tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya

tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.

(22)

22

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai

berikut:

1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar

daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.

2. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang

3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau

lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat

pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.

4. Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia

5. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan

sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara

lainnya.

(23)

23

pemerintah yang berasal dari sektor pajak, meningkatnya biaya sosial yang harus

dikeluarkan oleh pemerintah bagi masyarakat ,pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis, pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja serta Pengangguran akan menimbulkan

ketidakstabilan sosial dan politik.

pukul 20.43 WIB).

1.8 Operasional variabel

Operasional Variabel digunakan untuk melihat variable-variabel yang

menjadi kajian penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembangunan modal sosial masyarakat miskin dan pengangguran yang

mempengaruhi adanya keberadaan pelatihan industry kecil ikan pora-pora. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberadaan pelatihan industry kecil ikan pora-pora.

Defenisi operasional adalah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau memanipulasi variabel. Defenisi operasional memberikan batasan atau arti

suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Sarwono, 2006 : 12). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas sebagai pengaruh atau penyebab dari variabel lain.

(24)

24

(Sarwono, 2006 : 54). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keberadaan

pelatihan dan pengolahan ikan pora-pora di Desa Silalahi 1.

Adapun yang menjadi indikator variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu dalam pelatihan adalah pelatihan alat tangkap, pelatihan menggunakan alat

modern dan pelatihan manajemen pengolahan ikan pora-pora. Sedangkan indikator pengolahan adalah pengolahan ikan pora-pora menjadi kerupuk,

pengolahan ikan pora-pora menjadi ikan asin, pelatihan ikan pora-pora menjadi ikan tawar serta pelatihan ikan pora-pora menjadi abon.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah akibat dari variabel yang mendahuluinya, Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi jika dihubungkan dengan variabel

bebas. Variabel terikat adalah variabel yang variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas (Sarwono, 2006 : 54). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin dan pengangguran.

Adapun yang menjadi indikator variabel terikat pada penelitian ini, yaitu masyarakat miskin yang memiliki tingkat pendapatan Rp. 20.000,00 per hari,

tempat tinggal yang tidak layak seperti rumah papan, tingkat pendidikan yang rendah dan jumlah anak yang banyak. Sedangkan masyarakat pengangguran terbagi tiga yaitu tenaga kerja yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan,

tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu dan tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan. Dan pembentukan jaringan sosial dimana

(25)

25

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Pelatihan tidak layak seperti rumah papan

Tingkat pendidikan yang rendah

Jumlah anak yang banyak Masyarakat Pengangguran

Tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu Tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan

(26)

26 1.9 Bagan Operasional Variabel

Konsep Variabel Indikator

Keberadaan pelatihan dan pora menjadi ikan asin Pengolahan ikan pora-pora menjadi ikan tawar Pengolahan ikan pora-tidak layak seperti rumah papan bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu Tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan

(27)

27

1.10 Defenisi Variabel dan Indikator yang digunakan 1. Pendapatan

Pendapatan merupakan hal pokok dan penting yang dimiliki oleh masyarakat miskin dan pengangguran guna untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Dalam hal ini masyarakat miskin yang mengikuti pelatihan ini sehari-harinya hanya mendapatkan Rp.20.000,00 perharinya. Jika dihitung pendapatan mereka

per bulan Rp. 500.000,00 sedangkan upah minimum di Desa Silalahi sebesar Rp. 1.000.000,00. Sehingga tidak mencukupi untuk melengkapi pangan, sandang dan kebutuhan lainnya bagi masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I.

2. Tempat Tinggal

Tempat tinggal yang dimiliki masyarakat miskin dan pengangguran di

Desa Silalahi I saat ini dikatakan tidak layak untuk ditempati karena bangunannya masih dari bangunan papan yang lama dan lantai tanah bahkan masih ada masyarakat yang tinggal dirumah panggung.

3. Tenaga kerja yang bekerja 35 jam selama seminggu

Di Desa Silalahi I ini terdapat masyarakat miskin dan pengangguran yang

bekerja selam 35 jam dimana yang mereka lakukan yaitu sebagai nelayan, menunggu hasil panen atau pun membantu orang lain untuk membersihkan lading.

4. Tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan

Masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I yang sedang

(28)

28

5. Tenaga kerja yang sama sekali tidak mendapat pekerjaan

Dalam hal ini masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I hanya berdiam saja dirumah sebagai ibu rumah tangga dan mengurus rumah dan berharap akan adanya bantuan dari pemerintah.

6. Pelatihan dan pengolahan

Dalam hal ini masyarakat miskin dan pengangguran di Desa Silalahi I

diberikan pelatihan dan cara bagaimana mengolah ikan pora-pora agar mendapatkan hasil yang lebih baik seperti mengolah ikan pora-pora menjadi ikan asin, ikan tawar, abon dan kerupuk. Narasumber juga memberikan pelatihan

bagaimana menggunakan alat modern untuk menangkap ikan pora-pora agar air danau tersebut tidak tercemar meskipun menangkap ikan pora-pora ini sangat

mudah.

7. Tingkat Pendidikan yang Rendah

Di Desa Silalahi I terdapat masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah

yang diakibatkan dari pendapatan, lebih memilih untuk bekerja agar kebutuhan sehari-hari dapat tercukupi.

8. Jumlah Anak yang Banyak

Masyarakat Desa Silalahi I terdapat jumlah penduduk yang paling banyak. Salah satunya diakibatkan karena memiliki anak yang banyak, rata-rata jumlah

anak dari penduduk Desa Silalahi I ini lebih dari 3. Mereka masih memiliki prinsip banyak anak banyak rezeki meskipun kebutuhan sehari-hari masih kurang.

9. Pembentukan Kelompok dan Nilai-Nilai Kelompok

(29)

29

lebih mampu bekerja sama dalam bentuk kelompok dan mampu memanajemen

serta membagi pekerjaan dengan baik sehingga ketika menjalankan suatu usaha dapat berjalan dengan baik.

10. Media Massa

Media massa merupakan sarana penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya melalui radio, televisi, surat kabar atau

penyalur seperti pemerintah setempat dan juga memperkenalkan secara langsung melalui acara-acara yang ada diwilayah sekitarnya. Di desa Silalahi I ini dengan menggunakan media massa mampu mendorong peningkatan penjualan hasil ikan

Referensi

Dokumen terkait

• Sido Muncul Kuku Bima Ener-G Drink adalah produk baru minuman serbuk, yang harus mampu. bersaing dengan pemain lama, yang selama ini dikuasai oleh Extra Joss, Hemaviton

PT Hutama Listrik & telpon Pembelian Toko Merdeka PT Duta Angkasa Biaya Gaji.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas layanan berpengaruh langsung secara positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah pengguna mobile banking bank

[5] Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dukungan suami dengan bonding attachment pada ibu post partum di RSUD Kota

Dari data hasil perhitungan selisih volume tampungan air waduk, dan jika dibandingkan dengan lamanya waktu antar pengukuran batimetri dilakukan, maka bisa

Tujuan penelitian ini adalah perbandingan pemberian terapi kompres hangat dan senam dismenorea terhadap tingkat dismenorea pada remaja di wilayah Gamping Sleman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengembangan industri Lurik di Kabupaten Klaten adalah (1) Meningkatkan peran Pemerintah Kabupaten Klaten dalam promosi produk

Hasil dari penelitian ini dalam melaksanakan perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian Kantor Pertanahan Kota Pangkalpinang kurang efektif, karena