1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang terdapat di Asia
Tenggara, disebut sebagai negara berkembang salah satu faktornya adalah
pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi. Pada tahun 2015 menunjukan
bahwa Indonesia menjadi negara terbesar keempat di dunia setelah Cina, India
dan Amerika Serikat (Kemenko, 2015). Selain itu, Indonesia semakin
berkembang khususnya dalam bidang teknologi. Indonesia adalah "raksasa
teknologi digital Asia yang sedang tertidur".
Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa adalah pasar
yang besar. Pengguna smartphone Indonesia juga bertumbuh dengan pesat.
Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah
pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan
jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif
smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Tentu
dengan ada kemajuan ini membuat masyarakat tidak bisa terlepas dari gadget
(Kominfo, 2015).
Melihat perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat kita tidak
dapat memungkiri bahwa setiap hari kita dihujani pesan-pesan dari berbagai
inovasi teknologi mulai dari telepon (seluler ataupun standar) hingga komputer,
televisi dan mesin faks. Penggunaan teknologi tidak terbatas bagi kaum muda,
2 Turner, 2010: 241). Dengan berkembangnya teknologi, fitur yang dimiliki
gadget pun beragam selain mempermudah dalam komunikasi jarak jauh.
Kini gadget hadir dikehidupan masyarakat denganmenawarkan suatu hal
yang baru dengan adanya fitur social media seperti facebook, twitter, instagram,
dan path. Selain melakukan komunikasi secara jauh dengan menggunakan short
message service (SMS), saat ini dimudahkan dengan adanya blackberry
messenger (BBM), line, whatssapp, dan lain-lain. Selain itu gadget digunakan
sebagai sarana hiburan dan sarana untuk mencari informasi seperti youtube
sebagai salah satu media hiburan untuk menghilangkan rasa penat.
Interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi
tersebut seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan
menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi
tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarkat
yang didorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa
yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahaan yang didorong oleh
media itu sendiri (Bungin, 2006:57). Tentunya dengan perkembangan teknologi
di Indonesia memberikan dampak baik maupun negatif terhadap penggunanya
khususnya anak usia dini.
Serta peran orang tua di era modern sangat dibutuhkan dengan adanya
kehadiran teknologi yang semakin berkembang merupakan sebuah tantangan
tersendiri bagi mereka. Karena interaksi didalam keluarga sangat dibutuhkan
untuk menjalin hubungan yang kuat antara orang tua dan anak. Tentu interaksi
secara benar dan tepat dengan cara saling tatap muka sehingga akan
menimbulkan sebuah komunikasi yang efektif, memunculkan kepedulian dan
3 Jika interaksi didalam keluarga digantikan dengan adanya kehadiran
gadget nantinya akan memunculkan kerenggangan hubungan antara orang tua
dan anak serta pola komunikasi yang individualis didalam keluarga. Menjadi
orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terutama dalam mengasuh anak.
Dengan rangkaian kata asah-asih-asuh, maka pengasuhan anak bertujuan untuk
meningkatkan atau mengembangkan kemampuan anak dan dilakukan dengan
dilandasi rasa kasih sayang tanpa pamrih (Lestari, 2012:37).
Pengasuhan merupakan tanggung jawab orang tua, sehingga sungguh
disayangkan bila pada masa kini masih ada orang yang menjalani peran orang
tua tanpa kesadaran pengasuhan (Lestari, 2012:37). Pada hal ini dapat
dicontohkan seperti pola asuh orang tua yang tergantikan oleh gadget, dimana
kesibukan orang tua menjadi alasan mereka untuk memberikan gadget kepada
anak. Sedangkan orang tua merupakan salah satu teladan bagi anak. Serta tidak
dipungkiri dalam pengasuhan terhadap anak akan memunculkan kedekatan
antara orang tua dan anak, dan memunculkan pola dalam berkomunikasi.
Sebuah survei oleh Common Sense Media di Philadelphia
mengungkapkan bahwa anak-anak mulai usia 4 tahun sudah punya perangkat
mobile sendiri tanpa pengawasan orang tua. Mengutip situs New York Times, 70
persen orang tua mengaku memang mengizinkan anak-anak mereka yang
usianya 6 bulan sampai 4 tahun bermain perangkat mobile ketika mereka sedang
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, serta 65 persen melakukan hal yang sama
untuk menenangkan si anak saat berada ditempat umum.
4 orang tua mengaku meninggalkan anak-anak mereka sendiri dengan gadget saat
menjelang tidur, padahal layar terang sebetulnya mengganggu tidur (CNN
Indonesia,2015).
Untuk menjadi teladan bagi anak, tentu memunculkan sebuah proses
komunikasi yang baik bahkan efektif. Di dalam sebuah keluarga tentu
memperlukan sebuah komunikasi untuk terjaganya suatu hubungan yang erat
antar suami dan istri, orang tua dan anak, sehingga komunikasi keluarga
memiliki pengertian yaitu suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan
keluarga. Komunikasi orang tua-anak sangat penting bagi orang tua dalam
upaya melakukan kontrol, pemantauan dan dukungan pada anak (Lestari,
2012:62). Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan
berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang serta terjadi kerenggangan
didalam keluarga.
Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga sukar dihindari,
oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara orang tua
dengan anak perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun
hubungan yang baik dalam keluarga (Djamarah, 2004 : 38). Menurut Shek 2000
(dalam Lestari, 2012:61) hasil-hasil penelitian telah menegaskan bahwa
komunikasi orang tua-anak dapat mempengaruhi fungsi keluarga secara
keseluruhan dan kesejahteraan psikososial pada diri anak.
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah
komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio
yang berarti pemberitahuan atau pertukaran (Wiryanto, 2004: 6). Komunikasi
5 komunikan dengan menggunakan suatu media tertentu sehingga menghasilkan
sebuah feedback atau efek yang diterima langsung oleh komunikan.
Selain itu menurut Hoveland dalam (Wiryanto, 2004: 6) mendefinisikan komunikasi, demikian: “ The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (ussualy verbal symbols) to modify, the
behaviourof other individu”. (Komunikasi adalah proses di mana individu mentrasmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain).
Dengan terjadinya komunikasi sehingga memunculkan sebuah pola
komunikasi. Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses
komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara suatu komponen komunikasi
dengan komponen lainnya (Soejanto, 2001: 27). Pola komunikasi nantinya akan
membantu orang tua untuk berkomunikasi dengan anak, dimana orang tua saat
ini mengizinkan anaknya untuk menggunakan gadget meskipun tidak semua
orang tua mengizinkan.
Tentunya peran orang tua dibutuhkan dalam hal perkembangan anak.
Dalam pola asuh secara umum orang tua biasanya memberikan
permainantradisional seperti mobil-mobilan, boneka, kelereng, layang-layang,
dan lain-lain. Namun, seiring dengan adanya kemajuan teknologi, orang tua saat
ini mulai memanfaatkan gadget sebagai alternatif dalam memberi hiburan
kepada anak. sedangkan permainan dan bermain memiliki arti dan makna
tersendiri bagi anak. Permainan mempunyai arti sebagai sarana
mensosialisasikan diri (anak) artinya permainan digunakan sebagai sarana
membawa anak ke alam masyarakat (Mutiah, 2010: 113).
Gadget sendiri memiliki manfaat seperti; memperlancar komunikasi,
6 Semakin canggih gadget yang digunakan semakin banyak pula keuntungan yang
didapatkan penggunanya. Dibalik manfaat gadget tentunya gadget sendiri
memiliki dampak negatif. Dampak negatif gadget yaitu; bahaya radiasi,
menyebabkan kecanduan, hambatan terhadap perkembangan, penyakit mental,
obesitas, gangguan tidur, dan pengaruh tayangan (Komarudin, Asep. (n.d).
Dampak negatif tersebut tentu mempengaruhi perkembangannya secara motorik
maupun psikis. Seperti yang dialami salah satu warga dusun Ngemplak, penulis
melakukan pra penelitian berupa wawancara dengan Ibu Nur Hayati. Beliau
sempat bercerita, bahwa anak sulungnya sempat mengalami keterlambatan
berbicara (speech delay), dikarenakan anaknya terlalu sering bermain gadget dan
menonton televisi. Sehingga terjadi keterlambatan pada pertumbuhan sang anak.
Selain itu interaksi sosial pada masa anak-anak sangat penting dalam
menumbuh kembangkan jiwa sosial anak. Kesenangan anak menggunakan
gadget membuat kepedulian terhadap sekitarnya menjadi rendah. Dikarenakan
Anak akan terpaku menatap layar gadget terus menerus serta anak menjadi sulit
untuk melakukan komunikasi. Menurut para ahli psikologi, usia dini (0-8 tahun)
sangat menentukan bagi anak dalam mengembangkan potensinya. Kehidupan
pada masa anak dengan berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang
sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya rangsangan (stimulasi)
dan perlakuan dari lingkungan hidupnya (Mutiah, 2010: 3).
Orang dewasa pun dapat merasakan kecanduan akibat penggunaan
gadget, apalagi untuk anak-anak yang seutuhnya belum memahami tentang
fungsi gadget sesungguhnya. Meskipun gadget sendiri memiliki dampak positif
dan negatif. Dengan adanya gadget mampu membentuk kita menjadi makhluk
individualis yang sukar untuk melakukan komunikasi secara langsung.
7 mungkin dapat bertahan hidup dan berkembang hanya seorang diri. Karena pada
dasarnya manusia saling membutuhkan orang lain untuk berkembang dan
meneruskan hidup.
Didalam penelitian ini penulis melakukan pra penelitian dengan
melakukan wawancara dengan salah satu warga di Ngemplak, Ibu Yeni memiliki
seorang putri bernama Angela yang berusia 6 tahun. Angela sering bermain
gadget, tanpa diawasi oleh orang tuanya. Namun Ibu Yeni menyadari bahwa
konten-konten di internet tidak tersaring dengan baik. Akhirnya Ibu Yeni mulai
memutuskan ketika Angela meminta untuk bermain gadget, Ibu Yeni ikut
mengawasi agar beliau tahu anaknya mengakses apa saja selama menggunakan
gadget. Tidak selalu menuruti anaknya ketika anaknya meminta untuk bermain
gadget, Ibu Yeni pun melarang anaknya untuk bermain terus dengan gadget dan
memberi penjelasan kepada anaknya. Dulu Angela kerap kali memohon bila
tidak diberikan gadget oleh ibunya, dan Ibu Yeni mendapati anaknya berkata “
Ma please ma, bentar tok. Nggak buka saru-saru wes”. Selama 1 tahun menjadi
anak yang kecanduan gadget, Akhirnya Angela saat ini mengurangi
kebiasaannya yang sering bermain gadget. Kadang Angela meminta gadget
kepada Ibunya untuk mengakses Youtube untuk menonton cartoon atau
menonton lagu anak-anak tentunya dalam pengawasan Ibu Yeni, meskipun
Ibunya sudah tahu konten yang akan diakses oleh anak.
Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa gadget
dapatmemberikan dampak yang kurang baik kepada anak khususnya anak usia
dini. Sehingga menimbulkan kecemasan tersendiri terhadap orang tua dalam
penanggulangannya.Dalam hasil wawancara tersebut merupakan hal yang perlu
8 relevan jika penelitian ini dilakukan, karena peneliti ingin melihat pola
komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak yang memakai gadget.
Berdasarkan latar belakang tersebut, telah dijabarkan dampak baik dan
buruk gadget, serta orang tua saat ini mendapati tantangan untuk membangun
sebuah komunikasi agar terciptanya suatu hubungan yang kuat dengan anak dan
diikuti oleh berkembangnya teknologi. Sehingga orang tua dapat menjaga
komunikasi yang baik dengan anak. Meskipun, anak diberikan kepercayaan
untuk menggunakan gadget. Serta tidak lupa dalam penggunaannya diimbangi
dengan pengawasan secara langsung seperti penggunaan gadget dalam jangka
waktu yang normal dan wajar. Tidak setiap saat anak diperbolehkan
menggunakan gadget.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini
yaitu:
Bagaimana pola komunikasi orang tua dengan anak yang memakaigadget?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini, adalah mendiskripsikan pola komunikasi orang tua
dengan anak yang memakai gadget.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
ilmu pola komunikasi orang tua dan anak usia dini dalam pemberian gadget.
1.4.2 Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada
orang tua dampak dari memberikan gadget.
9 a. Pola Komunikasi:
Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari
proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen
komunikasi dengan komponen lainnya (Soejanto, 2001: 27). Pola
Komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau
lebih dalam proses pengiriman, dan penerimaan cara yang tepat sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami.
b. Orang Tua:
Menurut Miami M. Ed dalam Kartono (1982: 48) dikemukakan
bahwa orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan
dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari
anak-anak yang dilahirkannya.
c. Anak:
Menurut Kasiram (dalam Hasan, 2008: 51) mengatakan anak
adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang
mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang kesemuanya itu
merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan
pada tiap-tiap fase perkembangannya. Menurut para ahli psikologi, usia
dini (0-8 tahun) sangat menentukan bagi anak dalam mengembangkan
potensinya (Mutiah, 2010: 3).
d. Gadget:
Menurut Indrawan (dalam Dewanti, Widada, dan Triyono, 2013: 127)
Gadget adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa inggris yang
merujuk pada perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus
untuk mengunduh informasi-informasi terbaru dengan berbagai teknologi
maupun fitur terbaru, sehinga membuat hidup manusia menjadi lebih