• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR- FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN HAMBATAN PENGELUARAN ASI 1-3 HARI POST PARTUM DI RUANG NIFAS RSUD KOTA LANGSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR- FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN HAMBATAN PENGELUARAN ASI 1-3 HARI POST PARTUM DI RUANG NIFAS RSUD KOTA LANGSA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN:2460-4356 14 FAKTOR- FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN HAMBATAN PENGELUARAN

ASI 1-3 HARI POST PARTUM DI RUANG NIFAS RSUD KOTA LANGSA

Fazdria1, Meliani Sukmadewi Harahap1 1

Dosen Prodi D-III Kebidanan Kota Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh

ABSTRAK

Menurut Ambarwati (2010), hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI diantaranya ialah makanan (gizi pada ibu menyusui), ketentraman jiwa dan pikiran (penyakit), perawatan payudara, anatomis payudara, fisiologi, faktor istirahat, faktor isapan anak dan faktor obat-obatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan hambaran pengeluaran ASI 1-3 Hari post partum di ruang nifas RSUD Kota Langsa Tahun 2014. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan dari tanggal tanggal 23 Juni sampai dengan 01 Juli 2014.

Populasi penelitian ini adalah ibu post partum yang ada diruang nifas RSUD Kota Langsa pada saat penelitian berlangsung. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Samplingdengan jumlah responden sebanyak 43 responden.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara isapan bayi dengan hambatan ASI 1-3 hari post partum di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa yang menghasilkan P-Value (Continuity Correction) = 0,000 (p <0,05), tidak terdapat hubungan antara kecemasan dengan hambatan ASI 1-3 hari post partum di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa yang menghasilkan P-Value (Pearson Chi-Square) = 0,345 (p >0,05), terdapat hubungan antara perawatan payudara dengan hambatan ASI 1-3 hari post partum di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa yang menghasilkan P-Value (Fisher;s Exact Test) = 0,000 (p <0,05) dan tidak terdapat hubungan antara penyakit penyerta dengan hambatan ASI 1-3 hari post partum di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa yang menghasilkan P-Value (Fisher;s Exact Test) = 0,469 (p >0,05).

Peneliti memberi saran untuk kebijakan agar melakukan promosi mengenai pentingnya pemberian ASI sedini mungkin dari mulai segera setelah lahir sampai seterusnya secara rutin.

Kata kunci : Hambatan ASI 1-3 Hari Post Partum

PENDAHULUAN

Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh.

(2)

masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun (Afriani)2.

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan tunggal terbaik yang bisa memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi normal untuk tumbuh kembang di bulan-bulan pertama kehidupannya. Itu sebabnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana PBB untuk Anak-anak (UNICEF) menetapkan pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan. Ini berarti, si kecil hanya mendapat ASI, tanpa makanan tambahan lain selama masa itu. Penelitian menunjukkan, banyak manfaat diperoleh bayi yang mendapat ASI. Tidak ada yang bisa menggantikan ASI yang memang di'desain' khusus untuk bayi (Surirnah)26.

Riset menunjukan bahwa penatalaksanaan ibu dan bayi dalam periode kehamilan, pelahiran dan pasca partum mempengaruhi hasil menyusui. Dalam pengakuan pentingnya praktik pelahiran, UNICEF dan World Health Organization (WHO) menciptakan Baby-Friendly Hospital Intitiavel guna memperkenalkan fasilitas maternitas yang bekerja untuk membuat lingkungan yang mencakup fasilitas yang meningkatkan, melindungi dan mendukung menyusui (Varney H)27.

WHO dan UNICEF juga membuat deklarasi yang dikenal denganDeklarasi Innocenti (Innocenti Declaration). Deklarasi tersebut dibuat di Innocenti Italia pada publikasi ini untuk melindungi, mempromosikan, dan memberika dukungan pada pemberian ASI (Suherni)23.

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar

karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI (Ambarwati)1.

Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi mengisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu menuju reservoir susu yang berlokasi dibelakangareola,lalu kedalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ke tiga kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara (Saleha)21.

Sayangnya, para ibu di Indonesia banyak yang tidak memberikan ASI kepada bayinya. Padahal dengan memberikan ASI, kesehatan dan kecerdasan sang bayi pun terjamin. Tidak hanya itu, sang ibu pun mendapatkan salah satu manfaat yaitu menjadi lebih jarang terkena kanker payudara.

Riset terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2011 menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia berakibat penyakit, fakta resiko kematian bayi di bawah usia 2 bulan tanpa ASI eksklusif berpeluang 5,75 kali lebih besar dibandingkan dengan yang diberi ASI. Jika pemberian ASI eksklusif ditingkatkan dari 39% menjadi 78% maka resiko tingkat kematian bayi dapat diturunkan menjadi 50% (Lancet)10

(3)

ISSN:2460-4356 Page 16 payudara, anatomis payudara,

fisiologi, faktor istirahat, faktor isapan anak dan faktor obat-obatan, sedangkan menurut Roesli (2007) hal-hal yang dapat menghambat pengeluaran ASI pada diantaranya adalah ibu yang sedang bingung atau pikirannya sedang kacau, ibu khawatir jika ASI tidak cukup, ibu merasa kesakitan terutama pada saat menyusui, ibu merasa sedih sekaligus cemas dan ibu yang malu menyusui.

Faktor kecemasan merupakan faktor yang paling dominan terhadap terjadinya hambatan ASI, menurut Roesli (2011) semua fikiran negatif dapat mempengaruhi produksi ASI diantaranya adalah ibu yang sedang bingung atau pikiran kacau, apabila ibu khawatir atau takut ASI-nya tidak cukup, apabila seorang ibu merasa kesakitan, terutama saat menyusui, apabila ibu merasa sedih, cemas, marah dan kesal, apabila ibu malu menyusui.

Program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif merupakan program prioritas, karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini berkaitan juga dengan kesepakatan global antara lain Deklarasi di Italia tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap pengguna ASI, disepakati pula untuk pencapaian pemberian ASI Eksklusif sebesar 80%. Konferensi Tingkat Tinggi Tentang Kesejahteraan Anak salah satu kesepakatannya adalah semua keluarga mengetahui arti penting mendukung wanita dalam tugas

pemberian ASI saja untuk 6 bulan pertama kehidupan anak.

Berdasarkan data dari “baseline survey Health Services Program(HSP), United States Agency International Development (USAID) pada 2010 lalu, di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) paling rendah untuk menyusui dini dibandingkan daerah lain” kata ahli kesehatan reproduksi Aceh, Cut Idawani di Banda Aceh. Hanya 34% ibu melahirkan memberikan ASI Eksklusif, padahal angka kelahiran dengan bidan di Aceh cukup tinggi yaitu mencapai 94% di kota Banda Aceh, 85% di Aceh Besar, 48% di Aceh Jaya dan 36% di Aceh Utara (Cut Idawani)6.

Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kota Langsa belum sepenuhnya tercapai, menurut data bahwa pada tahun 2012 dari 3.334 bayi yang seharusnya mendapatkan ASI secara Eksklusif hanya 1.322 (39,7%) yang mendapatkan ASI Eksklusif pada tahun 2013 (Profil Dinkes Kota Langsa)5.

Hasil survey awal yang peneliti lakukan di ruang nifas RSUD Kota Langsa dengan melakukan wawancara dan observasi kepada 10 orang ibu post partum diperoleh hasil bahwa terdapat 7 (70%) ibu yang mengalami hambatan ASI 1-3 hari post partum, sementara hanya 3 (30%) yang tidak mengalami hambatan ASI.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Hambaran Pengeluaran ASI 1-3 Hari Post Partum Di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif analytic yang bersifat cross sectional study dimana variabel

(4)

variabel dependen. Penelitian ini dilakukan di Ruang Nifas RSUD Langsa pada tahun 2014. Populasi dan Sampel

Penelitian Populasi ibu post partum yang ada diruang nifas RSUD Kota Langsa sampel sebanyak 43 responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat

Hasil penelitian ini disajikan dalam distribusi frekuensi yang ditinjau dari isapan bayi, kecemasan, perawatan payudara dan penyakit penyerta tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan hembatan pengeluaran ASI 1-3 hari post partum di ruang nifas RSUD Langsa tahun 2013.

Distribusi Frekuensi Hambatan Pengeluaran ASI 1-3 Hari Post Partum di Ruang Nifas RSUD Langsa Tahun 2013

No Hambatan ASI Frekuensi Persentase (%)

1 2

Ya Tidak

29 14

67,4 32,6

Jumlah 43 100

Sumber data primer diolah tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas dari 43 responden mayoritas mengalami penghambatan pengeluaran ASI 1-3 hari post partum sebanyak 29 responden (67,4%).

Peneliti mengasumsikan bahwa masih banyak ibu post partum yang mengalami hambatan ASI 1-3 hari, dikarenakan kurangnya pengetahuan

ibu post partum tentang cara memperlancar dan meningkatkan kualitas ASI, hal ini membutuhkan peran petugas kesehatan khususnya bidan dalam rangka memberikan edukasi dan pendidikan kesehatan tentang cara memperlancar dan meningkatkan kualitas ASI.

Distribusi Frekuensi Isapan Bayi di Ruang Nifas RSUD Langsa Tahun 2013

No Isapan Bayi Frekuensi Persentase (%)

1 2

Baik Tidak Baik

19 24

44,2 55,8

Jumlah 43 100

Sumber data primer diolah tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas dari 43 responden mayoritas memiliki isapan bayi yang tidak baik sebanyak 24 responden (55,8%). Peneliti mengasumsikan bahwa ibu yang mengalami ASI terhambat pada 1-3 haripost partum lebih banyak terdapat pada isapan bayi yang tidak baik, hal ini dikarenakan isapan bayi akan merangsang pengeluaran ASI sehingga ibupost partum

yang memiliki isapan bayi yang tidak baik memiliki risiko yang lebih besar

(5)

ISSN:2460-4356 Page 18 Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Post Partum Di Ruang Nifas RSUD Langsa

Tahun 2013

No Kecemasan Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Tidak Ada Kecemasan Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang

39 3 1

90,7 7 2,3

Jumlah 43 100

Sumber data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dari 43 responden mayoritas tidak mengalami kecemasan sebanyak 39 responden (90,7%).

Peneliti mengasumsikan bahwa kecemasan tidak mempengaruhi produksi ASI hal ini terlihat dari hasil penelitian bahwa ibu yang mengalami hambatan ASI lebih terdapat pada ibu post partum yang mengalami kecemasan dan tidak

mengalami kecemasan, sehinggan resiko terjadinya hambatan ASI pada hari 1-3 post partum dimiliki oleh ibu yang mengalami kecemasan dan tidak mengalami kecemasan.

Distribusi Frekuensi Perawatan Payudara Ibu Post Partum di Ruang Nifas RSUD Langsa Tahun 2013

No Perawatan Payudara Frekuensi Persentase (%)

1 2

Ada Tidak Ada

13 30

30,2 69,8

Jumlah 43 100

Sumber data primer diolah tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas dari 43 responden mayoritas tidak ada melakukan perawatan payudara sebanyak 30 responden (69,8%). Peneliti mengasumsikan bahwa perawatan payudara mempengaruhi produksi ASI dikarenakan perawatan payudara selama

kehamilan akan mengoptimalkan fungsi payudara dalam proses menyusui, sehingga ibu yang mengalami hambatan ASI 1-3 hari post partum lebih banyak terdapat pada ibu yang tidak melakukan perawatan payudara.

Distribusi Frekuensi Penyakit Penyerta Ibu Post Partum di Ruang Nifas RSUD Langsa Tahun 2013

No Penyakit Penyerta Frekuensi Persentase (%)

1 2

Ada Tidak Ada

5 38

11,6 88,4

Jumlah 43 100

Sumber data primer diolah tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas dari 43 responden mayoritas tidak ada memiliki penyakit penyerta sebanyak 38 responden (88,4%). Peneliti mengasumsikan bahwa

(6)

mengalami shambatan ASI dibandingkan ibu yang tidak memiliki penyakit penyerta, namun dalam penelitian ini peneliti

menemukan bahwa ibu yang tidak memiliki penyakit penyerta juga memiliki

risiko mengalami hambatan ASI 1-3 hari post partum.

Analisa Bivariat

Hubungan Isapan Bayi dengan Hambatan Pengeluaran ASI 1-3 Hari Post Partum di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa Tahun 2013

No Isapan Bayi Hambatan Pengeluaran ASI

P-Value

Ya Tidak Jumlah

F % F % F %

1 2

Baik Tidak Baik

7 22

36,8 91,7

12 2

63,2 8,3

19 24

100 100

0,000

Jumlah 29 14 43

Sumber data primer diolah tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 19 responden (100%) yang memiliki isapan bayi baik mayoritas tidak ada mengalami hambatan ASI 1-3 hari post partum sebanyak 12 responden (63,2%), dan dari 24 responden (100%) yang memiliki isapan bayi tidak baik mayoritas mengalami hambatan ASI 1-3 hari post partum sebanyak 22 responden (91,7%). Secara persentase responden yang memiliki bayi dengan isapan baik lebih banyak yang tidak

mengalami hambatan ASI dan responden yang memiliki bayi dengan isapan tidak baik lebih banyak yang mengalami hambatas ASI.

Hasil uji statistic chi–square diperoleh nilai p-value (Continuity Correction) = 0,000 (p <0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara isapan bayi dengan hambatan ASI 1-3 haripost partum.

Hubungan Kecemasan dengan Hambatan Pengeluaran ASI 1-3 Hari Post Partum di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa Tahun 2013

No Kecemasan

Hambatan Pengeluaran ASI

P-Value

Ya Tidak Jumlah

F % F % F %

1 2 3

Tidak Ada Kecemasan Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang

25 3 1

64,1 100 100

14 0 0

35,9 0 0

39 3 1

100 100 100

0,345

Jumlah 29 14 43

Sumber data primer diolah tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 39 responden (100%) yang tidak ada gejala kecemasan mayoritas mengalami hambatan ASI 1-3 hari post partumsebanyak 25 ibu (64,1%) dari 3 responden (100%) yang mengalami

(7)

ISSN:2460-4356 Page 20 responden yang tidak memiliki

gejala kecemasan dan yang mengalami kecemasan ringan atau sedang lebih banyak yang mengalami hambatan ASI.

Hasil uji statistic chi–square diperoleh nilai p-value (Pearson

Chi-Square) = 0,345 (p >0,05) yang berarti Ha ditolah dan Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecemasan dengan hambatan ASI 1-3 hari post partum.

Hubungan Perawatan Payudara dengan Hambatan Pengeluaran ASI 1-3 Hari Post Partum di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa Tahun 2013

No Perawatan Payudara

Hambatan Pengeluaran ASI

P-Value

Ya Tidak Jumlah

F % F % F %

1 2

Ada Tidak Ada

3 26

23,1 86,7

10 4

76,9 13,3

13 30

100 100

0,000

Jumlah 29 14 43

Sumber data primer diolah tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 13 responden (100%) yang ada melakukan perawatan payudara mayoritas tidak mengalami hambatan ASI 1-3 hari post partum sebanyak 10 responden (76,9%), dan dari 30 responden (100%) yang tidak ada melakukan perawatan payudara mayoritas mengalami hambatan ASI 1-3 hari post partum sebanyak 26 responden (86,7%). Secara persentase dapat disimpulkan bahwa responden yang melakukan

perawatan payudara lebih banyak yang tidak mengalami hambatan ASI sedangkan responden yang tidak melakukan perawatan payudara lebih yang mengalami hambatan ASI.

Hasil uji statistic chi–square diperoleh nilai p-value (Fisher;s Exact Test) = 0,000 (p <0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perawatan payudara dengan hambatan ASI 1-3 haripost partum.

Hubungan Penyakit Penyerta dengan Hambatan Pengeluaran ASI 1-3 Hari Post Partum di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa Tahun 2013

No Penyakit Penyerta

Hambatan Pengeluaran ASI

Ya Tidak Jumlah P-Value

F % F % F %

1 2

Ada Tidak Ada

4 25

80 65,8

1 13

20 34,2

5 38

100 100

0,469

Jumlah 29 14 43

Sumber data primer diolah tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 5 responden (100%) yang memiliki penyakit penyerta mayoritas mengalami hambatan ASI 1-3 hari post partum sebanyak 4 responden (80%), dan dari 38 responden (100%) yang

(8)

tidak memiliki penyakit penyerta lebih banyak yang mengalami hambatan ASI.

Hasil uji statistic chi–square diperoleh nilai p-value (Fisher;s Exact Test) = 0,469 (p <0,05) yang berarti Ha

diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penyakit penyerta dengan hambatan ASI 1-3 haripost partum.

KESIMPULAN

1. Penelitian dari 43 ibu post partum di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa, mayoritas mengalami hambatan ASI 1-3 hari post partum sebanyak 29 responden (67,4%).

2. Terdapat hubungan antara isapan bayi dengan hambatan ASI 1-3 hari post partum di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa yang menghasilkan P-Value (Continuity Correction) = 0,000 (p <0,05).

3. Tidak terdapat hubungan antara kecemasan dengan hambatan ASI 1-3 hari post partum di Ruang Nifas

RSUD Kota Langsa yang

menghasilkan P-Value (Pearson Chi-Square)= 0,345 (p >0,05).

4. Terdapat hubungan antara perawatan payudara dengan hambatan ASI 1-3 hari post partum di Ruang Nifas

RSUD Kota Langsa yang

menghasilkanP-Value (Fisher;s Exact Test)= 0,000 (p <0,05).

5. Tidak terdapat hubungan antara penyakit penyerta dengan hambatan ASI 1-3 hari post partum di Ruang Nifas RSUD Kota Langsa yang menghasilkanP-Value (Fisher;s Exact Test) = 0,469 (p >0,05). SARAN

1. Bagi Teoritis

Agar menjadi pengalaman nyata untuk memperluas pengetahuan bagi penulis dalam penerapan ilmu yang

diperoleh selama mengikuti pendidikan. Serta dapat menjadi bahan untuk memperkaya sumber perpustakaan di Prodi D III Kebidanan Kemenkes Aceh Kota Langsa.

2. Bagi Praktik/Klinik a. Untuk Kebijakan

Agar dapat menerapkan kegiatan dalam penyuluhan kepada ibu post partum tentang cara memperlancar ASI sehingga ibu post partum tidak mengalami hambatan ASI 1-3 hari post partum.

b. Untuk pelayanan

Agar memberikan edukasi kepada ibu post partum tentang

pentingnya ASI dan faktor-faktor yang berhubungan dengan terhambatnya pengeluaran ASI dan lebih teliti dalam menilai hambatan pengeluaran ASI pada ibu post partum.

c. Untuk dasar penelitian selanjutnya

Agar dapat menjadi referensi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ambarwati, E.R. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

2. Arifin, M.S. 2013. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Skripsi FKM USU.

3. Bobak, 2010. Faktor-faktor Yang Dapat Menghambat ASI. http//www//ayahbunda.com. Akses tanggal 13 Januari 2014.

4. Dewi, 2011. Konsep Dasar Sectio Caesarea.

(9)

ISSN:2460-4356 22 5. Dinkes Kota Langsa. Profil

Kesehatan Kota Langsa tahun 2010. Dinas Kesehatan Kota Langsa.

6. Idawani, C. 2011. Inisiasi Menyusui Di NAD Paling Rendah. http://www.infoanda.com. Dikutip tanggal 16 Januari 2014.

7. Khairina, 2012. Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini. http//www//bidankita.com. Akses tanggal 18 Januari 2014.

8. Kurniati, 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Terhambatnya Pengeluaran ASI. Fitramaya : Yogyakarta.

9. Kusumawati, 2012. Kecemasan. http//www//infomedia.com. Akses tanggal 12 Januari 2014.

10. Lancet, L. 2011. Akibat Remehkan ASI. http://www.Gatra.com. Dikutip tanggal 12 Januari 2014. 11. Mahyuni, 2012. Kehamilan Apa

Yang Anda Hadapi Bulan Perbulan. Jogjakarta : PT Arcan. 12. Maryunani, 2011. Buku Pegangan

Ibu Panduan Lengkap Kehamilan Cetakan I. Jogjakarta : Ar Ruzz Media Group.

13. Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

14.Nurliawati, 2010. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Produksi ASI Pada Ibu Pasca Sectio Caesarea Di Wilayah Kota dan Kabupaten Tasik Malaya. 15. Roesli, U. 2011. Mengenal ASI

Eksklusif. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. 16. Ristiwa, 2011. Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Terhambatnya Pengeluaran ASI 1-3 Hari Post Partum Pada Ibu Bersalin Spontan dan Sectio Caesarea. KTI. Akbid Metro.

17. Saifuddin, A.B. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

18. Sarwono, 2011. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan : EGC : Jakarta.

19. Setiadi, 2010. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Edisi I. Yogyakarta. Graha Ilmu.

20. Soetjiningsih, 2011. ASI Untuk Petunjuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC.

21. Soleha, 2011. Asuhan Pada Ibu Masa Nifas (Post Partum). Fitramaya : Yogyakarta.

22. Stuart, at all, 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta. 23. Suherni, 2010. Asuhan Kebidanan

Pada Masa Nifas. Trans Info Media : Jakarta.

24. Suharjanti, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Sectio Caesarea. Trans Info Media : Jakarta.

25. Supariasa, 2012. Menentukan Status Gizi Ibu Post Partum. Fitramaya : Yogyakarta.

26. Suririnah, 2011.Konsep Dasar ASI Bagi Tenaga Kesehatan. EGC : Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana pengaruh lama usaha terhadap pendapatan pengusaha mebel di desa Banaran kecamatan Kalijambe kabupaten Sragen.. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap pendapatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji beberapa komposisi media dan sumber eksplan yang tepat untuk induksi kalus, perkecambahan, dan pertum- buhan tunas

Maksud dari pakaian hitam dan celana hitam adalah untuk disamakan dengan tanah, karena asal manusia dari tanah dan akan kembali menjadi tanah sedangkan iket adalah untuk

Berbeda dengan baterai AA biasa, jenis Alkaline mempunyai kapasitas lebih besar yang pada gadget digunakan untuk LCD dan Flash.. Namun, penggunaan baterai Alkaline

Untuk merangsang pemanfaatan jenis-jenis rotan yang selama ini belum dimanfaatkan (lesser used species), perlu dilakukan penelitian yang komprehensif dan holistik karena

Pada siklus satu pertemuan dua kegiatanyang dilakukan hampir sama dengan kegiatan pada siklus satu pertemuan satu namun pada kegiatan penutup siswa mengerjakan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Konsep diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar secara langsung namun tidak signifikan secara tidak

kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Berdasarkan hal tersebut, perencanaan dalam sebuah pembelajaran berpendekatan saintifik adalah sebagai berikut: 1) Menetapkan