• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TRANSAKSI BISNIS yang DILARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TRANSAKSI BISNIS yang DILARANG"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

I.Daftar isi………. 1

II.Pembahasan……… 3

3.1 Haram Li Dzatihi……….. 3

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman alquran dan hadits)……… 3

b. Dalil Aqliyah(argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif).6 c. Problematika dan Tantangan Implementasi……….. 7

d. Solusi Pemecahan masalah……… 7

3.2 Tadlis……….. 8

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman alquran dan hadits)……… 9

b. DalilAqliyah(argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)12 c. Problematika dan Tantangan Implementasi……… 14

d. Solusi Pemecahan masalah……….. 14

3.3 Ikhtikar………. 16

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman alquran dan hadits)………. 16

b. DalilAqliyah(argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)17 c. Problematika dan Tantangan Implementasi……… 18

d. Solusi Pemecahan masalah……….. 18

3.4 Ba’I Najasy……….. 19

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman alquran dan hadits)………. 19

b. DalilAqliyah(argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)19 c. Problematika dan Tantangan Implementasi……… 21

(2)

3.5 Risywah………..…. 22

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman alquran dan hadits)………... 22

b. DalilAqliyah(argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)22 c. Problematika dan Tantangan Implementasi……… 23

d. Solusi Pemecahan masalah……….. 23

3.6 Maisir……… 24

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman alquran dan hadits)………. 24

b. DalilAqliyah(argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)24 c. Problematika dan Tantangan Implementasi……….………….. 25

d. Solusi Pemecahan masalah……….…………. 26

3.7 Gharar……….. 26

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman alquran dan hadits)………... 26

b. DalilAqliyah(argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)27 c. Problematika dan Tantangan Implementasi……… 27

d. Solusi Pemecahan masalah……….. 27

3.8 Riba……….. 28

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman alquran dan hadits)………. 28

b. DalilAqliyah(argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)28 c. Problematika dan Tantangan Implementasi……… 29

d. Solusi Pemecahan masalah……….. 29

(3)

II. Pembahasan

Haram (Arab: مارح arāmḥ ) adalah sebuah status hukum terhadap suatu aktivitas atau keadaan suatu benda (misalnya makanan). Aktivitas yang berstatus hukum haram atau makanan yang dianggap haram adalah dilarang secara keras. Orang yang melakukan tindakan haram atau makan binatang haram ini akan mendapatkan konsekuensi berupa dosa.

Haram dapat dibagi menjadi haram pada esensinya (li Zatihi) dan haram karena terkait dengan sesuatu diluar esensi yang diharamkan, tetapi berbentuk kemafsadatan (haram li gairihi). Haram pada esensinya (Haram li Zatihi), yaitu suatu keharaman langsung dari sejak semula ditentukan syari’ (Allah SWT) bahwa hal itu haram.

3.1 Haram Li Dzatihi

Haram Li Dzatihi , Haram pada esensinya (Haram li Zatihi), yaitu suatu keharaman langsung dari sejak semula ditentukan syari’ (Allah SWT) bahwa hal itu haram. Misalnya memakan bangkai, babi, berjudi, meminum-minuman keras, berzina, membunuh dan memakan harta anak yatim. Keharaman dalam contoh-contoh ini merupakan keharaman pada zat (esensi) pekerjaan itu sendiri. Akibatnya adalah melakukan suatu transaksi dengan sesuatu yang haram li Zatihi hukumnya batal dan tidak ada akibat hukumnya. Misalnya, seseorang berzina dengan seorang wanita, lalu lahir anak dari hubungan tersebut. Anak tersebut tidak bisa dinasabkan kepada lelaki yang menghamili wanita tersebut. Demikian juga halnya memperjualbelikan benda-benda yang haram li Zatihi,transaksinya tidak sah dan tidak ada akibat hukumnya.

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman al quran dan hadits) 1. Makanan yang diharamkan

i. Semua makanan yang disebutkan dalam firman Allah surat Al-Maidah ayat 3 dan Al-An’am ayat 145 :

(4)

sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.” (QS. Al-Maidah : 3)

“Katakanlah : “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An’am : 145) Catatan : semua bangkai adalah haram kecuali bangkai ikan dan belalang. semua darah haram kecuali hati dan limpa.

ii. Semua makanan yang keji, yaitu yang kotor, menjijikan.

Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (QS. Al-A’raf : 157)

iii. Semua jenis makanan yang dapat mendatangkan mudharat terhadap jiwa, raga, akal, moral dan aqidah.

“Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi (akibatnya), dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar.” (QS. Al-A’raf : 33).

iv. Bagian yang dipotong dari binatang yang masih hidup.

Sabda Nabi SAW : “Daging yang dipotong dari binatang yang masih hidup, maka yang terpotong itu termasuk bangkai”. (HR. Ahmad)

(5)

2) Minuman yang diharamkan

i. Semua minuman yang memabukkan atau apabila diminum menimbulkan mudharat dan merusak badan, akal, jiwa, moral dan aqidah seperti arak, khamar, dan sejenisnya.

Allah berfirman : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. (QS. Al-Baqarah : 219)

Dalam ayat lain Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah : 90)

Nabi SAW bersabda : “Sesuatu yang memabukkan dalam keadaan banyak, maka dalam keadaan sedikit juga tetap haram.” (HR An-Nasa’i, Abu Dawud dan Turmudzi).

ii. Minuman dari benda najis atau benda yang terkena najis.

iii. Minuman yang didapatkan dengan cara-cara yang tidak halan atau yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Pada prinsipnya segala minuman apa saja halal untuk diminum selama tidak ada ayat Al Qur”an dan Hadist yang mengharamkannya. Bila haram, namun masih dikonsumsi dan dilakukan, maka niscaya tidak barokah, malah membuat penyakit di badan.

Minuman yang haram secara garis besar, yakni :

a). Berupa hewani yang haramnya suatu minuman dari hewan, seperti darah sapi, darah kerbau, bahkan darah untuk obat seperti darah ular, darah anjing, dan lain-lain.

b). Berupa nabati atau tumbuhan seperti tuak dari buah aren, candu, morfin, air tape bertuak dari bahan ubi, anggur telah bertuak, dan lain sebagainya. c). Berupa berasal dari perut bumi yaitu : haram diminum sepeti solar, bensin,

(6)

Transaksi dilarang karena objek (barang dan/atau jasa) yang ditransaksikan juga dilarang, misalnya minuman keras, bangkai, daging babi, dan sebagainya. Jadi, transaksi jual beli minuman keras atau barang yang diharamkan dalam Islam adalah haram, walaupun akad jual belinya sah. Sebagaimana fiman Allah SWT dalam An-Nahl ayat 115

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi Barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak Menganiaya dan tidak pula melampaui batas, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Dan Hadis nabi Rasulullah saw.

: , :

ههللا لل تل اقل لل اقلفل اررممخل علابل ةلرلممسل نن ال رلملعه غلللبل لل اقل املههنمعل ههللا يل ضض رل سس ابنعل نض بما نض عل

, ": .

تل ملررحه دلومههيللما ههللا نل عللل لل اقل مللنسل ول هضيمللعل ههللا ىلنصل هضللا له ومسه رل نن ال مم للعميل مم للال ةلرلممسل اهل ومعه ابلفل اهلوملهملجلفل مهرمحهشش لا مه هضيمللعل" Diriwayatkan dari Ibn Abas r.a.: Telah sampai berita kepada Umar bahwa Samurah menjual tuak. Kemudian Umar berkata, “semoga Allah memerangi Samurah, tidak tahukah dia bahwa Rasulullah saw. bersabda, Allah mengutuki orang-orang Yahudi. Telah diharamkan atas mereka lemak, maka mereka memaksanya untuk dicairkan, kemudian menjualnya.”

b. Dalil Aqliyah (argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)

1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL ;

a. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 ayat 2 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan : Produk Halal adalah Produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam.

b. Pasal 3 Penyelenggaraan JPH bertujuan: Memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan Produk Halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan Produk dan meningkatkan nilai tambah bagi Pelaku Usaha untuk memproduksi dan menjual Produk Halal.

(7)

Semakin banyak Makanan dan Minuman di Indonesia yang dibuat dengan menggunakan unsur-unsur haram ,seperti ; Daging babi ( Minyak Babi ) mengingat indonesia merupakan negara yang warga negaranya mayoritas Muslim yang seharusnya menjauhi hal-hal yang diharam kan oleh Syari’at Islam, yang lebih parah produsen yang notabennya muslim tetapi malah memproduksi dan menyediakan makanan yang ber-dzat haram tersebut.

d. Solusi Pemecahan Masalah 1. Peran Masyarakat

Sebaiknya sebagai konsumen harus mengetahui ataupun mencari informasi mengenai komposisi dari makanan atau minuman yang akan di konsumsi sehingga dapat menilai baik dan buruknya produk tersebut bila dikonsumsi, agar seorang konsumen juga harus berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut dan lebih pintar dalam memilih produk yang baik bagi tubuhnya sendiri.

2. Peran Pemerintah

Pemerintah seharusnya ikut andil dalam peluncuran suatu produk didalam masyarakatnya ,membuat peraturan yang ketat dalam me-legal kan suatu produk yang di produksi terutama pada produk luar negeri yang masuk di Indonesia (Makanan dan Minuman Impor) karena harus ada transparasi mengenai bagaimana bahan baku yang digunakan ,apakah itu halal atau haram untuk dikonsumsi dan bagaimana cara memproduksi produk makanan atau minuman tersebut.

3.2 Tadlis

(8)

kegelapan). Jika dikat akan fulân lâ yudâlisuka artinya ia tidak menipumu dan tidak menyembunyikan sesuatu kepadamu hingga seolah-olah mendatangimu dalam kegelapan (Al-Jauhari, ash-Shihah fî al-Lughah), Ini artinya dalam kata dallasa–yudallisu–tadlîs[an] terkandung makna: tidak menjelaskan sesuatu, menutupinya dan penipuan. Ibn Manzhur di dalam Lisân al-‘Arab mengatakan bahwa dallasa di dalam jual-beli dan dalam hal apa saja adalah tidak menjelaskan aib (cacat)-nya. Menurut Muhammad Rawas Qal’ah Ji, tadlîs artinya al-khidâ’ wa al-ibhâm wa at-tamwiyah (penipuan, kecurangan, penyamaran, penutupan) (Muhammad Rawas Qal’ah Ji, Mu’jam Lughah al-Fuqahâ’, I/126).

Para fukaha mengartikan tadlîs di dalam jual-beli adalah menutupi aib barang (Al-Fairuz Abadi, Qâmûs Muhîth; Muhammad bin Abi Fath Ba’li, Muthalli’ ‘ala Abwab Fiqhi bab khiyâr at-tadlîs; Jurjani, at-Ta’rifât; al-Jawhari, ash-Shihâh fî al-Lughah). Hanya saja, dari deskripsi nas yang ada, tadlis tidak selalu dalam bentuk ditutupinya atau tidak dijelaskannya aib/cacat barang. Tadlis juga terjadi ketika barang (baik barang yang dijual atau kompensasinya baik berupa uang atau barang lain) ternyata tidak sesuai dengan yang dideskripsikan atau yang ditampakkan, meski tidak ada cacat

Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama rida). Mereka harus mempunyai informasi yang sama sehingga tidak ada pihak yang merasa dicurangi (ditipu) karena ada sesuatu yang di mana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain, ini disebut tadlis, dan tadlis dapat terjadi dalam 4 (empat)hal, yaitu:

a) Kuantitas, tadlis dalam kuantitas contohnya adalah pedagang yang mengurangi takaran (timbangan) barang yang dijualnya.

(9)

menghiasi atau memperindah barang yang ia jual sehingga harganya bisa naik dari biasanya.

c) Harga, tadlis dalam harga contohnya adalah memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga pasar dengan menaikan harga produk di atas harga pasar.

d) Waktu penyerahan, tadlis dalam waktu penyerahan contohnya adalah petani buah yang menjual buah diluar musimnya padahal petani mengetahui bahwa dia tidak dapat menyerahkan buah yang dijanjikannya itu pada waktunya.

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman al quran dan hadits)

Adapun dasar hukum tentang larangan penipuan (tadlis) terhadap bertransaksi adalah sebagai berikut:

a) Al-Baqarah ayat 42

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.”

b) Al-A’raf ayat 85

Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yang saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". c) An-Nahl ayat 105

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.”

d) Hadis nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a :

(10)

" : ,

شن غل نم مل ؟سه اننلا ا ههارليل يم كل مض اعلطن لا قل ومفل ههتللمعلجلللفلال للاقل هضللا للومسه رلايلءهاملسن لا ههيمبلاصل ال ىنضمض سل يمللفل"

Diriwayatkan Abu Huraira r.a: Rasulullah saw. pernah lewat dihadapan orang yang menjual setumpuk makanan. Lalu beliau memasukkan tangannya kedalam tumpukan makanan itu, ternyata tangan beliau mengenai makanan basah di dalamnya. Kemudian beliau bertanya kepada orang itu, “mengapa ini basah wahai penjual makanan?” Orang itu menjawab, “Makanan yang di dalam itu terkena hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa tidak kamu letakkan di atasnya supaya diketahui oleh orang yang akan membelinya? Barang siapa menipu, dia bukan dari golonganku.”

Tadlis hukumnya haram. Siapa saja yang melakukannya berdosa. Sebab, tadlis itu merupakan bagian dari penipuan dan Rasulullah saw. bersabda: (sebelum dijual). Siapa saja yang membelinya, ia boleh memilih di antara dua hal setelah ia memerahnya: jika ia ingin, ia boleh mempertahankannya; jika ia ingin, ia boleh mengembalikannya dan satu sha’ kurma (HR al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Satu sha’ kurma itu adalah kompensasi atas susu yang sudah terlanjur diperah. Hewan yang tidak diperah susunya sehingga ambingnya tampak besar atau supaya diduga menghasilkan banyak susu disebut muhaffalah.

Dalam hal jual-beli muhaffalah ini, Rasul bersabda:

م

(11)

Jual-beli muhaffalah adalah khilâbah (penipuan) dan penipuan itu tidak halal bagi seorang muslim (HR Ibn Majah)

Hadis ini menjelaskan bahwa praktik seperti muhaffalah itu merupakan bentuk penipuan, dan itu haram bagi seorang Muslim. Sabda Nabi saw. lâ yahillu (tidak halal) jelas menunjukkan keharamannya.

Dalam tadlis bentuk ini, tidak ada aib/cacat dalam barang. Dalam tadlis bentuk ini yang ada adalah dilakukan treatmen/perlakuan terhadap barang yang bisa mengaburkan/mengelabui pembeli sehingga menduga atau menganggap barang tersebut memiliki kualitas, fungsi, spesifikasi atau lainnya, lebih dari yang sebenarnya. Tujuannya tentu saja agar harga barang itu lebih tinggi. Contoh lain tadlis bentuk ini untuk saat sekarang: merekondisi barang sehingga tampak seolah-olah baru atau belum lama dipakai, mematikan speedometer dan baru dihidupkan lagi saat mau dijual, mengecat ulang bodi mobil, mengganti casing HP dengan casing baru, dsb. Semua itu akan bisa membuat pembeli mengganggap kondisi barang lebih dari yang sebenarnya.

Tadlis bentuk kedua, yaitu menutupi aib/cacat barang. Dalilnya adalah:

ههلل ههنلينبل لن إض اعريمبل هضيمخضأل نممض علابل مس لضسم مهلض لش حض يل لل مض لضسم مهلما وخهأل مهلضسممهلمال

Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain. Tidak halal seorang Muslim menjual sesuatu kepada saudaranya kecuali ia menjelaskan jualannya itu kepada saudaranya itu (HR Ibn Majah, Ahmad, al-Baihaqi dan al-Hakim).

b. Dalil Aqliyah (argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)

Perlakuan Hukum

(12)

Dasar hukum yang digunakan untuk menjerat pelaku penipuan saat ini adalah Pasal 378 KUHP, yang berbunyi sebagai berikut:

"Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun."

Sedangkan, jika dijerat menggunakan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), maka pasal yang dikenakan adalah Pasal 28 ayat (1), yang berbunyi sebagai berikut:

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

Ancaman pidana dari pasal tersebut adalah penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1 miliar (Pasal 45 ayat (2) UU ITE). Lebih jauh, simak artikel Pasal Untuk Menjerat Pelaku Penipuan Dalam Jual Beli Online. Untuk pembuktiannya, APH bisa menggunakan bukti elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagai perluasan bukti sebagaimana Pasal 5 ayat (2) UU ITE, di samping bukti konvensional lainnya sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Bunyi Pasal 5 UU ITE:

(1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

(13)

alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.

c. Problematika dan Tantangan dalam Implementasi

Jaman sekarang ini banyak orang yang berbisnis, berdagang via online (Facebook, Twitter). Kalau seandainya ada kasus penipuan, langkah pertama melaporkannya kepada Aparat Penegak Hukum (APH) disertai bukti awal berupa data atau informasi elektronik dan hasil cetaknya. Jika kasus tersebut ditindaklanjuti oleh APH dalam sebuah proses penyelidikan, maka APH akan menelusuri sumber dokumen elektronik tersebut. Dalam praktiknya, biasanya pertama-tama APH akan melacak keberadaan pelaku dengan menelusuri alamat Internet Protocol (IP Address) pelaku berdasarkan log IP Address yang tersimpan dalam server pengelola web homepage yang dijadikan sarana pelaku dalam melakukan penipuan.

Apabila identitas penjual yang diduga melakukan penipuan telah diketahui, langkah APH selanjutnya adalah membuktikan secara teknis perbuatan tersebut. APH akan menyita semua Dokumen dan Informasi Elektronik yang diduga terkait perbuatan tersebut guna kepentingan penyidikan sampai dengan persidangan.

d. Solusi Pemecahan Masalah

Untuk menghindari tadlis itu maka kita harus berlaku transparan menjelaskan kondisi barang apa adanya. Jika ada cacat atau kekurangan maka itu harus dijelaskan. Jika telah dilakukan perubahan terhadap barang atau dilakukan treatment seperti dalam kasus muhaffalah, maka itu pun harus dijelaskan. Dengan itu maka semua tadlis itu bisa dihindari dan harta yang diperoleh pun statusnya halal dan akan diberkahi.

(14)

Jika terjadi tadlis maka orang yang tertipu (al-mudallas) memiliki khiyar. Ia boleh tetap melanjutkannya dan mempertahankan barang itu, yang artinya ia ridha dengan barang itu. Ia juga boleh mem-fasakh (membatalkan) akad jual-beli itu, yakni ia kembalikan barang tersebut dan meminta kembali secara penuh harga yang telah ia bayarkan. Tidak ada opsi ketiga selain dua opsi itu. Hal itu sesuai dengan hadis Abu Hurairah di atas, yakni bahwa Nabi saw. hanya memberikan dua opsi (jika ia mau ia boleh mempertahankannya, jika ia mau ia boleh mengembalikannya).

Jadi, orang yang ditipu itu (al-mudallas) tidak boleh tetap mempertahankan barang yang ada cacatnya itu dan meminta/mengambil selisih antara harga barang cacat itu dengan harga barang yang tidak ada cacat. Semua itu jika barang masih bisa dikembalikan.

Kadang, barang cacat itu tidak mungkin dikembalikan, misalnya mobil sudah bertabrakan atau bahan baku sudah terlanjur diproses. Padahal pembeli tidak rela dengannya karena cacat atau kurang, tetapi harganya sudah dibayar. Jika tidak rela, secara syar’i pembeli itu memiliki khiyar untuk mengembalikan barang, tetapi hal itu tidak mungkin karena kondisi yang terjadi. Untuk menghilangkan dharar dari pembeli itu maka ia bisa merujuk kepada penjual agar membayar nilai cacat tersebut

Hak khiyar itu ditetapkan ada bagi pihak yang tertipu (al-mudallas), semata karena adanya tadlis atau cacat, baik penjual mengetahui adanya cacat itu ataupun tidak pada saat transaksi. Jika ia tahu dan tidak menjelaskan maka ia berdosa. Jika ia tidak tahu maka ia tidak berdosa. Dalam dua kondisi itu, hak khiyar tetap ada bagi pihak yang tertipu (al-mudallas).

(15)

Khiyar itu ada jika orang yang tertipu (al-mudallas) tidak mengetahui cacat tersebut pada saat akad jual-beli dan baru ia ketahui setelah barang ada di tangannya. Jika ia sudah tahu sebelumnya dan tetap rela melangsungkan transaksi, maka itu artinya ia sepakat harga yang ia bayar adalah harga untuk barang yang ada cacatnya itu.

3.3 Ikhtikar

Penimbunan adalah membeli sesuatu yang dibutuhkan masyarakat, kemudian menyimpannya, sehingga barang tersebut berkurang dipasaran dan mengakibatkan peningkatan harga. Penimbunan seperti ini dilarang karena dapat merugikan orang lain dengan kelangkaannya/sulit didapat dan harganya yang tinggi. Dengan kata lain penimbunan mendapatkan keuntungan yang besar di bawah penderitaan orang lain.

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman al quran dan hadits)

Islam mengharamkan seseorang menimbun harta. Islam mengancam mereka yang menimbunnya dengan siksa yang sangat pedih kelak di hari kiamat. Ancaman tersebut tertera dalam nash Alquran surat at-Taubah ayat 34-35 sebagai berikut : Artinya: Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahanam, lalu dibakar dengannnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”. (QS. At-Taubah: 34-35).

Larangan menimbun harta juga terdapat dalam Hadis nabi sebagai beriku:

" : :

نم مل مل لنسل ول هضيمللعع ههللا ىلنصل هضللا له ومسه رل لل اقل لل اقل ههنمعل ههللا يل ضض رل هضللادضبمعل نضبمرضملعممل نم عل ئض طض اخلولههفل رلكل تلحما "

Diriwayatkan dari Ma’mar bin ‘Abdillah r.a., dari Rasulullah saw.: beliau bersabda, “Barang siapa menimbun (barang pokok), dia bersalah (berdosa)”.

(16)

لإ ركتحي ل لوقي معلص هللا لوسر تعمس لاق ةلضف نلا هللا دبع نبا رمعم نع : : ئطاخ

(ىذمرتلا هاور)

Artinya ; Dari Ma’mar bin Abdullah bin Fadhlah, katanya, Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ”Tidak melakukan ihtikar kecuali orang yang bersalah (berdosa)”. (H.R.Tarmizi)

Menurut Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pengertian Khathi’ adalah orang yang salah, durhaka dan orang yang musyrik. Khathi’ adalah orang yang

melakukan kesalahan dengan sengaja yang berbeda dengan orang yang melakukan kesalahan tanpa sengaja. Pengertian Khathi’ itu dijelaskannya ketika menafsirkan surah Al-qashash (28) ayat 8.

اودع مهل نوكيل نوعرف لأ هطقتل اف

انزح و

اوناك امهدونجو نماه و نوعرف نا

نيئطاخ

Artinya, Dan pungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang salah.

b. Dalil Aqliyah (argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)

Negara telah memiliki beberapa instrumen hukum untuk mengejar pelaku usaha yang melakukan penyimpanan dan penimbunan tersebut. Instrumen hukum tersebut ialah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (UU Pangan) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (UU Perdagangan).

(17)

barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan barang, gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas perdagangan barang. Larangan tersebut dimaksudkan untuk menghindari adanya penimbunan barang yang akan menyulitkan konsumen dalam memperoleh barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting.

c. Problematika dan Tantangan dalam Implementasi

Dalam tingkat international, menimbun barang merupakan penyebab terbesar dari krisis ekonomi yang di alami oleh manusia sekarang dimana beberapa Negara kaya dan maju secara ekonomi memonopoli produksi dan perdagangan beberapa kebutuhan makanan dan industry dunia dan lain sebagainya. Bahkan Negara-negara tersebut memonopoli pembelian bahan-bahan baku dari Negara terbelakang ekonominya dan memonopoli penjualan barang-barang industry yang dibutuhkan oleh Negara-negara yang terbelakang ekonominya. Hal tersebut membuat bahaya besar pada keadilan distribusi kekayaan dan pendapatan dalam tingkat dunia.

d. Solusi Pemecahan Masalah 1. Pemerintah

Pemerintah dalam suatu Negara sebaiknya dapat mengatur dan mengelola dengan baik sumber daya alam yang ada ,mereka seharusnya dapat mengatur dengan baik dan memiliki proyeksi kedepannya pada Negaranya dimana mereka dapat mengembangkan sumber daya yang ada dan memajukan Negara nya ke yang lebih baik lagi . Mencari keuntungan sepihak bukan lah pemikiran yang baik karena sebagai pemerintah suatu negara selain mengembangkan dan memajukan Negara ,mereka seharusnya dapat membuat rakyat nya sejahtera sehingga dapat menciptakan SDM yang baik dan penerus bangsa yang berkualitas.

3.4 Ba’i Najasy

(18)

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman al quran dan hadits)

Dasar hukum terhadap larangan bai’an najsy terdapat dalam Hadis Nabi:

:

شض جم ننلا نض عل ىهلنل مللنسل ول هضيمللعع ههللا ىلنصل هضللا له ومسه رل نن ال املههنمعل ههللا يل ضض رل رلملعه نضبم ا نضعل Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a.: Rasulullah saw melarang najsy (penipuan yaitu menawar tinggi dengan maksud membeli, tetapi untuk menaikkan penawaran orang lain).

Ibnu Abi Aufa rahimahullah mengatakan, “Nâjisy (pelaku najasy) adalah pemakan harta riba dan pengkhianat.” (HR Bukhari)

Al-Baghawi berkata dalam kitab Syarhus Sunnah [VTII/120-121], “Najasy adalah seorang laki-laki melihat ada barang yang hendak dijual. Lalu ia datang menawar barang tersebut dengan tawaran yang tinggi sementara ia sendiri tidak berniat membelinya, namun semata-mata bertujuan mendorong para pembeli untuk membelinya dengan harga yang lebih tinggi.

b. Dalil Aqliyah (argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)

Hak dan kewajiban pelaku usaha / pengusaha diatur dalam pasal 6 dan 7 UU No. 8 / 1999.

Hak pelaku usaha adalah:

1) hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

2) hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

3) hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

(19)

5) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kewajiban pelaku usaha adalah:

1) beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2) memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

3) memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

4) menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

5) memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

6) memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

7) memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

c. Problematika dan Tantangan dalam Implementasi

(20)

temuan, laptop keluaran baru limited edition dan lain-lainnya, sadar atau tidak jika perbuatan ini dilakukan maka telah memakan harta haram. mereka ini adalah para penipu hamba Allah dan pembawa bahaya.

Cara yang bisa ditempuh bermacam-macam, seperti menyebarkan isu, melakukan order pembelian, dan sebagainya. Ketika harga telah naik maka yang bersangkutan akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali barang yang sudah dibeli, sehingga akan mendapatkan keuntungan yang besar.

d. Solusi Pemecahan Masalah

Orang yang tidak ingin membeli barang menampakkan kekagumannya pada barang tersebut dengan menyebutkan pengalaman dia dengan barang tersebut dan memujinya agar pembeli tertipu (terpancing) untuk membelinya sehingga akhirnya ia pun menyerahkan harga (uang) untuk membeli barang tersebut.

Demikian pula jika pemilik barang atau wakilnya ataupun yang lainnya mengaku-ngaku dengan pengakuan bathil dan dusta bahwa barang tersebut sudah ada yang berani membayarnya dengan harga tertentu agar si pembeli tertipu sehingga ia membelinya.

Dan nampak bahwa pengakuan-pengakuan dusta yang diobral untuk barang tertentu agar laris di pasar dengan cara menyebutkan sifat-sifat atau kelebihan-kelebihan dari barang tersebut tidaklah membuat jual beli seperti ini sah, karena semuanya dilakukan untuk memperdaya pembeli agar ia membeli barang tersebut, kemudian setelah barang itu dibeli, dia mendapatkan sifat-sifat tertentu yang membuatnya merasa tertipu dengan barang tersebut. Dilihat dari sisi inilah jual beli seperti ini dilarang.

(21)

akal bulus dari oknum-oknum yang membuat atau memperdaya produk yang dijual oleh produsen tersebut kelihatan menarik dan bagus.

3.5 Risywah

Perbuatan risywah adalah memberi sesuatu kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Suap dilarang karena suap dapat merusak sistem yang ada di dalam masyarakat, sehingga menimbulkan ketidakadilan sosial dan persamaan perlakuan. Pihak yang membayar suap pasti akan diuntungkan dibandingkan yang tidak membayar.

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman al quran dan hadits)

Allah telah melarang pebuatan risywah atau suap-menyuap sebagaimana dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 188 ”Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.

b. Dalil Aqliyah (argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)

Dalam Undang-Undang No. 11 Th. 1980 tentang tindak pidana suap dijelaskan bahwa tindak pidana suap memiliki dua pengertian, yaitu:

1. Memberi atau menjanjikan sesuatu dengan maksud membujuk agar seseorang berlawanan dengan kewenangan/kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum.

2. Menerima sesuatu atau janji yang diketahui dimaksudkan agar si penerima melawan kewenangan/kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum.

Dalam UU No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap Pasal 5 disebutkan bahwa tindak pidana dalam undang-undang ini (suap) merupakan kejahatan.

c. Problematika dan Tantangan dalam Implementasi

(22)

Indonesia terdapat semacam organisasi yang bertujuan untuk memberantas kasus suap menyuap ini yaitu Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), namun masih kerap saja kasus suap ini terjadi. Bahkan Indonesia menjadi salah satu negara terkorupt di dunia. Hal tersebut bisa membuat kesejahteraan masyarakat tidak bisa tercapai, semakin menyengsarakan masyarakat. Bahkan KPK dalam tugas utamanya memberantas korupsi malah banyak anggota – anggota internalnya yang terjerat dalam kasus suap ini, hal tersebutlah yang membuat keadilan sulit untuk ditegakan, serta membuat kasus suap-menyuap ini sulit untuk diberantas karena pemberantas nya saja terjerat dalam kasus ini yakni suap – menyuap.

d. Solusi Pemecahan Masalah

Menurut kelompok kami, masalah ini hanya dapat dipecahkan oleh pemerintah yang sehat, maksudnya tidak ada satu aliansi dan anggota-anggotanya yang menyalahi aturan. Disamping itu pemerintah hanya akan sehat apabila anggota internalnya memiliki mental yang kuat dalam menghadapi berbagai macam godaan atau cobaan. Dan yang paling penting, menurut kelompok kami seharusnya pelaku suap ini dihukum seberat – beratnya kalau perlu dihukum mati, karena pelaku suap ini bagaikan candu permasalahan suatu negara khusunya Indonesia, dengan begitu pelaku suap menyuap ini akan berpikir lebih untuk melakukan perbuatan yang hina ini.

3.6 Maisir

Transaksi perjudian adalah transaksi yang melibatkan dua pihak atau lebih, di mana mereka menyerahkan uang/harta kekayaan lainnya, kemudian mengadakan permainan tertentu, baik dengan kartu, adu ketangkasan, tebak sekor bola, atau media lainnya. Pihak yang menang berhak atas hadiah yang dananya dikumpulkan dari kontribusi para pesertannya. Sebaliknya, bila dalam permainan itu kalah, maka uangnya pun harus direlakan untuk diambil oleh pemenang.

(23)

Allah telah melarang judi (maysir) sebagaimana firma-Nya dalam surat Al-Ma’idah ayat 90

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

b. Dalil Aqliyah (argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)

Memang ironisnya sekalipun secara eksplisit hukum menegaskan bahwa segala bentuk “judi” telah dilarang dengan tegas dalam undang-undang, namun segala bentuk praktik perjudian menjadi diperbolehkan jika ada “izin” dari pemerintah.Perlu diketahui masyarakat bahwa Permainan Judi ( hazardspel ) mengandung unsur ;

a) adanya pengharapan untuk menang, b) bersifat untung-untungan saja,

c) ada insentif berupa hadiah bagi yang menang, dan

d) pengharapan untuk menang semakin bertambah jika ada unsur kepintaran, kecerdasan dan ketangkasan.

Dan secara hukum orang dapat dihukum dalam perjudian, ialah : 1) Orang atau Badan Hukum (Perusahaan) yang mengadakan atau memberi kesempatan main judi sebagai mata pencahariannya, dan juga bagi mereka yang turut campur dalam perjudian (sebagai bagian penyelenggara judi) atau juga sebagai pemain judi. Dan mengenai tempat tidak perlu ditempat umum, walaupun tersembunyi, tertutup tetap dapat dihukum ; 2) Orang atau Badan Hukum (Perusahaan) sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi kepada umum, disini tidak perlu atau tidak disyaratkan sebagai mata pencaharian, asal ditempat umum yang dapat dikunjungi orang banyak/umum dapat dihukum, kecuali ada izin dari pemerintah judi tersebut tidak dapat dihukum ; 3) Orang yang mata pencahariannya dari judi dapat dihukum ; 4) orang yang hanya ikut pada permainan judi yang bukan sebagai mata pencaharian juga tetap dapat dihukum. (vide, pasal 303 bis KUHP).

(24)

segala bentuk perjudian, baik dalam bentuk judi yang diselenggarakan di “kasino”. di “keramaian” maupun dikaitkan dengan alasan lain, yang jika dikaitkan lagi dengan isi pasal 2 dari PPRI No.9 tahun 1981 yang intinya menghapuskan semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan PPRI No.9 tahun 1981 ini, khususnya yang memberikan izin terhadap segala bentuk perjudian, maka ini dapat berarti pasal 303 ayat (1) dan/atau pasal 303 bis KUHP tidak berlaku lagi.

c. Problematika dan Tantangan dalam Implementasi

Di Indonesia perjudian dilakukan oleh banyak kalangan baik itu kalangan atas, menengah sampai bawah, banyak sekali bentuk perjudian yang ada di indonesia. Dengan perjudian ini kriminalitas bisa saja meningkat karena berjudi memberikan efek ketagihan yang mana bila dihitung satu kali kemenangan tidak sebanding dengan kekalahan-kekalahan yang didapat. Ketika penjudi tidak mempunyai modal untuk dipertaruhkan tidak menutup kemungkinan penjudi tersebut melakukan pencurian, perampokan dan lain sebagainya yang merugikan orang lain. Sudah diatur dalam peraturan perundang undangan bahwa perjudian itu di larang akan tetapi judi ini sangat sulit untuk diberantas mengingat perjudian ini bisa terjadi dimana saja kapan saja dan oleh siapa saja.

d. Solusi Pemecahan Masalah

Perjudian ini sepertinya sulit untuk diberantas, mengingat dengan sedikit uang pun judi bisa diikuti, ditambah banyak aparat penegak hukum yang menjadi bagian dalam judi ini atau ikut dalam permainan judi ini sehingga para pelaku merasa tidak takut. Oleh karena itu langkah awal dalam memberantas judi ini yaitu dengan cara mendidik aparat penegak hukum dengan menanamkan nilai nilai keagamaan menurut syariat islam, karena islam sempurna.

(25)

Garar artinya keraguan, atau tindakan yang bertujuan untuk merugikan pihak lain. Suatu akad mengandung unsur Garar, karena tidak ada kepastian, baik mengenai ada atau tidak ada objek akad, besar kecilnya jumlah maupun menyerahkan akad tersebut. Garar disebut juga tagrir adalah situasi di mana terjadi incomplete information karena adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi. Dalam tadlis yang terjadi adalah pihak yang satu tidak mengetahui apa yang diketahui pihak yang lain. Sedang dalam gharar atau tagrir, baik pihak yang satu dengan yang lainnya sama-sama tidak mengetahui sesuatu yang ditransaksikan.

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman al quran dan hadits)

Larangan jual beli Garar dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a. :

عضيمبل نمعل مللنسل ول هضيمللعع ههللا ىلنصل هضللا له ومسه رل ىهلنل لل اقل ههنمعل ههللا يل ضض رل ةلرليم رلهه ىبضال نم عل

رض رلغللما عضيمبل نمعلول ةض اصل حل لما

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah saw. melarang jual beli dengan cara melempar krikil kepada barang yang dibelinya dan melarang menjual barang yang tidak jelas rupa dan sifatnya (bai’ al-gharar).

b. Dalil Aqliyah (argumentasi pengharaman menurut pertimbangan rasional dan hukum positif)

Berdasarkan RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERBANKAN SYARIAH Pasal 2 berbunyi Gharar adalah transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam Syariah.

c. Problematika dan Tantangan dalam Implementasi

(26)

atau mendapatkan barang yang tidak sesuai dengan yang dipromosikan. Apaboleh buat, konsumen menginginkan kepraktisan disisi lain banyak penjual yang tidak mendahulukan syariat islam dalam bertransaksi dan menginginkan banyak keuntungan tidak peduli halal atau haram.

d. Solusi Pemecahan Masalah

Masyarakat seharusnya tidak terlalu konsumtif dalam memenuhi keinginannya apalagi dengan cara yang praktis (online) tanpa mempertimbangkan keadaan asli produk yang diperjual belikannya sehingga tidak merasa dirugikan kemudian. Di sisi lain, pemerintah seharusnya bisa mengatur laju teknologi yang semakin canggih ini khususnya dalam kegiatan bisnis.

3.8 Riba

Riba adalah penyerahan pergantian sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang tidak dapat terlihat adanya kesamaan menurut timbangan syara’ pada waktu akad-akad, atau disertai mengakhirkan dalam tukar menukar atau hanya salah satunya.

a. Dalil Naqliyah (argumentasi pengharaman al quran dan hadits)

Dasar hukum tentang larangan riba sangatlah banyak baik dalam al-Qur’an maupun Hadis Nabi, diantaranya adalah sebagai berikut:

Surat Al-Baqarah ayat 275

Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Hadis dari Jabir

:

ؤممهول ابلررلا للكضا ملللسل ول هضيللعل هضللا ىلنصل ههللا لهومسه رل نل عللل لل اقل ههنمعل ههللا يل ضض رلرسبضاجل نم عل

" : . ,

(27)

Diriwayatkan dari Jabir r.a.: Rasulullah saw. Mengutuk pemakan riba, orang yang memberi makan (keluarganya) dengan harta riba, panulis riba, dan kedua saksi riba. Beliau bersabda, “Semua itu (hukumnya) sama” b. Dalil Aqliyah (argumentasi pengharaman menurut pertimbangan

rasional dan hukum positif)

Berdasarkan RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERBANKAN SYARIAH Pasal 2 berbunyi Riba adalah penambahan pendapatan secara tidak sah (bathil) antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasiah).

c. Problematika dan Tantangan dalam Implementasi

Pemberian bunga dalam transaksi pinjam meminjam uang oleh bank konvensional masih menjadi perdebatan antar ulama, banyak yang mengatakan halal ada pula kalangan yang mengatakan haram. Pasalnya para ulama tersebut memiliki pemahaman serta bukti bukti yang cukup untuk membuktikan pendapat mereka. Sehingga dalam peraturan perundang undangan pun penetapan bunga oleh bank konvensional diperbolehkan dengan batas-batas tertentu yang telah ditetapkan.

d. Solusi Pemecahan Masalah

(28)

IV. Daftar Pustaka

 Karim, Ir. Adiwarman, Bank Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo, cet 3, 2006  Al-Din, Al-Hafizh Zaki, Ringkasan Shahih Muslim, (Penterjemah: Syinqithy

Djamaluddin, Mukhtashar Shahih Muslim), Bandung: Mizan, 2002

 Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003

 Muhammad, Asy-Syekh, Terjemah Fat-Hul Qarib, Jilid 1, (Penterjemah: Ahmad Sunarto, Fat-Hul Qarib), Surabaya: Al-Hidayah, t.t

 Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2009

 http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1615.pdf

 http://setkab.go.id/mengejar-pemain-harga-barang-kebutuhan-pokok/  http://alhushein.blogspot.co.id/2011/12/jual-beli-dan-perdagangan.html 

http://iwannasti.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-haram-di-kalangan-ulama.html

 Haram Li dzatihi http://firdauzzuel.blogspot.co.id/2012/05/makanan-halal-dan-haram.html

Referensi

Dokumen terkait

Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berjumlah 75 orang. Untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan dan

Bagian utama (naskah karya tulis) diberi nomor halaman menggunakan angka arab yang dimulai dengan nomor halaman 1 (satu) dan diketik di sebelah kanan bawah dengan

Ada dua jenis kelembagaan yang membentuk pemerintahan daerah yaitu kelembagaan untuk pejabat politik meliputi kelembagaan kepala daerah dan DPRD serta kelembagaan

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENCATAT DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada saat Initial Public Offering (ipo) di Bursa Efek Indonesia Periode 2005–2009. Skripsi, Program

penelitian ini adalah kinerja lembaga DPRK Gayo Lues masih belum begitu.. memuaskan, baik itu dari segi akuntabilitas, efektivitas

Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula

Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang bagus itu, Allah memperlengkapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima dan mengembangkan