• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT HIV AID (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT HIV AID (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PENYAKIT HIV/AIDS

KELOMPOK 4

SULKIFARMAN

SARMILA SYARIF

NUR RAHMAYANTI S

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN { STIKES}

ST.FATIMAH MAMUJU TAHUN AJARAN

(2)

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. PENGERTIAN HIV/AIDS

HIV adalah singkatan dari human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi Yang menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun.

Aids adalah singkatan dari Acquired imune deficiency syndrome yaitu

menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi virus HIV (human Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif tidak diidentik dengan AIDS, karena AIDS harus menunjukan adanya satu atau lebih gejala penyakit skibat defisiensi sistem imun selular.

AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz Alimul Hidayat, 2006)

AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)

AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan kelainan imunolegik. (Price, 2000 : 241)

B. ETIOLOGI

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

(3)

2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.

3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2. Orang yang ketagian obat intravena

3. Partner seks dari penderita AIDS

4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

C. PATOFISIOLOGI

(4)

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut limfosit.Sel-sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.

Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini

penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi. Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang

berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan

berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.

(5)

bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

D. GEJALA

Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita HIV/ AIDS :

1. Panas lebih dari 1 bulan, 2. Batuk-batuk,

3. Sariawan dan nyeri menelan, 4. Badan menjadi kurus sekali, 5. Diare ,

6. Sesak napas,

7. Pembesaran kelenjar getah bening, 8. Kesadaran menurun,

9. Penurunan ketajaman penglihatan, 10.Bercak ungu kehitaman di kulit.

Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat

beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV. Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

(6)

Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal

1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti

demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.

2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala

Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.

3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium untuk HIV/AIDS dibagi atas tiga kelompok : 1. Pembuktian adanya antibodi (Ab) atau antigen (Ag) HIV.

HIV terdiri dari selubung , kapsid dan inti.Masing- masing terdiri dari protein yang bersifat sebagai antigen dan menimbulkan pembentukan antibodi dalam tubuh yang terinfeksi. Jenis antibody yang penting untuk diagnostik diantaranya adalah antibody gp41, gp140, dan p24.

Teknik pemeriksaan adalah sebagai berikut.

a. Tes untuk menguji Ab HIV. terdapat berbagai macam cara yaitu ELISA, Western Blot, RIPA dan IFA

b. Tes untuk menguji antigen HIV dapat dengan cara pembiakan virus, antigen P24 dan PCR

2. Pemeriksaan status imunitas

Pada pasien AIDS dapat ditemui anemia leukopenia/limfopenia,

trombositopenia dan displasia sumsum tulang normo atau hiperselular. Test kulit DHT (Delayed Type Hypersensitiviti) untuk tuberkulin dan kandida yang hasilnya negatif atau energi menunjukan kegagalan imunitas selular. Dapat terjadi

poliklonal hypergamma globulinemiayang menunjukan adanya rangsangan nonspesifik terhadap sel B untuk membentuk imunitas humoral.

(7)

Infeksi oportunistik atau kanker sekunder yang ada pada pasien AIDS diperiksa sesuai dengan metoda diagnostik penyakitnya masing-masing. Misalnya

pemeriksaan makroskopik untuk kandidiasis, PCP,TBC Paru dll. Adapun

pemeriksaan peunjang lain seperti aboraturium rutin, serologis, radiologis, USG, CTScan, bronkoskopi, pembiakan, histopatologis dll.

F. PENATALAKSANAAN HIV/AIDS

Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan / rehabilitasi dan edukasi.

1. Pengobatan

Pengobatan pada pengidapan HIV/AIDS ditujukan terhadap : a. Virus HIV

b. Infeksi oportunistik

c. Kanker sekunder

d. Status kekebalan tubuh

e. Simtomatis dan suportif

2. Obat Retrovirus

Yang biasa dipakai secara luas adalah :

(8)

muntah dan rasa tidak enak diperut. Setelah pemakaian jangka panjang dapat timbul miopati. Dosis yang sekarang dipakai 200mg po tid, dan dosis diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-tanda toksik.

b. Didanosine ( ddl ), Videx.

Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada kemungkinan respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik pada ARC dan

asimtomatik hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati perifer, pankreatitis (7%), nausea, diare.

Dosis: 200mg po bid ( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya hanya dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro

merupakan obat yang paling kuat, tapi efek samping terjadinya neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis. Dosis : 0,75mg po tid.

3. Obat-obat untuk infeksi oportunistik

a. Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4 , 250 mm/mm3. Dengan

kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2 tablet, atau dengan aerosol pentamidine 300mg, dan dapsone atau fansidar.

b. Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien anergik. Dipakai INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau rifampisin 600mg po qd bila intolerans INH.

c. Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare), bila CD4 , 200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila pernah menderita oral kandidiasis, sebelumnya.

(9)

4 Obat untuk kanker sekunder

Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Untuk Sakorma Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KS multipel:kemoterapi. Untuk limfoma maligna: sesuai dengan penanganan limfoma paa pasien non HIV.

5 Immune restoring agents

Obat-obat ini diharapkan dapat memperbaiki fungsi sel limfosit, menambah jumlah limfosit, sehingga dapat memperbaiki status kekebalan pasien. Bisa dengan memakai:

a. Interferon alpha b. ekstrak kelenjar thymus c. Interferron gamma d. Loprinosin

e. Interleukin 2 f. Levamisol

g. Mengganti sel limfosit dengan cara: transfusi limfosit, transplantasi timus dan transplantasi sumsum tulang.

6. Pengobatan simtomatik supportif

Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan pada seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering yaitu: analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan transfusi darah.

7. Rehabilitasi

Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau orang terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk :

a. Memberikan dukungan mental-psikologis

b. Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.

c. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan kondisi tubuh yang baik.

(10)

8. Edukasi

Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan keluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS, kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.

BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian data dasar

2. Riwayat atau adanya perilaku risiko tinggi a. Pasangan seksual multiple ( berganti-ganti pasangan ) b. Laki-laki dengan homoseksual atau biseksual

c. Penyalahgunaan obat terlarang

d. Hemophilia ( penerima factor pembekuan sebelum 1985 ) 3. Penimpangan KDM

HIV masuk ke dalam tubuh manusia

Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4

Mengikat molekul CD4

Memiliki sel target dan memproduksi virus Sel limfosit T hancur

(11)

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan fisik dasar pada survey umum (Apendiks F) dan pemeriksaan laboratorium dapat menunjukan :

a. ARC ( ditandai tig agejala di bawah ini ) 1) Limpadenopati

2) Candidiasis mulut

3) Jumlah sel CD, 500/mm3 ataukurang

4) Demam intermiten dengan banyak keringat pada malam hari ( sering merupakan gejala awal )

5) Diare menetap ( terus menerus ) 6) Anoreksia ( tidak nafsu makan ) 7) Kelelahan terusmenerus

8) Mudah memar dan berdarah ( indikasi idiopatik trombositopenia purpura ) 9) Penurunan berat badan

10)Ruam pada kulit

11)AIDS disebabkan tumor, misal penyakit Hodgkin’s atau kanker pada mulut

Infeksi opurtinistik

Sistem pernafasan

Infeksi opurtinistik

Sistem pencernaan Sistem intagumen Sistem neurologis

(12)

12)Komplikasi neurologis seperti psikosa( hilang ingatan, pelupa, dimensia, kejang, lumpuh sebagian , nyeri perifer pada neuropati dan kehilangan koordinasi.

b. AIDS

1) Infeksi oportunistik seperti tuberculosis , pneumocytiscarinii pneumonia (PCP ) yang di tunjukan oleh batuk terus-menerus, demam dan sesak nafas

2) Sarcoma Kaposi’s ( jenis kanker kulit ) yang ditujukan oleh banyaknya bisul-bisul keungu-unguan dan benjolan pada kulit

3) Jumlah sel c, 200/mm 3 atau kurang c. Tes diagnostic

1) Infeksi HIV diperkuat oleh tesserologi positif : 2) Tes ELISA ( Enzim – linked immunosorbent assay )

3) Western blot dianggap tes yang lebih spesifik untuk infeksi HIV , dilakukan sama pada specimen darah jika tes ELISA positif ( 2 kali )

d. Kaji pengertian kondisi dan respon emosi terhadap diagnose dan rencana pengobatan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.

2. perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan,

peradangan rongga bukal.

3. resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat 4. resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan

ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)

5. Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.

(13)

1. Diagnosis Keperawatan : nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah. Hasil yang diharapkan : keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.

INTERVENSI IMPLEMENTASI Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi,

intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai gejala nonverbal misalnya gelisah, takikardia, meringis.

Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan komplikasi. Instruksikan pasien untuk

menggunakan visualisasi atau imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam.

Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.

Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit, sehingga persepsi akan intensitas rasa sakit.

Berikan analgesik atau antipiretik narkotik. Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol pasien) untuk memberikan analgesia 24 jam.

M,emberikan penurunan nyeri/tidak nyaman, mengurangi demam. Obat yang dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam dapat mempertahankan kadar analgesia darah tetap stabil, mencegah kekurangan atau kelebihan obat-obatan.

Lakukan tindakan paliatif misal pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit.

Meningkatkan relaksasi atau menurunkan tegangan otot.

2. Diagnosis keperawatan: perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif,

keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.

(14)

INTERIVENSI IMPLEMENTASAI Kaji kemampuan untuk

mengunyah, perasakan dan menelan.

Lesi mulut, tenggorok dan esophagus dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan

mengurangi keinginan untuk makan.

Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran intestinal umum terjadi dan dihubungkan dengan muntah dan diare, yang dapat mempengaruhi pilihan diet atau cara makan.

Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika memungkinakan sarankan makanan dari rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi sering berupa makanan padat nutrisi, tidak bersifat asam dan juga minuman dengan pilihan yang disukai pasien. Dorong konsumsi makanan berkalori tinggi yang dapat merangsang nafsu makan

Melibatkan orang terdekat dalam rencana member perasaan control lingkungan dan mungkin meningkatkan pemasukan. Memenuhi kebutuhan akan makanan nonistitusional

mungkin juga meningkatkan pemasukan.

Batasi makanan yang

menyebabkan mual atau muntah. Hindari menghidangkan makanan yang panas dan yang susah untuk ditelan

Rasa sakit pada mulut atau ketakutan akan mengiritasi lesi pada mulut mungkin akan menyebabakan pasien enggan untuk makan. Tindakan ini akan berguna untuk meningkatakan pemasukan makanan.

Tinjau ulang pemerikasaan

laboratorium, misal BUN, Glukosa, fungsi hepar, elektrolit, protein, dan albumin.

Mengindikasikan status nutrisi dan fungsi organ, dan mengidentifikasi kebutuhan pengganti.

Berikan obat anti emetic misalnya metoklopramid.

(15)

3. Diagnosa keperawatan : resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat

Hasil yang diharapkan : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi.

INTERVESI IMPLEMENTASAI Pantau pemasukan oral dan

pemasukan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari.

Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membrane mukosa. Buat cairan mudah diberikan pada

pasien; gunakan cairan yang mudah ditoleransi oleh pasien dan yang menggantikan elektrolit yang dibutuhkan, misalnya Gatorade.

Meningkatkan pemasukan cairan tertentu mungkin terlalu

menimbulkan nyeri untuk

dikomsumsi karena lesi pada mulut.

Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.

Indicator tidak langsung dari status cairan.

Hilangakan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas, berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu. Mengatur kecepatan atau konsentrasi makanan yang diberikan berselang jika dibutuhkan

(16)

Nerikan obat-obatan anti diare misalnya ddifenoksilat (lomotil), loperamid Imodium, paregoric.

Menurunkan jumlah dan keenceran feses, mungkin mengurangi kejang usus dan peristaltis.

4. Diagnosa keperawatan : resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)

Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami sesak nafas.

INTERVENSI IMPLEMENTASAI Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah

paru yang mengalami penurunan, atau kehilangan ventilasi, dan munculnya bunyi adventisius. Misalnya krekels, mengi, ronki.

Memperkirakan adanya

perkembangan komplikasi atau infeksi pernafasan, misalnya pneumoni,

Catat kecepatan pernafasan, sianosis, peningkatan kerja

pernafasan dan munculnya dispnea, ansietas

Takipnea, sianosis, tidak dapat beristirahat, dan peningkatan nafas, menuncukkan kesulitan pernafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan atau intervensi medis

Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan pasien untuk berbalik, batuk, menarik nafas sesuai kebutuhan.

Meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi atau infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis. Berikan tambahan O2 Yng

dilembabkan melalui cara yang sesuai misalnya kanula, masker, inkubasi atau ventilasi mekanis

(17)

5. Diagnose keperawatan : Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.

Hasil yang diharapkan : melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya.

INTERVENSI IMPLEMENTASAI Kaji pola tidur dan catat perunahan

dalam proses berpikir atau berperilaku

Berbagai factor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, tekanan emosi, dan efeksamping obat-obatan

Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktifitas pada waktu pasien sangat berenergi

Periode istirahat yang sering sangat yang dibutuhkan dalam memperbaiki atau menghemat energi.

Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif saat energy lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan control diri. Dorong pasien untuk melakukan

apapun yang mungkin, misalnya perawatan diri, duduk dikursi, berjalan, pergi makan

Memungkinkan penghematan energy, peningkatan stamina, dan mengijinkan pasien untuk lebih aktif tanpa menyebabkan kepenatan dan rasa frustasi.

Pantau respon psikologis terhadap aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi pernafasan atau jantung

Toleransi bervariasi tergantung pada status proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, dan tipe penyakit.

Rujuk pada terapi fisik atau okupasi Latihan setiap hari terprogram dan aktifitas yang membantu pasien mempertahankan atau

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Kesamaan juga bisa juga di dalam menyampaikan pendapat antara satu sama lain dan saling melibatkan antara anak dengan orang tua tiri, berikut pernyataan yang disampaikan oleh subjek

Perbedaan kecepatan ini dikarenakan lalu lintas yang paling dominan pada pagi hari yaitu kendaraan ringan (mobil pribadi, mobil box, angkutan umum dan bus kecil) sedangkan pada

Aplikasi Penentuan Rute Jarak Terpendek Di Kota Surabaya Menggunakan Algoritma Dijkstra Berbasis Mobile merupakan salah satu solusi untuk menghindari kesalahan yang tidak

Praktikum Dapat Ditukar bertujuan untuk mengetahui cara menghitung kadar menghitung kadar Kalium pada suatu tanah sampel, mengetahui ketersediaan Kalium bagi tanaman, Kalium pada

Bila Anda melakukan pemesanan di Amway2u, transaksi Anda akan dienkripsi dengan menggunakan teknologi enkripsi Secure Socket Layer (SSL). Enkripsi merangkai informasi yang

Gambar 3.13 Activity Diagram Admin UMKM Edit Profil Admin UMKM memasukkan data dari UMKM, kemudian jika ada kesalahan atau ada perubahan maka dapat melakukan update pada data

2) Sebelum kejadian kandas LCT. Cipta Harapan XII telah bernavigasi dengan aman dan selamat dari Pelabuhan Ketapang sampai dengan alur luar di sekitar Buoy merah

Tanah Ordo Entisol yang terdiri dari Typic Troportent berbatuan dasar batunapal Formasi Kepek terbentuk pada dataran - bergelombang tepi kars (Fdt), sedangkan sub-grup