• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kertas Kerja Perusahaan Daerah. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " Kertas Kerja Perusahaan Daerah. doc"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Kertas Kerja

PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH

(PERUSDA)

KABUPATEN SERUYAN

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Seruyan

(2)

BAGIAN 1

PENDAHULUAN

Sejarah membuktikan bahwa bangsa Indonesia telah mengisi kemerdekaan dengan berbagai pembangunan di segala bidang. Pembangunan terjadi dari awal kemerdekaan sampai dengan saat sekarang ini. Berbagai pengalaman berharga diperoleh pada masa pembangunan, pengalaman-pengalam tersebut kedepanya menjadi bahan evaluasi dan pondasi dalam menetukan arah kebijakan pembangunan menuju masa depan yang lebih baik.

Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 memberikan penjelasan tentang pembangunan nasional :

“Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi demi generasi. Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dalam konteks memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.”

Sehingga kata pembangunan menjadi kata kunci bagai segalah hal dalam mengisi kemerdekaan, secara umum kata ini diartikan sebagai usaha untuk mewujutkan kehidupan masyarakat yang maju.

Kehidupan masyarakat suatu negara yang maju sangat didukung oleh sistem perekonomian nasional. Sistem perekonomian Indonesia tersimpul pada Pasal 33 UUD 1945 yang mengatur tentang demokrasi ekonomi. Perekonomian Indonesia yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Pasal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting dan menjadi dasar serta titik tolak bagi pembangunan ekonomi negara. Dengan demikian negara mempunyai peran dan tanggung jawab normatif dalam bidang yang menyangkut seluruh sendi kehidupan perekonomian rakyat dan negara.

(3)

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Komite Nasional

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, 5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan di Daerah,

6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, kemudian dirubah dengan Undang-undang Nomor. 22 tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemda, terakhir dirubah lagi dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemda .

Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pemerintah Daerah disebutkan bahwa daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan kecuali urusan tertentu yang diurus oleh pemerintah pusat, yakni urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter, yustisi, dan agama, sehingga dalam pelaksanaannya dapat dikatakan daerah menjalankan konsep otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab, sehingga tujuan pemberian otonomi dapat dicapai untuk memberdayakan daerah.

Berlakunya otonomi daerah maka dimulailah suatu era baru dalam pembiayaan pembangunan daerah. Pada waktu yang lalu pemerintah pusat memiliki banyak peranan dalam perencanaan pembangunan di daerah, namun sekarang dalam sistem otonomi, daerah memiliki keleluasaan mengatur dirinya sendiri. Di sisi lain daerah juga dituntut lebih mandiri, termasuk membiayai seluruh kegiatannya sehingga Pemda harus bertanggung jawab atas pembangunan di daerahnya.

Sejalan dengan upaya pemberdayaan daerah, pemerintah pusat juga melakukan penyerahan berbagai sumber-sumber pembiayaan untuk dipergunakan oleh daerah dalam melaksanakan otonomi daerah tersebut. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemda dan peraturan organiknya mengatur dengan terperinci sumber-sumber pembiayaan Pemda dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Pada dasarnya menurut ketentuan yang ada tersebut, sumber-sumber keuangan Pemda terdiri atas:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Dana Perimbangan, yang terdiri atas: Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bagi Hasil (Pajak; terutama PBB, BPHTB dan PPh perseorangan, maupun bukan pajak; khususnya bagi hasil yang berasal dari sumber daya alam ).

3. Pinjaman daerah.

(4)

dari daerah, merupakan modal bagi daerah sebagai biaya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai total pengeluaran daerah, namun porsi PAD terhadap total penerimaan daerah tetap merupakan indikasi derajat kemandirian keuangan suatu Pemda. Otonomi daerah telah memberikan nuansa baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, antara lain : Pertama, berusaha menarik investor untuk menanamkan investasinya. Kedua, menyusun Peraturan Daerah sebagai dasar legitimasi untuk menarik berbagai iuran sehingga PAD meningkat. Ketiga, membentuk BUMD. Semangat otonomi daerah merangsang gairah Pemda terutama daerah-daerah kaya untuk mendirikan BUMD, dengan kata lain otonomi daerah memberikan ruang bagi Pemda untuk berbisnis.

Sehubungan dengan itu, sesungguhnya usaha dan kegiatan ekonomi daerah yang bersumber dari hasil BUMD telah berjalan sejak lama, secara juridis BUMD dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, namun kemudian lebih kurang 7 (tujuh) tahun sejak pengesahannya, dengan alasan pemurnian pelaksanaan UUD 1945. Pemerintah mencabut Undang-undang tersebut melalui Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.

Pada masa itu pemerintah melakukan peninjauan kembali beberapa produk-produk legislatif yang berbentuk Undang-undang dan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang, sebagaimana yang ditentukan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XIX/MPRS/1966 tertanggal 5 Juli 1966 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XXXIX/MPRS/1968 tertanggal 27 Maret 1968 4. Dari hasil peninjauan tersebut direkomendasikan pencabutan beberapa peraturan perUndang-undangan, termasuk di antarannya Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah secara juridis formal masih berlaku sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Pasal 2 menyatakan :

“Pernyataan tidak berlakunya Undang-undang yang tercantum dalam Lampiran III Undang-undang ini ditetapkan pada saat Undang-undang yang menggantikannya mulai berlaku “

(5)

Untuk menjawab masalah tersebut banyak Pemda melakukan langkah dengan merubah bentuk badan hukum BUMD yang dimilikinya khususnya pada perusahaan yang berorientasi pada keuntungan, perubahan bentuk badan hukum ini secara langsung akan berpengaruh pada aspek kepemilikan yang berkenaan dengan permodalan atau saham. Pada mulanya saham atas perusahan tersebut terpusat pada satu kepemilikan, namun ketika kebijakan merubah bentuk badan hukum BUMD diambil oleh Pemda, maka akan berdampak pada kepemilikan BUMD.

Sejatinya keberadaan badan usaha milik daerah (BUMD) memiliki peran sebagai lembaga yang melayani masyarakat. Namun ketika dituntut menjadi sebuah usaha yang profesional, BUMD juga diharapkan bisa menghasilkan atau memberikan profit. Upaya untuk membawa BUMD menjadi sebuah perusahaan yang profesional tetap menjadi agenda utama. Namun harus dilihat bahwa sebagai badan usaha yang dibentuk oleh pemerintah daerah, BUMD tidak bisa begitu saja berorientasi profit.

Dari total jumlah badan usaha milik daerah (BUMD) sebanyak 1.007 perusahaan di seluruh Indonesia, ternyata sekitar 80 persen diantaranya belum dikelola secara profesional. Ketua Umum DPP Badan Kerjasama BUMD Seluruh Indonesia (BK BUMD-SI) Arif Afandi mengatakan, saat ini terdapat 1.007 BUMD secara nasional dengan total aset mencapai Rp 343,1 triliun. Sayangnya, potensi yang cukup besar ini belum seluruhnya dikelola secara profesional.

(6)

BAGIAN 2

ANALISA UMUM

BENTUK DAN BADAN HUKUM

Sebagai salah satu bentuk badan usaha yang ada di wilayah hukum Republik Indonesia, sudah tentu keberadaan BUMD memiliki payung hukum atas keberadaanya. Payung hukum ini menjadi penting mengingat karakteristik BUMD tersebut sangatlah berbeda dengan bentuk badan usaha lain terlebih-lebih dari keikutsertaan Pemda sebagai salah satu pemegang saham.

Dalam ilmu hukum ada dikenal dua subjek hukum, yaitu orang dan badan hukum. Mengenai definisinya, badan hukum atau legal entity atau legal person dalam Black’s Law Dictionary dinyatakan sebagai a body, other than a natural person, that can function legally, sue or be sued, and make decisions through agents.

Pengaturan dasar dari badan hukum itu sendiri terdapat di dalam Pasal 1654 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang menyatakan bahwa: Semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang-orang swasta , berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan- peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada acara-acara tertentu.

(7)

perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau telah

(1) adanya harta kekayaan yang terpisah (2) ada hak-hak dan kewajiban.

(3) mempunyai tujuan tertentu, mempunyai kepentingan sendiri (4) dan adanya organisasi yang teratur.

Aturan untuk menentukan kedudukan suatu perusahaan sebagai badan hukum, biasanya ditetapkan oleh perUndang-undangan, kebiasaan atau yurisprudensi. Sebagai contoh, PT dinyatakan sebagai badan hukum di dalam Pasal 7 ayat (4)

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Koperasi dinyatakan sebagai badan hukum dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Perkoperasian. Yayasan dinyatakan sebagai badan hukum dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan. Sedangkan untuk Perusahaan Daerah dinyatakan sebagai badan hukum dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomr 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Sebagai subjek hukum, badan hukum mempunyai kewenangan melakukan perbuatan hukum seperti halnya orang, akan tetapi perbuatan hukum itu hanya terbatas pada bidang hukum harta kekayaan. Karena bentuk badan hukum adalah sebagai badan atau lembaga, maka dalam mekanisme pelaksanaannya badan hukum bertindak dengan perantaraan pengurus-pengurusnya.

Pengaturan BUMD

Secara umum istilah BUMD baru dikenal pada tahun 1999 dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda, di dalam Pasal 84 Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda menyebutkan bahwa Daerah dapat memiliki BUMD sesuai dengan peraturan perUndang-undangan dan pembentukannya diatur dengan Peraturan Daerah, namun ketentuan tersebut tidak memberikan definisi yang jelas tentang BUMD, kemudian keberadaan BUMD ini juga masih dipertegas dalam perubahan Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda dengan Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemda, Pasal 177 Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemerintahaan Daerah

Dari uraian kedua Pasal tersebut belum memberi kejelasan tentang batasan maupun definisi tentang BUMD.

(8)

BUMD sebagai Perusahaan Daerah, dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyatakan :

”Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-undang.”

Ketentuan ini memberikan batasan tentang BUMD, dinyakan bahwa BUMD merupakan perusahan yang modalnya berasal dari kekayaan Pemda yang dipisahkan.

Kemudian Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan Perusahan Daerah adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebahagian modalnya dimiliki oleh Pemda.

Pada konsideran huruf “b” Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 153 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah Yang Dipisahkan menyatakan bahwa Perusahan Daerah atau BUMD merupakan badan usahayang seluruh atau sebahagian modalnya berasal dari kekayaan darah yang dipisahkan.

Tujuan Pembentukan BUMD

Sejalan dengan semangat otonomi daerah yang memberikan kesempatan seluas luasnya kepada Pemda untuk mencari sumber-sumber penghasilan bagi peningkatan pendapatan asli daerah sebagai salah satu modal pembangunan daerahnya, dengan demikian daerah dipacu untuk melakukan pemanfaat sumber daya yang dimiliki secara maksimal.

Pendirian BUMD oleh Pemda merupakan salah satu cara untuk memenuhi pendapatan asli daerah, pendirian ini merupakan upaya Pemda untuk menambah sumber pendapatan daerah dari hasil pengeolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, sebagai mana yang diatur didalam Pasal 157 huruf “a” angka 4 Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemda.

Kepemilikan BUMD

Kepemilikan suatu usaha atau badan usaha dapat dilihat dari struktur modal perusahan atau badan usaha itu sendiri, menurut ketentuan Pasal 7 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, modal Perusahaan Daerah terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan, kemudian pada ayat (2) Undang-undang tersebut ditegaskan jika modal Perusahan Daerah seluruhnya berasal dari kekayaan yang dipisahkan dari satu daerah maka modal tidak perlu terdiri dari atas saham-saham, namun jika modal tersebut berasal dari kekayaan lebih dari satu daerah maka modal Perusahaan Daerah harus terdiri dari saham-saham. Dalam hal BUMD dimiliki oleh beberapa pegang saham maka saham pada BUMD tersebut harus terbagai dalam dua kategori, saham priorits dan saham biasa. Saham prioritas harus memiliki hak-hak tertentu yang tidak terdapat dalam jenis saham biasa.

(9)

dapat dimiliki oleh Pemerintaha Daerah, Warga Negara Indonesia dan atau Badan Hukum yag didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia dan yang peserta atau pemegang sahamnya terdiri dari Warga Negara Indonesia.

Keikut sertaan pihak lain diluar Pemda dimaksudkan untuk mengerahkan funds and forces dari masyarakat di daerah ialah dengan mengikut-sertakan warga negara Indonesia dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia dan yang pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia dalam modal yang diperlukan untuk mendirikan suatu BUMD berbentuk Perusahaan Daerah.

Tata Kelola Perusahaan

Para ahli memberikan beberapa pendapat mengenai tata kelola perusahaan, atara lain:

a) Amir Wijaya Tunggal, menyatakan tata kelola perusahaan merupakan sistem yang mengatur ke arah mana kegiatan usaha akan dilaksanakan, termasuk membuat sasaran yang akan dicapai, untuk apa sasaran tersebut perlu dicapai serta ukuran keberhasilannya. b) Ersnt and young menyatakan Corporate governance terdiri atas

sekumpulan mekanisme yang saling berkaitan yang terdiri atas pemegang saham institusional, Dewan Direksi dan Komisaris, para manejer yang dibayar berdasarkan kinerjanya, pasar sebagai pengendali perseroan, struktur kepemilikan, struktur keuangan, investasi terkait dan persediaan produk.

c) Forum For Corporate Governance in Indonesia, Corporate Governace adalah seperangkat pengaturan yang mengatur hubungan anatara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan interen dan eksteren lain yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Dengan demikian, corporate governance dapat dijelaskan sebagai seperangkat aturan yang dijadikan manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan secara baik, benar dan penuh integritas serta membina hubungan dengan para stakeholders, guna mewujutkan visi, misi dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Secara umum prinsip-prinsip dasar yang harus diterapkan oleh perusahan dalam rangkah menuju tata kelola perusahan adalah :

a) Akuntabilitas (accountabelity), yaitu kejelasan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing masing organ-organ perusahaan yang diangkat setelah melalui fit and propertes, sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

(10)

c) Transparansi (transparancy), yaitu keterbukaan terhadap proses pengambilan keputusan dan penyampaian informasi mengenai segala aspek perusahaan terutama yang berhubungan dengan kepentingan stakeholders dan publik secara benar dan tepat waktu.

d) Pertanggung jawaban (responsibility) yaitu perwujudan kewajiban organ perusahaan untuk melaporkan kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan perUndang-undangan yang berlaku dan keberhasilan maupun kegagalannya dalam mencapai visi, misi dan tujuan serta sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.

e) Kewajiban (fairnes) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan peraturan perundang undangan dan perjanjian.

Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kongkrit antara lain dengan dilakukannya pemisahan tanggung jawab dan kewajiban yang disertai dengan mekanisme kerjasama antar organ-organ perusahaan, melakukan pengawasan ketika organ-organ itu melakukan tugasnya untuk menghindari adanya tekanan atau benturan kepentingan, melakukan sistem pengendalian internal dan eksternal yang kuat, dan pengungkapan informasi material mengenai perusahaan melalui media yang dapat diakses dengan mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan, serta menetapkan visi, misi tujuan dan strategi secara jelas, sehingga kinerja perusahaan maupun kontribusi masing-masing individu dapat dinilai secara objektif. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) yang merupakan perkumpulan dari asosiasi-asosiasi bisnis dan profesi telah menjabarkan dan memformulasikan prinsip-prins dasar tata kelola perusahan yang baik dalam bentuk kongkrit, sebagai berikut :

a) Hak para pemegang saham yang harus diberikan informasi dengan benar dan tepat waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperanserta dalam mengambil keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian keuntungan dari perusahaan.

b) Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama pada pemegang saham minoritas dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider traiding).

c) Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahan dan para pemegang saham, kepentingan dalam memciptakan keayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. d) Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta

transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan.

e) Tanggung jawab pengurus dan manjemen, pengawasan manjemen dan pertangungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham.

(11)

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah, dimana Undang-undang tersebut menjelaskan struktur organisasi yang meliputi organ perusahan serta kemandirian perusahaan.

Organ BUMD

a. Rapat Pemegang Saham.

Sebagaimana perusahaan pada umunya, BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah juga memiliki organ Rapat Pemegang Saham, namun Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tidak memberikan rincian yang jelas tentang peran dan fungsi organ tersebut. Keberadaan organ ini bukanlah sebagai lembaga tertinggi didalam suatu perusahaan sebagimana yang dianut dalam terminologi Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseoan Terbatas atau organ yang memiliki wewenang yag tidak dimiliki oleh organ lain yaitu Direksi dan Dewan Komisaris dalam terminologi Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pada sebuah Perusahaan Daerah fungsi Rapat Pemegang Saham tidak selalu sebagai pengambil keputusan akhir dalam perjalanan roda perusahaan, hal ini dibatasi bahwa keputusan Rapat Pemegang Saham harus diambil dengan permufakatan seluruh pemegang saham, manakala tidak tercapai permufakatan atas suatu hal yang akan diputuskan maka Kepala Daerah memiliki kewenangan untuk memutus masalah tersebut dengan tetap memperhatikan pendapat pendapat yang berkembang dalam RUPS, hal mana diatur didalam Bab VI tentang Rapat Pemegang Saham pada Pasal 18 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah yang menyatakan :

Pasal 18.

(1) Tata-tertib rapat pemegang saham/saham prioritet dan rapat umum pemegang saham (prioritet dan biasa) diatur dalam peraturan pendirian Perusahaan Daerah.

(2) Keputusan dalam rapat pemegang saham/saham prioriteit dan rapat umum pemegang saham (prioritet dan biasa) diambil dengan kata mufakatan.

(3) Jika kata mufakat termaksud pada Ayat (2) tidak tercapai maka pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam musyawarah disampaikan kepada Kepala Daerah dari Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah.

(4) Kepala Daerah termaksud pada Ayat (3) mengambil keputusan dengan memperhatikan pendapat-pendapat termaksud.

b. Direksi

(12)

Daerah memiliki kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan anggota Direksi jika modal badan usaha tersebut seluruhnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Pengangkatan anggota Direksi BUMD dilakukan dari usulan pemegang saham prioritas, bagi badan usaha yang modalnya sebahagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan.

Dalam menjalankan perseroan Direksi menentukan kebijaksanaan dalam memimpin perusahaan, dengan mengurus dan menguasai kekayaan tersebut, pembatasan ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan sifat dan corak perusahaan Daerah masing-masing, maka sewajarnya batas kekuasaan tersebut di atas ditetapkan dalam peraturan pendirian perusahaan yang bersangkutan.

Untuk menjalankan fungsi pengurusan Direksi bertanggung jawab kepada Bupati melalui Badan Pengawas, Peraturan Daerah tentang Perusahaan Daerah mengatur Direksi antara lain (sebagai contoh) :

1) Direksi menjalankan pimpinan Perusahaan Daerah sehari-hari berdasarkan kebijaksanaan yang digariskan oleh Bupati dan atau Badan Pengawas (melalui Corporate Plan) dengan mengikuti peraturan tata tertib serta tata kerja yang sudah ditetapkan serta memperhatikan ketentuan yang sudah ditetapkan serta memperhatikan ketentuan peraturan perUndang-undangan yang berlaku.

2) Direksi mengangkat dan memberhentikan pimpinan unit, pegawai perusahaan berdasarkan ketentuan-ketentuan pokok perusahan

3) Direksi mewakili perusahan didalam maupun diluar pengadilan dan dapat menyerahkan kekuasan mewakili tersebut kepada seorang anggota Direksi atau kepada seseorang atau beberapa orang pegawai perusahaan yang khusus ditunjuk untuk itu ataupun kepada orang atau badan diluar perusahan tersebut.

4) Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku berakhir, Direksi harus menyampaikan rencana anggaran perusahaan kepada Direksi untuk disahkan, pengesahannya yang dilakukan oleh Bupati diambil setelah mendengar pertimbangan Badan Pengawas atas usulan rencana anggaran tersebut.

c. Badan Pengawas

Sebagaimana lazim berlaku di dalam tiap-tiap Perusahaan terhadap tugas yang dipercayakan kepada Direksi, yaitu menjalankan pimpinan cara mengurus dan menguasai perusahaan diadakan pengawasan (umum) apakah benar-benar sesuai dengan garis-garis kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh para pemilik/pemegang saham.

(13)

Direksi dalam menjalankan pengurusannya terhadap perusahaan berada di bawah pengawasan Kepala Daerah bagi Perusahaan daerah yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemda. Fungsi pengawasan dilaksanakan oleh Pemegang Saham atau Pemegang Saham Prioritas mana kala saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh lebih dari satu pegang saham. Pengawasan juga dapat dilakukan oleh badan yang dibentuk atau ditunjuk dengan diberikan mandat untuk melakukan pengawasan oleh Kepala Daerah atau Pemegang Saham.

Biasanya tugas pengawasan yang diserahkan kepada suatu Dewan/Badan terhadap suatu perusahaan yang besarnya ditunjuk satu badan, yang menjalankan pengawasan umum terhadap perusahaan sedang untuk perusahaan-perusahaan yang kecil ditunjuk hanya satu badan untuk melakukan pengawasan.

Pengelolaan BUMD memiliki ketergantungan yang tinggi kepada Pemerintah daerah, sebagai contoh dalam hal merumuskan dan melaksanakan oprasional perusahaan , manajemen BUMD harus mengacu pada Rencana Kerja Anggaran dan Pendapatan (RKAP) yang tidak dapat diputus dalam waktu cepat, karena Direksi harus memintah persetujuan Dewan Pengawas, Gubernur atau Bupati/Walikota. Direksi cenderung takut mengambil resiko, yang menyebabkan BUMD dalam bernegoisasi dengan pihak ketiga selalu dibatasi waktu yang menyebabkan hilangnya kesempatan.

Dari sisi dunia usaha, BUMD yang berorientasi pada keuntungan harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta asing maupun dalam negeri didalam lingkup usahanya. Dalam prakteknya segala aturan main yang ada di dalam dunia usaha harus diikuti oleh BUMD, agar dapat mempertahankan dan meningkatkan eksistensinya pada core bisnisnya. Tujuan pendirian perusahaan daerah dapat dilihat di dalam Bab II Pasal 5 ayat (2) undang-undang tersebut menyebutkan bahwa tujuan Perusahaan Daerah ialah untuk turut serta melaksanakan pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketenteraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur, sangat tidak mungkin untuk meingimplementasikan prinsip ekonomi terpimpin dierah sekarang ini. Terlebih lagi pada kondisi dan perkembangan dunia usaha sekarang ini dimana secara global dunia usaha apakah milik pemerintah ataupun swasta dituntut untuk mampu bersaing secara penuh seiring pemberlakuan pasar bebas.

(14)

Kerumitan birokrasi juga tidak terlepas dari landasan hukum BUMD, yaitu Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah, berdasarkan Undang-undang tersebut, kebijakan pengembangan sangat ditentukan oleh Pemda sebagai pihak yang mewakili daerah, sebagai pemilik modal BUMD, Undang-undang tersebut menjadikan Direksi dan mayoritas pegawainya, tidak terpisahkan dari birokasi Pemda, sehingga tidak heran pengelola BUMD mirip dengan pengelolaan lembaga birokrasi, yang walaupun visi dan kultur dari brokrasi sangatlah berbeda dengan visi badan usaha. Berangkat dari kultur yang berbeda tidaklah mudah untuk menyamakan visi dimana kultur korporasi berorientasi pada hasil sementara birokrasi mengutamakan proses. Proses yang berbelit seringkali dengan mudah dibaca sebagai upaya mempersulit. Birokrat berlindung dibalik alibi takut melanggar ketentuan, takut risiko hukum.

Meningkatkan kinerja pelayanan BUMD menyongsong era globalisasi, hal ini didasari pada rasa peningkatan terhadap pelayanan kepada masyarakat serta mendorong peran swasta dan masyarakat dalam mengelola BUMD sebagaimana yang ada pada konsideran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD.

Kepemilikan suatu usaha dapat dibuktikan dengan lembaran-lembaran saham atas suatu usaha. Sehingga saham dapat dikatakan sebagai suatu bagian dalam kepemilikan suatu perusahaan atau suatu modal yang ditanam dalam suatu perusahaan seperti yang diwakili oleh bagian bagian dari modal itu yang dimiliki oleh individu masing-masing dalam bentuk sertifikat saham.

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah memang tidak membatasasi kepemilikan BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah, Undang-undang tersebut hanya membatasi kewenangan dari pemegang saham, pembatasan ini dapat dilihat dari beberapa Pasal, Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah yang menyatakan :

(1) Saham-saham Perusahaan Daerah terdiri atas saham-saham prioritet dan saham-saham biasa.

(2) Saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah.

(3) Saham-saham biasa dapat dimiliki oleh Daerah, warga negara Indonesia dan/atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia dan yang pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia.

(4) Besarnya jumlah nominal dari saham prioritet dan saham-saham biasa ditetapkan dalam peraturan pendirian Perusahaan Daerah.

Terdapat dua jenis saham pada BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah, saham prioritas dan saham biasa, saham prioritas hanya dapat dimiliki oleh Pemda namun tidak menutup kemungkinan juga bagi Pemda untuk memiliki saham biasa, sedang perorangan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia hanya dapat memiliki saham biasa pada suatu BUMD.

(15)

siapa-siapa yang dapat memiliki saham didalam suatu perusahaan yang telah merubah bentuk hukumnya menjadi perseroaan terbatas, Pasal 8 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD menjelaskan, antara lain :

a) Saham Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh Pemda, Perusahaan Daerah, swasta dan masyarakat.

b) Bagian terbesar dari saham Perseroan terbatas dimiliki oleh Pemda dan Perusahaan Daerah.

Ada beberapa hal yang dapat dilihat dari uraian Pasal ini, Pertama saham Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh Pemda, yang dimaksud Pemda adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemda, sebagai mana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tenatang Pemda, Kedua, Perusahan Daerah yang merupakan badan hukum dapat juga bertindak sebagai pemegang saham dalam suatu Badan Usaha Milik Daerah. Ketiga, swasta dan masyarakat juga dapat memiliki saham didalam BUMD.

Mengenai klasifikasi saham, Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan Terbatas, tidak mengatur klasifikasi saham, namun Undang-undang tersebut memberikan keleluasaan kepada pendiri untuk menentukan persyaratan kepemilikan dan hal lain mengenai saham termasuk tentang klasifikasi saham dalam anggaran dasar perseroan, selanjutnya Undang-undang membatasi kewenangan ini dengan mengharuskan pendiri memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang,36 sesuai dengan ketentuan perundang undangan sebagai mana yang diatur didalam Pasal 48 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Sekalipun Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tidak mengatur tentang klasifikasi saham, namun dalam suatu BUMD harus tetap diatur tentang adanya saham dengan hak prioritas sebagimana yang diatur didalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, karena secara juridis formal Undang-undang tersebut masi berlaku bagi BUMD. dalah hal ini penulis berpendapat untuk BUMD harus dibuat klasifikasi saham yang mengatur hak prioritas bagi Pemda, walaupun hal ini tidak diatur didalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pengaturan saham dengan prioritas kemukinan dapat menjadi perdebatan karena tidak diaturnya hal tersebut didalam Undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas, maka dapat dikatakan bahwa pengaturan tentang saham prioritas pada BUMD merupakan perintah dari Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, atau dengan kata lain berlaku asas hukum “lex specialis derogat lex generalis”, yang memberikan arti bahwa dalam hal ini Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah dapat mengesampingkan Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

(16)

pengelolaan pasar dan perkreditan. Sedikit sekali daerah yang membangun perusahaan daerah untuk tujuan membangun industri.

Kabupaten Seruyan merencanakan pembentukan perusahaan daerah dengan dilandasi oleh dua alasan utama yaitu :

a. Merealisasikan implementasi KIID Kabupaten Seruyan. b. Mengelola kawasan industri di Kabupaten Seruyan.

Kedua alasan tersebut yang menjadi alasan utama pembentukan perusahaan daerah Kabupaten Seruyan. Sementara itu perusahaan daerah di bidang pengelolaan air minum, pengelolaan pasar, dan perkreditan rakyat, akan menjadi unit usaha independen di bawah perusahaan daerah yang akan dibentuk tersebut. Sehingga konsep dasar perusahaan daerah yang akan dibentuk adalah holding terhadap lebih dari satu bidang usaha. Implementasi KIID Kabupaten Seruyan.

Pemerintah Kabupaten Seruyan telah menetapkan Kompetensi Inti Industri Daerahnya yaitu industri pengolahan pisang. Kabupaten Seruyan menginginkan agar pisang kepok yang menjadi andalan budidaya pisang di Kabupaten Seruyan, dapat diolah menjadi produk bernilai tambah. Keinginan tersebut menuntut agar pengelolaan pisang dari hulu ke hilir dikelola secara profesional. Pengelolaan usaha yang profesional hanya dapat dilakukan dalam skema bisnis. Meskipun pendekatan yang dilakukan terutama di tingkat hulu belum dapat dilakukan dalam skema bisnis seutuhnya. Hal ini yang menyebabkan pemikiran bahwa mekanisme implementasi KIID Kabupaten Seruyan tidak dapat diserahkan kepada perusahaan swasta. Selain itu implementasi KIID diharapkan dapat meningkatkan PAD Kabupaten Seruyan yang mengarah kepada kemandirian Kabupaten Seruyan.

Selain menjadi pemimpin dalam pengelolaan implementasi KIID yang telah ditetapkan, 9 komoditi lainnya yang telah disepakati sebagai komoditi unggulan di Kabupaten Seruyan juga memerlukan penanganan lebih lanjut. Oleh karena itu Perusahaan Daerah Kabupaten Seruyan tetap melaksanakan industrialisasi komoditi-komoditi unggulan lainnya. Pertimbangan lain dibentuknya perusahaan daerah untuk mengelola implementasi KIID dan industrialisasi komoditi unggulan lainnya adalah agar Pemerintah Kabupaten Seruyan dapat melakukan intervensi untuk menjaga iklim usaha yang memberikan dampak pada pengembangan infrastruktur yang leibh baik dan dimodali sendiri, serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat di Cina. Pengelolaan Kawasan Industri.

(17)

daerahnya masing-masing, sehingga tidak timbul kesemrawutan seperti yang terjadi di beberapa daerah yang industrinya tersebar sehingga berdampingan dalam kawasan yang sama dengan pemukiman dan kegiatan publik lainnya.

Pengelolaan kawasan industri dalam Peraturan Pemerintah tentang Kawasan Industri, dapat dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah. Pemerintah Kabupaten Seruyan memilih untuk menetapkan Badan Usaha Milik Daerah sebagai pengelola kawasan industri. Alasan pengelolaan kawasan industri oleh BUMD ini adalah (1) untuk pengendalian kegiatan investasi di kawasan industri, (2) peningkatan pendapatan BUMD melalui penyediaan jasa dan fasilitas, (3) pembebasan tanah melalui skema penyertaan modal kepada BUMD, dan (4) pemerintah kabupaten Seruyan tetap dapat melakukan intervensi apabila diperlukan, terutama untuk kepastian keberpihakan kepada rakyat setempat seperti penggunaan tenaga kerja, kawasan industri kecil dan mikro, dan lainnya.

BAGIAN 3

REKOMENDASI PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH

1. TUJUAN

Pembentukan perusahaan daerah di Kabupaten Seruyan adalah :

(1) Mengoptimalkan implementasi Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan.

(2) Memfasilitasi pengembangan industrialisasi komoditi unggulan yang ada di Kabupaten Seruyan.

(3) Mengelola kawasan industri Kabupaten Seruyan.

(4) Mengoptimalkan potensi ekonomi di Kabupaten Seruyan menjadi kegiatan produktif yang memberikan kesejahteraan kepada masyarakat kabupaten Seruyan dan memberikan kontribusi pada PAD Kabupaten Seruyan.

(18)

2. KARAKTER PERUSAHAAN DAERAH

Perusahaan daerah Kabupaten Seruyan dibangun sebagai sebuah perusahaan yang dapat mengelola kegiatan usaha/bisnis secara profesional, mampu menjadi mitra investasi di Kabupaten Seruyan, dan tetap menjaga partisipasi aktif serta keterlibatan masyarakat dalam kegiatan usaha/investasi di Kabupaten Seruyan.

3. BENTUK PERUSAHAAN DAERAH

Dengan pertimbangan tujuan dan karakter perusahaan daerah tersebut diatas, maka bentuk badan hukum dari perusahaan daerah Kabupaten Seruyan adalah PERUSAHAAN DAERAH yang mengacu kepada UU No.5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah, Keputusan Mendagri No.3 Tahun 1998, dan tetap fleksibel untuk disesuaikan dengan UU BUMD yang akan diterbitkan kelak.

Perusahaan daerah ini akan menjadi holding dari kegiatan usaha yang dikembangkan baik secara mandiri, bermitra dengan swasta/investor, dan bermitra dengan perusahaan daerah di kabupaten/kota/provinsi lainnya.

4. BIDANG USAHA

Bidang usaha yang dikembangkan oleh perusahaan daerah Kabupaten Seruyan terdiri dari bidang usaha utama (core business) dan bidang usaha lainnya (non-core business).

Bidang usaha utama meliputi :

(1)Pengelolaan industrialisasi pisang; meliputi kegiatan budidaya pisang, industri pengolahan pisang, dan industri turunan yang bahan baku utamanya adalah hasil dari industri pengolahan pisang. Industri pengolahan pisang dimaksud meliputi industri tepung pisang, industri gula pisang (sukrosa, fruktosa, glukosa), industri kimia nabati, industri pengolahan bagian lain pisang selain buah, industri makanan/minuman dari pisang, dan industri pengemasan pisang segar.

(2)Pengelolaan kawasan industri; meliputi kerjasama pembangunan kawasan industri, penyediaan jasa/fasilitas pendukung kawasan industri, dan pengelolaan kawasan industri kecil.

(3)Pengelolaan industri agro (industri pengolahan) yang bersumber dari komoditi unggulan Kabupaten Seruyan meliputi ikan, karet, sawit (dari kebun rakyat), singkong, aren, jahe, tanaman minyak atsiri, dan rotan.

Bidang usaha lainnya meliputi :

(1) Fasilitasi pengelolaan 20% lahan perkebunan dan kehutanan yang diperuntukkan bagi CSR bersama masyarakat setempat.

(19)

(3) Kerjasama kegiatan industri pengolahan hasil tambang, terutama besi.

(4) Kerjasama jasa transportasi, baik lokal, antar daerah satu provinsi, antar provinsi, antar pulau, dan ekspor impor, terutama untuk barang.

(5) Kerjasama pembangunan dan pengelolaan menara telekomunikasi. (6) Kerjasama pembangunan dan pengelolaan pembangkitan listrik. (7) Dan bidang usaha lainnya yang dapat dikembangkan sesuai dengan

potensi dan kebutuhan Kabupaten Seruyan maupun daerah lain.

PERUSDA KAB

SERUYAN

BIDANG USAHA

UTAMA

INDUSTRI PENGOLAHAN

PISANG

BIDANG USAHA

LAINNYA

PENGELOLAAN KAWASAN

INDUSTRI INDUSTRI AGRO

KOMODITI UNGGULAN

PENGELOLAAN KAWASAN

INDUSTRI

5. MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSDA

Perusahaan daerah memiliki organisasi sebagai berikut : (1) Badan Pengawas; yang melibatkan unsur :

 Sekda (Ketua Badan Pengawas).

 Asisten Daerah Bidang Perekonomian.

 Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM.

 Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi.

(20)

 Kepala Dinas Kehutanan.

 Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan.

 Kepala Dinas Pertambangan dan Energi.

(2) Badan Pengurus/Dewan Direksi, yang beranggotakan :

 Direktur Utama.

 Direktur Umum dan Keuangan.

 Direktur Produksi dan Pemasaran. (3) Manajemen :

 Manajer Produksi dan Pemasaran (per bidang usaha); Strategic Business Unit (untuk mengelola unit usaha dari kelompok bidang usaha utama). Jadi ada Manajer SBU Pisang, Manajer SBU Industri Agro, dan Manajer Kawasan Industri.

 Manajer Produksi dan Pemasaran (General Manajer); Strategic Business Unit (untuk mengelola unitusaha dari kelompok bidang usaha lainnya).

 Manajer Personalia.

 Manajer Keuangan.

 Sekretaris Perusahaan. (4) Satuan Tenaga Ahli.

(5) Satuan Pengawas Intern.

Staf lainnya disusun berdasarkan kebutuhan di masing-masing manajer/setingkat manajer.

Dalam pengembangan usaha, perusahaan daerah menitikberatkan pengembangan usaha secara kerjasama dengan pihak swasta atau investor. Kerjasama dilakukan oleh SBU sesuai dengan sub bidang usaha yang dikembangkan. Kerjasama tersebut membentuk anak perusahaan, dimana Perusahaan Daerah akan menjadi pemegang saham. Untuk kegiatan bidang usaha utama diupayakan agar Perusahaan Daerah menjadi pemegang saham mayoritas, sedangkan untuk bidang usaha lainnya sesuai dengan kontribusi yang diberikan/disediakan oleh Perusahaan Daerah. Oleh karena itu di dalam pengelolaan unit usaha akan dibentuk joint management, dimana setiap manajer SBU akan menjadi anggota direksi di dalam anak perusahaan tersebut. Perusahaan daerah sendiri dikembangkan sebagai holding dengan 100% kepemilikan adalah Pemerintah Kabupaten Seruyan.

(21)

BUPATI BADAN PENGAWAS

DIREKSI

SEKRETARIS PERUSAHAAN

UNIT TENAGA AHLI/PRAKTISI

MANAJ ER SBU PISANG MANAJ ER SBU KAWASAN INDUSTRI

MANAJ ER SBU AGROINDUSTRI MANAJ ER

UMUM MANAJ ER

KEUANGAN

UNIT USAHA ATAU PT PATUNGAN

Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan daerah dan efektivitas pengelolaan, pengawasan dan pengembangan perusahaan daerah maka dilakukan mekanisme :

 Laporan berkala dari Direksi kepada Badan Pengawas per 3 bulan.

 Laporan bulan dari Manajemen kepada Direksi per 3 bulan.

 Rapat Badan Pengawas dan Direksi sekurang-kurangnya satu kali setiap 3 bulan.

 Evaluasi berkala kinerja individual per 6 bulan.

6. PEMBIAYAAN, INVESTASI DAN KEMITRAAN Pembiayaan perusahaan daerah bersumber dari :

(1) Penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Seruyan.

(2) Hibah dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan/atau Pemerintah Pusat.

(3) Penjualan saham anak perusahaan. (4) Pinjaman usaha yang sah.

Penyertaan modal pemerintah Kabupten Seruyan dilakukan untuk hal-hal sebagai berikut :

(1) Biaya operasional perusahaan daerah selama 12 bulan pertama. (overhead, honor,

(2) Penyusunan Corporate Plan (sebaiknya dilakukan oleh Bappeda). (3) Penyusunan feasebility study dan business plan 3 bidang usaha

(22)

(4) Sosialisasi keberadaan Perusda di Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah dan asosiasi BUMD Indonesia.

(5) Pembangunan miniplant industri pengolahan pisang.

Penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Seruyan kepada Perusda ini diperkirakan mencapai 5 milyar rupiah.

Kemitraan dilakukan dalam ketentuan sebagai berikut : (1) Mengelola unit usaha di bawah SBU.

(2) Kerjasama kemitraan diawali oleh MOU antara Perusda dan swasta/investor yang disaksikan oleh Bupati Seruyan.

(3) Kemitraan dilakukan dalam bentuk perseroan terbatas, yang didirikan selambat-lambatnya 1 tahun setelah MOU.

(4) Perhitungan saham perusda dilakukan dalam bentuk penyediaan tanah siap bangun untuk bangunan, pengurusan perijinan, jaminan penyediaan bahan baku, penyediaan sumber daya manusia, dan jaminan keamanan investasi. Sementara itu pihak swasta/investor menyediakan biaya untuk membangun pabrik dan kelengkapannya, modal kerja yang disesuaikan dengan FS dan business plan, dan jaminan pasar.

(5) Sekurang-kurangnya saham perusahaan daerah untuk bidang usaha utama adalah 35%, dan untuk bidang usaha lainnya 15%.

7. SUMBER DAYA MANUSIA

Penyediaan sumber daya manusia adalah persoalan penting dan kritis dalam industrialisasi luar Jawa hampir disemua daerah. Penyediaan sumber daya manusia di Kabupaten Seruyan juga menghadapi hal yang sama, apalagi dalam rangka pembangunan perusahaan daerah menuju perusahaan daerah yang profesional. Oleh karena itu dilakukan beberapa strategi untuk pengembangan sumber daya manusia.

Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia untuk Perusahaan Daerah Kabupaten Seruyan ini dilakukan tahapan sebagai berikut :

(1) Setelah Perusda ditetapkan melalui Perda, maka selanjutnya dibentuk Badan Pengawas dengan Keputusan Bupati.

(2) Badan Pengawas kemudian membentuk Unit Tenaga Ahli/Praktisi untuk mendampingi Badan Pengawas dalam menyusun struktur perusahaan, target kinerja, dan menetapkan kriteria personal untuk setiap struktur.

(3) Rekruitmen Direksi Perusahaan Daerah.

(23)

(5) Untuk rekruitmen Badan Pengurus/Direksi dilakukan dengan cara terbuka. Calon Direksi dilihat kualifikasinya dari kemampuan menyusun kerangka business plan untuk Perusahaan Daerah. (6) Badan Pengurus/Direksi diusulkan oleh Badan Pengawas kepada

Bupati dan ditetapkan melalui Keputusan Bupati beserta target kinerja yang harus dicapai dalam masa tertentu. Badan Pengurus/Direksi langsung menyusun business plan bersama-sama dengan Unit Tenaga Ahli/Praktisi.

(7) Badan Pengurus/Direksi melakukan seleksi Manajer SBU dan setingkat manajer lainnya. Proses seleksi ini dilakukan dengan penekanan pada kemampuan membuat rencana aksi dari business plan yang sudah ditetapkan.

(8) Manajer ditetapkan oleh Badan Pengurus/Direksi. Selanjutnya para Manajer memperbaiki dan menjalankan rencana aksi serta mengangkat staf berdasarkan kebutuhan.

Untuk meningkatkan kemampuan staf dan kinerja personal, maka setiap 3 bulan sekali akan dilakukan re-assessment dan evaluasi oleh Badan Pengawas bersama Unit Tenaga Ahli/Praktisi.

8. ACTION PLAN/RENCANA TINDAK

Tahun 2012 :

 Diselesaikan kerangka dasar perusahaan daerah.

 Diselesaikan Rancangan Perda mengenai Pembentukan Perusda

Kabupaten Seruyan.

 Disepakati nama Perusda.

 Didaftarkan Rancangan Perda Perusda dalam Prolegda 2013.

 Diusulkan penyertaan modal kepada Perusda sebesar 2 milyar rupiah.

Tahun 2013 :

 Diterbitkan Perda Perusda (sebaiknya triwulan pertama).

 Dibentuk dan ditetapkan Badan Pengawas.

 Dibentuk dan ditetapkan Unit Tenaga Ahli/Praktisi.

 Dilaksanakan rekruitmen Badan Pengurus/Direksi.

 Ditetapkan Badan Pengurus/Direksi.

 Dilaksanakan penyusunan corporate plan dan business plan.

 Dilaksanakan rekruitmen Manajemen dan kelengkapannya.

 Ditetapkan cashflow dan rencana kerja tahun 2014.

(24)

 Dilaksanakan rencana kerja dan cashflow.

LAMPIRAN

(25)

TAMBAHAN DARI KITA (HASIL STUDI BANDING PERUSDA KJM KATINGAN) : a. RANCANGAN PERBUP TTG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

PERUSDA,

b. DRAFT RANCANGAN PERBUP. TTG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PADA PERUSDA

c. RANCANGAN PERBUP TTG KEDUDUKAN HUKUM, GAJI, PENSIUN DAN GOLONGAN SERTA PENGHASILAN LAIN DARI DIREKSI, BADAN PENGAWAS, DAN PEGAWAI PERUSDA

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami, mengenali, merasakan, mengelola dan memimpin

Nama Fakultas : Fakultas Ilmu Keolahragaan Nama Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Kepelatihan Olahraga Nama Mata kuliah (.... Kompetensi Dasar:

Jika gugus alkil yang terikat pada benzena rantai atom C-nya makin panjang, maka hasil oksidasinya tetap asam benzoat sebagai asam aromatis dan sisa rantai atom C-nya akan

Secara umum maturity level Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan (BAAK) dengan menjumlah dan merata-ratakan dari rata-rata setiap kategori maka didapat tingkat kematangan

role overload terjadi karena jumlah pasien yang terlalu banyak sehingga menyebabkan kemampuan petugas kesehtan menjadi menurun (lelah) sehingga pelayanan yang

Oleh karena itu, untuk menjawab kebutuhan tersebut, maka diperlukan perencanaan dan perancangan tentang Pengembangan Kawasan Wisata Waduk Jatibarang Kota Semarang

Permohonan untuk kelulusan penambahan nilai pengukuran semula hendaklah dibuat kepada Jawatankuasa yang berkenaan seperti di Lampiran H, apabila mendapati jumlah nilai

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Risiko Gagal Bayar dan Persistensi Laba Terhadap Koefisien Respon