• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN DAN SUMBER INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGETAHUAN DAN SUMBER INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI INDONESIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SUMBER INFORMASI KESEHATAN

REPRODUKSI REMAJA

DI

INDONESIA

Iswarati

Peneliti Utama pada Puslitbang Keluarga Bereneana dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN Pusat Abstrak

Sun'ei remaja tahun 2009 merupakan survei nasi anal yang dirancang untuk menghasilkan estimasi di tingkat provinsi. Survei dilakukan di 33 provinsi di 1ndonesia. Tujuan survei ini adalah mengidcntifikasi pengetahuan dan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR). lumlah responden remaja belum kawin adalah sebcsar 22.877 dengan riucian laki-laki 52,3% dan 47,7% perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahv.'a rata-rata pengetahuan rernaja tentang kesehatan reproduksi belum seperti yang diharapkan. Nilai indeks komposit pengctahuan kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah 55,4 (rentang indeks 0-100). Perbedaan indeks tertinggi dengan terendah adalah 26,5 poin, dengan rentang tertinggi di Bali (68,3) dan ter-endah di Sulawesi Tengah (41,8). Untuk itu, perlu meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, yang mencakup pengetahuan tentang pubertas, masa subur, risiko kehamilan, usia perkawinan pertama, umur melahirkan anak pertama, anemia, obat-obatan, alkohol, HIV I AIDS dan Infeksi Menular Seksual/IMS lainnya.

Sumber infonnasi kesehatan reproduksi remaja yang diterima oleh remaja juga masih rendah. Nilai indeks komposit infonnasi tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia adalah 49,4 (rentang indeks: 000---100), masih jauh dari target yang ditetapkan (85%). Perbedaan indeks tertinggi dan terendah adalah 25,3 poin, dengan kisaran tertinggi Jawa Tengah (57,8) dan terendah Sulawesi Tengah (32,S). Berbagai sumber infonnasi yang dapat diberdayakan untuk penyebarluasan pengetahuan kesehatan reproduksi, yakni dari sekolah, media massa, petugas (KB dan Kesehatan), dan pertemuan infonnaL Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja hams diberikan selain kepada remaja,juga pada gum, petugas (KB dan Kesehatan), tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Kata Kund: Remaja, Kesehatan Reproduksi Remaja (Krr), Pengetahuan, Sumber In/onnasi, Survei Nasional.

LATAR BELAKANG

Penduduk Indonesia dapat digolongkan sebagai

penduduk muda, yaitu penduduk dengan proporsi umur muda yang besar. Jumlah penduduk kelom-pok umur 15-24 tahun meningkat dari 35 juta pada tahun 1980 menjadi lebih dari 42,4 juta pada tahun 2007 (BPS, 1992; BPS, 2006). Besamya jurnlah penduduk muda akan memengaruhi per-tumbuhan penduduk di masa mendatang.

Dengan jumlah penduduk usia remaja yang besar dan berbagai pennasalahan yang dihadapi. Pemerintah Indonesia bersama Negara-Negara Asia dan Pacific menetapkan kesehatan remaja sebagai isu penting (ESCAP, 2001: 45). Demikian pula dalam RPJMN 2010--2014 bahwa kesehatan reproduksi remaja (KRR) masih merupakan isu penting karena berkaitan dengan adanya program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR), Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dilakukan untuk meningkatkan pemaha-man, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduk-sinya, Peningkatan derajat kesehatan reproduksi bagi remaja berguna untuk: mendukung peningka-tan kualitas generasi yang akan dapeningka-tang.

Media memegang peranan penting dalam menyebariuaskan informasi, tennasuk dalam menyebarluaskan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja, Menurut Brown (1976), ada empat komponen penting yang dapat mempenga-ruhi proses sosialisasi (menyebarluaskan infor-masi), yaitu lingkungan keluarga, ternan sebaya, lingkungan sekolah, dan media massa.

Di samping melalui media cetak, saat ini semakin banyak remaja memperoleh akses infor-masi dari radio dan televisi.

Salah satu indikator Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RP JMN) 2004-2009 yang ditetapkan adalah%tase remaja yang

mendapatkan sumber informasi ten tang KRR.

Sumber infonnasi KRR bagi remaja dapat di-peroleh antara lain dari sekolah, media, petugas serta dari hubungan personal dengan teman/ tetangga maupun keluarga, Melalui survei ini dapat diketahui bahwa selain pengetahuan remaja tentang KRR, remaja juga bisa mengakses penge-tahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dari media massa,

DU:<U I~:I i~~ILl:\ U~·'T. F::=:1PUSTA:~tV:'.[:

H~r;:::> Oiji:lga l{eutuh3nnr~:

(2)

PERMASALAHAN

Pennasalahan dalam penelitian adalah: I) Sejauh mana pengetahuan remaja tentang kesehatan re-produksi remaja; 2) Sejauh mana peran sekolah, media, petugas, dan hubungan personal dalam memberi infonnasi KRR pada remaja; 3) Se-berapa besar kontribusi sekolah, media, petugas, dan hubungan personal dapat memberi infonnasi KRR pada remaja.

TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

Berdasarkan pennasalahan tersebut maka pene-litian ini bertujuan untuk I) Mengidentifikasi pengetahuan KRR di kalangan remaja; 2) Meng-identifikasiperan sekolah, media, petugas, dan hubungan personal dalam memberi infonnasi KRR pada remaja; 3) Mendapatkan angka ba-nyaknya infonnasi yang diperoleh remaja ten tang KRR. Sementara itu, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai masukan bagi para pengambil keputusan dalam upaya menyebarlu-askan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di kalangan remaja melalui sumber infor-masi yang efektif.

KAJIAN PUSTAKA

Perilaku seksual pra-nikah remaja cenderung meningkat sehingga berakibat pada kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) serta berujung di-lakukannya aborsi yang tidak aman.

Aborsi yang dilakukan secara tidak aman merupakan penyebab utama kesakitan dan kema-tian wanita. Hasil Konferensi Sqf"e Motherhood (WHO, 1991) menyimpulkan bahwa aborsi yang tidak aman pada kehamilan yang tidak diinginkan menyebabkan 25-35% kematian ibu. Hal ini dise-babkan oleh kondisi wanita yang kurang memiliki akses terhadap pelayanan KB dan prosedur yang aman (diambil dari http://lkpk.org/2007/12/31/ kesehatan-wanita-dan-aborsi-telaah-wacanal). Faktor yang memengaruhi remaja melakukan hubungan seksual, antara lain karena remaja tersebut mempunyai ternan yang pemah melaku-kan hubungan seksual pra-nikah dan mempunyai ternan yang mendorongnya untuk melakukan hubungan seksual pra-nikah (Iswarati, Titut Y.P, 2008).

121 Komunika Vol. 14 No. 1 Tahun lOn

Remaja di Indonesia yang menginginkan adanya pelayanan KB cukup mengejutkan Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007 menunjukkan bahwa 90% remaja wanita dan 85% remaja laki-Iaki menginginkan pelayanan KB diberikan kepada mereka. Angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan den-gan hasil SKRRI 2002-2003 yang hanya 52% remaja wanita dan 41 % remaja laki-Iaki (SKRRI, 2002-2003).

Data BNN 2004 menunjukkan bahwa peng-guna narkoba adalah sebanyak 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia (3,2 juta jiwa) dan sebagian besar pengguna berumur 20-29 tahun. Sementara itu, jumlah kasus AIDS secara kualitatif sampai dengan September 2009 adalah sebesar 18.442 kasus. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masalah remaja Indonesia sudah sangat meng-khawatirkan dan perlu ditangani berbagai pihak. Peran media massa dalam hal ini, baik media cetak maupun elektronik, turut membantu menyebar-luaskan infonnasi kesehatan reproduksi remaja kepada para remaja. Adanya infonnasi positif tentang kesehatan reproduksi diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada remaja sehingga akan mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan evaluasi terhadap suatu program kesehatan reproduksi remaja yang se-dang berjalan. Penelitian dilakukan di 33 provinsi di Indonesia, dirancang untuk mendapatkan gambaran (representative) tingkat provinsi dan nasiona!. Responden penelitian adalah remaja usia 15-24 tahun dan belum menikah.

Rancangan sampling ada tiga tahap, tahaP pertama adalah menghitungjumlah sampel klaster yang diperlukan di setiap provinsi. Tahap kedua adalah menentukan letak klaster terpilih dengan metode Probability Proportionate Size (i'PS), Tahap ke tiga memilih sejumlah keluarga di setiap klaster terpilih secara sistematik. lumlah keluarga di setiap klaster terpilih ditentukan sebanyak 25 keluarga, dan mereka yang mempunyai anak remaja usia 15-24 tahun dan belum kawin dija-dikan sebagai sampel remaja.

(3)

!

I

I

f

j

I

Analisis data dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan menggunakan univariat, yang dimaksudkan untuk menjelaskan atau mendis-kripsikan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Kedua, dilakukan dengan komposit indeks karena pengetahuan KRR remaja terdiri dari beberapa materi dan diperoleh dari berbagai sumber maka dibuat angka tung gal yang bisa mencerminkan seberapa banyak pengetahuan KRR yang sudah diketahui remaja dan seberapa besar keterpaparan KRR yang diperoleh remaja dari berbagai media.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Secara nasional responden remaja yang berhasil diwawancarai adalah sebanyak 22.877 responden. Sebagian besar tinggal di perdesaan (62,7%) dan selebihnya tinggal di perkotaan (37,3%). Responden laki-laki adalah sebanyak 52,3% dan responden perempuan sebesar 47,7%. Pada umumnya, umur remaja berada pada kelompok umur 15-19 tahun (63,7%) dan 20-24 tahun (36,3%). Bila dilihat menurut tingkat pendidikan, tampak bahwa proporsi terbesar remaja adalah berpendidikan SLTP dan SLTA (masing-masing 37,3% dan 38,4%), dan tamat SD (16,7%).%tase remaja berpendidikanAkademilPerguruan Tinggi dan remaja yang tidak bersekolah relatif rendah, yaitu masing-masing 2% dan 2,3%. Remaja yang pada saat survei statusnya sekolah ternyata sedikit lebih banyak dibandingkan dengan remaja yang berstatus tidak sekolah, yaitu 52,2 dibanding 47,8%. Sementara itu, dalam aktivitas ekonomi seminggu yang lalu menunjukkan bahwa 68,4% remaja menyatakan tidak bekerja dan yang be-kerja adalah 31,6%. Remaja yang sudah bebe-kerja dalam seminggu terakhir pada umurnnya bekerja di lapangan pertanian (9,1 %) danjasa

(7,7%5-Selanjutnya kepada setiap remaja ditanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang kesehatan repraduksi remaja (KRR), anta-ra lain meliputi pengetahuan tentang tanda-tanda akil balig, masa subur, umur sebaiknya menikah dan punya anak, anemia, narkotika dan miras, HIY! AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual lainnya serta sumber informasi tentang KRR.

Pengetahuan tentang Tanda-Tanda Akil

balig

Untuk menggali jawaban tentang pengetahuan tanda-tanda akil balig, responden remaja diminta menyebutkan secara spontan perubahan-perubah-an yperubahan-perubah-ang terjadi pada tubuhlfisik maupun peruba-han perilaku apabila anak laki-laki dan perempuan mulai menginjak remaja. Tanda akil balig anak laki-laki yang umum dikemukakan remaja adalah suara membesar (69,8%). Tanda-tanda berikutnya yang diketahui adalah mimpi basah (52,2%), tumbuh rambut di tempat tertentu (42,6%),jakun menonjol (38,7%), mulai timbuljerawat (34,6%), mulai tertatik lawan jenis (32,7%), dan badan mulai beratot (30,4%). Tanda akil balig laki-laki lainnya yang relatiflebih sedikit diketahui remaja adalah gairah seksual yang meningkat (ll ,9%), menonjolkan jati diri (9,9%), dan puting susu mengeras (4,4%). Hal ini perlu mendapatkan perhatian karena masih dijumpai remaja yang mengatakan tidak tahu mengenai tanda-tanda akil balig laki-laki, meskipun hanya 5,1%.

Untuk tanda akil balig perempuan, proporsi yang terbanyak dikemukakan remaja adalah ditandai dengan mulai haid (79,5%), kemudian payudara membesar (67,8%), berikutnya adalah tumbuh rambut di tempat tertentu (36%), mulai timbul jerawat (34,7%), mulai tertarik dengan lawan jenis (31,9%), dan pinggul mulai membe-sar (28,4%). Tanda akil balig lainnya yang relatif rendah dikemukakan remaja adalah gairah seks yang meningkat (10%) dan menonjolkan jati diri (9,6%). Sementara itu, praporsi remaja yang ti-dak mengetahui tanda akil balig anak perempuan tampak sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan mereka tentang tanda akil balig laki-laki, yaitu 6,7% berbanding 5,1 %.

Pengetahuan tentang masa subur

Responden remaja juga ditanya apakah perem-puan yang sudah mendapat haid mengalami ha-ri-hari subur setiap bulannya. Hari subur adalah saat-saat tertentu di mana seorang perempuan ber-peluang besar menjadi hamil apabila melakukan hubungan seksual. Responden yang menyatakan bahwa perempuan yang sudah haid mengalami hari-hari subur, kemudian diminta pewawancara untuk menyebutkan kapan hari -hari subur tersebut

(4)

terjadi. Remaja yang mengaku mengetahui masa subur adalah sebanyak 64,5% dan tidak tahu sebe-sar 35,5%. Remaja yang mengatakan tahu masa subur namun tidak tahu kapan terjadinya masa subur cukup besar, yaitu secara nasional 14,9%.

Pengetahuan remaja tentang saat masa subur bervariasi. Pengetahuan mereka ten tang masa subur dengan benar, yaitu hari-hari subur itu terjadi di tengah antara dua haidtercatat 21 ,6%. Pengetahuan lainnya yang disebut responden remaja antara lain, masa subur terjadi pada saat segera setelah haid (41 %), masa subur adalah menjelang haid (16,5%) dan selama haid (5,2%). Responden remaja selanjutnya ditanya apakah seorang remaja perempuan dapat menjadi harnil meskipun hanya sekali melakukan hubungan seksual. Jawaban yang diharapkan dari perta-nyaan tersebut adalah perempuan dapat hamil walaupun hanya sekali melakukan hubungan seksual, dengan catatan bahwa hubungan seks itu dilakukan pada saat masa subur dan kedua-duanya mempunyai alat dan sistem reproduksi yang baik (tidak mandul). Perlu diketahui bahwa siklus menstruasi pada remaja wanita biasanya tidak teratur sehingga penentuan hari-hari subur juga sering berubah. Dengan demikian, remaja perlu memahami hal ini dengan benar dan tidak diperkenankan mencoba berhubungan seksual walaupun hanya sekali mengingat risikonya yang dapat mengakibatkan keharnilan.

Temuan survei menunjukkan bahwa 65,7% remaja berpendapat bahwa remaja dapat men-jadi hamil walaupun hanya sekali melakukan hubungan seksual. Meskipun demikian hal ini perlu mendapatkan perhatian karena 27 ,8%rema ja menyatakan tidak tahu dan 6,6%berpendapat tidak dapat menjadi hamil.

Pengetahuan tentang umur sebaiknya menikah dan melahirkan

Responden remaja juga ditanya tentang umur sebaiknya anak perempuan dan laki-laki menikah dan urnur perempuan mempunyai anak pertama. Median umur sebaiknya menikah yang dikemu-kakan responden adalah 20 tahun untuk perem-puan dan untuk laki-Iaki 25 tahun, sedangkan median umur perempuan punya anak pertarna adalah 22 tahun. Selanjutnya, responden remaja

141 Komunika VoL 14 No.2 Tahun 2011

ditanya pula ten tang berapa batas usia aman (usia reproduksi sehat) bagi seorang perempuan untuk melahirkan. Umumnya, responden remaja berpendapat bahwa median batas terendah umur aman melahirkan adalah 20 tahun dan median batas umur aman tertinggi melahirkan 35 tahun. Pengetahuan tentang Anemia

Secara n<isional, 81.8% remaja melaporkan pernah mendengar ten tang anemia, sedangkan remaja yang menyatakan tidak pernah mendengar anemia sebesar 18%. Lebih lanjut, remaja yang mengetahui anemia ditanya ten tang arti atau apa sebenarnya anemia itu. Umumnya remaja me-nyatakan bahwa anemia adalah kekurangan sel

da-rah meda-rah (72,5%), kekurangan Fe, vitamin, dan

mineral (39,1%), tekanan darah rendah (38,7%), rendahnya kadar Hb (18%), dan kekurangan pro-tein (9,8%). Sementara itu, remaja yang pernah mendengar anemia tapi tidak tahu arti anemia mencapai 3,9%.

Remaja yang pemah mendengar anemia lebih lanjut ditanya tentang tanda-tanda atau gejala yang timbul apabila seseorang menderita anemia atau kekurangan darah. Umurnnya, responden menyebutkan gejala yang timbul jika seseorang menderita penyakit anemia, antara lain muka pu-cat (66,5%), cepat lelah (60,8%), pusing (55,4%), tidak bersemangat (49,4%), mata berkunang (33,5%), mudah mengantuk (16,7%), dan pelupa (4,3%). Responden yang tidak dapat menyebutkan tanda atau gejala seseorang menderita penyakit anemia sebesar 3,9%.

Selanjutnya rem~a yang pemah mendengar anemia ditanya tentang apakah mereka tahu bila seseorang remaj a perempuan terserang anemia dapat mengganggu kesehatan reproduksinya. Sebagian besar responden remaja menyatakan bahwa akibat penyakit kurang darah pada remaJa perempuan dapat mengganggu kesehatan re-produksinya (70%), yang menyebutkan tidak tah~

.

pengaruh anemia terhadap kesehatan reproduksl tercatat 26,7% dan yang menyatakan tidak mengganggu kesehatan reproduksinya setleSiiU' 3,4%.

Responden remaja yang pernah m,~n(le-, ngar anemia lebih lanjut ditanya tentang

(5)

I'

. d pat mengganggu kesehatan

teISeIllllg anemIa a .

':. inya serta upaya pencegahan anemIa.

-Can

remaja menyatakan bahwa terserang

j . .. . a dapat mengganggu kesehatan reproduksl

,I!Z

ang menyatakan !Idak dapat mengganggu

.I ....

~~

reproduksi (3,4%), dan mereka yang

=-

tabu (26,7%). Responden remaJa yang

per-nab

mendengar anemia dan mengetahm anemIa clapat mengganggu kesehatan reproduksI, lebIh lanjut ditanya upaya pencegahannya. Sebaglan besar responden remilja menyatakan bahwa upaya pencegahan penyakit anemIa dengan cara I k k konsuItasi ke tenaga kesehatan

me a u an ..

(66,1 %), kemudian makan makanan yan~ bergIzI (61,8%),dengan minum tabietbesl (36,3 Yo),

den-~gan konsultasi ke ahli gizi (22, 1%), dan dengan rli6taminumjamu (8,5%). RespondenremaJa ya~g

l.fi3ak

tabu pencegahan penyakit anemIa hanya 2 Yo. Pengetahuan tentang "IV/AIDS

lllV

adalab suatu virus yang menyerang

kekebal-, an

tubuh manusia. Orang yang terinveksi virus .IIIV tidak dapat mengatasi serangan infeksi :nen'vaJ;it lain karena sistem kekebalan tubuhnya

lu)eDunm

secara drastis. Sementara AIDS adalah kUmpulam gejala akibat menurunnya sistem

keke-'·;'l'~l •• n tubuh. Penyakit HN / AIDS ini merupakan \ 1>emrakit yang berbahaya karena sampai saat ini ditemukan obatnya. Mengingat tingkat h.!iha,ra penyakit yang tinggi maka diharapkan setiap individu termasuk remaja memiliki pen-· getabuan yangcukuptentangHIV/AIDS. Angka

nasional remaja yang pemah mendengar HIV / AIDS adalab sebanyak 92,2%, sedangkan yang mengaku tidak pemah mendengar HlV/AIDS · adalab sebesar 7,8%.

, ' Di antara remaja yang pemah mendengar · tentang HIV/AIDS kemudian ditanya apakah ada cara untuk menghindari HN/ AIDS. Secara nasio-nal sebanyak 84,9% mengemukakan ada cara un-tukmenghindari penyakit tersebut. Sementara itu, rernaja yang menyatakan tidak tabu ada suatu cara menghindari penularan HIV/AIDS relatif cukup banyak, yaitu 13,7%, dan mereka yang menyata-kan tidak ada cara umtuk menghindari atau mence-gab penularan HN/AIDS sebesar 1,4%. Remaja yang mengetabui ada cara untuk menghindari atau mencegab HIV/ AIDS pada umumnya menyatakan dengan cara menghindari kumpul dengan pelacur

(47, I %), menghindari kumpul dengan pemakaian jarum suntik narkoba dan hanya kumpul dengan satu pasangan (masing-masing 39%) dan me-makai kondom (38,9%). Perlu diketahui bahwa dari 17.896 remaja tersebut, terdapat 2,4% yang menyatakan tidak tahu cara menghindari atau mencegab penularan HIV/AIDS.

Pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) selain "IV/AIDS

Kepada responden remaja selain ditanyakan pengetahuan tentang HIV/ AIDS, juga ditanyakan apakah pemah mendengar sedikitnya satu jenis penyakifinfeksi lain selain HIV! AIDS yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual, seperti pe-nyakit kelamin syphilis atau gonorhoea. Sebagian besar remaja, 62,2% mengaku pemah mendengar sedikitnya satu jenis IMS dan 37,8% tidak pemah mendengar satupun jenis IMS.

Cara-cara yang diIakukan untuk menghindari IMS selain HlV/ AIDS bervariasi. Proporsi terbe-sar remaja menyatakan adalah tidak berganti-ganti pasangan seksual (54,9%), menghindari hubungan seks dengan pekerja seks (54,6%), menggunakan kondom (31,5%), tidak kumpul (27,4%) serta menjaga kebersihan organ reproduksi (29%).

Lebih lanjut remaja ditanya tentang gejala yang timbul jika seorang laki-Iaki tertular IMS. Pada umurnnya remaja menyatakan keluar nanab dari kelamin (49,9%), saluran kencing terasa nyeri/panas (26,6%), kelamin keluar cairan ber-bau (23,9%), gatal pada alat kelamin (17,6%), keneing darab (16,4%), radang pada alat kelamin (14,4%), dan bengkakpada alatkelamin (12,9%). Meskipum demikian remaja yang tidak tabu gejala IMS pada laki-Iaki tersebut cukup besar, yaitu sebesar 25,7%.

Pada perempuan, tanda tertular IMS yang relatif banyak dikemukakan remaja adalah keputihan yang berbau (33%), rasa nyeri pada saluran kencing (24,7%), keputihan (21,2%), radang pada alat kelamin (18,5%), gatal pada alat kelamin (18,4%), kencing darah (13,5%), bengkakpada alat kelamin (12,2%), berat badan turun (8,7%), lukalbisul pada alat kelamin (8,3%) dan sulit hamiVinfertil (7,2%). Remaja yang tidak tabu tentang gejala infeksi menular seksual pada wanita 33,6%, relatif lebih tinggi dibandingkan

(6)

pengetahuan mereka pada gejala/ tanda-tanda penyakit serupa pada laki-laki.

Pengetahuan tentang narkoba

Narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) adalah jenis obat yang mempunyai efek tertentu seperti lumpuh atau mati rasa, depresan, stimu-lans dan halusinogen. Ketagihan narkoba akan menyebabkan penurunan kekebalan, keraeunan darah dan dapat mcnyebabkan kematian. Miras adalah minuman yang mengandung alkohol dan dapat menimbulkan ketagihan, berbahaya bagi pemakainya karena dapat memengaruhi pikiran, suasana hati dan perilaku serta menyebabkan kerusakan fungsi-fungsi organ tubuh.

Penyebaran narkoba dan miras dewasa ini telah meluas di kalangan masyarakat. Penyebar-annya tidak mengenal usia maupun status sosial di masyarakat. Mempertimbangkan pengaruh narkoba dan miras yang sangat membahayakan masyarakat dan penyebarannya yang telah meluas maka kepada setiap remaja diharapkan mempun-yai informasi yang lengkap mengenai narkoba dan miras. Hal ini dimaksudkan agar remaja bersikap waspada terhadap aneaman bahaya narkoba.

Angka nasional menunjukkan bahwa 95,9% remaja mengemukakan pernah mendengar tentang istilah narkoba. Selebihnya 4,1 % rnenyatakan tidak pernah dengar dan tidak tahu. Relatif tingginya angka remaja yang pernah mendengar tentang narkoba mungkin disebabkan akses infor-masi yang lebih luas di kalangan remaja. Angka pernah mendengar tentang narkoba bervariasi an-tar provinsi. Hampir semua provinsi%tase remaja yang pernah mendengar narkoba di atas 90%, tetapi terdapat satu provinsi yang peneapaian-nya adalah di bawah 90%, yakni Nusa Tenggara Timur.

Selanjutnya kepada remaja yang tahu nar-koba juga ditanya tentang akibat yang dialami seseorang jika terkena narkoba. Pada umurnnya remaja menyatakan ditandai dengan fisik lemahl kurang gizi (55,8%), kemudian keeanduanlsakau (45,1 %), kerusakan organ tubuh hingga kematian (34,5%) dan sering sakit kepala/mual (24,4%). Selain itu pada umumnya remajajuga mengetahui bahwa pemakaian narkoba dapat berakibat pada pergaulan seks bebas (80,4%), yang menyatakan

161 Komunika VoL 14 No.2 Tahun 2011

tidak tahu (17,2%) dan hanya 2,4% remaja yang menyatakan penggunaan narkoba tidak dapat berakibat pada pergaulan seks bebas.

Remaja pada umumnya juga mengetahui bahwa pemakaian narkoba dapat berakibat pada penularan HlY/AIDS (76,7%). Sementara itu, remaja yang mengatakan pemakaian narkoba tidak berakibat menularkan HIY/AIDS (3,9%) dan remaja yang menyebutkan tidak tahu ten tang pengaruh penggunaan narkoba pada penularaan HlY/AIDS !ereatat cukup besar, yaitu 19,4%. Pengetahuan tentang miras

Proporsi rem'aja yang mendengar miras tereatat 98%, selanjutnya kepada remaja yang tahu miras juga ditanya tentang akibat yang dialami seseorang jika terkena miras. Umumnya remaja menyatakan bahwa akibat yang diderita remaja bila mereka terus minum. Miras, adalah badanlfisik menjadi lemahlkurang gizi (53,3%), gangguan kesehatan organ-organ pokok (otak, paru, lever dan ginjal) (41,1 %), kerusakan organ tubuh hingga kematian (39,9%), sering sakit kepala/mual (32,1 %), gang-guan gerak dan keseimbangan tubuh (18,3%). Akibat lain yang disebutkan responden remaja adalah gangguan mental, asusila (15,5%), gang-guan otot jantung, tensi tinggi (14,7%), hilang pereaya diri, apatis, pengkhayal (13,3%), dan lambanleeroboh (8,4%). Sementara itu, remaja yang tidak tahu akibat yang diderita remaja bila mereka terus minum miras hanya 5,3%.

Remaja juga mengetahui bahwa pemakaian miras dapat berakibat pada pergaulan seks bebas. Umumnya sebesar 79,5% remaja menyatakan penggunaan miras dapat berakibat pada pergaulan seks bebas, 16,7% remaja menyatakan tidak tahu, dan hanya 3,9% remaja yang.menyatakan penggunaan miras tidak dapat berakibat pada pergaulan seks bebas. Selain itu, di antara remaja yang mendengar miras dan HlY / AIDS, sebanyak 57,5% menyatakan bahwa peeandu miras dapat mengakibatkan penularan penyakit HlY/AIDS. Sementara itu, 26,8% menyebutkan tidak tahu dan 15,7% mengatakan tidak berakibat menularkan HlY/AIDS.

Untuk mendapatkan angka pengetahuan remaja tentang KRR, dibuat indeks komposit pengetahuan KRR yang diperoleh dari

(7)

pengeta-Indeks komposit pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) menurut provinsi, 2009 (rentang indeks: 0-100) Indeks provinsi Indeks pengetahuan umur menikah Indeks pengetahuan anemia, HIV/

AIDS dan IMS

Indeks pengetahuan narkaba dan miras Indeks kampasit pengetahuan KRR

(8)

huan keluarga tentang akil balig dan masa subur, pengetahuan umur menikah dan melahirkan, pengetahuan anemia, HIV/AIDS dan IMS, serta pengetahuan narkoba dan miras. Rentang indeks berkisar antara 0-100 untuk seluruh provinsi di Indonesia. Tabel I menunjukkan bahwa rata-rata setiap remaja di Indonesia nilai indeks komposit pengetahuan KRR-nya mencapai 55,4 dari rent-ang indeks 0-100. Perbedaan pencapaian antara indeks pengetahuan KRR tel1inggi dengan inueks pengetahuan KRR terendah adalah sekitar 26,5 poin, dengan rentang tertinggi 68,3 untuk Bali dan terendah 41,8 untuk Sulawesi Tengah. Indeks pengetahuan KRR yang diperoleh remaja paling banyak berkaitan dengan pengetahuan mengenai narkoba dan miras (83,8), pengetahuan anemia, HIV/AIDS dan IMS (68,8), pengetahuan umur menikah dan melahirkan (45,4), dan terendah adalah pengetahuan akil baliq dan mas a subur (39,6).

Sumber Informasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

Salah satu indikator RP JMN yang ditetapkan adalah%tase remaja yang mendapatkan sumber infonnasi tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR). Sumber infonnasi KRR bagi remaja dapat diperoleh antara lain dari sekolah, media, petugas, serta dari hubungan personal dengan temanltetan-gga atau ke1uarga. Secara nasional 70,5% remaja pemah mendapatkan infonnasi KRR dari jenjang sekolah. Proporsi remaja yang mendapatkan in-fonnasi KRR terutama dari tingkat SLIP (64,2%), SLIA (28,1 %), dan SO (6,6%). Kurang dari 1 % remaja melaporkan bahwa mereka mendapatkan materi KRR pertarna kali dari tingkat akademi dan atau perguruan tinggi.

Materi KRR yang diterima pertama kali dari jenjang sekolah terutama adalah materi tentang tanda-tanda akil balig (67,9%), berikutnya adalah narkoba dan miras (55,6%), HIVIAIDS (53,1%), masa subur (43%), anemia (30,4%), umur menikah dan melahirkan (22,9%). Materi yang diterima dengan%tase yang paling rendah adalah tentang infeksi menular seksual (IMS) selain HIViAIDS, yakni hanya 9,2%.

Oi antara berbagai media elektronik maupun cetak, televisi merupakan sumber infonnasi yang paling banyak dikemukakan remaja (83,1 %),

181 Komunika VoL 14 No.2 Tahun 2011

diikuti oleh koranlmajalah (53%), radio (46,9%), poster (27,8%), dan spanduk (27%). Sumber in-fonnasi dari media lainnya terlihat sangat rendah, yaitu leaftet/brosur (13,9%), pamflet (11,7%), media tradisional (8,2%), dan lembar balik/flip-chart (4,9%).

Semcntara itu, sumber infonnasi dari petugas juga terlihat beragam. Secara nasional petugas yang dinilai remaja cukup menonjol sebagai sumber infon)1asi KRR adalah guru (67,8%). Hal ini kemungkinan terkait dengan peran seko-lah sebagai sumber infomlasi KRR yang cukup menonjol. Sumber infonnasi dari petugas lainnya adalah dari tokoh agama (26,5%), dokter (18,4%), petugas KB (16,5%), bidaniperawat (15,7%), pen-didik sebaya (14,4%), tokoh masyarakat (12,8%), konselor sebaya (7%), dan yang terendah dikenal remaja adalah perangkat desa (4,7%).

Secara umum, peran pertemuan informal di masyarakat sebagai sumber informasi KRR terlihat sangat rendah. Sumber informasi dari pertemuan infonnal yang paling menonjol adalah dari pertemuan keagamaan/pengajian (27,5%). Berikutnya adalah pertemuan pramuka (20,9%), dan karang taruna (17,8%). Sementara itu, per-temuan informal lainnya yang relatif sedikit dikemukakan remaja adalah pertemuan Bina Keluarga RemajalBKR (8%), Pusat Informasi dan KonselingIPlK KRR (5,5%), pertemuan PKK (2,6%), dan pertemuan lainnya (5,6%).

Oiskusi antara remaja dengan individu di ka-langan keluarga, saudara, maupun temanltetangga tentang KRR telah dilakukan meskipun cukup banyak remaja yang tidak pemah diskusi atau membicarakan tentang KRR dengan keluarga, saudara, maupun temanltetangga.%tase terbesar remaja melakukan diskusi tersebut adalah den-gan ternan sebaya (61,7%). Oi antara orang tua, tampak peran ibu sebagai partner untuk diajak diskusi remaja mengenai KRR yang juga cukup menonjol dibandingkan dengan peran bapak, yaitu 38,9 berbanding 16%. Selanjutnya di antara saudara, peran saudara perempuan ter!ihat lebih besar sebagai tempat curahan hati remaja tentang KRR dibandingkan saudara laki-laki, yaitu 14,7 berbanding 8,9%. Sementara itu peran temanltet~ angga sebagai partner untuk berdiskusi mengenaJ KRR cukup besar, yaitu 11,6%.

(9)

t

,

Target yang diharapkan dapat dieapai pada pertemuan, dan dari pihak yang diajak bieara. Reneana Kerja Pemerintah (RKP) 2009, yaitu: Rentang indeks berkisar antara 0-100 untuk se-persentase remaja yang mendapatkan informasi luruh provinsi di Indonesia. Tabel2 menunjukkan tentang kesehatan reproduksi menjadi sekitar rata-rata setiap remaja di Indonesia nilai indeks 85% pada RKP 2009 akan tetapi hasil survei sumber informasi tentang KRR baru meneapai belum menunjukkan seperti yang diharapkan. 49,4 dari rentang indeks: 0-100. Perbedaan pen-Untuk mendapatkan angka remaja memperoleh capaian antara indeks sumber informasi KRR informasi tentang kesehatan reproduksi, maka tertinggi dengan indeks sumber informasi KRR dibuat indeks komposit sumber informasi remaja terendah adalah sekitar 25,3 poin, dengan rentang tentang KRR dari sekolah, me~ia, petugas, forum/

Tabel 2. rndeks komposit sumber infonnasi remaja tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) menurut provinsi, Indonesia 2009 (rentang indeks: 0-100)

Indeks Indeks Indeks Indeks Indeks Indeks

sumber sumber sumber sumber sumber komposit

Provinsi informasi KRR informasi KRR

informasi KRR informasi KRR informasi KRR

dari forum/ dari pihak yang sumber

dari sekolah dari media dari petugas informasi KRR

pertemuan diajak bicara

Nanggroe Aceh D. 80,2 61,9 53,0 23,7 35,6 52,4 $umatera Utara 64,1 63,4 45,1 13,2 41,5 44,5 Sumatera Barat 80,6 67,6 48,2 13,6 42,4 50,8 Riau 78,6 58,0 46,7 19,3 32,1 48,8 Jambi 57,3 57,2 44,0 12,6 36,7 40,5 Sumatera Selatan 63,5 61,1 49,4 25,4 39,3 47,7 Bengkulu 77,4 62,4 47,6 28,7 43,7 53,5 Lampung 74,8 65,6 47,0 22,5 45,2 51,5 Kep. BangkaBelitung 64,2 60,4 40,7 16,8 44,4 44,9 Kepulauan Riau 68,9 57,2 43,7 17,7 42,5 46,0 DKI Jakarta 83,4 72,0 52,0 26,8 45,2 57,2 Jawa Barat 64,9 64,8 45,8 24,5 30,8 47,4 Jawa Tengah 79,7 66,4 56,4 36,5 40,5 57,8 Dl Yogyakarta 83,7 73,3 50,6 24,3 39,2 56,1 Jawa Timur 80,8 70,1 54,3 29,5 42,9 56,8 Banten 67,2 59,1 49,5 23,2 31,4 47,0 Bali 81,8 66,8 48,1 23,0 50,0 54,6

Nusa Tenggara Barat 63,6 42,9 36,9 8,0 22,0 35,9

Nusa Tenggara Timur 52,4 49,1 46,6 15,8 33,2 38,3

Kalimantan Barat 67,5 59,5 47,2 19,3 36,4 46,3 Kalimantan Tengah 66,5 61,4 51,8 25,9 37,5 48,9 Kalimantan Selatan 67,4 49,3 39,9 9,4 31,8 40,1 Kalimantan Timur 65,9 59,8 45,2 17,7 38,8 45,4 Sulawesi Utara 77,4 70,5 51,3 21,0 43,8 53,1 Sulawesi Tengah 35,9 51,6 39,8 16,4 25,7 32,5 Sulawesi Selatan 57,9 61,1 52,5 24,6 40,4 46,3 Sulawesi Tenggara 53,1 59,7 43,1 22,1 36,4 42,5 Gorontalo 55,0 53,9 37,0 11,2 34,2 37,8 Sulawesi Barat 57,8 55,9 35,9 15,8 26,3 39,5 Maluku 69,1 66,2 44,5 11,3 44,3 46,2 Maluku Utara 55,1 47,9 42,0 83 27,8 35,6 Pq£lJa Barat 64,6 63,2 51,8 35,2 42,1 51,9 P~a 52,8 50,9 43,5 19,3 33,7 39,5 . Indonesia 70,4 63,1 48,7 233 37,9 49,4

-

(10)

tertinggi 57,8 untuk Jawa Tengah dan rentang terendah 32,5 untuk Sulawesi Tengah. Indeks sumber informasi KRR yang diterima remaja pa-ling banyak berasal dari sekolah (70,4), kemudian dari media (63,1), petugas (48,7).

Indeks sumber informasi KRR bervariasi menurut provinsi. Indeks sumber informasi KRR di atas rata-rata angka nasional ditemui di Provinsi Jawa Tengah (57,8), DKI Jakarta (57,2), Jawa Timur (56,8), DI Yogyakarta (56,1), Bali (54,6), Bengkulu (53,5), Sulawesi Utara (53,1), Nanggroe Aceh Darussalam (52,4), Lampung (51,5), dan Sumatra Barat (50,8). Sementara itu, rata-rata indeks sumber informasi KRR yang ren-dah ditemui di Provinsi Sulawesi Tengah (32,5), Maluku Utara (35,6), Nusa Tenggara Barat (35,9), Gorontalo (37,8), Nusa Tenggara Timur (38,3), dan Sulawesi Barat (39,5).

Materi atau substansi KRR cukup luas, tetapi sumber at au temp at informasi dan konseling masih terbatas keberadaannya. Peranan media informasi, baik cetak maupun elektronik belum banyak meskipun sebagian besar remaja mengaku memperoleh informasi KR dari televisi. Peranan sekolah sebenarnya bisa lebih dioptimalkan dalam penyampaian informasi KRR karena sebagian besar waktu remaja ada di sekolah, dan guru mem-punyai potensi untuk memberikan informasi KR.

KESIMPULAN

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) relatif masih rendah, terutama berkaitan dengan pengetahuan akil balig dan masa subur (nilai indeks 39,6) serta pengetahuan tentang umur menikah dan melahirkan (nilai indeks 45,4). Bila dihitung seluruh pengetahuan KRR yang diketahui remaja menunjukkan bahwa rata-rata setiap remaja di Indonesia nilai indeks komposit pengetahuan KRR-nya mencapai 55,4 dari rentang indeks 0-100.

Rendahnya pengetahuan remaja tentang KRR berkaitan dengan sumber informasi yang mereka peroleh. Informasi pengetahuan KRR yang di-peroleh remaja berasal dari sekolah dan media, dan petugas merupakan sumber informasi yang paling menonjol. Sementara sumber informasi yang berasal dari forum/pertemuan dan antar in-dividu relatif lebih rendah. Rata-rata nilai indeks

20

I

Komunika VoL

14

No.2 Tahun 2011

komposit sumber informasi KRR yang diperoleh setiap remaja di Indonesia relatif rendah, yakni 49,4.

Peningkatan pengetahuan remaja tentang KRR akan menangkal berbagai dampak negatif dari arus informasi yang kurang baik saat ini. Berbagai sumber informasi dapat diberdayakan, baik dari jalur sekolah, media massa, para petu-gas, dan forum/pertemuan. Pembekalan tentang KRR tidak hanya diberikan kepada remaja saja, tetapi perlu diberikan kepada guru, petugas (KB, kesehatan), tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Perlu pula dibentuk pendidik dan konselor sebaya di tingkat kecamatan. Walaupun%tasenya rendah, namun peran pertemuan informal dinilai cukup efektif dalam menyampaikan informasi KRR karena terjadi komunikasi dua arah. Berkaitan dengan hal tersebut, pelaksana program perIu mengembangkan dan mengoptimalkan sosialisasi KRR melalui pertemuan informal (Pertemuan Keagamaan, PKK, Karang Taruna, dan lain-lain) bagi keluarga maupun remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN). 2009. Panduan Pengelolaan Pusat

Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja). Direktorat Rema}a dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 1992. Penduduk Indone-sia Hasil Sensus Penduduk 1990, Seri L2. Jakarta, Indonesia: BPS.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Penduduk

Indone-sia Hasil Survei PendudukAntar Sensus (SUP AS} 2005. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Macro. 2004.

Survei Kesehatan Reproduksi RefJIaja Indonesia

2002-2003. Calverton, Maryland, USA: Badan Pusat Statistik and ORC Macro.

Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Macro. 200g.

Survei Kesehatan Reproduksi Rema}a Indonesia 2007. Calverton, Maryland, USA: Badan Pusat Statistik and ORC Macro.

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International, Inc (Macro). 2008. Survei Demogrqfi dan

Ke-sehatan Indonesia 2007. Calverton, Maryland, USA: BPS dan MI.

(11)

"~U\r .. 2001. population Data Sheet. Bangkok, Thai-land: population and Rural and Urban Develop-ment Division, ESCAP.

Zamris, dkk. 2009. "Film Anak-anak di TV dan Peogembangan Program Pendidikan Budi Pekerti". Diunduh dari http://zamrishabib.

wordpress.comlcategorylabout-melpenelitianl. TanggaI5-6-20/o.

!swarali, Titut YP. 2008. Faktor-Faktor yang

Mem-pengaruhi Sikap terhadap Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja di Indonesia. Puslitbang KB

dan Kesehatan Reproduksi BKKBN. Jakarta. WHO. 1991. "Kesehatan Wanita dan Aborsi

(Te-laah Wacana)". Diunduh dari http://lkpk.

orgl20071 J 213 J Ikesehatan-wanita-dan-aborsi-telaah-wacanal. TanggaI5-5-201O.

Gambar

Tabel 2.  rndeks  komposit sumber infonnasi  remaja tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) menurut  provinsi,  Indonesia 2009 (rentang indeks:  0-100)

Referensi

Dokumen terkait

Kegunaan penelitian ini adalah untuk pengembangan kemampuan berfikir yang sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki, guna dapat mengungkapkan secara obyektif

Hanya sebagian kecil mahasiswa yang tidak mengalami kesalahan ketika berhadapan dengan problem solving (penyelesaian masalah) tentang soal-soal aplikasi integral dalam fisika..

Jenis monitor ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain adalah: Membutuhkan daya yang besar, menghasilkan panas yang cukup tinggi, memiliki bentuk fisik yang besar

Terdapat hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Investasi Sektor Pendidikan.

Digunakan metode tersebut adalah untuk menginterprestasikan dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul selain itu juga untuk menguji hubungan antara

Ada beberapa kebingungan tentang penggunaan akronim yang melibatkan HSDPA , dan evolusi lebih lanjut untuk High Speed Uplink Packet Access ( HSUPA ) , karena istilah ini

– A novel approach to integrate topical ranking with topic modeling is proposed, upon which we build a general rank-integrated topic modeling framework for document networks.. –

yang digunakan sama yaitu pengaruh literasi keuangan dan perbedaan dari penelitian sekarang yaitu penelitian terdahulu menggunakan variabel bebas yaitu... hanya menggunakan