• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN TONGKOL JAGUNG DAN PEPAYA SEBAGAI BAHAN DASAR PAKAN BUATAN BAGI PERKEMBANGAN LARVA Lalat Buah

Bactrocera carambolae Drew dan Hancock (Diptera: Tephritidae)

Sri Heriza, Toto Himawan dan Hagus Tarno

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145

ABSTRACT

Research was conducted with preservation method in the plentiful number (rearing) in the Pest Laboratory, Plant Protection Department, Faculty of Agriculture, University of Brawijaya. This research objective to get information about the use of corncob and papaya as basic material for larvae development. Design that was used in this research was complete randomized design with three repeatition. This research used used five treatments that was food composition with wheat bran as control, corncob, corncob+coconut oil, papaya and papaya+bread yeast. The result showed that corncob and papaya could be used as basic material of artificial food for larvae of fruit fly development.

Keywords: Corncob and papaya, artificial food, Bactrocera carambolae ABSTRAK

Penelitian dilakukan dengan cara pemeliharaan dalam jumlah yang banyak (rearing) di Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan infomasi tentang penggunaan tongkol jagung dan papaya sebagai bahan dasar pakan buatan bagi perkembangan larva. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan tiga kali ulangan. Penelitian ini menggunakan lima perlakuan yaitu komposisi pakan berbahan dasar dedak gandum sebagai kontrol, tongkol jagung, tongkol jagung+minyak kelapa, pepaya, pepaya+ragi roti. Hasil penelitian menunjukkan tongkol jagung dan pepaya dapat dijadikan sebagai bahan dasar pakan buatan bagi perkembangan larva lalat buah.

Kata Kunci : Tongkol jagung dan papaya, pakan buatan, Bactrocera carambolae

PENDAHULUAN

Lalat buah (Bactrocera

carambolae) adalah salah satu hama yang menyebabkan rendahnya produksi buah–buahan. Kerusakan yang diakibatkan bersifat kuantitatif dan kualitatif. Kerusakan kuantitatif terjadi karena adanya penurunan jumlah hasil panen buah–buahan, dan kerusakan bersifat kualitatif

yaitu pada buah–buahan mengalami penurunan kualitas akibat kerusakan pada bagian tertentu atau seluruh bagian.

Lalat buah dari marga Bactrocera merupakan hama yang merusak berbagai jenis buah–buahan di Indonesia. Intensitas kerusakan yang ditimbulkan di beberapa tempat sangat tinggi bahkan sering sampai

(2)

menggagalkan panen (Kalshoven, 1981).

Berbagai cara pengendalian telah dilakukan tetapi hasilnya belum memuaskan. Pengendalian akan memberikan hasil yang optimal apabila disertai dengan penelitian–penelitian dasar tentang lalat buah. Untuk itu diperlukan penelitian–penelitian yang mendasar terhadap lalat buah.

Pengembangan pengendalian dengan teknik jantan mandul, pengembangan patogen serangga, teknik manipulasi hormon, untuk keperluan pengendalian hayati serta penelitian mengenai fisiologi, ekologi, genetika dan biologi dari lalat buah tersebut, diperlukan ketersediaan lalat

buah dalam jumlah banyak.

Ketersediaan lalat buah dalam jumlah banyak dapat dilakukan melalui pemeliharaan di laboratorium.

Usaha pemeliharaan lalat buah dapat dilakukan dengan menggunakan pakan alami maupun pakan buatan. Dalam hal ini kualitas pakan perlu diperhatikan karena merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pemeliharaan dan pembiakan lalat buah. Pemeliharaan lalat buah menggunakan pakan alami masih dimungkinkan dilaksanakan pada skala kecil tetapi untuk pemeliharaan dalam skala besar menjadi tidak efisien. Kesulitan pemeliharaan lalat buah dengan pakan alami secara terus– menerus dalam jumlah banyak

disebabkan keterbatasan

ketersediaannya. Pakan alami seringkali tersedia hanya pada musim– musim tertentu saja. Selain itu, pakan alami seringkali terkontaminasi oleh mikroorganisme. Sehingga lalat buah yang dipelihara dengan pakan alami beresiko kematian yang tinggi. Penggunaan pakan buatan untuk mempertahankan kesinambungan pemeliharaan dalam jumlah banyak

lebih dimungkinkan, karena pakan buatan dapat tersedia kapanpun dan

resiko terkontaminasi oleh

mikroorganisme dapat diperkecil. Oleh karena itu penggunaan pakan buatan untuk pemeliharaan dan pembiakan lalat buah akan dapat menyediakan lalat buah secara massal dan dapat tersedia terus–menerus untuk keperluan penelitian di laboratorium maupun di lapangan.

Dalam penyusunan pakan buatan bagi larva lalat buah seharusnya memenuhi standar komposisi pakan buatan. yang digunakan di banyak negara yaitu dengan menggunakan ragi roti, gula pasir, nipagen, sodium benzoate, HCl atau citric acid, dan air, dan perlu diperhatikan zat–zat lain

yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan serangga antara lainbahan pengisi, bahan pengikat, pengatur pH, zat penghambat pertumbuhan jamur

dan perangsang makanan

(Hatmosoewarna, 1977).

Pepaya merupakan salah satu jenis buah–buahan utama yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk dijadikan pakan buatan, karena pepaya tersedia pada sepanjang tahun dan keuntungan lain menggunakan buah segar seperti pepaya adalah bahwa tidak memerlukan penyesuaian pH. PH- nya berkisar antara 4-5,5, yang bisa menghambat kerja bakteri dan jamur pada pakan buatan tersebut (Rukmana, 2003).

Di beberapa negara di dunia, tongkol jagung bisa dijadikan bahan dasar pakan buatan (Anonymous, 2002). Alasan ini didukung karena tongkol jagung sebagai bahan yang kurang termanfaatkan dengan umurnya yang pendek sehingga dimungkinkan ketersediaannya selalu ada secara terus–menerus.

(3)

METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Hama Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang mulai bulan Agustus sampai dengan Oktober 2005.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sodium benzoate, nipagen, gula, ragi roti, dedak gandum, tepung tongkol jagung, pepaya, minyak kelapa, aquades, protein hidrolisat dan serbuk gergaji.

Metode

Metode penelitian yang

digunakan adalah metode percobaan dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari tiga kali ulangan dengan lima perlakuan, sebagai berikut: komposisi pakan berbahan dasar dedak gandum sebagai kontrol, komposisi pakan berbahan dasar tongkol jagung, komposisi pakan berbahan dasar tongkol jagung+minyak kelapa, komposisi pakan berbahan dasar pepaya, dan komposisi pakan berbahan dasar pepaya+ragi.

Persiapan Penelitian

Untuk pemeliharaan lalat buah dewasa digunakan sangkar berukuran 30cm x 30 cm x 20 cm yang dindingnya terbuat dari triplek. Sebagai sarana untuk aerasi dan masuknya sinar, sisi yang lainnya terbuat dari kain kassa. Dinding depan dibuat berbentuk pintu untuk memasukkan pupa dan makanan bagi lalat dewasa. Pada pintu atau dinding depan tersebut dibuat empat lubang dengan diameter 5 cm sebagai tempat pemasangan botol peneluran. Botol peneluran terbuat dari botol plastik bervolume 240 ml pada

bagian dalamnya dibuat lubang – lubang kecil dengan diameter 0,5 mm. Sebelum dipasang, botol peneluran diisi potongan spon jenuh air. Untuk menambah pencahayaan, diatas sangkar pemeliharaan dipasang lampu TL 20 watt pada ketinggian 20 cm di atas permukaan sangkar pemeliharaan.

Pembuatan pakan untuk B. carambolae dilakukan dengan cara mendidihkan akuades yang telah dicampur dengan ragi roti (dengan berat sesuai dengan Tabel 1, kecuali perlakuan dengan menggunakan pepaya tanpa ragi roti) dipanaskan sampai mendidih kemudian setelah agak dingin dimasukkan sodium benzoate, nipagen, gula pasir, tepung tongkol jagung, atau pepaya sesuai dengan komposisi seperti yang tercantum dalam Tabel 1. Pakan jadi diletakkan pada nampan plastik berukuran 20 cm x 15 cm x 3 cm.

Pengamatan Penelitian 1. Persentase Tetas Telur

2. Jumlah Larva yang Berhasil Menjadi Pupa

3. Berat Pupa

4. Jumlah Imago yang Keluar

5. Fekunditas Imago Betina Bactrocera carambolae

6. Kematian Imago Pertumbuhan Bactrocera carambolae

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis hasilnya dengan menggunakan uji F taraf 5% kemudian apabila berbeda dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Tetas Telur

Rata-rata persentase telur yang berhasil menetas dihitung dari volume telur sebanyak 0,1 ml dengan tiga kali

(4)

ulangan, hasilnya menunjukkan bahwa per 0,1 ml telur Bactrocera carambolae berisi rata-rata 5764 butir. Telur B. carambolae menetas dalam waktu 2 hari setelah diletakkan oleh imago betina.

Dari Tabel 2 di atas menunjukkan rata-rata persentase tetas telur B. carambolae dari tiga kali ulangan adalah 74,499 ≈ 74,5%.

Jumlah Larva yang Berhasil Menjadi Pupa

Jumlah larva yang berhasil menjadi pupa dapat dilihat pada Tabel 3.

Perbedaan jumlah pupa yang terbentuk diantara semua perlakuan dikarenakan perbedaan kandungan nutrisi yang terkandung dalam masing-masing komposisi pakan yang digunakan. Karena dalam pemeliharaan larva di laboratorium diperlukan zat-zat nutrisi tertentu, antara lain karbohidrat, lemak, protein dan vitamin (House,

1997). Demikian juga dikemukakan oleh Sikumbang et al.(2000) menjelaskan bahwa kandungan protein yang cukup untuk makanan larva lalat buah akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan larva. Hal ini berarti larva lalat buah memerlukan kandungan protein yang cukup aman tidak sampai berlebihan

untuk pertumbuhan dan

perkembangannya.

Berat Pupa

Hasil penimbangan terhadap berat pupa Bactrocera carambolae yang terbentuk dengan menggunakan timbangan elektrik menunjukkan rata-rata berat pupa yang berbeda-beda pada semua perlakuan komposisi pakan buatan. Rata-rata berat pupa pada masing-masing perlakuan komposisi pakan dapat dilihat pada Tabel 4.

, .

Tabel 1. Komposisi pakan buatan yang digunakan dalam penelitian

Jenis Bahan

Komposisi Pakan Buatan Dengan Bahan Dasar Dedak Gandum Tongkol Jagung Tongkol jagung+ minyak kelapa Pepaya Pepaya+ ragi roti Sodium benzoate (g) Nipagen (g) Gula pasir (g) Ragi roti (g) Dedak gandum (g) Tongkol Jagung (g) Pepaya (ml) Aquades (ml) 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 12 10,8 10,8 10,8 10,8 3,6 10,8 10,8 - 10,8 26,2 - - - - - 18,5 15,5 - - - - - 38,8 28 58 59,5 59,5 50 50

(5)

Tabel 2. Rata-rata jumlah telur, jumlah telur yang berhasil menetas dan persentase tetas telur dari 0,1 ml telur B. carambolae

Ulangan ∑ Telur (butir) ∑ Telur Menetas

(butir) % Tetas Telur I 5999 4469 74,4957 II 6715 5003 74,5048 III 5062 3771 74,4962 Rata-Rata 5925 4414 74,4989

Tabel 3. Rata-rata jumlah larva B. carambolae yang berhasil menjadi pupa yang larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar Bahan Dasar Pakan Buatan Rata-Rata Jumlah Larva B. carambolae yang berhasil menjadi pupa *) (X ± S.E)

Dedak Gandum 2110,00 ± 62,1480 a

Tongkol Jagung 3208,67 ± 33,8440 b

Tongkol Jagung + Minyak Kelapa 4325,00 ± 252,716 d

Pepaya 3401,33 ± 82,8700 c

Pepaya+ragi roti 4386,00 ± 230,616 d

Keterangan : *) angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P: 0,05)

Tabel 4. Rata-rata berat pupa B. carambolae yang larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar

Bahan Dasar Pakan Buatan Rata-Rata Berat B. carambolae (8g) *) (X ± S.E)

Dedak Gandum 2110,00 ± 62,1480 a

Tongkol Jagung 3208,67 ± 33,8440 b

Tongkol Jagung + Minyak Kelapa 4325,00 ± 252,716 d

Pepaya 3401,33 ± 82,8700 c

Pepaya+ragi roti 4386,00 ± 230,616 d

Keterangan : *) angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P: 0,05)

Dari Tabel 4 rata-rata berat pupa pada masing-masing perlakuan terlihat adanya perbedaan. Pupa terberat pada pakan yang dicobakan yaitu pada pakan berbahan dasar tongkol jagung+minyak kelapa, dan diikuti dengan pakan berbahan dasar pepaya+ragi roti, tongkol jagung dan pepaya dan berat pupa terkecil pada perlakuan dengan bahan dasar dedak gandum. Berat pupa akan menentukan kualitas pupa yang terbentuk, semakin tinggi berat suatu pupa maka kualitas pupa yang terbentuk juga semakin baik.

Dalam hal ini pupa yang berkualitas baik akan menghasilkan kualitas imago yang baik pula, seperti dijelaskan Sikumbang et al.(2000), bahwa dengan kandungan nutrisi yang cukup untuk pakan larva B. carambolae akan memberikan kualitas hasil larva yang lebih baik dan akan menghasilkan kualitas pupa yang lebih baik dan pada akhirnya akan menghasilkan imago yang baik pula.

(6)

Jumlah Imago yang Keluar

Rata-rata jumlah pupa yang berhasil menjadi imago disajikan pada Tabel 5.

Pada perlakuan dengan bahan dasar tongkol jagung+minyak kelapa memiliki berat pupa lebih tinggi diantara semua perlakuan, sedang jumlah imago yang terbentuk lebih banyak pada perlakuan dengan bahan dasar pepaya+ragi roti. Dalam hal ini pengaruh zat pakan yang digunakan sangat menentukan imago yang akan terbentuk, dan hal ini dijelaskan oleh Chapman (1969) yang menyatakan bahwa perbedaan perkembangan imago yang terbentuk dipengaruhi zat pakan (nutritional requirement) yang

terkandung dalam pakan yang digunakan. Adapun zat-zat nutrisi yang dibutuhkan imago untuk berkembang baik antara lain: protein, lemak dan air (Romoser, 1973).

Pada penelitian yang dilakukan dapat diamati lamanya masa pupa adalah 5-10 hari. Dari hasil ini umur pupa yang dipelihara di laboratorium lebih singkat daripada umur pupa di lapang. Keadaan ini diungkapkan Putra (1997), yang menyatakan bahwa perkembangan pupa membutuhkan waktu sekitar 18 hari. Sehingga pupa yang diperoleh dari pemeliharaan larva pada pakan buatan lebih cepat proses perkembangannya daripada pupa yang hidup bebas di alam.

Tabel 5. Rata-rata jumlah pupa B. carambolae yang berhasil menjadi imago yang larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar Bahan Dasar Pakan Buatan Rata-Rata Jumlah B. carambolae yang

berhasil menjadi imago (8g) *) (X ± S.E)

Dedak Gandum 1769,33 ± 69,900 a

Tongkol Jagung 3020,00 ± 108,50 b

Tongkol Jagung + Minyak Kelapa 3677,67 ± 270,31 d

Pepaya 3146,00 ± 34,490 c

Pepaya+ragi roti 4126,00 ± 214,65 d

Keterangan : *) angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P: 0,05)

Fekunditas Imago Betina Bactrocera carambolae

Telur Bactrocera carambolae dipanen setelah imago berumur 10 hari, dan telur dihitung tiap harinya sampai dengan hari ke 40. Berikut ini disajikan gambar rata-rata jumlah telur yang diletakkan oleh Imago Bactrocera carambolae yang dipelihara pada pakan buatan dengan bahan dasar yang berbeda.

Dari Gambar 1 rata-rata imago betina meletakkan telurnya mulai pada waktu imago berumur 10 hari, kemudian terus meningkat tiap harinya sampai imago rata-rata berumur 16 hari, dan rata-rata

jumlah telur menurun pada hari-hari berikutnya. Akan tetapi pada perlakuan menggunakan bahan dasar tongkol

jagung+minyak kelapa dan

pepaya+ragi roti waktu imago berumur 29 hari terjadi peningkatan jumlah telur. Hal ini karena pengaruh faktor suhu pada waktu imago berumur 29 hari yang memungkinkan untuk memacu proses pembentukan telur tersebut.

Telur dipanen mulai hari ke-10 setelah imago keluar dari pupa karena menurut Drew dan Hancock (1994) menjelaskan bahwa imago menjadi masak secara seksual dalam waktu

(7)

8-0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 R at a -r a ta J u m lah T e lu r B . c ar a m b ol ae Hari

ke-Pakan buatan berbahan dasar pepaya+ragi roti Pakan buatan berbahan dasar pepaya

Pakan buatan berbahan dasar tongkol

jagung+minyak kelapa Pakan buatan berbahan dasar tongkol jagung Pakan buatan berbahan dasar dedak gandum 10 hari setelah muncul dari pupa.

Imago menunjukkan aktivitas makan yaitu pada umur 8-12 hari, setelah itu

imago melakukan kopulasi dan bertelur.

Gambar 1. Rata-rata Jumlah Telur yang Diletakkan Oleh Imago B. carambolae yang Larvanya Dipelihara Pada Pakan Buatan Dengan Lima Macam Bahan Dasar

Lama Hidup Imago Bactrocera carambolae

Pengamatan selama 30 hari terhadap kematian imago Bactrocera carambolae dapat menentukan lama hidup imago Bactrocera carambolae. Pengamatan terhadap lama hidup imago dihitung mulai dari umur pertama pupa menjadi imago sampai dengan imago tersebut mati. Rata-rata umur imago jantan dan betina

masing-masingnya dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Pertumbuhan Bactrocera carambolae Rata-rata siklus hidup per stadia B. carambolae disajikan pada Tabel 7. Dari perhitungan jumlah pupa yang berhasil menjadi imago yang dipelihara pada lima macam bahan dasar pakan buatan tersebut diperoleh

(8)

0 5 10 15 20 25 30 R a ta -r at a u m u r i m a go 0 5 10 15 20 25 30 R at a -r at a u m u r im a go

Gambar 2. Rata-rata umur imago jantan

dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar

Gambar 2. Rata-rata umur imago

dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar

Tabel 7. Rata-rata umur

dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan

Stadia

Gandum

Telur Larva (hari) Larva Pupa (hari) Pupa Imago

Rata-rata siklus hidup (hari)

Perbandingan jumlah imago jantan dan betina adalah 1 : 1. Perbandingan ini menunjukkan adanya keseimbangan populasi imago lalat buah carambolae pada masing

tersebut. Dedak gandum Tongkol jagung Tongkol jagung+minyak kelapa Pepaya Pepaya+ragi roti Dedak gandum Tongkol jagung Tongkol jagung+minyak kelapa Pepaya

rata umur imago jantan bactrocera carambolae yang larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar

rata umur imago betina bactrocera carambolae yang larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar

rata umur B. Carambolae pada masing-masing stadia yang larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar

Bahan Dasar Pakan Buatan

Dedak Gandum Tongkol Jagung Tongkol Jagung+ Minyak Kelapa Pepaya Pepaya+ Ragi Roti 2 2 2 2 5 7 7 7 10 11 12 11 17 20 21 20

erbandingan jumlah imago jantan dan betina adalah 1 : 1. Perbandingan ini menunjukkan adanya keseimbangan populasi imago lalat buah B. pada masing-masing pakan

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Tongkol jagung dan pepaya dapat digunakan untuk menggantikan dedak gandum sebagai bahan dasar

Dedak gandum Tongkol jagung Tongkol jagung+minyak Pepaya+ragi roti Dedak gandum Tongkol jagung jagung+minyak kelapa yang larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar

yang larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar

masing stadia yang larvanya

Pepaya+ Ragi Roti 2 7 15 24

Dari hasil penelitian ini dapat

Tongkol jagung dan pepaya dapat digunakan untuk menggantikan dedak gandum sebagai bahan dasar

(9)

pakan buatan larva Bactrocera carambolae.

2. Rata-rata perkembangan larva yang baik diperoleh dari larva yang dipelihara pada pakan buatan dengan bahan dasar pepaya+ragi roti.

DAFTAR PUSTAKA Andrewartha, H. G. dan L. C. Birch.

1974. The Distribution and Abundance of Animal. The University of Chicago Press. Chicago and London. 782 hlm.

Anonymous. 2002. Laboratory – Techniques for Tephritid Fruit Flies in Pacific Island Countries and Territories.

http:www.Spc.Int/pacifly/frui t–fly–manual.20 Juli 2005. Ashraf, M., N. Tanaka dan E.J.

Harris. 1978. Rearing of Oriental Fruit Flies ;

a Need for Wheat Germ in Larval Diet Containing Bagasse, a Non- Nutritive

Bulking Agent. Ann.

Entomol. Soc. Am. 71: 674 – 676.

Chapman, R.F. 1969. The Insects Structure and Function.

American Elsevier

Publishing. Co. Inc., New York. 901 hlm.

Drew, R.A.I dan D.L Hancock. 1994.

The Bactrocera dorsalis

complex of Fruit Files

(Diptera:Tephritidae:Dacinae ) in Asia. Bulletin of Entomological Research : Suplement Series Number 2 in Suplement 2. Department of Primmary Industries. Australia.. Hlm.11 – 13.

Hatmoesoewarno, S. 1977.

Pemeliharaan Serangga dalam Hubungannya dengan Teknik Pemandulan Untuk Pemberantasannya.

Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.90 hlm

House, H. 1977. Nutrition of Natural Enemies. In R.L. Ridway dan S.B. Vinson (eds). Biological Control by Augmentation of Natural Enemies. Plenum Press. New York. Hlm.151-181.

Kakinohana, H. dan M. Yamagishi. 1980. The Mass Production of Melon Fly Techniques

and Problems. The

International Symposium on The Biology and Control of Fruit Flies. The Food and Fertilizer of Technology Centre. The University of The Ruyukyus. The Okinawa Prefectural Government. Japan.

Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru- van Hoeve. Jakarta. 701 hlm.

Kuswadi, A. N, Darmawi dan M. Indarwatmi. 1997. Biologi Lalat Buah Bactrocera carambolae dalam Biakan di

Laboratorium dengan

Makanan Buatan. Seminar Nasional Biologi XV.PEI dan Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm.1510 – 1514. Malavasi, A.D. Midgarden dan V.

Kelmann. 2000. Status of The cooperative Republic of Guyana a Country Free of Bactrocera carambolae Fruit Fly. Carambolae Fruit Fly Programme in North of South

(10)

America Georgetown. Guyana. Hlm.1 – 22.

Patton, R. L 1963. Introductory Insect Physiology. W.B.

Sanders Company,

Philadelphia and London. 245 hlm.

Putra, N. S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta. 64 hlm.

Romoser, W.S. 1973. The Science of Entomology. Mac Millan Publishing Co. Inc., New York and London. 449 hlm. Ross, H.H.,C.A. Ross dan R.P. Ross.

1982. A Textbook of Entomology 4 th Edition. John Willey and Sons. New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore. 666 hlm. Rukmana, R. 2003. Pepaya Budidaya

dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.Hlm.32-33. Sikumbang, D., I. A. Nasution, M.

Indarwatmi dan A. N. Kuswadi. 2000. Pemanfaatan Ragi Produk Lokal untuk Subsitusi Ragi Torula dalam Formulasi Makanan Buatan Larva Lalat Buah (Bactrocera

carambolae Drew dan

Hancock). Proc. Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. P3TIR – BATAN. Jakarta.

Singh, P. 1977. Artificial Diet for Insect, Mite and Spider. IFI/Plenum Press. New York. 594 hlm.

Widarto, H. T dan T. S. Subahar. 1997. Daur Hidup Lalat Buah Belimbing (Bactrocera carambolae) Drew Hancock. Dalam Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Simposium Entomologi. Bandung. Wigglesworth, V.B. 1950. The

Principles of Physiology. Chapman and Hall. Ltd. London. 713 hlm.

Gambar

Tabel 1. Komposisi pakan buatan yang digunakan dalam penelitian
Tabel  2.    Rata-rata  jumlah  telur,  jumlah  telur  yang  berhasil  menetas  dan  persentase tetas telur dari 0,1 ml telur B
Tabel 5. Rata-rata jumlah pupa  B. carambolae yang berhasil menjadi imago yang  larvanya dipelihara pada pakan buatan dengan lima macam bahan dasar  Bahan Dasar Pakan Buatan  Rata-Rata Jumlah B
Gambar  1.    Rata-rata  Jumlah  Telur  yang  Diletakkan  Oleh  Imago  B.  carambolae    yang Larvanya Dipelihara Pada Pakan Buatan Dengan Lima Macam  Bahan Dasar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu terlihat dari struktur kitab Efesus 1-3 yang membahas mengenai kekayaan rohani yang kekal yang berasal dari sorga, yang dikaruniakan kepada semua orang

‘The Dalek Prime is dead,’ one of the Black Daleks informed Davros.. ‘Idiot,’

‘Never knew she had it in her,’ said Rose, while Dennel just stared.... The mob wasted no time getting stuck in, and the Blathereen blocking the way to the forest were soon

Figure 2. Temporal variation of out going sediment during rice growth in the wet season 2003-04 and dry season 2004.. Gambar 1 dan 2 mendemonstrasikan bahwa hanya pada

peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit &iremia%$ nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit$ gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang

Dari definisi-definisi yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan merupakan suatu bentuk pendanaan yang diberikan lembaga keuangan untuk

1. Tempat permohonan izin adalah di Kantor Departemen Kesantrian. Permohonan izin mendadak dan darurat dapat dilakukan di dalam atau di luar Kantor Departemen

Demplot uji adaptasi varietas di Kecamatan Mattiro Sompe menunjukkan bahwa varietas Inpari 13 dikategorikan beradaptasi baik (tingkat adaptasi tergolong tinggi)