• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai gedung-gedung gereja mulai dari kota sampai ke pelosok-pelosok daerah. Kekristenan di Toraja pertama kali diperkenalkan oleh seorang Zendeling dari Nederlandse Hervormde Kerk (NHK) bernama van de Loosdrecht.1 Awalnya anggota-anggota zending ini ditolak masyarakat Toraja karena masyarakat Toraja masih sangat kental dengan kebudayaannya. Kebudayaan yang sudah berakar dalam kehidupan masyarakat Toraja ini sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat sehingga Injil sulit diterima oleh masyarakat Toraja. Namun pada akhirnya Injil bisa mulai diterima oleh masyarakat Toraja karena van de Loosdrecht berusaha mengkontekstualisasikan injil dengan kebudayaan yang sudah berakar di masyarakat Toraja.

Ketika kekristenan mulai berkembang dan banyak jiwa-jiwa yang menyerahkan dirinya untuk dibaptis, maka para Zending membentuk suatu perkumpulan orang-orang Kristen yang dilembagakan menjadi Gereja Toraja. Perkumpulan ini dimaksudkan agar orang-orang Kristen pertama mampu mengelola hal-hal yang menyangkut bidang kerohanian, keuangan dan organisasi secara mandiri, kemandirian ini dalam rangka membina persekutuan, kesaksian dan pelayanan bagi jemaat setempat.2 Upaya-upaya yang dilakukan oleh Zending ini mengacu pada proses untuk memampukan jemaat mengelola segala sesuatu yang menyangkut kebutuhan dari perkumpulan tersebut. Kemandirian perkumpulan ini dibawahi oleh sebuah institusi Sinode Gereja Toraja, dimana institusi tersebut berfungsi untuk mengurus pelbagai kebutuhan yang diperlukan oleh gereja-gereja yang sudah didewasakan. Sejak awal kemandirian jemaat Toraja sampai sekarang, persoalan yang masih menjadi pergumulan gereja-gereja adalah kurangnya tenaga pelayan (SDM) yang memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.3

Kurangnya tenaga Pelayan (SDM) masih menjadi fenomena dalam Gereja Toraja sekarang ini. Dimana masih ada gereja-gereja yang belum memiliki tenaga pelayan yang memadai. Fenomena ketiadaan pendeta ini terjadi dipelbagai Gereja Toraja, salah satunya adalah di Gereja Toraja

1 Th. van den End, Sumber-Sumber Zending tentang Sejarah Gereja Toraja 1901-1961, Jakarta, BPK Gunung

Mulia, (1994), hlm.19 2

Th. van den End, Sumber-Sumber Zending tentang Sejarah Gereja Toraja 1901-1961, Jakarta, BPK Gunung Mulia, (1994), hlm. 23

(2)

klasis.4 Padahal idealnya adalah gereja yang sudah mandiri (didewasakan) harus memiliki seorang pemimpin minimal satu orang yang dapat dipercaya untuk memegang jabatan kependetaan. Karena dalam kehidupan bergereja sendiri ada tiga jabatan sebagai struktur dasar gereja yaitu: pendeta, penatua dan diaken yang dijadikan sebagai pusat tata jemaat. Dari ketiga jabatan ini yang belum dapat dipenuhi oleh sebagian Gereja Toraja khususnya di daerah pedesaan adalah jabatan seorang pendeta.5

Ketiadaan jabatan seorang pendeta dalam satu gereja akan menimbulkan masalah dalam struktur gereja. Masalah struktur gereja yang tidak lengkap karena ketiadaan pendeta ini belum dapat teratasi dengan baik. Padahal gereja merupakan salah satu tempat yang sangat penting untuk membina dan membimbing pertumbuhan iman jemaat. Dalam pembinaan dan pembimbingan kepada jemaat, peran seorang pendeta dalam keterpanggilannya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pastoralnya sangat diperlukan. Fungsi-fungsi-fungsi ini sudah termasuk memimpin kebaktian, berkhotbah, melayani sakramen, melayani kelompok dan individu-individu serta sebagai perwakilan Allah dalam jemaat. Maka dari itu Peranan pendeta dipelbagai gereja tentu sangat berharga karena selain sebagai pelayan firman, juga berperan sebagai penilik di gereja tempat dimana pendeta tersebut melayani.

Saat ini peranan pendeta di Gereja Toraja sangat diperlukan melihat kondisi keimanan warga jemaat banyak mengalami kemerosotan. Kemerosotan ini dapat dilihat dari perilaku warga jemaat yang banyak terseret ke dalam arus negatif globalisasi dan modernisasi seperti terlibat narkoba, premanisme dan sex bebas dikalangan generasi muda, berbagai bentuk perjudian dan foya-foya, kurang berempati terhadap kondisi masyarakat yang berkembang di sekelilingnya.6 Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Toraja ini bukan hanya karena pengaruh negatif globalisasi dan modernisme tetapi pengaruh dari budaya dan adat-istiadat yang harus dilestarikan oleh orang-orang Toraja secara turun temurun. Karena sebelum adanya globalisasi dan modernisme, masyarakat Toraja sudah mengenal dan melakukan berbagai bentuk perjudian dan foya-foya (pemborosan) yang merupakan bagian dari proses adat. Kondisi jemaat yang demikan sangat membutuhkan sosok pendeta yang bisa membina, menggembalakan dan menyadarkan mereka.

4

Laporan badan pekerja sidang sinode AM XXII Gereja Toraja, (2006), hlm. 156 5

Laporan badan pekerja sidang sinode AM XXII Gereja Toraja, (2006), hlm. 152-159

(3)

Menurut Calvin gereja merupakan mata rantai penghubung antara orang-orang percaya dan Kristus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayan-pelayan yang sudah diberikan Anugerah (kharisma) untuk melayani. Calvin mencoba menjelaskan tugas gereja yang sesungguhnya dengan mengatakan bahwa Allah menetapkan pelayan-pelayan, melalui para pelayan gerejawi, Allah yang memerintah gereja-Nya. Dalam hal penugasan bagi orang-orang yang dipercaya untuk memegang jabatan gerejawi diantaranya pendeta, penatua dan diaken, diharapkan mampu menjalankan perannya masing-masing, bertanggung jawab dengan keteraturan gereja dan menjaga persekutuan gereja agar tidak terpecah. Dengan tidak bermaksud mengecilkan peranan dari jabatan penatua dan diaken, peranan pendeta dalam jemaat sangat penting dan berharga dalam pengembangan spiritual jemaat. Oleh karena itu pendeta yang sudah memiliki kharisma dalam jemaat ditugaskan untuk mengajar, memimpin, menggembalakan dan membina jemaat, demi untuk keteraturan dan ketertiban dalam pelayanan gerejawi. Adanya pemisahan jabatan dalam gereja karena setiap orang diberikan oleh Allah karunia (kharisma) untuk melayani.7 Calvin juga memiliki pendapat yang demikian dengan mengatakan bahwa adalah tugas setiap orang untuk melayani Allah dengan sepenuh hati dan melakukan pekerjaannya di bidang yang Allah telah menempatkannya.8

Fenomena ketiadaan pendeta di 11 gereja dari 17 gereja yang terdapat di klasis Sesean, membuat pendeta-pendeta yang berada di klasis Sesean berusaha mengatasinya dengan membagi wilayah pelayanan dengan 6 orang pendeta yang melayani didaerah tersebut. Jadi ada sebagian gereja yang hanya mendapat kunjungan pendeta bila ada hari-hari besar gereja atau tugas kotbah. Padahal sesungguhnya jabatan pendeta bukan hanya hadir dalam gereja pada hari-hari tertentu saja tetapi tugas pendeta Gereja Toraja adalah seperti yang ditetapkan dalam tata gereja Toraja pasal 13 yaitu:9

Melayani pemberitaan firman Tuhan. Melayani sakramen, melayani katekisasi, meneguhkan pejabat-pejabat khusus, meneguhkan dan melaksanakan pemberkatan nikah anggota-anggota jemaat, bersama-sama dengan penatua dan syamas memelihara, melayani dan memerintah/memimpin jemaat berdasarkan firman Tuhan serta menjalankan disiplin gerejawi, memberitakan injil ke dalam dan ke luar jemaat, mengunjungi anggota jemaat, memegang teguh rahasia jabatan.

Tata gereja yang dibuat ini dimaksudkan untuk menciptakan keteraturan dalam kehidupan bergereja dan para pelayan khususnya pendeta dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya

7

Andar Ismail, Awam dan Pendeta Mitra Membina Gereja, Jakarta, BPK Gunung Mulia, (2003), hlm. 7 8

Andar Ismail, Awam dan Pendeta Mitra Membina Gereja, Jakarta, BPK Gunung Mulia, (2003), hlm. 13 9

(4)

bukan hanya melayani khotbah dan sakramen tetapi pendeta diharapkan dapat berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan warga jemaat. Tata gereja yang sudah ada ini akan menjadi pedoman bagi pendeta ketika berada di gereja untuk melaksanakan tugas pelayanannya.

Kehadiran seorang pendeta akan sangat mendukung aktivitas kerohanian warga jemaat karena selain menyampaikan firman Tuhan, pendeta juga dapat mengkomunikasikan injil lewat pembinaan spiritual warga jemaat. Pendeta harus memiliki kualitas pelayanan yang baik, memiliki jiwa kepekaan yang tinggi dalam melihat kebutuhan-kebutuhan rohaniah warga jemaat. Dalam melaksanakan tugas kependetaannya, pendeta tersebut akan menghadapi segala bentuk ragam kebutuhan pastoral. Selain itu pendeta juga dibutuhkan untuk memimpin dan membantu warga jemaat dalam usaha mengorganisir suatu hidup gerejawi yang mandiri.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang penulis sudah paparkan di atas maka ada beberapa pertanyaan yang akan diangkat penulis menjadi pokok permasalahan yaitu :

1. Sejauhmanakah tugas jabatan pendeta yang diatur dalam tata Gereja Toraja, harus diikuti oleh pendeta untuk menunaikan tugas dan tanggung jawabnya dalam pelayanannya di Gereja Toraja klasis Sesean?

2. Sejauhmanakah tugas pendeta dalam melaksanakan fungsi-fungsinya yang sudah dirumuskan dalam tata Gereja Toraja masih relevan dalam jemaat pedesaan khususnya di Gereja Toraja klasis Sesean?

3. Sejauhmanakah peranan pendeta dalam kenyataannya membina dan membimbing warga jemaat di Gereja Toraja klasis Sesean?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui praktek pelaksanaan jabatan tugas pendeta di Gereja Toraja klasis Sesean.

2. Untuk mengetahui relevansi tugas pendeta dalam memenuhi kebutuhan di Gereja Toraja klasis Sesean khususnya dalam hal kerohanian.

3. Untuk mengetahui peran, kontribusi dan dampak yang diberikan oleh pendeta dalam pembinaan dan pengembangkan kehidupan rohaniah warga jemaat di Gereja Toraja klasis Sesean.

(5)

D. RUMUSAN JUDUL

Berdasarkan dari permasalahan yang telah diuraikan di atas maka skripsi ini akan diberi judul:

RELEVANSI TUGAS PENDETA DALAM JEMAAT PEDESAAN DI GEREJA TORAJA KLASIS SESEAN

Jabatan pendeta merupakan salah satu bagian dari struktur gerejawi yang ada di Gereja Toraja. Dengan jabatan tersebut Sinode merumuskan beberapa tugas pendeta yang harus dilaksanakan oleh pendeta dalam pelayanan. Rumusan tugas pendeta ini akan penulis amati relevansi pelaksanaan tugasnya berkaitan dengan penugasan seorang pendeta dalam melayani lebih dari dua gereja.

E. METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif. Kualitatif yang sifatnya deskriptif, menguraikan dan mengeksplorasi fakta-fakta yang ada dan terjadi di Gereja Toraja klasis Sesean. Penelitian ini akan diarahkan untuk melihat, memandang dan merasakan langsung realitas kehidupan bergereja di jemaat Gereja Toraja klasis Sesean. Dalam penelitian ini penulis akan mengacu pada relevansi tugas pendeta dalam jemaat pedesaan Gereja Toraja klasis Sesean. Realitas fungsionalisasi peran dan tugas pendeta dalam tata Gereja Toraja, konsep dan penghayatan warga jemaat terhadap kehadiran seorang pendeta dalam gereja serta tinjauan dari relevansi tugas pendeta dalam hubungannya dengan pemahaman warga jemaat akan seorang pendeta. Penelitian ini penulis akan batasi hanya pada pendeta dan di Gereja Toraja klasis Sesean. Adapun keterlibatan dari Sinode Gereja Toraja dalam hal ini untuk mendapatkan data-data dan dokumen-dokumen Gereja Toraja. Dalam proses analisanya, penulis akan menggunakan analisa data secara induktif. Untuk pengambilan datanya penulis akan menggunakan metode pengamatan dan wawancara langsung dengan pendeta dan warga jemaat yang menjadi objek penelitiannya.

2. Metode pengumpulan data • Wawancara

Wawancara ini untuk mengumpulkan informasi-informasi dari orang-orang yang merasakan kejadian tersebut dan dapat berinteraksi langsung dengan kehidupan warga jemaat di klasis

(6)

yang terlihat saja tetapi juga dapat melalui apa yang dirasakan dan didengar. Dalam melakukan wawancara ini peneliti akan menggunakan wawancara terstruktur, artinya pertanyaan-pertanyaan terbuka yang akan diajukan ini sudah dirumuskan dengan cermat. Wawancara terstruktur ini untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah yang ada di Gereja Toraja klasis Sesean terkait dengan relevansi tugas pendeta.

• Pengamatan

Dalam proses ini, peneliti akan terlibat langsung dalam kehidupan warga jemaat yang diteliti, termasuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh warga jemaat di Gereja Toraja klasis Sesean. Pengamatan ini untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dalam melihat dan mengamati sendiri kejadian yang sebenarnya. Seperti pelaksanaan tugas pendeta dalam gereja dan warga jemaat, partisispasi warga jemaat dalam mengikuti kegiatan gerejawi, hubungan antara pendeta dan warga jemaat serta melihat perkembangan dan pertumbuhan warga jemaat dan gereja.

G. HIPOTESA

Dari uraian yang penulis sudah paparkan pada latar balakang permasalahan maka penulis memberikan hipotesa yaitu:

1. Penulis melihat bahwa rumusan jabatan tugas pendeta yang diatur dalam tata Gereja Toraja khususnya pasal 13 tidak relevan untuk dilakukan seorang pendeta saja, dengan melihat kondisi warga jemaat pedesaan, karena rumusan tersebut memperlihatkan bahwa tugas pendeta dalam gereja harus merangkap segalanya (multifungsional) padahal pendeta harus melayani dibeberapa gereja. Fungsi-fungsi pendeta dalam gereja, harus menjadi seorang pemberita Injil, gembala, pengajar dan pelayan diakonia. Tentu saja tugas pendeta yang multifungsi ini tidak dapat dilakukan oleh pendeta secara holistik melihat begitu banyak tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh pendeta.

2. Jabatan tugas pendeta secara teologis-praktis tidak lagi dapat berfungsi dengan baik di Gereja Toraja klasis Sesean karena tugas-tugas pendeta yang sudah menjadi ketetapan dalam tata Gereja Toraja pasal 13 tidak bisa menjangkau seluruh kebutuhan warga jemaat Sesean jika hanya dilakukan oleh pendeta.

(7)

G. SISTIMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, rumusan judul, metode penelitian, hipotesa dan sistimatika penulisan.

BAB II

REALITAS FUNGSIONALISASI PERAN DAN TUGAS PENDETA DALAM JEMAAT GEREJA TORAJA KLASIS SESEAN

Bagian ini akan membahas tentang kenyataan yang dilaksanakan oleh pendeta di Gereja Toraja klasis Sesean berkaitan dengan peran dan tugasnya. Dimana peran dan tugas pendeta akan menjadi pedoman bagi penulis untuk melihat seberapa besar pengaruh yang dihadirkan oleh pendeta dalam memenuhi kebutuhan warga jemaat yang dilayaninya, yang akan didasarkan pada peran dan tugas pendeta dalam warga jemaat Sesean.

BAB III

KONSEP DAN PENGHAYATAN JEMAAT TERHADAP KEHADIRAN SEORANG PENDETA DALAM GEREJA

Melalui bab ini penulis akan mengetahui bagaimana pandangan-pandangan warga jemaat dengan hadirnya seorang pendeta dalam melaksanakan pelayanan gerejawi. Apakah dengan kehadiran seorang pendeta ini memberikan kontribusi yang baik dalam kehidupan warga jemaat dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan warga jemaat baik dalam hal kerohanian maupun dalam bidang pastoral.

BAB IV

TINJAUAN MENGENAI RELEVANSI TUGAS PENDETA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMAHAMAN JEMAAT AKAN SEORANG PENDETA

Bagian ini akan menguraikan data-data yang telah didapatkan di lapangan mengenai relavansi tugas pendeta dalam warga jemaat pedesaan. Data ini akan diuraikan dan dieksplorasikan sehingga akan didapat masihkan relevan tugas pendeta yang sudah diatur dalam tata Gereja Toraja dengan kondisi warga jemaat yang ada di pedesaan.

(8)

KESIMPULAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan atas apa yang telah ditulis dalam bab II, III, IV, dan suatu sumbangan pemikiran berkaitan dengan masalah yang telah diuraikan dalam bab IV.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diketahui gambaran dari masing-masing kompetensi kedua kelompok sampel, selanjutnya dibandingkan untuk mengetahui adanya perbedaan kompetensi pedagogis antara

Tingginya kandungan nutrisi yang dimiliki Lemna minor diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan dalam penggunaan substrat Lemna minor dan lumpur untuk

Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk memiliki sumber daya manusia yang kompeten di bidang geomatika ( GIS ) adalah dengan melalui pelatihan dan sertifikasi

Dapat untuk fase fermentasi yang berbeda pada bioreaktor yang sama (Contoh : pertumbuhan sel pd fase eksponensial &.. pembentukan produk pd fase stasioner = metabolit sekunder

Besaran nilai statistik R 2 pada persamaan produksi karet alam Indonesia adalah 0,9648 artinya 96,48 persen peubah harga karet alam Indonesia, penambahan luas

Menurut Kotler (2001:298) kepuasan pelanggan adalah sejauh mana kinerja yang diberikan oleh sebuah produk sepadan dengan harapan pembeli. Jika kinerja produk kurang dari

Proses komunikasi pembangunan dalam mendampingi masyarakat desa untuk menanamkan gagasan-gagasan, sikap mental, mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh suatu negara

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dari Mohamad Bagir (2012) yang sama-sama meneliti pos pemadam kebakaran di Kota Semarang adalah (1) Variabel