DAFTAR ISI
RIWAYAT HIDUP ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... 2
ABSTRACT ... 3
UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1
DAFTAR GAMBAR... Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... 4
1.1 Latar Belakang ... 4
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penulisan ... 6
1.4 Manfaat Penulisan ... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Ternak Babi ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Tingkat Kedewasaan ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Penyakit Saluran Pernapasan Pada Babi ... Error! Bookmark not defined. 2.4 Kejadian Enterobacter cloacae Pada Ternak BabiError! Bookmark not
defined.
2.5 Morfologi Enterobacter cloacae... Error! Bookmark not defined. 2.6 Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined. 2.7 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB III MATERI DAN METODE ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Bahan-Bahan Yang Digunakan ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Peralatan Yang Digunakan ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Rancangan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.5 Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.6 Cara Pengumpulan Data / Cara Sampling ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Prosedur Penelitian... Error! Bookmark not defined. 3.8 Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.9 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. 4.1 Hasil ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan bakteri Enterobacter cloacae pada saluran pernapasan babi. Sebanyak 100 sampel usapan hidung dikumpulkan secara aseptik dari babi yang mengalami gangguan respirasi, yang diambil dari peternakan babi di daerah Tabanan dan Badung. Semua sampel ditanam pada media Agar Darah pada suhu 37°C selama semalam. Koloni yang dicurigai kemudian dilakukan uji primer (pewarnaan Gram, uji katalase, dan uji oksidase), serangkaian uji biokimia, dan uji API 20 E. Analisis statistik (Chi-square) dilakukan untuk mengetahui perbedan jumlah babi prasapih dan pasca sapih yang terinfeksi bakteri Enterobacter cloacae. Dari 100 sampel, 10 (tujuh pada babi prasapih, tiga pada babi pasca sapih) positif bakteri Enterobacter cloacae. Secara statistik, jumlah kejadian infeksi bakteri Enterobacter cloacae pada babi prasapih dan pascasapih berbeda tetapi tidak signifikan (P>0.05).
ABSTRACT
This study was conducted to determine the presence of Enterobacter cloacae bacteria in the respiratory tract of pigs. A total of 100 nasal swab samples were collected aseptically from pigs farm in Tabanan and Badung areas. All samples were cultured on to Blood Agar medium at 37°C overnight. Suspected colonies were then subjected to a primary test (Gram staining, catalase test, and oxidase test), a series of biochemical tests, and an API 20 E tests. Statistical analysis (Chi-square) was conducted to determine the number of pre-weaning and post-weaning pigs infected with the Enterobacter cloacae bacteria. Statistically, the number of occurences of Enterobacter cloacae bacteria infection in pre-weaning and post-pre-weaning pigs was different but not significant (P>0.05).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Ternak babi merupakan salah satu ternak yang mempunyai potensi sebagai sumber protein hewani yang bersifat prolifik atau beranak banyak dalam satu kali kelahiran bisa mencapai 8 - 12 ekor dengan rata-rata dua kali kelahiran per tahunnya (Siagian, et al., 2004). Secara umum, pemeliharaan ternak babi relatif mudah karena babi mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kondisi iklim yang beragam mulai dari beriklim sejuk sampai daerah tropis (Ardana dan Putra, 2008). Populasi babi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2011 yaitu 7.524.787 ekor menjadi 8.043.795 ekor pada tahun 2015. Di Bali, popolasi babi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 2016 populasi babi yaitu 803.920 ekor. Angka ini sedikit meningkat dari tahun 2015 dengan 794.936 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, 2016).
Pemeliharaan babi di Indonesia kebanyakan masih secara sederhana atau tradisional, dalam hal ini makanannya masih tergantung pada sisa-sisa dapur dan ubi-ubian, kurang memperhatikan aspek ekonomisnya sehingga kurang memperhatikan faktor faktor produksi dalam usaha peternakan babi (Suryastini et al., 2012). Menurut Sihombing (2006), sistem pemeliharaan babi yang masih tergolong tradisional menyebabkan rentan terhadap infeksi dari berbagai macam penyakit.
Dalam usaha berternak babi, ada beberapa kendala yang sering dihadapi peternak, salah satunya adalah penyakit yang dapat menyerang ternak babi, terutama anak babi prasapih dan babi pascasapih (Prasetyo et al., 2013). Tingginya angka kematian anak babi prasapih menjadi kendala lain bagi peternak. Anak babi prasapih umumnya lebih rentan terinfeksi penyakit dan daya tahannya lebih rendah dari anak babi pascasapih. Keadaan ini menyebabkan infeksi penyakit lebih sering terjadi pada anak babi prasapih dibandingkan dengan anak babi pascasapih. Salah satu penyakit yang dapat menyerang ternak babi adalah
infeksi pada saluran pernapasan. Beberapa bakteri patogen oportunistik dapat menyebabkan penyakit pernapasan, bakteri tersebut merupakan bakteri flora normal saluran napas ataupun hanya melewati saluran napas (Quinn et al., 2002). Enterobacter cloacae merupakan bakteri Gram negatif, tidak membentuk spora, anaerob fakultatif, dan motil dengan flagella peritrikus (Buchanan, 2006). Bakteri ini tergolong patogen opurtunis, sehingga bakteri ini dapat menjadi ancaman penyakit baik pada hewan maupun manusia. Enterobacter cloacae dapat menyebabkan penyakit pada sistem pencernaan, saluran pernapasan dan saluran kemih (Lederberg and Alexander, 2000).
Penyakit saluran pernapasan dapat memberikan dampak ekonomi yang cukup besar. Karena penyakit saluran pernapasan dapat menyebabkan kematian, morbiditas dan meningkatkan biaya pengobatan (Asaye et al., 2015). Hasil penelitian Holko et al. (2004) bakteri yang ditemukan pada babi yang mengalami penyakit gangguan saluran pernapasan antara lain: Pasteurella multocida (44%), Actinobacillus pleuropneumoniae (40.8%), dan Mycoplasma hyopneumoniae (29%). Menurut Sikarwar dan Batra (2011), Klebsiella sp. dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan atas yaitu pada mukosa hidung dan faring, serta menyebabkan pneumonia dan infeksi saluran kencing akibat infeksi yang meluas. Gejala klinis yang biasa ditimbulkan adalah batuk, sesak napas, demam dan sangat lemah, serta nafsu makan berkurang. Sedangkan pada beberapa kasus penyakit saluran pernapasan, tanda klinis yang terlihat adalah demam (40-41°C), persendian bengkak, kelumpuhan dan jalannya timpang.
Kerugian akibat penyakit pada saluran pernapasan sudah banyak dilaporkan. Kerugian ekonomis yang terjadi dikarenakan infeksi yang terus berulang dan gejala klinis yang tidak terlihat. Selain itu penurunan berat badan dan biaya pengobatan pada ternak babi juga akan berpengaruh pada nilai ekonomisnya.
Priadi et al. (2004) melaporkan kejadian penyakit saluran pernapasan yang menyerang babi, terutama umur pascasapih di Batam, Kep. Riau disebabkan oleh bakteri Haemophilus parasuis. Chotiah (2004) memaparkan bahwa infeksi saluran pernapasan pada anak babi yang masih menyusui sering disebabkan oleh bakteri
Bordetella bronchiseptica. Hasil penelitian Schierack et al. (2007) menemukan bakteri Enterobacter cloacae pada saluran pencernaan babi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2007) dimana 1 dari 49 (32%) isolat Enterobacteriaceae yang positif adalah Enterobacter cloacae. Infeksi bakteri Enterobacter cloacae pada saluran pernapasan pernah dilaporkan pada kambing sebanyak 12,1% (Bordeanu, 2012). Namun kejadian infeksi bakteri Enterobacter cloacae pada saluran pernapasan babi di Bali belum pernah dilaporkan, sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ditemukan adanya bakteri Enterobacter cloacae pada saluran pernapasan babi prasapih dan pascasapih di Bali?
2. Apakah ada perbedaan jumlah babi yang terinfeksi Enterobacter cloacae pada babi prasapih dan pascasapih?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui adanya bakteri Enterobacter cloacae pada saluran pernapasan babi prasapih dan pascasapih di Bali.
2. Untuk mengetahui perbedaan jumlah babi yang terinfeksi bakteri Enterobacter cloacae pada babi prasapih dan pascasapih.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi serta gambaran keberadaan bakteri Enterobacter cloacae pada saluran pernapasan babi prasapih dan pascasapih.
2. Bagi masyarakat dan peternak, diharapkan penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai infeksi bakteri Enterobacter cloacae pada saluran pernapasan babi prasapih dan pascasapih.