1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kependudukan dan pembangunan adalah dua hal yang tidak mampu
diputus karena tanpa penduduk tidak akan ada pembangunan.1 Pembangunan
selalu berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,
optimalisasi pembangunan nasional memerlukan upaya untuk memacu
daerah-daerah yang dapat mencakup sektor pariwisata dan dapat berkontribusi dalam
peningkatan ekonomi. Menurut UU Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009, yang
artikan sebagai pariwisata dan bermacam jenis aktivitas kepariwisataan yang
dorong menggunakan bermacam-macam fasilitas dan pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah, pemerintah pusat, penduduk setempat,
maupun wirausahawan.2 Pasal 33(4) UU Kepariwisataan tahun 2004
menyatakan bahwa bidang pariwisata memiliki tujuan dalam menaikkan
perkembangan ekonomi, menaikkan tingkat sejahtera masyarakat,
membebaskan masyarakata dari kemiskinan, menanggulangi pengangguran,
memproteksi alam, lingkungan dan sumber daya, mendorong perkemmbangan
budaya, dan meningkatkan potret negara. Melihat bahwa dengan menanamkan
rasa nasionalisme maupun identitas serta persatuan nasional dalam
memperkuat persahabatan antar bangsa.3
1 Ery Jayanti, Hubungan Pertumbuhan Penduduk Dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di
Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia, Vol. 4, No. 2, November 2017, hlm. 137.
2 Undang Undang tentang Kepariwisataan, UU No. 10 Tahun 2009. Jakarta: Direktorat Jenderal
Hukum dan HAM
3 Republik Indonesia, 2004. Undang – Undang No.33 tentang Kepariwisataan. Lembaran Negara
2
Di Indonesia, sektor pariwisata menempati urutan ke-4 di antara
penyumbang devisa nasional.4 Dari segi pariwisata, wilayah merupakan aset
yang berharga, wilayah Indonesia memiliki unsur keindahan, keaslian,
kelangkaan dan kesempurnaan, berbagai flora dan fauna, agroekosistem dan
fenomena alam, atraksi yang dapat dijadikan sasaran untuk wisata konvensi.
Jika dikemas secara profesional dan prima, pariwisata Indonesia berperan
handal. Sektor pariwisata merupakan sumber pendapatan alternatif untuk
pendapatan daerah dan devisa negara, bahkan di negara maju, meskipun
industri pariwisata sangat berkembang. Sehubungan dengan itu maka pada
tahun 1990 Undang-Undang Nomor 9 Republik Indonesia ditujukan untuk
memperluas dan pemerataan kesempatan usaha dan pariwisata serta
kesempatan kerja, mendorong pembangunan daerah serta meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Memiliki peran penting dalam
meningkatkan pendapatan nasional. Memperkaya budaya etnis dan
meningkatkan pembangunan dalam rangka memperkuat identitas etnis dan
mempererat persahabatan antar bangsa.
Potensi wisata Malang Raya khususnya melingkupi Kabupaten Malang,
Kota Batu dan Kota Malang terdapat pada keragaman dan keindahan destinasi
wisata berupa alam, wisata, wisata bahari, wisata spiritual dan kemungkinan
wisata lainnya. Ketika potensi wisata ini dikembangkan, terciptanya
kemungkinkan peluang berupa peningkatan pendapatan dan membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan pemerintah. Dari kemungkinan dan
peluang pengembangan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam
4 Irawan E, Implementasi Kebijakan Pembangunan Pariwisatadi Kabupaten Banyuwangi, Jejaring
3
pengembangan pariwisata global baik untuk pengelolaan, promosi dan
peningkatan talenta saat ini maupun yang akan datang. Prospek pengembangan
tersebut berdampak langsung pada daerah sekitarnya, sehingga untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan, meningkatkan produk unggulan daerah,
meningkatkan sarana dan prasarana destinasi wisata, serta mendukung
dukungan sarana dan masyarakat diperlukan upaya.
Tak perlu dikatakan bahwa potensi pariwisata Kota Malangyang begitu
besar sehingga industri pariwisata lainnya belum berhasil didaftar, dikelola,
dikembangkan dan dipromosikan. Kompleksitas hal yang menjadi sebab
permasalahan ini ada, diantaranya keterlibatan dinas informasi pariwisata,
kotamadya, masyarakat, dan personel terbatas yang belum memahami
manajemen pariwisata dengan tidak adannya sumber daya keuangan yang
cukup untuk menjalankan industri pariwisata. Oleh karena itu, sebagaimana
disebutkan dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010, untuk
memaksimalkan potensi wisata yang ada, Pemerintah Kota Malang harus
mengambil langkah-langkah khusus, yang mana pada perihal tersebut Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang yang harus ambil dalam
kepariwisataan.
Malang kota memiliki beberapa kampung bertema, di antaranya kampung
budaya. Desa ini memiliki tempat khusus yang masih menyampaikan sejarah
masa lalu dengan melestarikan tradisi lama. Masih ada jejak sejarah yang
tersimpan dan pola kehidupan lama. Segala sesuatu di dalamnya membutuhkan
tangan manusia untuk memahami dan memelihara budaya lokal tradisional.
4
sendiri, dan yang kedua adalah pemerintah khususnya Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata dan sekitarnya. Kampung Budaya Porowien yang terletak di Kota
Malang Jawa Timur sebagai destinasi wisata memiliki potensi pengembangan
yang sangat baik dengan adanya berbagai macam aset budaya dengan
penguatan kemampuan masyarakat setempat. Kehadiran Kampung Budaya
Polowijen menambah kolom kampung bertema Malangsi. Kampung bertema
budaya lokal Malang ini menjadi destinasi wisata.
Di desa Porowien di wilayah Berinbin Malangsi, desa ini memiliki warisan
budaya yang kaya. Mbah Reni adalah personel pertama yang membuat topeng
Malangan, memulai dari Tari Topeng Senjata Malang, dan Kendedes memakan
pemandian kuno seperti Wind Sumur. Lokasi, sejarah, demografi dan
pengembangan bakat desa budaya Polowijen sangat cocok. Rencana ini terus
berkembang dan berinovasi. Ini juga membantu peramalan pariwisata di
Malang. Untuk menarik wisatawan dengan jumlah lebih banyak dalam
jangkauan lokal maupun mancanegara.
Orisinalitas dan keaslian seni budaya, keadaan ekosistem desa setempat
saat ini tentang sejarah kemungkinan yang ada di Desa Budaya Polo Wigen,
itulah arahan masyarakat dunia saat ini dan identitas kota. Sementara itu,
pengembangan destinasi wisata yang akan dikembangkan sebagai destinasi
wisata diduga karena kurangnya minat terhadap pengembangan pariwisata
berkelanjutan dari pemerintah dan masyarakat setempat serta rendahnya peran
lembaga pendidikan dan penelitian untuk mempromosikan desa-desa
5
Berbagai potensi wisata yang dimiliki Kota Malang yang menarik beragam
wisatawan domestik dan mancanegara ke Kota Malang, dan jumlah wisatawan
yang berkunjung ke Malang sendiri setiap tahunnya sekitar 6 juta. Kunjungan
wisata merupakan sumber potensi ekonomi dan sumber pendapatan asli daerah
(PAD) di bidang pariwisata.5 Oleh karena itu, keberadaan Kampung Budaya
Polowijen merupakan kontribusi positif yang dapat diberikan oleh Pemerintah
Kota Fuwa untuk memberikan manfaat bagi pemerintah, wisatawan dan
masyarakat sekitar.
Dinas Pariwisata dan Olahraga Pemuda Malang Kota, sebagai pemerintah
daerah yang memiliki kewenangan pemerintahan, memiliki tugas
mengembangkan dan mempromosikan Kampung Budaya Polo Wigen untuk
menarik wisatawan untuk berdestinasi. Untuk manajemen pariwisata,
Pariwisata Olahraga Pemuda Malangsi menerima berbagai penghargaan,
antara lain: (1) Kota dengan pelayanan terbaik di bidang pariwisata (Majalah
SWA) tahun 2011. (2) Hadiah Utama 2012. (3) Pemenang Festival Makanan
Jawa Timur 2012. (4) Website Dinas Pariwisata ITATS Terbaik Tahun 2014.
(5) Penampilan terbaik JATIMSpectra di Banyuwangi. (6) Website SKPD
terbaik di kota Malang. (7) Pemerintah prihatin dengan museum seni. (8) Juru
bicara cagar budaya terbaik; (9) Pelestarian cagar budaya terbaik; (10) Wakil
Sekretaris II Duta Pariwisata Jawa Timur 2014; (11) Penampil Terbaik Festival
Budaya Jawa Timur 2014; (12) Metabolisme Internasional 2015; ( 13) Duta
Pariwisata Jatim 2015 (14) Best Dresser Duta Pariwisata Jatim 2015 (15)
5 Memontum,
6
Website SKPD Nominasi Terbagus 2015; dan (16) The Best Inspiring Women
Leader of The Year (Indonesia Achievement Center) Tahun 2016.
Menurut survei yang dilakukan oleh Nurhayati (2018), “Strategi Humas Desa Wisata Desa Badud Biro Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Pangandaran” menjelaskan bahwa strategi humas desa wisata tidak dilaksanakan dengan benar dan terdorong untuk penelitian. Berdasarkan
kriteria objektif yang terdapat pada pengeluaran, peneliti menemukan beberapa
permasalahan yaitu sarana dan prasarana kampung wisata belum optimum.
Pendanaan dengan maksud mendorong aktivitas promosi kampung wisata dan
kualifikasi bakat masih terbatas, sehingga masih ada warga setempat yang tidak
mengetahui pariwisata dan tidak sepenuhnya menerima manfaat atas potensi
yang berada di Desa Wisata Desa Badudo. Menurut hasil wawancara dan
observasi, Strategi Humas Desa Wisata Desa Badud Biro Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Pangandaran belum dilaksanakan dengan benar. Hal
tersebut terlihat dari sejumlah 10 parameter yang dilakukan penelitian. Dua
indikator tidak berjalan dan delapan indikator berjalan dengan baik. Namun,
penelitian menunjukkan bahwa masih ada kendala dalam strategi promosi
yakni: (1) Tidak adanya pendapatan tinggi untuk bekerja sama sebagai sponsor,
tidak ada dukungan dari pihak; dan (2) Kantor pariwisata (agen perjalanan)
tidak memiliki akses untuk mendapatkan atau mencari informasi. Kegiatan
yang dilaksanakan dalam mengatasi masalah itu diantaranya: (1)
Mempromosikan melalui institusi pendidikan, partisipasi media elektronik dan
7
pelayanan yang maksimal, pembangunan jalan menuju tempat wisata dan
pemulihan infrastruktur resor wisata.6
Selain itu, Farida Robithoh Widyasti (2013) melakukan survei dengan
judul “Strategi Promosi Pariwisata Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Prefektur Kabupaten Temanggung”, dan hasil survei tersebut disimpulkan
sebagai berikut: (1) Pelaksanaan strategi promosi pariwisata berjalan lancar,
namun belum sepenuhnya sesuai; (2) Pengembangan pariwisata Temanggung
didukung dalam program resmi tentang aktivitas Perencanaan Strategis
(Renstra) dan Rencana Kerja (Renja) untuk memberikan suatu promosi
pariwisata dengan mendayagunakan peralatan atau media dalam berpromosi,
diantaranya media elektronik, media cetak, penayangan iklan, pameran
pariwisata, dll; (3) Pengembangan pariwisata di Temanggung menemukan
kendala, seperti kurangnya elemen spesifik yang membenamkan tugas dalam
kendala promosi pariwisata karena alokasi anggaran yang terbatas oleh
pemerintah kota di mana entitas pariwisata tidak terorganisir dan dikelola
dengan baik; dan (4) Instansi dan pemangku kepentingan industri pariwisata
berupaya mengoptimumkan sumber daya dan bekerja sama dengan pihak
ketiga lain dalam mengatasi berbagai kendala yang mereka hadapi, termasuk
mengembangkan pariwisata di Temanggung. Berdasarkan data yang tersedia
untuk tahun 2010, ini telah terbukti berhasil. Jumlah wisatawan sebanyak
258.467 orang. Pada tahun 2011, jumlah tersebut meningkat menjadi 314.963.7
6 Nurhayati. 2018. Strategi Promosi Desa Wisata Kampung Badud oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran. (Skripsi). Universitas Galuh.
7 Faridah Robithoh Widyasti. 2013. Strategi Promosi Wisata pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
8
Dalam perumusan strategi untuk mengembangkan dan melestarikan desa
budaya Polowijen sebagai desa wisata, stakeholder yang mengawalnya adalah
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Malang. Segala bentuk promosi
dan penyimpanan poin strategi yang kemudian ditulis oleh peneliti
diimplementasikan oleh peneliti kepada masyarakat luas. Ini juga membantu
dengan dukungan data dasar dalam membentuk hubungan masyarakat dan
strategi konservasi ini. Fasilitas tersebut akan dioperasikan secara komunikatif
sehingga penonton tidak direpotkan untuk mencari informasi terkait lokasi
Kampung Budaya Polo Wijen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut::
1. Bagaimana Strategi Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota
Malang dalam mempromosikan dan melestarikan Kampung Budaya
Polowijen?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi Dinas
Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang dalam
mempromosikan dan melestarikan Kampung Budaya Polowijen?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
9
1. Mengetahui strategi Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota
Malang dalam mempromosikan dan melestarikan Kampung Budaya
Polowijen.
2. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi Dinas Kepemudaan,
Olahraga dan Pariwisata Kota Malang dalam mempromosikan dan
melestarikan Kampung Budaya Polowijen.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
baik secara teoritis maupun praktis:
1. Manfaat Teoristis
Diharapkan penelitian ini tidak hanya membawa manfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan referensi dan
penelitian lebih lanjut bagi pembaca tentang strategi Biro Pariwisata
Olahraga Pemuda Malangsi dalam promosi dan pelestarian Kampung
Budaya Polowijen.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini memberikan manfaat yaitu peneliti dapat
langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat dari hasil penelitian ini,
dan bagaimana strategi Dinas Pariwisata dan Olahraga Pemuda Kota
Fuwa dalam memajukan dan melestarikan Kampung Budaya Polo
10 b. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini mampu dijadikan sebagai salah satu upaya untuk
menyumbangkan hasil pemikiran para pemangku kepentingan
khususnya Dinas Pendidikan Jasmani dan Pariwisata Pemuda Kota
Malang..
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini mampu menjadi bahan referensi bagi para
pemangku kepentingan yang bermaksud memanfaatkan hasil penelitian
ini sebagai bahan pembanding.
d. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menyajikan tambahan data
dan bahan referensi untuk penelitian tentang strategi Dinas Pendidikan
Jasmani dan Pariwisata Pemuda Kota Malang dalam rangka promosi
dan pelestarian Kampung Budaya Polo WiJen..
E. Definisi Konseptual
Definisi konseptual berarti makna dari penggunaan suatu konsep, yang
mampu mempermudah peneliti dalam mengimplementasikan ide dasar pada
realitas lapangan.8 Berdasarkan definisi tersebut, sehinnga pengertian
konseptual yang diimplementasikan seputar penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Strategi
Strategi adalah keseluruhan langkah (kebijaksanaan) yang
memerlukan perhitungan yang jelas untuk mencapai tujuan mengatasi
8 Effendy, O. Uchjana. (2001). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
11
masalah, dan strategi memiliki metode dan teknik.9 Dilain sisi, Suryono
(2004) berkata tentang:
“Sebagai aturan umum, strategi berkaitan dengan kebijakan implementasi, tujuan yang ingin dicapai dan masalah dalam menentukan bagaimana atau bagaimana menggunakan infrastruktur”.10
Strategi senantiasa berhubungan dengan tujuan, sarana, dan
pra-sarana. Sebab itu, strategi perlu didorong dengan keahlian dalam
mengamati peluang yang tersedia. Pemerintah kota harus berupaya keras
dalam pembangunan sarana dan prasarana pariwisata untuk memenuhi
fungsi dan perannya dalam pengembangan pariwisata di daerahnya.
2. Promosi Model AIDA
Promosi berusaha untuk menyesuaikan produk pariwisata dengan
kebutuhan wisatawan dan membuat produk lebih menarik. Dalam hal ini,
atraksi wisata menjadi kata kunci dari kegiatan promosi pariwisata, dan
model-model yang selalu menarik bagi wisatawan dikemas. Kegiatan
promosi merupakan aktivitas yang dilaksanakan secara komprehensif
dengan rentang waktu yang relatif singkat karena karakteristik dari produk
pariwisata itu sendiri. Kegiatan ini diadakan untuk membuat produk lebih
menarik bagi calon konsumen. Artinya, konsumen dan tuntutan mereka
adalah produk yang belum diproses dan lebih disesuaikan untuk konsumen.
Salah satu model promosi yang ada adalah model promosi AIDA,
dan menurut perencana model ini memerlukan perencanaan yang
berbeda-beda. Kotler berkata:
9 Tjokroamijojo, Bintoro, M.A. 1982. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: PT. Gunung Angung 10 Agus, Suryono. 2004. Pengantar Teori Pembangunan. Malang: Universitas Negeri Malang
12
“Formulasi AIDA adalah sebauh formulasi dapat diterapkan pada rumus yang paling umum yang digunakan untuk merencanakan keseluruhan iklan. Rencana ini tersusun sebagai berikut; (Attention), membangkitkan minat terhadap suatu produk (Interest), menciptakan rasa ingin dalam memiliki produk (Desire), dan mendorong konsumen dalam mengambil Tindakan Ketika membeli suatu produk (Action)”.11
Adapun model AIDA ini adalah sebagai berikut:
a. Attention (perhatian), hal pertama yang harus diperhatikan saat
melakukan promosi adalah menarik dan menarik wisatawan..
b. Interest (ketertarikan), Minat yang muncul setelah kesan yang muncul
dari promosi yang ada adalah minat wisatawan untuk memilih tempat
wisata.
c. Desire (keinginan), Setelah minat wisatawan muncul, muncul
keinginan untuk mengunjungi objek wisata tersebut.
d. Action (tindakan), Setelah itu, wisatawan melakukan tindakan berupa
mengunjunginya.12
3. Pelestarian Budaya
Menurut Chaeder (2006), pelestarian merupakan suatu kegiatan
yang didasarkan pada itu, juga disebut sebagai faktor yang mendukungnya
baik secara internal maupun eksternal dari internal masupun eksternal
perihal objek pelestarian. Dengan demikian, suatu proses atau tindakan
konservasi mengenal strategi atau metode yang sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi individu.
Peraturan pelestarian budaya adalah adanya bentuk-bentuk
ketentuan dalam berbudaya. Dengan kata lain, kebudayaan yang tersimpan
11Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid 2. Jakarta: Indeks. 12Ibid.,
13
itu berangsur-angsur terkikis atau terlupakan dalam perjalanan
perkembangannya, tetapi tetap dikenal. Melestarikan hanya dapat
dilakukan secara efisien bila target simpan masih digunakan dan akan terus
berjalan.
F. Definisi Operasional
Tujuan definisi operasional adalah untuk memperoleh data atau indikator
yang mewakili konsep dan manifestasi suatu masalah sehingga masalah yang
ada di lapangan dapat dikendalikan. Definisi operasional yaitu suatu unsur
penelitian untuk mengukur variabel guna memperoleh konsep dan paparan
yang jelas, serta menyediakan kegiatan yang diperlukan untuk mendapatkan
data dan parameter konseptual di kemudian hari..
1. Strategi menjadi Kampung Wisata dalam promosi dan pelestarian
Kampung Budaya dan Wisata Polo Wijen oleh Dinas Kemepudaan,
Olaharga dan Pariwisata Malang Kota:
a. Jangkauan promosi
b. Jumlah penayangan iklan di media promosi
c. Kualitas penyampaian pesan dalam penayangan iklan di media
promosi13
d. Pengembangan Objek Pariwisata
e. Pengembangan Infrastruktur Pariwisata
f. Partisipasi masyarakat dalam pelestarian budaya
g. Pelaksanaan budaya adat istiadat14
13 Kotler, Philip. 1996. “Manajemen Pemasaran: Maketing Management”, Jakarta, PT.
Prenhallindo.
14 Permendagri No. 52 tahun 2007 pasal 4 tentang pedoman pelestarian dan pengembangan adat
14
2. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh Dinas Pariwisata
dan Olahraga Pemuda Malang Kotra dalam mempromosikan dan
melestarikan Kampung Budaya Polo Wijen:
a. Pengembangan kelembagaan.
b. Promosi pariwisata.
c. Pemangku kepentingan masih terbatas dalam pengelolaan Desa Budaya
Porowien dari segi promosi dan pelestarian desa wisata.
d. Kurangnya sumber dana yang diberikan kepada pejabat oleh Dinas
Olahraga Pemuda dan Pariwisata Kota Malang.
e. Seluruh lapisan masyarakat memilki rasa peduli dalam mendukung
strategi promosi dan pelestarian pemerintah untuk keberlanjutan
Kampung Budaya Polowijen.
G. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan metode ilmiah yang sistematis dan
dijalankan untuk mengambil data dengan tujuan menanggapi masalah yang
diangkat. Metode yang dipergunakan dalam penelitian studi terpapar adalah
metodologi kualitatif, danmenurut Bodgan dan Taylor metodologi ini
merupakan tahap penelitian yang memberikat output data deskriptif yang
berisikan informasi tertulis dari wawancara secara lisan, dan pengamatan
perilaku terhadap latar belakang dan individu secara keseluruhan.15
Adapun paparalan lebih kompleks terkait metode penelitian diatas yaitu
sebagai berikut:
15 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif yang
berpenetrasi terhadap kajian memberikan output materi deskriptif dalam
bentuk kalimat dan lafal dari objek yang diamati. Terkait hal penelitian ini,
peneliti memaparkanprogram, makna dan larangan Kementerian Olahraga
dan Pariwisata Pemuda Kota Malang sebagai bagian dari upaya mereka
untuk mempromosikan dan mempertahankan Desa Budaya Polowijen
sebagai desa wisata.\.
2. Sumber Data
Data dari penelitian ini didapatkan dari para pemangku kepentingan
yang terlibat dalam promosi dan pelestarian Kampung Budaya Polo Wijen
untuk mendapati strategi Dinas Pariwisata dan Olahraga Pemuda Kota
Malang dalam mempromosikan dan melestarikan Kampung Budaya Polo
Wijen. Oleh karena itu, peneliti menggunakan dua jenis data, tergantung
pada klasifikasi berbasis sumber data, adapun sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan secara direct oleh peneliti
dalam survei lapangan. Seperti yang dijelaskan Kuncoro, data dasar
umumnya adalah data dan sumber dengan berbagai metodologi
pengumpulan data yang diambil berdasakan survei lapangan dan
memiliki karakteristik orisinil.16 Data utama penelitian ini didapatkan
dari pengamatan secara langsung dan pewawancaraan pada informan
tentang strategi Dinas Pariwisata Olahraga Pemuda Malang Kota dalam
16 Achmad, Kuncoro. 2001. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Asumsi Klasik, Cetakan
16
promosi dan pelestarian Kampung Budaya Polo Wijen sebagai
Kampung Wisata Malang Kota.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pelengkap dan didapatkan dengan cara
secara indirect. Bahan sekunder untuk penelitian ini mampu didapatkan
dengan pengumpulan material pendukung seperti peraturan, kebijakan,
dan profil Dinas Olahraga dan Pariwisata Pemuda Kota Malang, serta
bahan sekunder atau lainnya..
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
a. Dengan melakukan observasi langsung di Dinas Pariwisata Olahraga
Pemuda Malangsi dan Kampung Budaya Porowien, serta memberikan
gambaran langsung kepada Balai Penelitian Strategi Pengembangan
dan Pelestarian Budaya Porowien Biro Pariwisata Pemuda Olahraga
Pemuda Malangsi. Sebuah desa sebagai desa wisata, sehingga
memungkinkan peneliti untuk mengetahui secara detail tentang strategi
dan kendala di lapangan.
b. Wawancara dilaksanakan dalam mendapatkan data langsung dari
informan. Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang
dilakukan dalam penelitian ini. Dengan kata lain, wawancara bebas
untuk dilaksanakan dibanding dengan wawancara terstruktur sebab
tidak menggunakan pedoman pewawancaraan yang dilakukan dengan
cara alami dalam menyelidiki secara terbuka ide dan gagasan
informan.17 Wawancara untuk penelitian ini dilaksanakan terhadap
17 Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif.: Teori dan Praktik Jakarta: PT Bumi
17
sejumlah subjek yang sudah ditentukan dalam mendapatkan materi dan
informasi yang bermakna terkait dengan Humas dan Strategi
Konservasi Desa Budaya Polo Wijen oleh Dinas Kepemudaan,
Olahraga dan Pariwisata Malang Kota. Adapun topik yang menjadi
informan dalam penelitian ini yaitu:
1) Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang
yang diwakilkan pada Kepala Seksi Pemasaran dan Brand
Pariwisata.
2) Penggagas Kampung Budaya Polowijen.
3) Masyarakat setempat.
c. Dokumentasi dilaksanakan dalam menyempurnakan bukti dan data
yang diperoleh di lapangan. Dokumen tersebut berkaitan dengan
kejadian masa lalu yang telah atau belum dipersiapkan untuk penelitian
dan dapat dipahami dalam catatan tertulis.18 Pengumpulan data dari
dokumen penyidikan ini bersumber dari dokumen Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Malang Kota dan Kampung Budaya Polo
Wijen. Rangkuman data dan catatan lapangan dari peneliti, foto atau
foto yang mendukung data penelitian, dll.
4. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lingkup kerja Dinas Olahraga dan
Pariwisata Pemuda Malang Kota dan Kampung Budaya Polo Wijen. Ini
merupakan instansi yang bertanggung jawab atas pariwisata Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kota Malang, mengingat Kampung Budaya
18Juanda, Bambang dan Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu Teori dan Aplikasi. Bogor: IPB
18
Polowijen adalah salah satu desa yang menjadi destinasi wisata di Kota
Malang.
5. Teknik Analisa Data
Analisis data merupakan langkah yang memiliki keurgensian dalam
suatu penelitian dalam penyajian data yang didapatkan oleh peneliti, seperti
yang dijelaskan oleh Bogdan dan Biklen. Analisis data merupakan tahapan
mengambil dan mengatur dengan cara sistematis dengan catatan, hasil
wawancara, dan bahan yang digabungkan dalam mengembangkan
pemikiran tentang segala sesuatu yang sudah terkumpul, dan kemudian
mempresentasikan hal-hal yang telah ditemukan.19 Miles dan Huberman
mengusulkan tiga langkah yang perlu dilaksankaan ketika melakukan
analisis data penelitian kualitatif: mengurangi data, pemaparan data,
menarik suatu kesimpulan, dan validasi.20
Dari ketiga tahapan tersebut, analisis data kualitatif pada dasarnya
berlangsung berbarengan dengan prosedur pengumpulan data. Berarti
aktivitas tersebut berjalan dalam waktu dan setelah pengumpulan data.
Tempat peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dikelompokkan sesuai
dengan pertanyaan penelitian masing-masing. Langkah-langkah analisis
Miles dan Huberman yaitu sebagai berikut:
19 Bogdan & Taylor. (1984). Pengantar Metode Penelitian Kualitatif; Suatu Pendekatan
Fenomenologis Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial. Ditermahkan oleh Arief Furchan. Surabaya: Usaha Nasional.
20 Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
19
Gambar. 1.1 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman Bagan diatas menjelaskan bahwa proses analisis data meliputi
dengan awalan mengurangi data, yaitu pertama kegiatan merangkum,
menujul suatu hal yang penting, memberikan fokus terhadap hal yang
urgen, dan menemukan pokok bahasan maupun polanya.21 Data yang
didapatkan dari hasil catatan lapang studi, observasi, dan wawancara yang
dilaksanakan di Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang
dan Desa Wisata Polowijen dikategorikan berdasarkan uraian fokus
masalah penelitian,agar memberikan paparan yang sangat jelas yang
mengarah pada pemfokusan urgensi yang berkaitan, sehingga masalah
terkait mampu disederhanakan dalam tampilan data.
Kedua, Pengungkapan data seperti yang dijelaskan oleh Miles dan
Hubberman adalah bahwa pengungkapan data adalah kumpulan informasi
yang terstruktur dan menawarkan kemungkinan untuk menarik
20
kesimpulan.22 Setelah didapatkan data terkait strategi Dinas Kepemudaan,
Olahraga dan Pariwisata Kota Malang dalam memajukan dan memelihara
Kampung Budaya Polowijen, kemudian disusurkan agar sesuai dengan
penguraian problem penelitian, sehingga disajikan data dengan format
penjelasan yang didukung oleh bahan dan dokumen yang didapakan oleh
peneliti. Pelepasan data tersebut akan dipergunakan dalam menaikkan
pemahaman strategis peneliti dalam memecahkan masalah Dinas
Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang untuk berpromosi dan
mempertahankan Kampung Budaya Polowijen.
Terakhir, mengacu pada output menganalisis data, mampu ditarik
suatu kesimpulan daru output penelitian guna menjawab fokus penelitian.
Kesimpulan diambil setelah data yang diperoleh tentang strategi promosi
dan pengelolaan Kampung Budaya Polo Wijen Dinas Olahraga Pemuda
dan Pariwisata Malang Kota yang disajikan dalam bentuk penjelasan
jawaban atas uraian masalah. Mengacu pada analisis interactive model,
kegiatan pengumpulan data, reduksi data, pemaparan data dan penarikan
kesimpulan atau validasi adalahan tahapan yang teratur dan saling aktif.
Menganalisis data kualitatif merupakan cara yang terus menerus,
keterulangan, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, reduksi data, penyajian
data, dan derivasi kesimpulan merupakan indicator kesuksesan yang
memiliki keurutan dalam kaitan dengan aktivitas analitis yang saling
berhubungan.
22Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang