• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown (1986) dalam Anas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown (1986) dalam Anas"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi belajar 2.1.1 Pengertian

Evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown (1986) dalam Anas Sudijono (1996) adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Berdasarkan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan

Davies (1981) dalam Dimyati (2006) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. Evaluasi belajar adalah penilaian atau penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum (Harjanto, 2007).

Sudirman. N dkk (1991) dalam (Djamarah, 2004) Evaluasi adalah tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Evaluasi adalah suatu proses dalam perencanaan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens dan Lelman (1978) dalam Sri Esti (2002)).

(2)

8

Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh anak didik (Gronlund (1975) dalam Sri Esti (2002)).

Evaluasi adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan anak didik ke arah tujuan-tujuan atau nilai yang telah ditetapkan (Wrightstone dkk (1956) dalam Sri Esti (2002)).

Evaluasi menurut Kourilski dalam (Oemar Hamalik, 2003) adalah tindakan tentang penetapan derajat penguasaan atribut tertentu oleh individu atau kelompok dan menurut Ralp Tyler (1950) dalam Arikunto (2005) adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.

Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang telah diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes, jadi maksud penilaian adalah memberikan kualitas tentang sesuatu. Tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh sesuatu proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program (Zainul dan Nasoetion, 2001).

Dalam membahas evaluasi akan berhubungan dengan tes dan pengukuran karena ketiganya saling berhubungan. Penilaian hasil belajar baru dapat dilakukan dengan baik bila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang menggunakan tes sebagai alatnya ( Zainul dan Nasoetion, 2001).

(3)

9

2.1.2 Tujuan Evaluasi

Adapun tujuan evaluasi menurut Sri Esti (2002) adalah sebagai berikut: 1. Sebagai perangsang atau dorongan untuk menambah usaha atau

semangat anak didik

Salah satu kegunaan evaluasi adalah untuk memotivasi anak didik agar anak didik berusaha melakukan yang terbaik dengan memberikan angka tinggi, hadiah, bintang kelas sebagai hadiah atas pekerjaannya. 2. Umpan balik bagi anak didik

Anak didik ingin tahu hasil atas usaha mereka. Penilaian yang tetap dan teratur akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan anak didik.

3. Umpan balik bagi dosen

Dosen perlu mengetahui hasil dari apa saja yang telah ia lakukan. Dengan pengetahuan ini dosen akan mengetahui apakah dia sudah berhasil ataukah gagal dalam memberikan pelajaran kepada anak didik. 4. Memberikan informasi kepada orang tua

Orang tua diharapakan juga memberikan hadiah jika mendapati anaknya memperoleh nilai yang bagus. Untuk itu antara orang tua dan dosen harus bekerja sama dalam upaya meningkatkan prestasi anak didik

5. Informasi untuk seleksi

(4)

10

2.1.3 Kegunaan Tes, Pengukuran dan Evaluasi dalam dunia pendidikan

Menurut Zainul dan Nasution (2001) ada beberapa alasan untuk menggunakan pengukuran, tes, dan evaluasi dalam dunia pendidikan, antara lain:

a. Seleksi

Tes dan beberapa alat pengukuran digunakan untuk mengambil keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses seleksi. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini maka haruslah digunakan tes yang tepat, yaitu tes yang dapat meramalkan keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan.

b. Penempatan

Dalam pelaksanaan kursus atau latihan yang singkat biasanya dilakukan tes penempatan, untuk menentukan tempat tempat yang paling cocok bagi seseorang untuk dapat berprestasi dan berproduksi dalam suatu proses pendidikan atau pekerjaan.

c. Diagnosis dan remedial

Tes seperti ini terutama untuk mengukur kekuatan dan kelemahan seseorang dalam kerangka memperbaiki penguasaan atau kemampuan dalam suatu program pendidikan tertentu.

d. Umpan balik

Hasil suatu pengukuran atau skor tes dapat digunakan sebagai umpan balik, baik individu yang menempuh tes maupun bagi dosen.

(5)

11 e. Memotivasi dan membimbing belajar

Hasil tes seharusnya dapat memotivasi belajar mahasiswa, dan juga dapat menjadi pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi mereka yang memperolah skor yang rendah seharusnya menjadi cambuk untuk lebih berhasil dalam tes yang akan datang dan secara tepat dapat mengetahui di wilayah mana terletak kelemahannya. Bagi mereka yang mendapat skor yang tinggi tentu saja hasil itu dapat menjadi motivasi mempertahankan dan meningkatkan hasilnya.

Menurut Nana Sudjana dalam Djamarah (1991) penilaian dilakukan terhadap proses belajar mengajar berfungsi sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus. Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang dikuasai oleh anak didik.

2. Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Dosen dapat mengetahui berhasil tidaknya pengajaran, rendahnya hasil belajar yang dicapai anak didik tidak semata-mata disebabkan kemampuan anak didik tetapi juga disebabkan kurang berhasilnya dosen mengajar melalui penilaian berarti menilai kemampuan dosen mengajar melalui pernilaian berarti menilai kemampuan dosen itu sendiri dan hasilnya dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki tindakan mengajar berikutnya.

(6)

12

2.1.4 Indikator keberhasilan

Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil menurut Djamarah (2006) adalah sebagai berikut:

1. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok

2. Prilaku yang digariskan dalam Tujuan pengajaran/ Intruksional Khusus (TIK) telah dicapai oleh anak didik, baik secara individual maupun kelompok.

Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan adalah daya serap yang akan terlihat dalam nilai sebagai hasil evaluasi.

2.1.5 Penilaian keberhasilan

Untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya menurut Djamarah (2006) , tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut:

1. Tes formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap anak didik terhadap pokok bahasan tertentu.

(7)

13 2. Tes subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperolah gambaran daya serap anak didik untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak didik. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses balajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor. Dalam hal ini yang termasuk tes subsumatif adalah tugas dan ulangan harian (quis).

3. Tes sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat keberhasilan belajar anak didik dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan tingkat, menyusun ranking atau sebagai ukuran mutu sekolah.

2.1.6 Tingkat keberhasilan

Untuk setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut menurut Rohani (2004) adalah sebagai berikut:

(8)

14

1. Istimewa : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh anak didik

2. Baik : Apabila 76-99% bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik

3. Cukup : Apabila 60-75% saja bahan pelajaran yang dikuasai oleh anak didik

4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% yang dikuasai oleh anak didik.

Penggolongan prestasi untuk masing-masing institusi tidak persis sama, mengenai penggolongan prestasi keberhasilan anak didik di Universitas Sumatera Utara Rektor telah mengeluarkan keputusan no : 3128/J05/SK/AK/2004 pada Bab III Jenis Pendidikan, Beban Kredit dan Lama Studi Serta Sistem Evaluasi Pasal 12 Tentang Evaluasi Keberhasilan Belajar anak didik, dapat dilihat pada tabel berikut:

Nilai prestasi Bobot prestasi Golongan prestasi A 4,00 Sangat baik B+ B 3,50 3,00 Baik Baik C+ C 2,50 2,00 Cukup Cukup D 1,00 Kurang E 0,00 Gagal

(9)

15

Program D-IV Bidan Pendidik merupakan salah satu program studi yang ada di Universitas Sumatera Utara dan tujuan dari pendidikan program D-IV Bidan Pendidik adalah:

1. Melaksanakan tugas profesi bidan pendidik yang berkualitas dan berdedikasi tinggi dalam mendidik mahaanak didik program D-III Kebidanan

2. Meningkatkan dan mngembangkan diri dibidang profesi bidan pendidik 3. Menilai kegiatan profesi secara berkala

4. Memiliki dan mengembangkan kepribadian dan sikap yang diperlukan untuk kelangsungan profesinya secara integritas, rasa tanggung jawab, dapat dipercaya yang sesuai dengan etika profesinya.

Asuhan kebidanan merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan pada mahasiswa program D-IV Bidan Pendidik di semester 1 dengan beban studi 2 sks, diharapkan setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahaanak didik akan dapat menerapkan prinsip asuhan kebidanan ibu antenatal, intranatal, postnatal, emergensi kebidanan, asuhan kebidanan, asuhan kebidanan ibu dengan HIV dalam kehamilan sesuai dengan standar dan berdasarkan evidence based.

(10)

16

2.2 Motivasi Belajar 2.2.1 Pengertian

Menurut Mc.Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Hamalik, 2003)

Motivasi adalah adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar. (Koeswara (1989) dalam Dimyati (2006))

Motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. (Hamzah, 2007)

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Peranan yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. (Sardiman, 2004)

Motivasi dalam belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor internal, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor eksternal adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.( Uno, 2007)

(11)

17

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Hakikat motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada anak didik-anak didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar menurut Uno. B. Hamzah (2007) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperolah kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan prilaku manusia, sesuatu yang berasal dari ‘’dalam’’ diri manusia yang bersangkutan.

Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestai tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi.

Menurut Bruner dalam Hamalik (2007) tentang beberapa upaya yang dapat menggerakkan perhatian dan minat mahasiswa yaitu metode discovery melalui autonomy of self reward. Siswa memberi stimulus terhadap dirinya sendiri, sehingga dia sendiri yang melakukan fungsi penggerakkan tersebut.

(12)

18

Robert White dalam Hamalik (2007) mengemukakan bahwa yang menentukan kebutuhan intrinsik siswa dalam hubungan dengan lingkungannya adalah motivasi kompetensi yang menggerakkan tindakan-tindakan seperti menyelidiki, memperhatikan, berbicara, berpikir dan lain-lain.

Penelitian Howard Kigth dan Julius Sasserath (1966), ternyata siswa yang memiliki motif berprestasi yang tinggi atau kecemasan yang tinggi dalam mengikuti tes, dengan pengajaran berprogram lebih cepat menyelesaikan programnya, sedikit terjadi kekeliruan, dan dapat mengingat pelajaran dengan baik, jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki motif berprestasi rendah dan kurang memiliki kecemasan dalam mengikuti tes.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilator belakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu. Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan mendapat malu dari dosennya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa ‘’keberhasilan’’ anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.

Sri Esti (2006) mengemukakan bahwa dalam diri seseorang terdapat motivator yang kuat yaitu kebutuhan untuk menyatakan dirinya adalah seseorang

(13)

19

yang baik (positif). Maka hal ini akan mendorong untuk melakukan hal-hal yang positif dalam belajar seperti tidak menyontek dan jujur dalam ujian.

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat.

Menurut Vroom (1976) bahwa dalam melakukan sesuatu selain harus mempertimbangkan hasil yang dicapai, seseorang juga harus mempertimbangkan keyakinan orang tersebut bahwa yang dikerjakan memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan yang diharapkannya. Karena adanya harapan akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap terlaksananya program yang sedang dijalankan.

4. Adanya penghargaan dalam belajar

Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik.

Pernyataan seperti ‘’bagus’’ , ‘’hebat’’ dan lain-lain disamping akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan

(14)

20

penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak.

Menurut Sri Esti (2006) bahwa motivasi secara sederhana merupakan hasil dari reinforcement (penguatan). Siswa yang telah diberi penguatan untuk belajar (contoh dengan memberi nilai yang bagus, atau pujian dari orang tua dan guru) akan termotivasi untuk belajar.

Page (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak didik yang diberi nilai dan juga mendapat komentar dari guru tentang jawaban yang salah mempunyai prestasi yang lebih baik daripada anak didik yang hanya diberi nilai dengan angka atau huruf saja.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat dan sebagainya.

Menurut Bert Kersh dalam Hamalik (2007), bahwa kelompok belajar yang terpimpin dan terprogram dengan baik (sesuai metode Sokrates yang menuntut anak didik membuat inferensi dan mengingat-ingat aturan tanpa bantuan).

Torrance dalam Hamalik (2007) telah mengadakan penelitian tentang prosedur brainstorming. Prosedur ini dimaksudkan agar anak didik mampu memproduksi sebanyak mungkin prakarsa (gagasan) yang berbobot melalui diskusi yang kritis.

(15)

21 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, duperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan

Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar

Menurut Flanders dalam Hamalik (2007) bahwa situasi kelas akan mempengaruhi dan menimbulkan berbagai tingkat kecemasan terhadap anak didik. Hasil penelitiannya dalam suasana yang berpusat pada guru, anak didik lebih bersikap agresif dan umumnya lebih terganggu emosionalnya.

2.2.3 Peranan Motivasi dalam Belajar

Motivasi pada dasarnya dapat membantu memahami dan menjelaskan prilaku individu. Ada beberapa peranan penting motivasi dalam belajar antara lain:

a) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar.

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang membutuhkan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

(16)

22

b) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak didik akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak didik.

c) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar. d) Menentukan ketekunan belajar.

Seorang anak didik yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha memperlajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. (Uno, 2007)

2.2.4 Fungsi Motivasi

Menurut Suryosubroto (2002) motivasi berfungsi sebagai :

a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu tindakan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

b) Motivasi berfungsi sebagi pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.

c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

(17)

23

Motivasi belajar penting bagi anak didik dan dosen. Bagi anak didik pentingnya motivasi belajar menurut Muhibbin Syah (2006) adalah sebagai berikut:

a) Meyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir

b) Menginformasikan tentang kekutan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya

c) Mengarahkan kegiatan belajar d) Membesarkan semangat belajar.

e) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Sedangkan bagi dosen motivasi belajar bermanfaat sebagai berikut:

a) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat anak didik untuk belajar sampai berhasil.

b) Mengetahui dan memahami motivasi belajar anak didik dikelas

c) Meningkatkan dan menyadarkan dosen untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran sperti sebagai penasehat, fasilitator, intrukstur, teman diskusi atau pendidik.

d) Memberi peluang dosen untuk ” unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas dosen adalah membuat semua anak didik belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada mengubah anak didik tak berminat menjadi semangat belajar. Mengubah anak didik cerdas yang acuh tak acuh menjadi semangat belajar.

(18)

24

2.3 Hubungan evaluasi Pengajaran Dengan Motivasi Belajar

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu dari kegunaan evaluasi yang dinyatakan oleh Asmawi Zainul dan Noehi Nasution (2001) adalah memotivasi dan membimbing belajar anak. Jadi jelas bahwa evaluasi belajar sangat erat hubungannya dengan motivasi belajar anak didik.

Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pengajaran akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya. Evaluasi hasil belajar itu misalnya akan menghasilkan nilai-nilai hasil belajar untuk masing-masing anak didik. Ada anak didik yang nilainya jelek maka anak didik tersebut terdorong untuk memperbaikinya, agar waktu yang akan datang nilainya dapat lebih baik.

Meningkatkan kualitas pendidikan dapat dicapai melalui perbaikan metode pengajaran, melengkapi fasilitas pendidikan maupun menumbuhkan semangat atau motivasi belajar yang tinggi pada diri anak didik. Telah diketahui bahwa metode pengajaran yang tepat akan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar anak didik, juga dosen dapat melakukan evaluasi dengan baik tanpa merugikan salah satu pihak sehingga dapat menumbuhkan kegairahan dalam belajar yang pada akhirnya akan mempertinggi prestasi anak didik.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Nomor 43 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, sebagaimana telah diubah beberapa

Kostrada, dan Kostratani dengan instansi teknis pertanian lingkup pemerintahan kabupaten atau kota dan unsur Penyuluh Pertanian pendamping dari BPTP dalam

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data melalui wawancara secara langsung mengenai hal-hal yang berhubungan materi tugas akhir ini dengan pihak-pihak mempunyai

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

'ebagai contoh, intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi yang adekuat atau aktivitas intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang

Studi Pengkajian Tentang Pemanfaatan Search Engine Optimization (SEO) untuk Meningkatkan Peringkat pada Hasil Pencarian di Search Engine. YOSI

Lulusan Jurusan Fisika diharapkan mempunyai kompetensi yang tinggi terutama sesuai dengan visi dan misi yaitu di bidang fisika medis dan fisika lingkungan serta dalam bidang

Salah satu cara untuk mendukung visi dari Universitas Fort De Kock tersebut, maka pengabdian masyarakat yang tetang pelatihan tentang cara mengerkajan tes TOEFL