• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Kasmir (2008), secara sederhana bank dapat diartikan sebagai “lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”. Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang No.10 Tahun 1998, tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Kedua jenis bank tersebut dalam menjalankan kegiatan usahanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bank konvensional dan bank dengan prinsip syariah.

Bank syariah di Indonesia lahir sejak 1992. Bank syariah pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat Idonesia. Pada tahun 1992 hingga 1999, perkembangan Bank Muamalat Indonesia, masih tergolong stagnan. Namun sejak adanya krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1997 dan 1998, maka para banker melihat bahwa Bank Muamalat Indonesia (BMI) tidak terlalu terkena dampak krisis moneter. Para banker berpikir bahwa BMI, satu-satunya bank

(2)

syariah di Indonesia, tahan terhadap krisis moneter. Pada 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti merupakan bank konvensional yang di beli oleh Bank Dagang Negara, kemudian di konversi menjadi Bank Syariah Mandiri, bank syariah kedua di Indonesia.

Pendirian Bank Syariah Mandiri (BSM) menjadi pertaruhan bagi banker syariah. Bila BSM berhasil, maka bank syariah di Indonesia dapat berkembang. Sebaliknya, bila BSM gagal, maka besar kemungkinan bank syariah di Indonesia akan gagal. Hal ini disebabkan karena BSM merupakan bank syariah yang didirikan oleh Bank BUMN milik pemerintah. Ternyata BSM dengan cepat mengalami perkembangan. Pendirian Bank Syariah Mandiri diikuti oleh pendirian beberapa bank syariah atau unit usaha syariah lainnya.

Pengertian bank syariah menurut Ascarya (2011:30) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.

Menurut Ali (2008:1) bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu (a) bank, dan (b) syariah. Kata bank bermakna suatu lembaga keuanga yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank-bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank

(3)

dan pihak lain untuk penyimpangan dan/atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam.

Penggabungan kedua kata dimaksud, menjadi “bank syariah”. Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berlebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. Selain itu, bank syariah biasa disebut Islamic banking atau interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan system bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar).

Menurut Ismail (2013:32) bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antar nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah Islam.

Perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah ditinjau dari sistem dan prinsipnya, yaitu terdapat dalam pengambilan keuntungan. Dimana keuntungan utama dari bisnis perbankan konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada nasabah dengan bunga pinjaman atau kredit yang di salurkan. Berbeda dengan bank syariah, dalam operasionalnya bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua

(4)

bentuk transaksi, baik bunga diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank syariah. Bank syariah memperoleh keuntungan bagi hasil dari penyaluran dana kepada nasabah yang terdiri dari berbagai macam bentuk akad diantaranya yaitu pembiayaan bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakah), pembiayaan jual beli (Murabahah, Salam,

Istishna) dan pembiayaan sewa (Ijarah, Salam IMBT). Perbedaan tersebut

menjadikan bank syariah semakin diminati oleh kalangan masyarakat. Tabel 2.1

Perbedaan antara Bank syariah dan Bank Konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Investasi, hanya untuk proyek dan produk yang halal serta meguntungkan

Investasi, tidak mempertimbangkan halal atau haram asalkan proyek yang dibiayai menguntugkan. 2 Return yang dibayar dan/atau

diterima berasar dari bagi hasil atau pendapatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.

Return baik yang dibayar kepada

nasabah penyimpanan dana return yang diterima dari nasabah pengguna dana berupa bunga 3 Perjanjian dibuat dalam bentuk

akad sesuai dengan syariah Islam

Perjanjian menggunakan hukum positif

4 Orientasi pembiayaan, tidak hanya untuk keuntungan akan tetapi juga falah oriented, yaitu berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

Orientasi pembiayaan, untuk memperoleh keuntungan atau dana yang dipinjamkan.

5 Hubungan antara bank dan nasabah adalah mitra.

Hubungan antara bank dan nasabah adalah kreditor dan debitur.

6 Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Dewan pengawas terdiri BI, Bapepam, dan Komisaris. 7 Penyelesaian sengketa,

diupayakan diselesaikan secara musyawarah antara bank dan nasabah, melalui peradilan agama.

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat.

(5)

2.1.2 Fungsi Bank Syariah

Menurut Ali (2013:39-43) bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutukan dana dari bank, dan juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah.

1. Penghimpunan Dana Masyarakat.

Fungsi bank syariah yang pertama yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana. Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dengan menggunakan akad al-wadiah dan dalam bentuk investasi dengan menggunakan akad al-mudharabah.

Al-wadiah adalah akad antara pihak pertama (masyarakat) dengan pihak

kedua (bank), di mana pihak pertama menitipkan dananya kepada bank, dan pihak kedua, bank menerima titipan untuk dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang diperbolehkan dalam Islam.

Al-Mudharabah merupakan akad antara pihak yang memiliki dana kemudian

menginvestasikan dananya atau disebut juga dengan mudharib, yang mana pihak mudharib dapat memanfaatkan dana yang di investasikan oleh

shahibul maal untuk tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam syariah

Islam.

2. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat

Fungsi bank syariah yang kedua yaitu menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan (user of fund). Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi

(6)

semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah. Bank syariah akan memperoleh return atas dana yang disalurkan. Return atau pendapatan yang diperoleh bank atas penyaluran dana ini tergantung pada akadnya.

Bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dengan menggunakan bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli dan akad kemitraan atau kerja sama usaha. Dalam akad jual beli, maka return yang diperoleh bank atas penyaluran dananya adalah dalam bentuk margin keuntungan. Margin keuntungan merupakan selisih antara harga jual kepada nasabah dan harga beli bank. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada nasabah yang menggunakan akad kerja sama usaha adalah bagi hasil.

3. Pelayanan Jasa Bank

Fungsi bank syariah disamping menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat, bank syariah memberikan pelayanan jasa perbankan kepada nasabahnya. Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank syariah yang ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat berharga, kliring, letter of

(7)

Aktivitas pelayanan jasa merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa bank. Beberapa bank berusaha untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat memberikan pelayanan jasa yang memuaskan nasabah. Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah ialah pelayanan jasa yang cepat dan akurat. Harapan nasabah dalam pelayanan jasa bank ialah kecepatan dan keakuratannya. Bank syariah berlomba-lomba untuk berinovasi dalam meningkatkan kualitas produk layanan jasanya. Dengan pelayanan jasa tersebut, maka bank syariah mendapat imbalan berupa fee yang disebut fee based income.

2.1.3 Produk Bank Syariah

Produk- produk bank syariah muncul karena didasari oleh operasionalisasi fungsi bank syariah (Baraba, 2000). Dalam menjalankan operasinya bank syariah memiliki empat fungsi sebagai berikut:

1) Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi dana-dana yang di percayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank

2) Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki pemilik dana/

shahibul maal sesuai dengan arahan investasi yang di kehendaki oleh

pemilik dana.

3) Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan

(8)

Dari keempat fungsi operasional tersebut kemudian di turunkan menjadi produk-produk bank syariah, yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam :

1) Produk pendanaan

Produk-produk pendanaan bank syariah ditujukan untuk mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal penting karena Islam secara tegas megutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif dalam rangka mencapai tujuan sosial ekonomi Islam. Dalam hal ini, bank syariah melakukannya tidak dengan prinsip bunga (riba), melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat islam terutama wadi’ah (titipan), qard (pinjaman), mudharabah (bagi hasil), dan ijarah. Bentuk Produk Pendanaan yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1

Bentuk Produk Pendanaan

Sumber : Ascarya (2011:113) Giro -wadi’ah -Qardh Tabungan -Wadi’ah -Qardh -Mudharabah Deposito / Investasi - Mudharabah Obligasi / Sukuk -Mudharabah -ijarah

(9)

2) Produk Pembiayaan

Produk-produk pembiayaan bank syariah, khususnya pada bentuk pertama, ditujukan untuk menyalurkan investasi dan simpanan masyarakat ke sektor riil dengan tujuan produktif dalam bentuk investasi bersama (investment financing) yang dilakukan bersama mitra usaha (kreditor) menggunakan pola bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) dan dalam bentuk investasi sendiri (trade financing) kepada yang membutuhkan pembiayaan menggunakan pola jual beli (mudharabah, salam, dan

istishna) dan pola sewa (ijarah, dan ijarah muntahiyabittamlik). Produk

pembiayaan bank syariah dapat mengguanakan empat pola yang berbeda. 1. Pola bagi hasil, untuk investment financing

a. Musyarakah b. mudharabah

2. Pola jual beli, untuk trade financing

a. Murabahah b. Salam c. Istishna

3. Pola sewa, untuk trade financing

a. Ijarah

b. ijarah muntahiyabittamlik

(10)

3) Produk Jasa Perbankan

Produk-produk jasa perbankan dengan pola lainnya pada umumnya menggunakan akad-akad tabarru’ yang dimaksudkan tidak untuk mencari keuntungan, tetapi dimaksudkan sebagai fasilitas pelayanan kepada nasabah dalam melakukan transaksi perbankan. Oleh karena itu, bank sebagai penyedia jasa perbankan golongan ini yang bukan termasuk akad

tabarru’ adalah akad sharf yang merupakan akad pertukaran uang dengan

uang dan ujr yang merupakan bagian dari ijarah (sewa)yang dimaksudkan untuk mendapatkan upah (ujroh) atau fee. Produk-produknya adalah dana talangan (Qardh), anjak piutang (Hiwalah), L/C, transfer,inkaso, kliring, RTGS, dan sebagainya (Wakalah), jual beli valuta asing (sharf), gadai (Rahn), payroll (ujr/wakalah), safe deposit box (wadiah yad amanah /

ujr), investasi terikat(channeling) (Mudharabah muqayyadah), pinjaman

sosial (Qardhul hasan). (Ascarya, 2011:129)

2.1.4 Pembiayaan

Menurut Muhammad (2002:17), pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak untuk mendukung investasi yang direncanakan. Pendanaan tersebut diadakan berdasar kesepakatan antara lembaga keuangan dan pihak peminjam untuk mengembalikan utangnya setelah jatuh tempo dengan imbalan atau bagi hasil. (Rivai, 2011:15)

Menurut Kasmir (2008;289) Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetuajuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

(11)

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.

Menurut Ali (2013:105) pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.

Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit yang diberikanoleh bank konvensional. Dalam perbankan syariah, return atas pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akad-akad yang disediakan di bank syariah. Dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Di dalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam meyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Sifat

(12)

pembiayaannya, bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha.

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di dalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum Islam.

2.1.4.1 Pembiayan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah merupakan akad pembiayaan antara bank syariah sebagai shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib untuk melakasanakan kegiatan usaha, dimana bank syariah memberikan modal sebanyak 100% dan nasabah menjalankan usahanya (Ismail, 2013:168). Hasil usaha atas pembiayaan mudharabah akan dibagi antara bank syariah dan nasabah dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati pada saat akad. Dalam pembiayaan

mudharabah, terdapat dua pihak yang melaksanakan perjanjian kerja sama yaitu:

1. Bank syariah.

Bank yang menyediakan dana untuk membiayai proyek atau usaha yang memerlukan pembiayaan. Bank syariah menyediakan dana 100% disebut dengan shahibul maal.

(13)

2. Nasabah / pengusaha.

Nasabah yang memerlukan modal dan menjalankan proyek yang dibiayai oleh bank syariah. Nasabah pengelola usaha yang dibiayai 100% oleh bank syariah dalam akad mudharabah disebut dengan mudharib (ali, 2013:168). Berikut ini gambar mengenai pembiayaan Mudharabah:

Gambar 2.2

Pembiayaan Mudharabah

Bank syariah memberikan pembiayaan mudharabah kepada nasabah atas dasar kepercayaan. Bank syariah percaya penuh kepada nasabah untuk menjalankan usaha. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam transaksi pembiayaan mudharabah, karena dalam pembiayaan mudharabah, bank syariah tidak ikut campur dalam menjalankan proyek usaha nasabah yang telah diberi modal 100%. Bank syariah hanya dapat memberikan saran tertentu kepada

mudharib dalam menjalankan usahanya untuk memperoleh hasil usaha yang

1.Akad Pembiayaan Mudharabah

3. Modal 0% 2. Modal 100%

4. Pengelola Usaha

% Nisbah Bagi Hasil % Nisbah Bagi Hasil

Sumber : Ismail (2013:173) MUDHARABAH NASABAH SHAHIBUL MAAL BANK SYARIAH KERJA SAMA USAHA 5. PENDAPATAN 6. Modal (100%)

(14)

optimal. Dalam hal pengelolaan nasabah berhasil mendapatkan keuntungan, maka bank syariah akan memperoleh keuntungan dari hasil yang diterima. Sebaliknya, dalam hal nasabah gagal menjalankan usahanya dan mengakibatkan kerugian, maka seluruh kerugian di tanggung oleh shahibul maal. Mudharib tidak menanggung kerugian sama sekali atau tidak ada kewajiban bagi mudharib untuk ikut menanggung kerugian atas kegagalan usaha yang dijalankan.

2.1.4.2 Pembiayaan Musyarakah

Al-musyarakah merupakan akad kerja sama usaha, dimana masing-masing

pihak menyertakan modalnya sesuai dengan kesepakatan, dan bagi hasil atas usaha bersama diberikan sesuai dengan kontribusi dana atau sesuai dengan kesepakatan bersama. Musyarakah disebut juga dengan syirkah, merupakan aktivitas berserikat dalam melaksanakan usaha bersama antara pihak-pihak terkait. Dalam syirkah, dua orang atau lebih mita menyumbang untuk memberikan modal guna menjalankan usaha atau melakukan investasi untuk suatu usaha. Hasil usaha dalam syirkah akan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati oleh pihak-pihak terkait.

Menurut Ascarya (2011:171) musyarakah dikenal sebagai skim pembiayaan yang cocok untuk investasi kolektif dalam kehidupan ekonomi modern. Bank syariah menggunakan musyarakah dengan berkontribusi modal pada proyek baru atau yang sudah berdiri. Bank syariah juga ikut menanggung bagian biaya proyek dalam rasio sesuai rasio modalnya.

Bank syariah dengan menggunakan musyarakah sebagai skim investasi membuat likuiditas yang cukup tersedia untuk nasabah untuk periode waktu yang

(15)

lama. Bank syariah pada umumnya menjadi partner aktif dan berpartisipasi dalam menentukan metode produksi dan tujuan dari pendiri usaha. Bank syariah berbagai keuntungan atau kerugian dengan nasabah tanpa membebani nasabah dengan utang atau kewajiban financial lainnya ketika nasabah harus membayar dalam situasi apapun. Berikut ini gambar pembiayaan Musyarakah:

Gambar 2.3 Pembiayaan Musyarakah

2.1.4.3 Pembiayaan Ijarah

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui

pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri. Bank-bank Islam yang mengoperasikan produk ijarah, dapat melakukan leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun financial lease. Akan tetapi, pada umumnya, bank-bank

1.Akad Pembiayaan Musyarakah

3. Modal 30% 2. Modal 70%

4. Pengelola Usaha

Bagi Hasil 60% Bagi Hasil 40%

Modal 30% Modal 70% Sumber : Ismail (2013:181) SHAHIBUL MAAL 2 NASABAH SHAHIBUL MAAL 1 BANK SYARIAH KERJA SAMA USAHA 5.PENDAPATAN 6. Modal

(16)

tersebut lebih banyak menggunakan ijarah al-muntahia bit-tamlik karena lebih sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu bank pun tidak direpotkan untuk mengurus pemeliharaan asset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya.

Berikut ini gambar pembiayaan Ijarah:

Gambar 2.4 Pembiayaan Ijarah

Menurut Karim (2006:138) Ijarah didefenisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian, dalam akad Ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa.

Menurut Ascarya (2011:168) Ijarah atau operating lease cocok untuk asset-aset biaya tinggi yang memerlukan waktu lama untuk memproduksinya,

(17)

misalnya pesawat terbang dan kapal adalah asset-aset yang dibiayai berdasarkan

ijarah karena biayanya yang mahal dan lamanya waktu pembuatan. Bank syariah

menyediakan ijarah atau untuk peralatan industri mesin-mesin pertanian sera alat-alat transportasi. Semua ini dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak.

Bank dapat mengambil manfaat dari skim pembiayaan ini dengan tetap meguasai kepemilikan asset dan pada waktu yang sama menerima pendapatan sewa. Penyewa juga mengambil manfaat dari skim ini dengan terpenuhinya kebutuhannya yang mendesak dan mencapai tujuan dalam waktu yang wajar tanpa harus mengeluarkan biaya modal yang besar.

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen bank

dalam menghasilkan laba dari pengelolaan asset yang dimiliki (Yuliani, 2007). Menurut Dendawijaya (2009 : 119) ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank, karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank, diukur dengan

asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat. Semakin besar

(18)

semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:118).

Menurut Karya dan Rakhman, tingkat profitabilitas bank syariah di Indonesia merupakan yang terbaik diukur dari rasio laba terhadap asset (ROA), baik untuk kategori bank yang full fledge maupun untuk kategori Unit Usaha Syariah. Husnan dan Pudjiastuti (2002: 120), menyatakan bahwa rasio rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur, maka dipergunakan laba sebelum pajak. Aktiva yang digunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktiva operasional (Aristya, 2010). ROA merupakan rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba bank syariah (Muhammad, 2005:265). ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan total aktiva. ROA dirumuskan sebagai berikut:

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Tingkat Profitabilitas (Return On Asset). Atau Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah,

Musyarakah dan Ijarah terhadap kemampu labaan, atau Faktor – faktor yang

mempengaruhi Profitabilitas bank syariah di Indonesia. Atau pengaruh pembiayaan tehadap kinerja keuangan.

(19)

1. Muhammad Busthomi Emha (2014)

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Busthoni Emha berjudul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Ijarah terhadap Kemampu Labaan Bank Muamalat di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan ijarah terhadap kemampu labaan. Hasil penelitiannya Koefisien regresi menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen terhadap variable dependen. Pembiayaan

musyarakah memiliki pengaruh yang positif terhadap laba bersih. Pembiayaan mudharabah memiliki pengaruh yang positif terhadap laba bersih. Pembiayaan ijarah memiliki pengaruh yang positif terhadap laba bersih.

Berdasarkan hasil uji t, pendapatan mudharabah, musyarakah, ijarah, secara serempak berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. Dari variabel

mudharabah, musyarakah, ijarah, pendapatan musyarakah memiliki pengaruh

besar terhadap pengaruh tingkat laba bersih. Koefisien regresi untuk variabel pendapatan musyarakah semakin besar maka akan menaikkan besarnya tingkat laba bersih. Kualitas investasi pada mudharabah dapat didasarkan atas tingkat kesesuaian antara realisasi bagi hasil dengan proyeksinya, kondisi keuangan, dan propek usaha. Untuk koefisien regresi untuk variabel pembiayaan ijarah memiliki tanda negatif yang berarti apabila pendapatan ijarah semakin besar maka akan menurunkan besarnya tingkat laba bersih.

(20)

2. Indriani Laela Qodriasari (2014)

Penelitian yang di lakukan Indriani Laela Qodriasari berjudul “Analisis Pengaruh Pendapatan Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan

Sewa Ijarah terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode

tahun 2011-2013. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari fungsi keuntungan Cobb-Dauglas menunjukkan bahwa fungsi tersebut dapat memaksimumkan keuntungan yang ditunjukkan dengan garis singgung positif (ke kanan). Sedangkan dari hasil analisis di atas diperoleh bahwa variabel pendapatan pembiayaan mudharabah, musyarakah,

murabahah, dan ijarah memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

profitabilitas bank umum syariah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pendapatan pembiayaan-pembiayaan tersebut tidak berpengaruh terhadap profitabilitas keenam bank umum syariah yang diteliti. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa dari keenam bank yang diteliti tidak ada produk dalam hal ini pendapatan pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, dan ijarah yang unggul atau menonjol.

Pendapatan pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah dan ijarah tidak memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas bank umum syariah dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pertama, pada tahun 2011-2013 terdapat kenaikan NPF di bank syariah karena meningkatnya kredit macet; kedua, sedikitnya data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hanya dari tahun 2011-2013 .

(21)

3. Russely Inti Dwi Permata (2014)

Penelitian yang dilakukan Russely Inti Dwi berjudul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap tingkat Profitabilitas (Return On Equity) (studi Bank Umum Syariah Yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2009-2012)”. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pembiayaan mudharabah dan musyarakah terhadap tingkat ROE pada Bank Umum Syariah secara parsial dan simultan. Hasil Penelitian Pembiayaan mudharabah dan musyarakah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat ROE secara simultan. Pembiayaan

mudharabah berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat ROE secara

parsial. Pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat ROE secara parsial. Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan bagi hasil yang dominan dalam mempengaruhi tingkat ROE.

Pengaruh negatif tersebut dapat disebabkan oleh resiko dari pembiayaan mudharabah ini yang cukup besar dibandingkan pembiayaan

musyarakah, sehingga kesuksesan usaha tersebut juga mempengaruhi

keuntungan yang didapatkan oleh pihak bank.Untuk pembiayaan musyarakah memberikan pengaruh positif terhadap tingkat ROE. Hal ini dapat dilihat dari pembagian penyertaan modal yang dibagi oleh masing-masing pihak, sehingga resiko yang diambil tidak besar, meskipun keuntungan yang didapatkan dibagi dua.

(22)

4. Slamet Riyadi (2014)

Penelitian Slamet Riyadi berjudul “Pengaruh pembiayaan bagi hasil, pembiayaan jual beli, FDR, dan NPF terhadap profitabilitas bank umum syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan dalam penelitian yaitu Pembiayaan bagi hasil, jual beli, FDR, dan NPF berpengaruh secara simultan terhadap ROA bank umum devisa. Pembiayaan bagi hasil berpengaruh secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank umum devisa. Hal ini dapat diartikan apabila penyaluran pembiayaan bagi hasil mengalami kenaikan maka akan berpengaruh pada ROA, begitu pula sebaliknya. Pembiayaan jual beli secara parsial tidak berpengaruh terhadap ROA bank umum syariah devisa. Hal ini dapat diartikan bahwa berapapun kenaikan atau penurunan penyaluran pembiayaan jual beli tidak akan berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.

5. Dhika Rahma Dewi (2010)

Penelitian Dhika Rahma Dewi berjudul “Faktor – faktor yang mempengaruhi Profitabilitas bank syariah di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk : Menganalisis pengaruh CAR terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia. Menganalisis pengaruh FDR terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia. Menganalisis pengaruh NPF terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia. Menganalisis pengaruh REO terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia. Hasil pembahasan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia. Financing to

(23)

Syariah di Indonesia. Non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia. Rasio Efisiensi Operasional (REO) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia.

6. Atika Ria Pratika (2009)

Penelitian Atika Ria Pratika berjudul “pengaruh pembiayaan tehadap kinerja keuangan pada perbankan syari’ah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah terhadap ROA pada BUS dan UUS di Indonesia. Hasil Pembahasan mudharabah berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Musyarakah tidak berpengaruh terhadap ROA. Murabahah berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu N o Peneliti / Tahun

Judul Variabel Hasil Penelitian 1 Emha (2014) Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Ijarah terhadap Kemampu Labaan Bank Muamalat di Indonesia Independen: Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Ijarah, Dependen: ROA Pembiayaan musyarakah memiliki pengaruh yang positif terhadap laba bersih. Pembiayaan

mudharabah memiliki

pengaruh yang positif terhadap laba bersih. Pembiayaan ijarah memiliki pengaruh yang positif terhadap laba bersih. 2 Qodriasari (2014) Analisis Pengaruh Pendapatan Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan Independen: Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan Ijarah, Dependen: variabel pendapatan pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah,

dan ijarah memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas bank umum

(24)

Sewa Ijarah terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia ROA syariah 3 Permata (2014) Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap tingkat Profitabilitas (Return On Equity) Independen: Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Ijarah, Dependen: ROE Pembiayaan mudharabah berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat ROE secara parsial. Pembiayaan

musyarakah berpengaruh

signifikan dan positif terhadap tingkat ROE secara parsial. Tabel 2.2 N o Peneliti / Tahun

Judul Variabel Hasil Penelitian 4 Riyadi (2014) Pengaruh pembiayaan bagi hasil, pembiayaan jual beli, FDR, dan NPF terhadap profitabilitas bank umum syariah di Indonesia Independen: pembiayaan bagi hasil, pembiayaan jual beli, FDR, dan NPF Dependen: ROA

Pembiayaan bagi hasil, jual beli, FDR, dan NPF berpengaruh secara simultan terhadap ROA bank umum devisa. Pembiayaan bagi hasil berpengaruh secara parsial berpengaruh negatif

signifikan terhadap ROA bank umum devisa 5 Dewi (2010) Faktor – faktor yang mempengaruhi Profitabilitas bank syariah di Indonesia Independen: CAR, FDR, dan NPF Dependen: ROA

CAR tidak berpengaruh

signifikan terhadap ROA. FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

NPF berpengaruh

signifikan negatif terhadap ROA. Rasio Efisiensi Operasional berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA. 6 Pratika (2009) pengaruh pembiayaan tehadap kinerja keuangan pada perbankan syari’ah di Indonesia Independen: Mudharabah, Musyarakah, Murabahah Dependen: ROE Mudharabah berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Musyarakah tidak berpengaruh terhadap

ROA. Murabahah

berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.

(25)

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan telaah pustaka di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.3.1 Pengaruh pembiayaan Mudharabah Terhadap ROA

Setiap bank pasti menghimpun dana dan mengalokasikan dananya untuk kegiatan lain yang menghasilkan keuntungan. Salah satu pengalokasian dana tersebut adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan

mudharabah merupakan akad pembiayaan antara bank syariah sebagai shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib untuk melakasanakan

kegiatan usaha, dimana bank syariah memberikan modal sebanyak 100 % dan nasabah menjalankan usahanya. Penelitian (Permata, 2014) pembiayaan mudharabah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat ROE. Pengaruh ini dapat dilihat dari besarnya penyertaan modal pihak bank pada pembiayaan mudharabah ini 100%, sehingga juga menentukan besar keuntungan dari usaha tersebut.Jika dilihat dari perolehan keuntungannya, pihak bank menerima 100%, tetapi resiko yang ditanggung juga besar jika usaha tersebut mengalami kerugian.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 1 : pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap Return On

Asset (ROA).

2.3.2 Pengaruh pembiayaan Musyarakah Terhadap ROA

Pada penelitian (Permata, 2014) musyarakah sebagai pembiayaan bagi hasil yang menyalurkan dananya untuk pembiayaan investasi.Pembiayaan tersebut akan menghasilkan keuntungan dan diperhitungkan berdasar rasio

(26)

ROE. Al-musyarakah merupakan akad kerja sama usaha, dimana masing-masing pihak menyertakan modalnya sesuai dengan kesepakatan, dan bagi hasil atas usaha bersama diberikan sesuai dengan kontribusi dana atau sesuai dengan kesepakatan bersama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: Hipotesis II : pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap Return On

Asset (ROA).

2.3.3 Pengaruh pembiayaan Ijarah Terhadap ROA

Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau

jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. Yang menjadi indikator perhitungan adalah jumlah pendapatan ijarah. Menurut (Emha, 2014) pembiayaan ijarah memiliki tanda negatif yang berarti apabila pendapatan ijarah semakin besar maka akan menurunkan besarnya tingkat laba bersih. Hal ini sesuai dengan teori.

Menurut Muhammad (2002) ketika bank akan mengeksekusi kredit macetnya, bank tidak memperoleh hasil yang memadai, karena jaminan yang tidak sebanding dengan besarnya kredit yang diberikan. Resiko kredit muncul manakala bank tidak dapat memperoleh kembali tagihannya atas pinjaman yang diberikan. Selanjutnya, bahwa pembiayaan yang bermasalah (macet), bank mempunyai kewajiban melakukan Penyisihan Pencadangan Aktiva Produktif (PPAP) sebesar 100% dari modal yang belum dikembalikan, sehingga pengaruh laba akan menjadi turun. Karena

(27)

ada potensi risiko yang harus ditanggung oleh modal bank sediri. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa atas aktiva ini harus dibentuk PPAP (Muhammad, 2002).

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis III : pembiayaan ijarah berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA).

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

H1: pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap Return On Asset

(ROA).

H2: pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap Return On Asset

(ROA).

H3: pembiayaan ijarah berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA)

Mudharabah (X1)

Ijarah (X3 )

Musyarakah (X2 )

ROA

Bank Umum Syariah (Y)

Gambar

Gambar 2.3  Pembiayaan Musyarakah  2.1.4.3  Pembiayaan  Ijarah
Gambar  2.4  Pembiayaan Ijarah
Gambar  2.5  Kerangka Konseptual  2.4   Hipotesis Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Cambridge IGCSE French 0520, German 0525, Greek 0543, Italian 0535, Spanish 0530 syllabus for 2017, 2018 and 2019. Details of

Using English song can be easier for the students to understand meaning of a word and memorize new vocabulary. 2.4 The Use of

2) Pada saat sistem berjalan dan sensor akan mendeteksi ketinggian air sampai status level indikator yang kedua yaitu Aman, sistem akan menyalakan LED dengan warna

Tujuan penelitian: (1) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional tentang motivasi diri terhadap hasil belajar kognitif siswa mata pelajaran Pendidikan Agama

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, ditemukan fungsi konjungsi koordinatif yang terdapat pada teks editorial pada surat kabar Tribun Jambi

 arti kerja keras, tekun, ulet, dan teliti 11.2 Menampilkan contoh. perilaku kerja keras, tekun, ulet,

580 76364 MATIAS KAMBU Papua Barat Universitas Negeri Manado Pendidikan Teknik Elektro. 581 54394 MEI BARANSISKA ROSRES Papua Barat Universitas Udayana

Hasil karakterisasi sifat listrik lapisan tipis SnSe untuk sampel yang diperoleh pada kondisi tanpa pemanasan substrat, pemanasan substrat sebesar 250. ˚ C , 350 ˚ C dan 500 ˚