• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Kefarmasian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmiah Kefarmasian"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

9 | Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

FORMULASI GEL HAND SANITIZER MINYAK ATSIRI DAUN KELOR

(MORINGA OLEIFERA L.) SEBAGAI ANTI BAKTERI STAPHYLOCOCCUS

AUREUS

FORMULATION HAND SANITIZER GEL ESSENTIAL OILOF MORINGA

LEAVES (

MORINGA OLEIFERA L.

) AS AN ANTIBACTERIA OF

STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Asep Nurrahman Yulianto

1

, Elisa Issusilaningtyas

1

, Tia Destari Murti

1

1,2,3 Prodi D3 Farmasi STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap, Indonesia

Email : nurrahmanasep@yahoo.co.id

INFO ARTIKEL

A B S T R A K / A B S T R A C T

Jurnal Ilmiah Kefarmasian

Journal homepage : http://e-jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jp

Kata Kunci :

Formulasi, Uji Sifat Fisik, Hand

Sanitizer, Daun Kelor, Moringa oleifera L. Keyword : Formulation, Physical Properties Test, Hand Sanitizer, Moringa Leaves, Moringa oleifera L.

Hand sanitizer umumnya mengandung senyawa alkohol sebagai antiseptik untuk membunuh bakteri, tetapi penggunaan gel antiseptik yang mengandung alkohol dalam jangka panjang dapat menimbulkan iritasi. Oleh karena itu, diperlukan bahan alternatif alami yang ramah di kulit dan tidak mengiritasi kulit, salah satu tanaman yang memiliki daya antibakteri adalah daun kelor (Moringa oleifera L.). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui formulasi dan uji sifat fisik dan aktivitas antibakteri gel hand sanitizer dari minyak atsiri daun kelor. Gel dibuat dalam tiga formula dengan konsentrasi carbopol yang berbeda yaitu 0,2%, 0,5%, 0,8%. Hasil evaluasi menunjukkan formula I (carbopol 0,2%) dan formula II (carbopol 0,5%) memenuhi semua syarat pada evaluasi sifat fisik gel yang meliputi uji organoleptik, homogenitas, daya sebar, daya lekat, pH, dan viskositas. Sedangkan formula III (carbopol 0,8%) tidak memenuhi uji sifat fisik yaitu uji daya sebar. Dari hasil penelitian uji antibakteri yang dilakukan diketahui bahwa minyak atsiri daun kelor konsentrasi 5% mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Stapylococcus aureus pada dosis 2 µl, 4 µl dan 6 µl dan zona hambat minimum yang didapat yaitu 12,50 mm.

Hand sanitizer gel generally contains alcohol compounds as antiseptics to put to death bacteria. However, a long term use of this gel results to irritation. Therefore, alternatively natural ingredients are needed instead for both normal and sensitive skin. One of the plants for alternative ingredients is Moringa Leaves (Moringa oleifera L.). The purpose of this study is to determine the formulation and physical properties tests of hand sanitizer gel in essential of Moringa leaves. Gel is made from three formulas with different carbopol concentrations of 0.2%, 0.5%, 0.8%. The evaluation results show that the formula 1 (carbopol 0.2%) and the formula 2 (carbopol 0.5%) fulfill all the requirements in the evaluation of the physical properties of the gel, which includes organoleptic test, homogeneity, dispersion, stickiness, pH, and viscosity. While formula 3 (carbopol 0.8%) fails to meet the physical properties test, namely the dispersion test.

(2)

10 | Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

A. PENDAHULUAN

Penularan penyakit rentan disebabkan melalui media kulit yang telah terkontaminasi oleh adanya bakteri, bakteri berpotensi patogen dapat menjadi bahaya bagi manusia ketika jumlahnya melebihi batas. Bakteri yang jumlahnya melebihi batas salah satu penyebabnya ialah kurangnya kesadaran masyarakat akan kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktifitas. Seiring

perkembangan zaman untuk

membersihkan tangan yang lebih efektif telah teralihkan dengan bahan antiseptik. Membersihkan tangan dengan bahan antiseptik atau lebih dikenal dengan istilah

hand sanitizer dapat mencegah dan

mengurangi kontaminasi mikroorganisme penyebab penyakit. Hand sanitizer

dipasaran umumnya berbahan dasar alkohol sebagai antibakterinya. Alkohol merupakan senyawa yang mudah terbakar dan dapat menyebabkan kulit kering dan iritasi pada pemakaian berulang dalam jangka waktu lama[6]. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi sediaan hand sanitizer

yang menggunakan bahan aktif dari alam yang memiliki aktivitas antibakteri seperti penggunaan senyawa flavonoid dan minyak atsiri sebagai pengganti dari alkohol.

Kelor (Moringa oleifera L.) merupakan tanaman asli Indonesia yang mengandung flavonoid, tanin dan saponin yang memiliki potensi sebagai antibakteria dan antifungal[5]. Flavonoid memiliki peran sebagai antibiotik dengan target spektrum luas (Sri et al 2011). Penelitian secara in vitro dari minyak atsiri daunnya membuktikan adanya aktivitas antimikroba pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella enteriditis[7]. Minyak atsiri daun kelor (Moringa oleifera L.) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40% dan 80% mempunyai daya antibakteri mulai dari sedang sampai kuat [3]. Selain daun kelor, tumbuhan obat lainnya yang dapat

As a result, it is found that the essential oil of Moringa leaves with concentrations of 5%

have antibacterial activity against

Staphylococcus aureus at volume dose 2 µl, 4 µl dan 6 µl respectively.

dimanfaatkan dalam pembuatan gel

hand sanitizer ini yaitu jeruk purut yang

Minimum Inhibitory Concentration

obtained were 12,50 mm against

Staphylococcus aureus.

berfungsi sebagai pemberi aroma pada sediaan gel hand sanitizer.

B. METODE 1. Formulasi

Formulasi gel hand sanitizer dari minyak atsiri daun kelor mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yusrinie Wasiaturrahmah, dkk (2018). Formula dibuat dalam tiga formulasi yang merupakan modifikasi dari formula gel lain. Ketiga formula memiliki komposisi yang berbeda pada jumlah carbopol yang berfungsi sebagai suatu gelling agent. Jumlah

gelling agent memegang peranan

dalam mempengaruhi sifat fisik suatu sediaan gel, meliputi viskositas dan daya sebar gel.

Tabel 1. Formulasi Modifikasi Gel

Hand Sanitizer Ekstrak Daun

Kelor[3] (Yusrinie Wasiaturrahmah, dkk 2018)

2. Uji Sifat Fisik Gel Hand Sanitizer

a. Uji organoleptik

Uji organoleptik gel diamati secara visual dengan mengamati bentuk,

No. Bahan Formula

1 Formula 2 Formula 3 1. Carbopol 0,2% 0,5% 0,8% 2. Minyak Atsiri Daun Kelor 5% 5% 5% 3. Gliserin 1,83% 1,83% 1,83% 4. Trietanolamin 9,15% 9,15% 9,15% 5. Metil Paraben 0,09% 0,09% 0,09% 6. Minyak Atsiri Jeruk Purut q.s q.s q.s 7. Aquadest ad 100mL 100mL 100mL

(3)

11 | Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap warna dan bau dari sediaan gel

hand sanitizer [2]. b. Uji Homogenitas

Sediaan dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada objek glass atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan tersebut harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Hidayaturahmah 2016).

c. Uji pH

Sejumlah disiapkan pada suatu wadah, pH diukur pada masing-masing formula gel menggunakan kertas indikator pH [2].

d. Uji Daya sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan cara gel ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian diletakkan ditengah kaca bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat lain atau bahan transparan lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 150 g, didiamkan 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya. Daya sebar gel yang baik antara 5-7 cm. Penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur)[12].

e. Uji Daya lekat

Uji daya lekat dilakukan dengan cara meletakkan gel (secukupnya) diatas obyek glass yang telah ditentukan luasnya. Letakkan obyek glass yang lain diatas gel tersebut tekanlah dengan beban 1 kg selama 5 menit. Pasanglah obyek glass pada alat. Lepaskan beban seberat 100 g dan catat waktunya hingga kedua obyek glass tersebut terlepas[4].

f. Uji viskositas

Alat yang digunakan untuk mengukur visikositas adalah visikometer brookfield LV. Cara melakukan uji viskositas adalah dengan memasukkan sediaan gel dalam gelas beaker 100 ml,

kemudian dipasang spindel ukuran 4 ke alat viskometer dan rotor dijalankan dengan kecepatan 30 rpm. Setelah kecepatapan menunjukan angka yang stabil, hasilnya dicatat kemudian dikalikan dengan faktor (200)[8]. g. Uji Waktu Kering.

Uji waktu kering dilakukan dengan cara mengoleskan gel pada telapak tangan kemudian diusap- usapkan pada seluruh bagian telapak tangan. Alkohol pada produk

hand sanitizer yang baik akan

menguap sempurna pada waktu 15-30 detik[9].

h. Uji Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus

menggunakan metode difusi sumuran.

i. Uji Kesukaan (HedonicTest)

Pada tahap ini produk yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya diuji secara sensori dengan parameter warna, kejernihan, aroma, kekentalan, dan kesan lengket. Parameter aroma pada uji hedonik terbagi menjadi tiga parameter spesifik yaitu kesan aroma sebagai penambah selera makan, kekuatan aroma, dan penerimaan aroma keseluruhan. Pengujian sensori dilakukan dengan uji hedonik atau kesukaan. Panelis diminta menyatakan kesukaan terhadap produk dengan skala hedonik berikut, 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = biasa, 4 = suka, 5= sangat suka. Uji hedonik merupakan salah satu uji penerimaan yang menggunakan minimal 30 panelis untuk panel tidak terlatih maupun panel konsumen[13].

3. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari uji organoleptik, uji homogenitas dan uji pHdilakukan secara deskriptif. Hasil pengujiandaya lekat, daya sebar, waktu kering, viskositas, uji kesukaan

(4)

12 | Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap dan uji efektivitas gel hand sanitizer

minyak atsiri daun kelor (Moringa

oleifera L.) terhadap diameter zona

hambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dianalisis secara

statistik dengan analisis varian satu arah (One Way ANOVA) dengan program Statistical Product Services

Solution (SPSS 16) dengan taraf

kepercayaan 95% atau α = 0,05. C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Proses Destilasi Minyak Atsiri Daun Kelor

Tahapan utama pada penelitian ini adalah pembuatan minyak atsiri daun kelor. Minyak atsiri daun kelor diperoleh dengan mempergunakan alat destilasi air dan uap. Proses destilasi dilakukan menggunakan metode destilasi dengan air dan uap. Daun kelor kering utuh yang dipergunakan sebanyak 15 kg, proses destilasi berlangsung hingga semua minyak habis tersari yang ditandai dengan tidak menetesnya minyak dari dalam kondensat. Minyak atsiri yang diperoleh ditampung, kemudian tapak-tapak air dihilangkan dengan natrium sulfat anhidrat. Rendemen minyak atsiri daun kelor dihitung dalam % b/b. Dari 15 kg simplisia kering daun kelor dapat diperoleh minyak atsiri sebanyak 17,604 g dengan perhitungan hasil rendemen destilasi sebesar 0,117 % b/b. 2. Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer

Sediaan gel hand sanitizer dibuat dengan cara formulasi terhadap minyak atsiri daun kelor dalam sediaan agar potensinya termanfaatkan secara optimal. Adanya potensi sebagai antibakteri pada minyak atsiri daun kelor maka sediaan gel

hand sanitizer dapat menjadi salah satu

solusi yang cocok dilakukan. Pembuatan sediaan gel pada penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan gelling agent berupa carbopol dalam aquades kemudian diaduk dengan magnetic stirer. carbopol dikembangkan pada aquades dengan volume setengah dari volume total sediaan. Pengadukan perlu dilakukan untuk mempermudah carbopol larut dalam aquades. Proses pengadukan dilakukan

dengan kecepatan sedang karena keperluan pengadukan hanya untuk menghomogenkan saja. Bila dilakukan dengan kecepatan tinggi maka warna gel akan berkabut dan tidak jernih, sedangkan bila terlalu pelan maka akan menimbulkan terbentuknya aglomerat. Aglomerat merupakan gumpalan-gumpalan yang dalam hal ini adalah karbomer yang tidak terlarut secara sempurna. Aquades bersama minyak atsiri daun kelor ditambahkan kembali setelah carbopol mulai mengembang. Pengadukan diakhiri setelah 2 menit ketika semua komponen pendukung telah ditambahkan. Komponen pendukung yang diperlukan pada formulasi sediaan ini meliputi trietanolamin, metil paraben, gilserin, pewangi aroma minyak atsiri jeruk purut serta minyak atsiri daun kelor. Formulasi sediaan gel dikatakan baik ketika semua bahan telah terdistribusi secara merata tanpa adanya gumpalan-gumpalan pada sediaan dan memiliki warna yang nampak bening. Komponen pendukung dapat ditambahkan ketika carbopol telah dikembangkan secara sempurna, ditandai dengan tidak adanya gumpalan carbopol pada sediaan.

3. Uji Sifat Fisik Sediaan Gel Hand Sanitizer

Uji sifat fisik formulasi sediaan gel

hand sanitizerminyak atsiri daun kelor

bertujuan untuk mengetahui formulasi yang baik dari sediaan gel hand sanitizer. Pemeriksaan sifat fisik sediaan gel hand

sanitizer meliputi : organoleptis, viskositas,

pH, homogenitas, daya sebar, daya lekat, waktu kering dan uji hedonik / kesukaan dengan 30 panelis, serta dilakukan pengujian aktivitas antibakteri dari sediaan

gel hand sanitizer minyak atsiri daun kelor.

Uji organoleptis dan

homogenitasMerupakan uji yang sering dilakukan sebagai salah satu kontrol kualitas dari sebuah sediaan yang berupa sediaan gel hand sanitizer, berikut tabel hasil uji organoleptis gel hand sanitizer : Tabel 2. Hasil pengujian organoleptis gel

(5)

13 | Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Pengujian Formula I Formula

II Formula III Bau Khas Aromatik jeruk purut Khas Aromatik jeruk purut Khas Aromatik jeruk purut Warna Kuning

cerah Kuning Kuning pucat Konsistensi Agak cair Kental Semi padat

Keterangan :

F I : Carbopol 0,2 gram F II : Carbopol 0,5 gram F III : Carbopol 0,8 gram

Pengujian ini menunjukan bahwa formulasi I , formulasi II, dan formulasi III memiliki hasil aroma yang sama yaitu memiliki bau yang khas aromatik minyak atsiri jeruk purut. Sediaan gel hand

sanitizer formulasi I, formulasi II, dan

formulasi III juga memiliki warna yang sama yaitu kuning yang didapat dari minyak atsiri daun kelor. Kemudian pada pengamatan dari segi konsistensi formulasi I memiliki konsistensi yang lebih encer dibandingkan formulasi II, dan formulasi II memiliki konsistensi yang lebih encer dari formulasi III yang memiliki konsistensi paling kental dari kedua formulasi lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan penggunaan carbopol sebagai

gelling agent dan pengental/ peningkat

viskositas dari sediaan gel hand sanitizer, semakin tinggi konsentrasi carbopol yang digunakan maka semakin tinggi tingkat kekentalannya. Carbopol merupakan bahan yang berfungsi sebagai gelling agent

atau bahan pengental yang biasa digunakan dalam pembuatan gel [1].

Berdasarkan pengujian homogenitas yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa dari ketiga formulasi menunjukkan homogenitas yang baik karena pada pengamatan tidak menunjukkan adanya partikel-partikel kecil yang tidak terdistribusi dengan baik di dalam basis gel

hand sanitizer, pada pengolesan sediaan

gel tampak halus merata tidak ada partikel yang menggumpal. Hasil pengujian homogenitas menunjukkan gel hand

sanitizer yang diformulasikan telah

memenuhi persyaratan SNI No. 06-2588-1992.

Uji pH dilakukan dengan mengukur

pH hand sanitizer menggunakan kertas pH

Universal. Hasil uji pH menjelaskan gel

hand sanitizerminyak atsiri daun

kelor(Moringa oleifera L.) telah memenuhi persyaratan SNI No. 06-2588-1992 dengan pH 6.Pada formulasi sediaan gel hand

sanitizer ini yang berfungsi sebagai

penstabil pH karena adanya penambahan TEA pada formulasi dimana pH TEA memiliki pH 10,5[11]. Sehingga TEA dapat mempengaruhi pH pada sediaan gel hand sanitizer.

Pada pengujian vikositas pada sediaan

gel hand sanitizer formulasi II nilai

viskositasnya 4800 Cps lebih tinggi dibandingkan formulasi I nilai viskositasnya 2800 Cps, begitu juga pada formulasi III memiliki viskositas paling tinggi yaitu 6500 Cps. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi carbopol maka semakin tinggi nilai viskositasnya. Penambahan carbopol dapat meningkatkan viskositas, sementara pengurangan carbopol dapat menurunkan viskositas (Yoghesthinaga 2016). Berdasarkan hasil uji daya sebar menjelaskan gel hand sanitizerminyak atsiri daun kelor(Moringa oleifera L.) telah memenuhi persyaratan SNI No. 16-4399-1996 dengan nilai viskositas 2600-6400 Cps.

Hasil yang didapatkan pada uji daya sebar ini formula I dan formula II memiliki penyebaran yang cukup luas dibandingkan formula III karena pada formula III jumlah carbopol yang digunakan lebih banyak daripada formulasi I dan II.Hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat sediaan yang tidak memenuhi standar SNI No. 06-2588-1992 yaitu pada formula III yang memiliki nilai daya sebar di bawah nilai standar SNI sedangkan hasil pengujian daya sebar pada sedian gel hand

sanitizer formula I dan II menunjukan

bahwa sediaan memenuhi persyaratan daya sebar sediaan gel hand sanitizer. Hal ini dikarenakan nilai viskositas sediaan pada formulasi III lebih tinggi dibandingkan dengan formulasi II, begitupun pada formulasi II memiliki

(6)

14 | Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap viskositas yang lebih tinggi dibandingkan

dengan formulasi I, oleh karena itu nilai viskositas yang berdasarkan pada penambahan jumlah gelling agent dapat mempengaruhi daya sebar sediaan ketika diaplikasikan ke kulit.

Hasil uji daya lekat dari ketiga formulasi menunjukkan ketiga formulasi memenuhi syarat standar SNI No. 06-2588-1992yaitu daya lekat tidak kurang dari 4 detik. Hasil uji daya lekat dari formulasi I sampai dengan III semakin meningkat dikarenakan penggunaan carbopol yang bervariasi dengan konsentrasi yang semakin tinggi pada setiap formulanya yang menyebabkan konsistensi gel semakin kental dan menyebabkan daya lekat gel semakin meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi carbopol[10].

Pengujian waktu kering menunjukan bahwa semua sediaan gel hand sanitizer

mengering dengan baik yang sesuai persyaratan standar SNI No. 06-2588-1992 yaitu 15-30 menit. Pada formulasi I waktu kering menunjukan 15,86 detik, formulasi II lebih lama yaitu 17,39 detik, dan formulasi III membutuhkan waktu kering paling lama yaitu 19,23 detik. Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi carbopol yang digunakan, semakin tinggi kekentalannya maka semakin lama waktu yang dibutuhkan sediaan untuk mengering. Namun sebaliknya jika semakin kecil konsentrasi carbopol yang digunakan, semakin rendah kekentalannya maka semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan sediaan untuk mongering.

Hasil penelitian ini juga memberikan hasil yang sama bahwa penggunaan minyak atsiri daun kelor pada aktivitas antibakteri, proses ekstraksi dilakukan untuk mengambil senyawa-senyawa aktif yang ada pada daun kelor untuk memberikan zona hambat terhadap bakteri uji.Pengujian aktvitas minyak atsiri daun kelor terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus pada beberapa dosis

sampel menunjukkan nilai berbeda yang berarti terdapat perbedaan terhadap pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap bakteri uji. Hal ini menunjukan

bahwa antara kontrol positif dan 3 seri dosis gel hand sanitizerminyak atsiri daun kelor yaitu Dosis 2 µl, 4 µl dan 6 µl menunjukan terdapatnya aktivitas antibakteri yang berbeda – beda terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus. Kontrol negatif yang digunakan

yaitu basis gel hand sanitizer yang menunjukan tidak adanya zona hambat. Hal ini mengindikasikan bahwa kontrol yang digunakan tidak berpengaruh pada aktivitas antibakteri.

Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan suatu cara pengujian untuk mengetahui tanggapan pribadi panelis terhadap kesukaan atau ketidaksukaan berdasarkan tingkatnya terhadap suatu produk atau sampel dan dilakukan 30 panelis. Skala hedonik ini dapat direntangkan atau diciutkan, skala hedonik pun dapat di transformasikan skala numerik dengan angka menaik sesuai dengan tingkat kesukaan terhadap warna, aroma, tekstur dan lainnya pada suatu sediaan atau sampel[13].

Gambar 1. Uji hedonik sediaan gel hand sanitizer

Uji kesukaan dilakukan terhadap 30 panelis yang berusia 18-40 tahun, tertarik terhadap uji organoleptis sensori, bersedia berpartisipasi, konsisten dalam mengambil keputusan, dan berbadan sehat. Sediaan

gel hand sanitizer digunakan pada telapak

tangan tiap panelis. Adapun hasil pengujian hedonik gel hand sanitizer

terdapat pada lampiran 16. Pada gambar grafik di atas menunjukan nilai tinggi

(7)

15 | Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap kesukaan gel hand sanitizer dengan

parameter warna dan tekstur ditunjukan pada formulasi II. Sedangkan untuk aroma menunjukan nilai yang sama antara formulasi I, formulasi II dan formulasi III. 4. Teknik Analisis Data One Way Anova

Penelitian hasil sediaan formulasi gel

hand sanitizerminyak daun kelor (Moringa

oleifera L.) dapat dianalisis secara deskriptif

yaitu dengan melihat perbandingan hasil formulasi dan uji fisik dari sediaan yang dibuat dengan one way ANOVA untuk membandingkan formulasi I, formulasi II dan formulasi III. Hasil analisis datanya sebagai berikut :

a. Uji viskositas

Hasil nilai rata-rata tertinggi didapatkan oleh Formulasi 3 dengan nilai 6500, kemudian dilakukan ANOVA diperoleh nilai P

(P-Value) = 0.000 < 0,05. Dengan

demikian pada taraf nyata 0,05, maka antara H0 diperoleh hasil H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa antara Formulasi I, Formulasi II, dan Formulsai III terdapat perbedaan yang signifikan.

b. Uji daya sebar

Hasil nilai rata-rata tertinggi daya sebar tanpa beban didapatkan oleh Formulasi 1 dengan nilai 5,5. Sedangkan Hasil ANOVA uji daya sebar tanpa beban diperoleh nilai P (P-value) = 0.00 < 0.05. Dengan demikian pada taraf nyata = 0.05, maka antara H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara Formulasi I, Formulasi II, dan Formulsai III terdapat perbedaan yang signifikan.

Untuk Hasil nilai rata-rata tertinggidaya sebar beban 150 gram didapatkan oleh Formulasi 1 dengan nilai 6,5. Sedangkan hasil ANOVA diperoleh nilai P (P-value) = 0.00 < 0.05. Dengan demikian pada taraf nyata = 0.05, maka antara H0 ditolak dan H1 diterima.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara Formulasi I, Formulasi II, dan Formulsai III terdapat perbedaan yang signifikan.

c. Uji daya lekat

Hasil ANOVA diperoleh nilai P (P-value) = 0.00 < 0.05. Dengan demikian pada taraf nyata = 0.05, maka antara H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara Formulasi I, Formulasi II, dan Formulsai III terdapat perbedaan yang signifikan.

d. Uji waktu kering

Hasil ANOVA, diperoleh nilai P (P-value) = 0.00 < 0.05. Dengan demikian pada taraf nyata = 0.05, maka antara H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara Formulasi I, Formulasi II, dan Formulsai III terdapat perbedaan yang signifikan.

e. Uji hedonik / kesukaan

Hasil ANOVA, uji hedonik / kesukaan pada parameter warna diperoleh nilai P (P-Value) = 0,277 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada Warna antara sampel formulasi I, formulasi II, dan formulasi III.

Hasil ANOVA, uji hedonik / kesukaan pada parameter aroma diperoleh nilai P (P-Value) = 0,177 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan pada aroma sampel Formulasi I, Formulasi II, dan Formulasi III.

Hasil ANOVA, uji hedonik / kesukaan pada parameter kelengketannilai P (P-Value) = 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kelengketan sampel Formulasi I, Formulasi II, dan Formulasi III. Hasil ANOVA, uji hedonik / kesukaan pada parameter kekentalan diperoleh nilai P

(8)

(P-16 | Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Value) = 0,000 < 0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kekentalan sampel Formulasi I, Formulasi II, dan Formulasi III. f. Uji Antibakteri

Hasil ANOVA uji antibakteri menunjukkan nilai P (P-Value) = 0,978 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan pada daya hambat sampel Formulasi I, Formulasi II, dan Formulasi III. Begitupula pada pengujian multiple comparation juga menunjukkan semua nilai P (P-Value) < 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing- masing formulasi tidak terdapat perbedaan yang signifikan. KESIMPULAN

Sediaan gel hand sanitizer pada formulasi I lebih baik dibandingkan formulasi II dan formulasi III, karena dari ke 7 sifat uji fisik formulasi I paling banyak mendekati nilai standar gel hand sanitizer

yang telah ditentukan.

Hasil uji sifat fisik sediaan gel hand

sanitizer pada formulasi I yang memiliki

karakteristik fisik meliputi hasil organoleptis dengan konsistensi yang sedikit kental sehingga paling mudah dituang dan paling nyaman dalam penggunaannya karena tidak menimbulkan rasa lengket di tangan, memiliki aroma khas minyak atsiri jeruk purut, berwarna kuning cerah dan homogen, membentuk luas daya sebar tanpa beban 5,5 cm dan 6,5 cm dengan beban 150 g; pH 6; viskositas 2.800 Cps; daya lekat 12 detik serta waktu kering 15,86 detik dan mendapatkan respon terbaik dari 30 panelis pada uji hedonic/uji kesukaan.

Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa pada ketiga dosis yang ditetapkan yaitu 2 µl, 4 µl dan 6 µl memiliki aktivitas daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori aktivitas daya hambat Kuat pada ketiga formulasi, dengan luas zona hambat minimum pada dosis 2 µl sebesar 12,50

mm, dosis 4 µl sebesar 13,51 mm dan dosis 6 µl sebesar 15,80 mm.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam kelancaran proses penelitian

DAFTAR PUSTAKA

[1] Christian E. 2016. Optimasi Formula sediaan Gel Hand Sanitizer Minyak

Atsiri Jeruk Bergamot dengan

Humektan Gliserin dan Gelling Agent

Carbopol. Skripsi.

https://repository.usd.ac.id /4270/2/128114156_full.pdf.

[2] Dipahayu S.G, dkk. Effect of Olive and Sunflower Seed Oil on the Adult Barrier: Implications for Neonatal Skin Care. Pediatric Dermatology, 30 (1), pp. 42 – 50.

[3] Dima Lusi L.R.H dkk. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.) Terhadap

Bakeri Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah

Farmasi , vol. 5 No. 2.

[4] Galeri T.I, Astuti D.S, Barlian A.A. 2015. Pengaruh Jenis Basis Cmc Na Terhadap Kualitas Fisik Gel Ekstrak

Lidah Buaya (Aloe vera L.). Jurnal

Ilmiah Farmasi, 4(1).

[5] Kasolo J.N, Bimenya G.S, Ojok L, Ochieng J, Jasper W.O. 2010.

Phytochemicals and uses of Moringa oleifera leaves in Ugandan rural

communities. Journal of Madicinal

Plant Reseacrch 4(9) : 753-757

[6] Manus N, Yamlean P.V.Y, Kojong N.S.

Formulasi Sediaan Gel Minyak Atsiri Daun Sereh ( Cymbopogon citrates)

Sebagai Antiseptik Tangan. Pharmacon

Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat; Vol 5 No 3: hal.85-93; 2016.

(9)

17 | Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap [7] Murwani S, Nurhanafi F, Winarso D.

2013. Perbandingan potensi antimikroba ekstrak n-heksana daun kelor (Moringa oleifera) dengan kulit

biji (Pericarp) jambu mete

(Anacardium occidentale) terhadap

Bakteri Pseudomonas aeruginosa

secara in vitro. Program Studi

Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya. Malang.

[8] Nabela W. 2017. Formulasi Dan Uji Sifat Fisik Gel Hand Sanitizer Dari Ekstrak Daun Kedondong, Karya Tulis

Ilmiah. Universitas Muhammadiyah

Banjarmasin: Banjarmasin

[9] Ningsih W, dkk. 2016. Formulasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Gel Pembersih Tangan Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley)

A. Gray). Sekolah Tinggi Farmasi

Indonesia Yayasan Perintis : Padang. [10] Octavia N. 2016. Formulasi Sediaan

Gel Hand Sanitizer Minyak Atsiri Pala (Myristica Fragranshoutt.) : Uji Stabilitas Fisik Dan Uji Aktivitas

Antibakteri Terhadap Bakteri

Staphylococcus Aureus. Skripsi.

http://eprints.ums.ac.id/45035/1/ Naskah%20Publikasi.pdf

[11] Rowe R.C, Sheskey P.J, and Owen S.C. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Exipients, Sixth

Edition. Pharmaceutical Press. London.

[12] Sayuti NA. 2015 Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.). Jurnal Kefarmasian Indonesia. 5(2):74-82

[13] Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari M.P. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor: IPB Press.

Gambar

Gambar  1.  Uji  hedonik  sediaan  gel  hand  sanitizer

Referensi

Dokumen terkait

“saya merasa selama ini game ini akan memberikan dampak yang kurang bagus karena, dengan bermain game akan memakan waktu, sehingga berdampak pada hal lain terutama

alah satu alat teknologi canggih yang kita gunakan dalam kehidupan seha- ri-hari adalah televisi.Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi

Pendekatan yang dilakukan peneliti pada saat wawancara berlangsung adalah peneliti menjadi pendengar yang baik pada saat informan bercerita, sehingga data yang diperoleh

(1), petugas berwenang dapat melakukan pemantauan, meminta keterangan dan melakukan pemeriksaan atas pelaksanaan pengeluaran, pemasukan, mutasi, keluar masuk daerah

Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas hidayat dan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Seorang dosen pembimbing lapangan (DPL) PLT diambil dari dosen jurusan yaitu Nurkhamid, Ph.D.,.. gambaran pengetahuan dan pengalaman mengenai tugas-tugas seorang guru

Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir