PENGARUH RETURN ON EQUITY, CAPITAL ADEQUACY
RATIO, NET INTEREST MARGIN DAN DIVIDEN PAYOUT
RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
HERIYATI CHRISNA
087017016/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH RETURN ON EQUITY, CAPITAL ADEQUACY
RATIO, NET INTEREST MARGIN DAN DIVIDEN PAYOUT
RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
dalam Program Studi Akuntansi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
HERIYATI CHRISNA
087017016/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH RETURN ON EQUITY, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NET INTEREST MARGIN
DAN DIVIDEN PAYOUT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Nama Mahasiswa : Heriyati Chrisna
Nomor Pokok : 087017016
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi pembimbing
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,Ak) (Drs.Zainul Bahri Torong,MSi,Ak) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,Ak) (Prof,Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc)
Telah diuji pada
Tanggal : 10 September 2009
---
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, MSi, Ak
2. Syarif Fauzi, SE, MAK, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul :
“PENGARUH RETURN ON EQUITY, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NET INTEREST MARGIN DAN DIVIDEN PAYOUT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas
Medan, September 2009
Yang membuat pernyataan :
ABSTRAK
HERIYATI CHRISNA, 2009, Pengaruh Return On Equity, Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin dan Dividen Payout Ratio Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia (BEI), dibawah bimbingan :Ade Fatma Lubis (Ketua), Zainul Bahri Torong (Anggota).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh rasio keuangan di perusahaan perbankan yang diwakili oleh ROE, CAR, NIM dan DPR terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ROE, CAR, NIM dan DPR berpengaruh terhadap harga saham baik secara simultan dan parsial. Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004 – 2007 , aktif menerbitkan laporan keuangan dan melakukan pembayaran dividen selama tahun pengamatan yaitu sebanyak 11 perusahaan perbankan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistic regresi linier berganda dengan alat SPSS versi 15.
Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variable ROE, CAR, NIM dan DPR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan , namun secara parsial hanya variable ROE saja yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
HERIYATI CHRISNA, 2009, Influence of Return On Equity, Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin and Dividen Payout Ratio to share price company of banking in Bursa Efek Indonesia ( BEI), under advisors : Ade Fatma Lubis ( Chief), Zainul Bahri Torong ( Member).
This research purpose is to get the empirical evidence concerning influence of the banking company's finance represented by ROE, CAR, NIM and DPR to share price company of banking in Bursa Efek Indonesia.
Hypothesis in this research is ROE, CAR, NIM and DPR have an effect on to share price, either through simultan and parsial. This research object is company of the banking enlisting in Bursa Efek Indonesia since year of 2004 - 2007, active publish the financial statement and do payment of dividend during perception year that is counted 11 company of banking.
Data collecting done by taking the documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory ( ICMD) and visit Bursa Efek Indonesia web page in www.idx.co.id . Data processing done by using statistical test regresi doubled linear with SPSS.
This research result prove that variable ROE, CAR, NIM and DPR simultanly influential significant to share price company of banking, but parsially hanyab just variable ROE having an effect on significant to share price company of banking in Bursa Efek Indonesia.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tiada habis-habisnya penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmatNya yang tak berkesudahan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Return On Equity, Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin dan Dividen Payout Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara .
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program
Studi Ilmu Akuntansi.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan.
4. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, MSi, Ak, selaku dosen pembimbing yang
telah begitu banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam
penyusunan tesis ini.
5. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, bapak Syarif Fauzi, SE, MAK, Ak
dan ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak, selaku dosen pembanding
yang telah memberikan saran dan masukan-masukan kepada penulis demi
kesempurnaan tesis ini.
6. Seluruh staff pengajar pada Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah
7. Yang tercinta papa (H. Chairuddin Abny) dan mama (Hj.Rosdiana. L)
yang telah merawat, membimbing dan tak pernah berhenti berkorban
serta selalu berdoa untuk keberhasilan penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan.
8. Kakak - kakak (Linda Emilia,BA , drg Fahreni), abang (Ir.Herry Krisna)
dan adik-adik (Ir.Ronny Krisna, dr. Rini Chrisna) serta para keponakan
yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis.
9. Almarhum suami, walaupun telah tiada tetapi tetap menjadi motivator
bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.
10. Rekan-rekan kerja penulis di STIEKOM, Poliprofesi dan Medan Kursus
yang selalu memberi support untuk keberhasilan penulis.
11. Teman – teman mahasiswa, khususnya yang seangkatan ,( kebersamaan
dalam suka dan duka dalam menempuh perkuliahan akan jadi kenangan
yang tak terlupakan).
12. Teman – teman dan sahabat – sahabat penulis yang selalu jadi motivator
13. Pihak – pihak lain yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan rahmad dan karuniaNya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan baik moril, spirituil maupun pengetahuan
kepada penulis baik pada saat kuliah maupun pada saat penyusunan tesis ini. Penulis
menyadari keterbatasan yang dimiliki menjadikan tesis ini masih kurang sempurna,
karena itu masih diperlukan masukan-masukan dan saran-saran dari pembaca.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, September 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : HERIYATI CHRISNA
2. Tempat/Tanggal lahir : Medan, 28 Mei 1967
3. Pekerjaan : Staff pengajar di Poliprofesi Medan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Kemuning baru no 5 Pancing II Medan
6. Pendidikan
a. SDN 14 Medan : Medan, lulus tahun 1980
b. SMPN 2 Medan : Medan, lulus tahun 1983
c. SMAN 7 Medan : Medan, lulus tahun 1986
d. D III Akuntansi USU : Medan, lulus tahun 1989
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Theoritical Mapping Peneliti Terdahulu……… 26
4.1 Daftar Jumlah Perusahaan Sampel………. 31
4.2 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel…… 32
5.1 Deskripsi Data Penelitian……… 39
5.2 Analisa Persamaan Regresi……… 41
5.3 Uji Normalitas Data (Kolmogorov-Smirnov)………. 42
5.4 Uji Multikolinearitas………. 43
5.5 Uji Autokorelasi………. 44
5.6 Hasil Uji Hipotesis simultan (Uji F)……….. 45
5.7 Uji ANOVA (simultan)………. 46
5.8 Uji Hipotesis parsial (Uji t)……… 47
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka Konsep ………... 27
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Data Perusahaan Perbankan tahun 2004 – 2007………... 55
2 Hasil Pengolahan Data (tabel 5.1, 5.2 dan 5.3)………. 57
3 Hasil Pengolahan Data (tabel 5.4 dan 5.5)……… 58
4 Hasil Pengolahan Data (tabel 5.6 dan 5.7)……… 59
5 Hasil Pengolahan Data (table 5.8)……… 60
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah
mendatangkan perubahan yang kurang menguntungkan hampir di semua aspek
kehidupan bangsa.Pada tahun itu juga pasar modal mengalami goncangan yang cukup
berat yang ditandai dengan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Dampak lain yang sangat serius juga dialami oleh sektor perbankan yang ditandai
dengan dilikuidasinya 16 bank pada tahun tersebut dan dibekukannya 10 bank pada
tahun berikutnya.Keadaan tersebut membuat kepercayaan masyarakat terhadap bank
mengalami penurunan dan implikasi yang muncul adalah menurunnya minat calon
investor terhadap saham perusahaan perbankan yang dengan sendirinya membuat
turunnya harga saham perbankan.
Fenomena tersebut dapat saja dimaklumi mengingat bahwa calon investor
sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi selalu mempertimbangkan
perkembangan harga saham.Hal itu disebabkan karena harga saham sebuah
perusahaan menunjukkan kepercayaan para pelaku pasar terhadap perusahaan di
pasar modal.Jadi sebelum memutuskan kemana akan berinvestasi calon investor
biasanya melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham.
Untuk mengukur nilai saham dapat dilakukan dengan analisis fundamental
saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue
bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang
seharusnya, demikian juga sebaliknya.Dalam analisa fundamental dilakukan analisa
terhadap kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan perusahaan,
kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak
perusahaan dengan karyawan, sumber bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan
dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan
tersebut.Analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang
efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya. Umumnya faktor-faktor
fundamental yang diteliti adalah nilai intrinsik, nilai pasar,return on total assets
(ROA),), return on equity (ROE), price to book value (PBV), debt equity ratio
(DER), deviden earning, price earning ratio (PER), deviden payout ratio (DPR),
deviden yield, dan likuiditas saham.
Analisis teknikal menggunakan data pasar yang dipublikasikan yaitu harga
saham, volume perdagangan, indeks harga saham individual maupun gabungan untuk
berusaha mengakses permintaan dan penawaran saham tertentu maupun pasar secara
keseluruhan. Menurut Malkiel (1996), pendekatan ini pada intinya membuat serta
menginterpretasikan grafik saham ditinjau dari pergerakan harga saham dan volume
transaksinya untuk mendapatkan petunjuk tentang arah perubahan di masa yang akan
Dari sudut pandang calon investor, untuk menilai prospek perusahaan di masa
datang adalah dengan melihat sejauhmana pertumbuhan profitabilitas
perusahaan.Indikator yang paling banyak dipakai adalah return on equity (ROE) yang
menggambarkan sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa
diperoleh pemegang saham. Menurut Natarsyah S. (2002) faktor fundamental seperti
return on equity berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Semakin tinggi nilai
ROE menunjukkan semakin tinggi laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan
(Ang, 1997 : 18).Sementara itu Higgins (1990 :59) menyatakan ada hubungan yang
positif antara ROE dengan harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan nilai
buku saham perusahaan.Faktor fundamental lainnya yang turut mempengaruhi harga
saham adalah dividen.Fuller dan Farrell (1987) mengatakan bahwa variabilitas harga
saham tergantung pada earning dan dividen suatu perusahaan.Teori the bird- in- the-
hand menyatakan bahwa terdapat hubungan antara nilai perusahaan dan pembayaran
dividen dimana bahwa dividen menunjukkan hal yang pasti berkaitan dengan
apresiasi harga saham. Karena dividen diduga risikonya lebih kecil dibandingkan
dengan capital gains maka perusahaan seharusnya menetapkan dividen payout ratio
yang tinggi dan menawarkan dividend yield yang tinggi untuk memaksimumkan
harga saham.
Dalam industri perbankan, faktor fundamental dapat dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Faktor fundamental yang
bersifat kualitatif dibagi atas enam pilar yaitu, struktur perbankan yang sehat,
industri perbankan yang kuat, infrastruktur pendukung yang mencukupi dan
perlindungan konsumen (Agus 2004 :2). Untuk faktor fundamental yang bersifat
kuantitatif ada alat ukur yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) berdasarkan
peraturan nomor 6/10/PBI/2004 yaitu CAMELS. Komponen CAMELS terdiri atas
capital, asset, manajemen, earning, liquidity dan sensitivity to market risk.CAMELS
biasanya dijadikan sebagai tolak ukur oleh Bank Indonesia untuk menilai tingkat
kesehatan suatu bank.Jika dikaitkan dengan penilaian harga saham , khususnya
analisis fundamental, maka calon investor akan mengaitkan tingkat kesehatan bank
terhadap harga saham.Secara singkat dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi derajat
kesehatan suatu bank maka akan semakin menunjukkan prospek yang baik terutama
dalam hal harga sahamnya.
Penelitian – penelitian mengenai pengaruh faktor fundamental kuantitatif
terhadap harga saham perusahaan perbankan telah banyak dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Hadi (2004) menyatakan bahwa ROE, ROA, NIM, DER, LDS dan PER
secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan
perbankan.Sedangkan penelitian Sianipar (2005) menghasilkan kesimpulan bahwa
CAR, PER, NPA to EA, ROA, ROE, NIM, LDR secara simultan dan parsial
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan perbankan. Kusmiati (2001)
menyatakan bahwa faktor internal CMAL mempunyai hubungan negatif terhadap
harga saham perusahaan perbankan. Dari penelitian – penelitian sebelumnya masih
ditemukan inkonsistensi terhadap hasil – hasilnya. Berangkat dari permasalahan
terhadap harga saham perusahaan perbankan dan penelitian ini diberi judul
“Pengaruh Return On Equity, Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin dan
Dividen Payout Ratio terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa
Efek Indonesia (BEI)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka
masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah,apakah return on equity
(ROE), capital adequacy ratio (CAR), net interest margin (NIM) dan dividen payout
ratio (DPR) berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap harga saham
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Melihat kepada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk
membuktikan pengaruh return on equity (ROE) , capital adequacy ratio (CAR),net
income margin (NIM) dan dividen payout ratio (DPR) terhadap harga saham
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara simultan dan parsial
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti berikutnya dapat menjadi bahan masukan dalam penelitian
2. Bagi investor dapat menjadi bahan masukan atau informasi dalam
pengambilan keputusan
3. Bagi peneliti dapat meningkatkan kompetensi keilmuan dan menambah
wawasan
1.5 Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Hadi
(2004) tesis Pascasarjana Universitas Indonesia . Menurut Hadi (2004) ROE, ROA,
NIM, DER, LDS dan PER secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham perusahaan perbankan.Pada penelitian ini peneliti
menghilangkan variable ROA, DER, LDS , PER dan tetap mempertahankan rasio
ROE dan NIM dengan alasan kedua variabel tersebut telah terbukti secara signifikan
berpengaruh terhadap harga saham menurut penelitian – penelitian sebelumnya dan
peneliti akan menguji kembali pengaruhnya terhadap harga saham. Adapun
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah :
1. Data sekunder yang digunakan peneliti sebelumnya menggunakan data tahun
2000 sampai dengan tahun 2003 sedangkan penelitian ini menggunakan data
tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.
2. Penelitian ini menambah dua variabel independen lagi dalam pengukuran
harga saham yaitu capital adequacy ratio (CAR) dan dividen payout ratio
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Bank dan Perkembangannya
Menurut Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, disebutkan
pengertian bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.Pengertian yang lebih tehnis dapat dilihat dari PSAK
nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan yang mengatakan bahwa bank adalah
lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara
pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga
yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Dalam perkembangannya perbankan telah beberapa kali mengalami pasang
surut.Dewasa ini dunia usaha berada dalam lingkungan persaingan yang berubah
cepat. Menurut Basel Committee on Banking Supervision (1999), akhir akhir ini
sistem keuangan dunia telah menunjukkan adanya turbulensi ekonomi. Dalam
lingkungan yang makin turbulen, sistem dan subsistem organisasi menjadi makin
terbuka dan tingkat persaingan semakin ketat dan tajam, bahkan semakin tidak
menciptakan berbagai ancaman yang dapat melemahkan daya saing bank. Bahkan,
mungkin dapat menyingkirkannya dari industri perbankan.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup dalam sistem keuangan yang
turbulen, sebuah bank harus dapat berkompetisi dengan bank-bank kompetitor dan
financial intermediary unit lainnya yang juga memberikan layanan jasa keuangan.
Suatu bank dikatakan berhasil memenangkan kompetisi bisnisnya jika ia mampu
memberikan jasa layanan keuangan bank lebih baik daripada kompetitornya,
sekaligus mampu mengadaptasikan diri dengan setiap perubahan lingkungan.
Dengan kemampuan manajerial yang dimiliki, bagaimana para manajer bank
dapat mengubah ancaman lingkungan yang turbulen menjadi berbagai peluang usaha
yang menguntungkan. Manajemen bank yang kreatif dan inovatif selalu berusaha
menciptakan berbagai produk layanan bank yang prospektif dan menguntungkan
tanpa mengabaikan prinsip asset liability management (ALMA), yaitu menyelaraskan
antara profitabilitas dan risiko.
2.1.2 Rasio-Rasio Keuangan Perbankan
Menurut Altman (1968: 34) dalam Sianipar (2005) rasio keuangan perbankan
dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu :
1. Rasio Likuiditas adalah untuk mengukur kemampuan bank dalam
memelihara kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen
risiko likuiditas.Rasio ini terdiri dari, cash ratio, quick ratio, investing policy
2. Rasio Profitabilitas adalah untuk mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu.Rasio ini terdiri dari, return on
asset, return on equity, net interest margin, gross profit margin on earning
asset, interest margin on loan,return on investment dan earning per share.
3 Rasio Resiko Usaha Bank (Bank Liability Management) adalah rasio yang
mengukur tingkat resiko yang dihadapi perbankan.Beberapa rasio yang
termasuk dalam kelompok ini adalah, capital risk ratio, deposit risk ratio dan
interest rate ratio.
4 Rasio Permodalan adalah rasio yang mengukur besarnya kemampuan bank
dalam menopang resiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana
dalam aktiva produktif yang mengandung resiko. Rasio ini terdiri dari,
Primary Ratio, capital ratio, capital adequacy ratio, current liabilities to
equity ratio.
5 RasioEfisiensi Usaha atau sering disebut dengan Bank Asset management
adalah rasio yang mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah telah
menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat. Beberapa rasio yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah, leverage multiplier ratio,
asset utilization ratio, fixed asset turnover ratio, interest expens ratio, cost of
fund, cost of money, cost of loanable fund, cost of borrowing fund, cost of
2.1.3 Jenis – Jenis Saham
Saham adalah adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan.Saham tersebut mengandung hak atas dividen dan dapat
diperjualbelikan. Dipandang dari sudut hak bagi pemegangnya saham dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. Saham biasa (Common Stock)
Di antara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham
biasa adalah yang paling dikenal masyarakat.di antara emiten atau perusahaan
yang menerbitkan surat berharga, saham biasa juga merupakan yang paling
banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Jadi saham biasa
merupakan instrumen yang sangat menarik, baik bagi investor maupun bagi
emiten sendiri.
3. Saham Preferen (Preffered Stock)
Saham preferen ini merupakan jenis saham yang memiliki hak terlebih
dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak laba
kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada
suatu tahun yang mengalami kerugian , tetapi akan dibayarkan pada tahun
yang mengalami keuntungan , sehingga pemegang saham preferen akan
menerima laba 2 kali.Hak istimewa diberikan kepada pemegang saham
preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu
Pada dasarnya ada 2 keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli
atau memiliki saham yaitu :
1. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan atas keuntungan
yang dihasilkan oleh emiten.Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan
dari para pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang investor ingin
mendapatkan dividen, maka investor harus memiliki atau memegang saham
tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham
tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang
berhak mendapatkan dividen.
2. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih lebih antara harga jual dengan harga
beli.Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder.Dan pada umumnya investor yang berorientasi jangka pendek
akan mengejar keuntungan melalui capital gain.
Saham biasa merupakan instrument yang paling popular di pasar modal.
Pembicaraan seputar saham selalu mengacu kepada saham biasa, kecuali jika
disebutkan preferen.Bila dilihat dari kinerja perdagangan, saham dapat dikategorikan
atas :
1. Blue-Chips Stock yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi, leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
2. Income Stock yaitu saham dari suatu emiten yang mempunyai kemampuan
membayar dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.Emiten seperti ini
biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur
membagikan dividen tunai.Emiten ini tidak suka menahan laba dan tidak
mementingkan potensi pertumbuhan harga saham
3. Growth Stock yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai
reputasi yang tinggi.
4. Speculative Stock yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan yang tinggi di masa mendatang,
merskipun belum pasti.
5. Counter Cylical Stock yaitu saham yang tidak begitu berpengaruh oleh
kondisi ekonomi makro secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham
ini sangat tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi
sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang
tinggi pada masa resesi.Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk
yang selalu dibutuhkan masyarakat seperti consumer goods.
2.1.4 Model Penilaian Saham
Ada banyak model penilaian yang dapat digunakan untuk melakukan
2.1.4.1 Free Cash Flow to Equity model (FCFE)
Tidak semua arus kas yang dihasilkan perusahaan di akhir tahun dibayarkan
untuk dividen. Salah satu alasan utamanya adalah perusahaan ingin mengiventasikan
kembali sebagian dari arus kas tersebut untuk kepentingan perluasan usaha. FCFE
adalah sisa dari arus kas yang tertinggal setelah memenuhi pembayaran bunga dan
pokok pokok pinjaman, digunakan untuk pengeluaran modal baik untuk menjaga
asset yang ada sekarang maupun untuk membeli asset baru guna pertumbuhan di
masa yang akan datang. Besarnya FCFE dapat dihitung sebagai berikut (Damodaran,
2002, :352)
FCFE = Net Income + Depresiasi – Pengeluaran modal - modal kerja non kas
+ (Hutang baru - pembayaran pokok pinjaman)
Itu merupakan arus kas yang tersedia untuk dibayarkan sebagai dividen.
Perhitungan tersebut dapat disederhanakan jika kita mengasumsikan pengeluaran
modal bersih dan perubahan modal kerja dibiayai menggunakan komposisi yang tetap
antara hutang dan modal saham. Jika adalah proporsi dari pengeluaran modal bersih
dan perubahan modal kerja yang diperoleh dari pembiayaan hutang, efek dari arus kas
untuk ekuitas bisa disajikan sebagai berikut (Damodaran, 2002, :352):
FCFE = Net income + (1- ) (Pengeluaran modal-depresiasi) - (1- ) ( modal
Jika investor menggunakan asumsi pertumbuhan yang stabil terhadap suatu
perusahaan, besarnya nilai intrisik dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut berikut (Damodaran, 2002, :359):
FCFE1 Po = --- ke - gn
Keterangan ;
Po = Nilai saham saat ini
FCFE1 = FCFE per lembar saham akhir tahun yang diharapkan
ke = cost of equity dari perusahaan
gn = tingkat pertumbuhan FCFE perusahaan
Tingkat pertumbuhan yang diambil harus wajar, relatif terhadap tingkat
pertumbuhan ekonomi dan industri dimana perusahaan berada. Besarnya tingkat
pertumbuhan itu sebaiknya tidak melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi atau paling
tinggi sekitar satu atau dua persen di atas pertumbuhan ekonomi.Model ini akan lebih
cocok untuk perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan sama atau lebih kecil
dibandingkan dengan pertumbuhan nominal dari perekonomian di suatu negara. Oleh
karena itu model ini dapat digunakan untuk perusahaan yang stabil dengan memiliki
rasio pembayaran dividen yang tidak selalu tinggi atau dalam jumlah yang jauh di
bawah FCFE. Penting untuk diperhatikan, jika perusahaan stabil dan membayar
nilai yang diperoleh dengan menggunakan Dividend Discount Model (DDM). Ada
juga kondisi dimana suatu perusahaan pada awalnya dapat tumbuh lebih cepat
dibandingkan rata-rata perusahaan sejenis dan kemudian pada tahap berikutnya dikuti
dengan pertumbuhan yang stabil. Hal ini bisa terjadi pada perusahaan yang mulai
berkembang pesat setelah itu produknya memasuki tahapan maturity serta adanya
pesaing lain yang memproduksi barang yang sama sehingga pertumbuhan perusahaan
mulai melambat. Di dalam kondisi ini dapat digunakan model FCFE dua tahap untuk
menghitung besarnya nilai intrisik, digunakan rumus sebagai berikut (Damodaran,
2002, : 363):
Value (nilai Intrisik) = PV of FCFE + PV of terminal pricE
= FCFEt/(1+Ke, hg)t + Pn/(1+ke, hg)n
Keterangan :
FCFEt = Free cash Flow to Equity dalam tahun t
Pn = Harga pada akhir dari periode pertumbuhan yang ekstraordinari
ke = Cost of equity pada tingkat pertumbuhan yang tinggi (hg) dan
pertumbuhan yang stabil (st)
Sementara itu harga akhir tahun (Pn) dihitung dengan cara
keterangan :
gn = tingkat pertumbuhan setelah akhit periode pertumbuhan yang tinggi
ke = required rate of return yang diharapkan investor pada saat
pertumbuhan stabil.
Pada model tersebut karena tingginya pertumbuhan simpanan yang diterima
dan kredit yang diberikan yang akan memberikan dampak tingginya pertumbuhan
pendapatan perusahaan pada awal-awalnya dan sejalan dengan semakin
meningkatnya persaingan, maka pertumbuhan ini akan stabil pada suatu level
tertentu.
2.1.4.2Relative Valuation
Model relative valuatio bertujuan untuk menilai suatu aset berdasarkan
kemiripan dengan aset-aset yang ada dipasar. Ada dua komponen didalam relative
valuation. Pertama, menilai suatu aset atas basis perbandingan, harga-harga
distandardisasi, biasanya dengan mengubah harga menjadi pengganda dari
pendapatan, nilai buku atau penjualan. Kedua, adalah menemukan
perusahaan-perusahaan yang mirip, yang mana hal ini sulit dilakukan karena tidak ada dua
perusahaan yang identik sama dan perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri
yang sama masih dapat berbeda dalam hal risiko, pertumbuhan dan arus kas yang
dimilikinya. Penggunaan relative valuation dalam menentukan pilihan suatu investasi
Alasan yang mendasarinya adalah :
1. Penilaian yang didasarkan atas perbandingan (multiple) dan perusahaan yang
dapat dibandingkan dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi yang jauh lebih
sedikit dan jauh lebih cepat dilakukan dari pada menggunakan konsep FCFE.
2. Relative valuation lebih sederhana untuk dimengerti dan lebih mudah untuk
disajikan kepada klien daripada dengan menggunakan konsep FCFE.
3. Relative valuation lebih menunjukkan mood saat ini di pasar. Sehingga relative
valuation akan menghasilkan hasil yang mendekati harga pasar daripada dengan
menggunakan konsep FCFE
Dibalik keunggulan itu tersembunyi pula kelemahannya. Kelemahan dari
relative valuation ini meliputi :
1. Kemudahan dengan menggunakan multiple atau perusahaan yang dapat
diperbandingkan menghasilkan ketidakkonsistenan dari nilai yang diestimasi
dimana variable-variabel kunci seperti risiko, pertumbuhan dan arus kas
diabaikan.
2. Fakta yang menyebutkan bahwa multiple menunjukkan mood dari pasar
menunjukkan bahwa penggunaan relative valuation untuk mengestimasi harga
suatu asset akan menghasilkan nilai yang terlalu tinggi ketika pasar menilai tinggi
perusahaan pembanding, atau terlalu rendah ketika pasar menilai rendah
3. Ada area dimana terjadi bias dalam penilaian, kurangnya transparasi sehubungan
dengan asumsi yang mendasari dari relative valuation membuat relative valuation
rawan terhadap manipulasi.Alat ukurnya yang sering digunakan yaitu ::
1. Earning Multiple
Earning multiple masih menjadi alat ukur yang sering digunakan dalam
relative valuation. Price earning ratio (PER) adalah rasio dari harga saham dibagi
dengan laba per sahamnya yaitu :
PER = Market price per share / Earning per share
Pendekatan yang paling umum untuk mengestimasi price earning rasio untuk
suatu perusahaan adalah memilih perusahaan-perusahaan yang dapat dibandingkan,
untuk menghitung nilai rata-rata dari perusahaan-perusahaan tersebut, dan secara
subjektif melakukan penyesuaian terhadap nilai rata-rata tersebut untuk perbedaan
antara perusahaan yang sedang dinilai dan perusahaan-perusahaan pembanding. Ada
beberapa permasalahan dengan konsep ini. Pertama,
definisi dari perusahaan-perusahaan pembanding adalah ukuran subjektif.
Penggunaan perusahaan-perusahaan lain dalam suatu industri sering bukan
merupakan solusi sebab perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama bisa
memiliki risiko, pertumbuhan dan bussines mixes yang berbeda. Kedua, meskipun
bisa diperoleh perusahaan-perusahaan yang sejenis, perbedaan masih ada pada
2 Book Value Multiples
Hubungan antara harga dan nilai buku selalu menarik perhatian investor.
Penjualan saham – saham dibawah nilai buku biasanya dipandang sebagai calon
portfolio yang dinilai rendah (undervalued). Sedangkan penjualan saham lebih besar
dari nilai bukunya dipandang sebagai portfolio yang dinilai terlalu tinggi
(overvalued). Price to Book Value (PBV) dihitung dengan membagi harga pasar per
saham dengan nilai sekarang dari ekuitas per saham atau
Price to book value ratio = PBV = Price per share / book value of equity per share
Saat ini konsep PBV sudah cukup dikenal beberapa kali terdengar pernyataan
bahwa harga divestasi suatu bank mengacu kepada konsep PBV, tetapi tanpa
menjelaskan kapan angka buku itu digunakan. Seiring dengan membaiknya laba
perbankan, maka metode PER yang mulai dipakai kembali seperti sebelum krisis
tahun 1998.
2.1.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Penilaian harga saham bertujuan untuk menilai saham-saham mana yang
paling menguntungkan bagi investor. Dengan kata lain saham-saham yang harga
pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya (undervalue) layak untuk dibeli,
sedangkan saham yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsiknya (overvalue)
lebih menguntungkan untuk dijual.Dengan begitu perlu diadakan analisis terhadap
dalam menganalisis harga saham dapat digunakan analisis fundamental.Analisis
fundamental secara umum dapat diartikan sebagai factor internal perusahaan yang
digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam laporan
keuangan. Beberapa pertimbangan tersebut antara lain penjualan, pertumbuhan
penjualan, kebijakan dividen dan lain-lain..Untuk mengukur kinerja perusahaan
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan analisa rasio.Rasio keuangan yang
sering digunakan untuk memprediksi harga saham dikelompokkan dalam 5 jenis
yaitu, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas /rentabilitas,rasio
solvabilitas / leverage dan rasio pasar.Dari sudut pandang calon investor, indikator
penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan
melihat sejauhmana pertumbuhan profitabilitas perusahaan.Indikator ini sangat sering
diperhatikan untuk mengetahui sampai sejauhmana investasi yang ditanamkan
investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat
yang disyaratkan investor.Sesuai dengan judul penelitian ini maka akan diuraikan
rasio profitabilitas di dalam perusahaan perbankan yang diwakili oleh return on
equity (ROE), net interest margin (NIM), dari rasio permodalan diwakili oleh capital
adequacy ratio (CAR) dan satu dividen payout ratio (DPR
2.1.5.1 Return On Equity
Return On Equity (ROE) yaitu rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Rasio ini
Earnings After Tax
ROE = --- X 100 % Total Equity
Keterangan :
Earnings After Tax adalah laba setelah pajak
Total Equity adalah total modal sendiri
Semakin besar rasio ROE menunjukkan kenaikan laba bersih dari bank yang
bersangkutan.Higgins (1990:59) menjelaskan bahwa ada hubungan yang positif
antara ROE dengan harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan nilai buku
saham perusahaan.
2.1.5.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio ini mengukur kekuatan modal sendiri dibandingkan dengan aktiva
tertimbang menurut resiko.Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Modal
CAR = --- X 100 % ATMR
Keterangan :
Modal adalah penjumlahan modal inti dan modal pelengkap
ATMR adalah aktiva tertimbang menurut resiko yang diperoleh dari perkalian
antara butir-butir neraca dengan bobot resiko yang ditetapkan Bank Indonesia.
Jika dihubungkan dengan harga saham, kecenderungan yang terjadi adalah investor
2.1.5.3 Net Interest Margin (NIM)
Net interest margin (NIM) adalah salah satu rasio untuk mengukur
kemampuan dari aktiva produktif dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih.
.Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Pendapatan bersih
NIM = --- X 100 %
Aktiva produktif
Keterangan :
Pendapatan bersih adalah pendapatan bunga dikurangi beban bunga
Aktiva produktif adalah aktiva yang menghasilkan bunga
Semakin besar rasio NIM menunjukkan semakin besar kemampuan bank dalam
mengcover kerugian – kerugian pinjaman, kerugian sekuritas dan pajak untuk
dijadikan profit
2.1.5.4 Dividen Payout Ratio (DPR)
Dividen adalah pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan
sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.Dividen
payout ratio adalah merupakan rasio yang menunjukkan besarnya tingkat
pembayaran dividen atas perolehan laba perusahaan. Besarnya dividen payout ratio
sangat tergantung dari berbagai hal baik keuangan maupun non keuangan, intern
maupun ekstern perusahaan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya
a. Cash position (posisi kas) yang merupakan tingkat yang menunjukkan
besarnya saldo kas pada akhir periode pembukuan terhadap besarnya laba
bersih yang diperoleh pada periode tersebut.Posisi kas merupakan factor yang
penting yang harus dipertimbangkan sebelum membuat keputusan untuk
menentukan besarnya dividen payout ratio
b. Growth (pertumbuhan) yang merupakan besaran yang menunjukkan
peningkatan.Pertumbuhan dibatasi dengan pengukuran peningkatan penjualan
dari satu periode ke periode berikutnya. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan
suatu perusahaan akan semakin besar kebutuhan perusahaan di masa yang
akan datang, diasumsikan semakin memungkinkan perusahaan menahan
keuntungan dan dan tidak membayarkannya sebagai dividen.
c. Firm Size (ukuran perusahan) yang diukur melalui kepemilikan aktiva.
Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar dividen payout
ratio.
d. Profitability (kemampuan memperoleh laba) adalah merupakan kemampuan
perusahaan dalam mendayagunakan aktivanya dalam memperoleh laba.
Besarnya dividen payout ratio ditentukan dengan mengacu kepada laba
bersih yang diperoleh perusahaan.
Menurut Lintner (1956) dalam Amsarai (1993) pada umumnya perusahaan
menetapkan target dividen payout ratio untuk setiap periode didasarkan pada target
keuntungan.Namun pada prinsipnya dividen payout ratio terjadi akibat adanya
(nol) dan lebih kecil atau sama dengan 1 (satu).Tetapi dapat dijumpai bahwa pada
tahun lalu perusahaan mengalami kerugian tetapi pada tahun ini perusahaan
membayar dividen. Hal ini adalah akibat adanya akumulasi laba yang masih bersaldo
walaupun tahun lalu mengalami kerugian. Jadi pembayaran dividen karena adanya
akumulasi laba tahun lalu bukan karena kinerja perusahaan tahun lalu.Disamping itu
ada juga dividen payout ratio yang bernilai lebih besar daripada 1 (satu) karena
pembayaran dividen lebih besar dari perolehan laba tahun sebelumnya. Hal ini dapat
terjadi karena pembayaran dividen didasarkan atas saldo akumulasi laba dan bukan
karena berdasarkan perolehan laba tahun lalu.
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan return on equity, capital adequacy
ratio,net interest margin dan dividen payout ratio yang dihubungkan dengan prediksi
pendapatan dan harga saham telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti.Amsarai
(1993) menyatakan bahwa rata – rata investor mampu meraih normal return di sekitar
tanggal pengumuman dividend dan tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Hubungan kinerja perbankan dengan perubahan harga saham yang merupakan
penelitian Syarkani (1998) menyimpulkan bahwa ROA, net revenue from fund, CAR,
rate of return on loan secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap harga saham.
Penelitian Kusmiati (2001) menghasilkan kesimpulan bahwa inlasi, suku
bunga dan CMAL mempunyai hubungan negatif dengan harga saham. Sementara itu,
NIM, DER, LDR, EPS dan PER secara simultan tidak berpengaruh terhadap harga
saham. Sianipar (2005) yang meneliti pengaruh faktor fundamental terhadap harga
saham industri perbankan menyimpulkan hasil penelitian bahwa ROE, CAR EPS,
NPATEA, ROA, NIM dan LDR berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
harga saham industri perbankan.Untuk lebih jelasnya peneliti-peneliti terdahulu yang
meneliti mengenai hubungan rasio keuangan dengan harga saham ditunjukkan dalam
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan judul penelitian dan masalah yang telah diuraikan sebelumnya
maka kerangka konsep dari penelitan ini digambarkan sebagai berikut :
ROE(X1 )
CAR( X2 )
NIM ( X3 )
DPR ( X4 )
HARGA
SAHAM
( Y )
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Return On Equity (ROE) menggambarkan sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham.Formulanya
adalah laba setelah pajak dibagi dengan total modal sendiri.Semakin tinggi nilai ROE
menggambarkan semakin tingginya kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan
laba untuk para pemegang saham. Jika dihubungkan dengan harga saham,
meningkat karena investor menganggap bahwa perusahaan mempunyai prospek yang
baik dalam menciptakan laba.
Capital adequacy ratio (CAR) merupakan rasio yang biasanya dipergunakan
perbankan untuk menggambarkan kekuatan modal sendiri.Formulanya adalah modal
sendiri dibagi dengan aktiva tertimbang menurut resiko.Jika dihubungkan dengan
harga saham, kecenderungan yang terjadi adalah investor cenderung menyukai
perusahaan perbankan yang mempunyai CAR yang tinggi.
Net interest margin (NIM) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank
menghasilkan pendapatan bunga bersih.Formula dari net interest margin (NIM)
adalah net interest income dibagi dengan aktiva produktif.Rasio ini dapat
mengevaluasi kemampuan bank dalam mengatur tingkat suku bunga.Semakin tinggi
rasio ini semakin besar keinginan investor untuk berinvestasi dan dengan sendirinya
akan mempengaruhi harga saham perusahaan perbankan.
Dividen payout ratio (DPR) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya
tingkat pembayaran dividen atas perolehan laba perusahaan. Menurut Lintner (1956)
bahwa nilai perusahaan akan dimaksimumkan oleh rasio pembayaran dividen yang
tinggi.
Harga saham yang dijadikan sebagai variable dependen di sini adalah harga
saham rata – rata dua minggu setelah laporan keuangan diumumkan yang
3.2. Hipotesis
Bertitiktolak dari masalah dan kerangka konsep yang telah dikemukakan di
atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah, return on equity (ROE), capital
adequacy ratio (CAR), net interest margin (NIM) dan dividen payout ratio
berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap harga saham perusahaan perbankan
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang menekankan pada
hubungan kausal (causal effect) yang menguji pengaruh return on equity, capital
adequacy ratio, net interest margin dan dividen payout ratio sebagai variable
independen terhadap harga saham perusahaan perbankan sebagai variable dependen.
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan
pertimbangan bahwa Bursa Efek Indonesia merupakan pusat penjualan saham
perusahaan yang go public di Indonesia.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu dari tahun 2004 sampai dengan
2007 yang berjumlah 30 bank.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang digunakan adalah berdasarkan
kriteria tertentu.Sampel yang digunakan adalah sampel yang memenuhi kriteria
1. Perusahaan yang dimaksud mempunyai laporan keuangan yang lengkap,
melakukan pembayaran dividen dan telah diaudit selama periode
pengamatan dari tahun 2004 sampai 2007
2. Memiliki data harga pasar saham selama periode pengamatan dari
tahun 2004 sampai 2007.
Tabel 4.1 Daftar Jumlah Perusahaan Sampel
No Keterangan Jumlah 1 Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2004 - 2007 30
2 Jumlah populasi yang terkoreksi oleh kriteria kelengkapan
laporan keuangan, laporan keuangan yang telah diaudit
,melakukan pembayaran dividen dan data harga pasar saham (19)
Jumlah perusahaan sampel 11
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mendownload data
sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id dan
laporan keuangan beserta informasi tambahan yang terdapat dalam Indonesian
Capital Market Directory (ICMD)..Data penelitian adalah data polling dimana
penyajian data dilakukan secara time series (antar waktu) dan cross section (antar
4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini terdapat 4 jenis variabel independen yaitu return on
equity (ROE), capital adequacy ratio (CAR), net interest margin (NIM) dan dividen
payout ratio (DPR). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham.
Definisi operasional dan metode pengukuran variabel dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut ini
Tabel 4.2 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Jenis Variabel
Nama Variabel
Definisi Variabel Parameter Skala Pengukuran
Variabel Independen
ROE Tingkat pengembalian
4.6 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi sederhana (Simple
Regression Analysis) dan analisa regresi berganda (Multiple Regression Analysis)
dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Adapun bentuk
persamaan regresinya adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4+ e
Keterangan :
Y = Harga saham a = konstanta
b1,b2,b3,b4 = koefisien regresi X1 = ROE
X2 = CAR X3 = NIM X4 = DPR
e = error-terms (variable gangguan/residual)
4.6.1 Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik terhadap data penelitian yang meliputi pengujian normalitas data,
4.6.1.1 Pengujian normalitas data
Pengujian normalitas data dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel independen dan dependen mempunyai distribusi normal atau tidak.
Tetapi jika terjadi penyimpangan terhadap asumsi distribusi normalitas maka masih
tetap menghasilkan penduga koefisien regresi yang linier, tidak berbias dan
terbaik.Penyimpangan asumsi normalitas ini akan semakin kecil pengaruhnya apabila
jumlah sampel diperbesar.Salah satu penyelesaiannya adalah dengan cara mengubah
bentuk nilai variabel yang semula nilai absolut ditransformasikan menjadi bentuk lain
(kwadratik, resiprokal dan lain sebagainya) sehingga distribusi menjadi normal.
Pengujian normalitas ini akan dilakukan dengan uji statistik non parametrik
Kolmogorov – Smirnov (K-S). Untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi
normal, maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
a. Jika angka signifikansi > 0,05 maka data mempunyai distribusi normal
b. Jika angka signifikansi < 0,05 maka data tidak mempunyai distribusi normal
4.6.1.2 Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (Ghozali, 2005). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.Pengujian
multikolinieritas pada penelitian ini dilakukan dengan Uji Collinearity Statistic.
Dalam melakukan uji multikolinieritas harus diketahui terlebih dahulu Variance
Pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut :
a. Jika Variance Inflation Factor (VIF) > 10 maka artinya terdapat
persoalan multikolinieritas diantara variabel bebas.
b. Jika Variance Inflation Factor (VIF) < 10 maka tidak terdapat
persoalan multikolinieritas diantara variable bebas.
4.6.1.3 Uji heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005).
Model regresi yang baik adalah yang homokesdastisitas atau yang tidak terjadi
heteroskesdastisitas. Deteksi dapat dilakukan dengan menggunakan uji metode grafis
yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot.
Dasar pengambilan keputusan adalah jika ada pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.6.1.4 Uji autokorelasi
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t – 1 (Ghozali ,2005). Autokorelasi muncul karena observasi
timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series karena gangguan pada
sseorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individu
atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data cross section, masalah
autokorelasi relatif tidak terjadi.Untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah
dengan melakukan Uji Durbin Watson .Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho : tidak ada autokorelasi
Ha : ada autokorelasi
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi sebagai berikut :
a. Apabila d < dl atau d > (4-dl) maka hipotesis nol ditolak dan sebaliknya
hipotesis alternative diterima , berarti terdapat autokorelasi.
b. Apabila terletak antara dl dan (4-du) maka hipotesis nol diterima yang
berarti tidak ada autokorelasi.
c. Apabila nilai d terletak antara dl dan du atau antara (4-du) atau (4-dl) maka
Uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.Pada nilai ini
tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak.Secara
sederhana, gejala autokorelasi dapat juga dilihat langsung dengan cara
melihat hasil test statistic untuk Durbin Watson. Nilai Durbin Watson
adalah antara 0 sampai dengan 4. apabila nilai Durbin Watson dekat dengan
4.6.2 Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi klasik terhadap data, selanjutnya dilakukan uji
hipotesis. Untuk membuktikan hipotesis secara simultan dan parsial maka digunakan
alat uji sebagai berikut :
4.6.2.1 Uji Signifikansi simultan (Uji F)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
secara bersama - sama (simultan) variable independen terhadap variable dependen.
Prosedur pengujian hipotesis untuk pengaruh secara simultan adalah :
1. Merumuskan hipotesis
Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 0
artinya : ROE, CAR, NIM dan DPR secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Ha : 1 ≠ 2 ≠ 3 ≠ 4 ≠ 0
artinya : ROE, CAR, NIM dan DPR secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Hipotesis ini diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi = 5 %
3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis :
Hipotesis diterima jika F signifikan < 0,05
4.6.2.2 Uji Signifikansi parsial ( Uji
t
)Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
secara individual (parsial) variable independen terhadap variable dependen. Prosedur
pengujian hipotesis untuk pengaruh secara simultan adalah sebagai berikut ini :
1. Merumuskan hipotesis
Ho : x = 0
artinya : ROE, CAR, NIM dan DPR secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Ha : x ≠ 0
artinya : ROE, CAR, NIM dan DPR secara parsial berpengaruh
terhadap harga saham.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Hipotesis ini diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi = 5 %
3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis
Hipotesis diterima jika
t
signifikan < 0,05BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian dari masing – masing variable yang meliputi nilai
mean, standar deviasi, maksimum dan minimum dapat dilihat pada table 5.1 berikut
ini.
Tabel 5.1 Deskripsi Data Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Harga_Saham 44 95.00 6450.00 2085.6591 1891.85342
ROE 44 1.53 42.76 17.6577 9.21908
CAR 44 7.00 41.00 19.5657 7.70584
NIM 44 2.77 30.00 6.8050 4.22645
DPR 44 .14 201.82 30.2645 38.13518
Valid N (listwise) 44
Sumber : Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 5.1 di atas dapat dilihat gambaran bahwa angka CAR terendah
adalah 7,00 , tertinggi 41,00 dan secara umum rata – rata capital adequacy ratio
(CAR) perbankan pada periode 2004 sampai dengan 2007 cukup baik yaitu sebesar
19,57. Angka tersebut telah jauh melampaui angka minimal yang dipersyaratkan oleh
Bank Indonesia (BI) yaitu sebesar 18 %..Untuk variabel ROE angka terendah adalah
1,53 , tertinggi 42,76 dengan rata – rata 17,66.
Kemampuan bank dalam memperoleh rasio pendapatan bunga bersih yang
terendah adalah 2,77 , tertinggi 30,00 dan rata – rata rasio NIM adalah 6,81.Rasio
tersebut cukup baik dan rata – rata NIM selalu mengalami kenaikan walaupun dalam
persentase yang relative rendah.
Untuk dividen payout ratio (DPR) selama tahun pengamatan mempunyai
rasio terendah 0,14 , tertinggi 201,82 dan rata – rata sebesar 30,26. Untuk harga
saham rata – rata yang diukur dari harga saham setelah laporan keuangan
diumumkan selama tahun pengamatan mempunyai harga terendah 95,00 , tertinggi
6.450,00 dan rata – rata sebesar 2085,66.
Untuk melihat tingkat kesehatan suatu bank biasanya Bank Indonesia (BI)
mempunyai suatu alat ukur yaitu CAMELS. Kesehatan suatu bank dapat diukur
dengan membandingkan rasio – rasio yang dimiliki oleh bank dengan rasio – rasio
dalam CAMELS. Bagi investor cara tersebut dapat juga dijadikan suatu alat analisa
untuk memutuskan berinvestasi di suatu perusahaan perbankan.
5.1.2 Analisa Persamaan Regresi
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi
berganda dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4+ e
Dari hasil pengolahan data dengan perangkat lunak SPSS diperoleh hasil sebagai
Tabel 5.2 Analisa Persamaan Regresi
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig
1 (Constant) -71.344 1044.095 -.068 .946
ROE 108.683 28.885 .530 3.763 .001
CAR 34.140 33.915 .139 1.007 .320
NIM -4.856 63.316 -.011 -.077 .939
DPR -13.118 6.911 -.264 -1.898 .065
Sumber : Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 5.2 di atas maka persamaan regresi berganda dapat dituliskan
sebagai berikut :
Harga Saham = -71,344 + 108,683ROE + 34,140CAR – 4,856NIM –
13,118DPR +
e
Dari hasil persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap harga saham yaitu ROE (dapat dilihat dari
nilai p-value nya (pada signifikan 0,001). ROE mempunyai koefisien positif sebesar
108,683 yang berarti apabila nilai koefisien regresi variable lainnya tetap, maka
kenaikan ROE sebesar 1 % akan meningkatkan harga saham sebesar Rp 108,683.
5.1.3 Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menghasilkan suatu analisis data yang
akurat, dimana persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi – asumsi klasik
yang harus dipenuhi seperti multikolinieritas, heteroskesdastisitas, autokorelasi dan
5.1.3.1 Pengujian normalitas data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable
dependen dan independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Hasil dari
pengujian normalitas data dapat dilihat pada table 5.3 berikut ini :
Tabel 5.3 Uji Normalitas Data (Kolmogorov-Smirnov)
Harga_Saham ROE CAR NIM DPR
N 44 44 44 44 44
Normal Parameters(a,b) Mean 2085.6591 17.6577 19.5657 2.5342 4.4296
Std.
Deviation 1891.85342 9.21908 7.70584 .62583 3.30013 Most Extreme
Sumber : Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 5.3 tersebut dapat diliht nilai signifikan ROE adalah 0,827, CAR
0,343, NIM 0,118 dan DPR 0,90 serta harga saham 0,148. Dari tingkat signifikan
seluruh variable yang lebih besar dari 0,05 tersebut dapat dikatakan bahwa seluruh
data mempunyai distribusi normal.
5.1.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi
terbebas dari multikolinieritas.Ringkasan hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada
Sumber : Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa nilai Variance Inflation Factor (FIV)
masing – masing variable adalah ROE 1,111, CAR 1,070, NIM 1,122 dan DPR
1,088. Dari nilai tersebut berdasarkan kriteria pengujian multikolinieritas, maka
dapat disimpulkan bahwa diantara variable bebas tidak terjadi multikolinieritas
karena Variance Inflation Factor (VIF) dari keseluruhan variable bebas lebih kecil
dari 10.
5.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik. Dari hasil uji
Heteroskedastisitas dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi ini. Hal itu dapat dilihat dari grafik scatterplot, dimana titik – titik
menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Grafik scatterplot hasil uji
hetreoskedastisita adalah sebagai berikut :
Regression Standardized Predicted Value
Sumber : Lampiran 6 Hasil Pengolahan Data
Gambar 5.1 Uji Heteroskedastisitas
5.1.3.4 Uji Autokorelasi
Untuk pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji
Durbin Watson. Hasil pengujian Durbin Watson dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut
ini :
1 .552(a) .305 .233 1656.41631 1.663
a Predictors: (Constant), DPR, CAR, ROE, NIM b Dependent Variable: Harga_Saham
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar
1,663 yang berarti berada diantara 0 sampai dengan 4 dan mendekati angka 2
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi tidak mengandung
autokorelasi.
5.1.4 Pengujian Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis secara simultan dan parsial maka digunakan
alat uji sebagai berikut :
5.1.4.1 Uji simultan (Uji F)
Pengujian simultan adalah untuk melihat apakah ada pengaruh return on
equity (ROE), capital adequacy ratio (CAR), net interest margin (NIM) dan dividen
payout ratio (DPR) terhadap harga saham. Ringkasan hasil pengujian hipotesis secara
simultan dapat dilihat pada table 5.6 berikut ini :
Tabel 5.6 Hasil uji hipotesis simultan (Uji F)
Change Statistics
a Predictors: (Constant), DPR, CAR, ROE, NIM
Angka R sebesar 0,552 menunjukkan bahwa variable return on equity (ROE),
capital adequacy ratio (CAR), net interest margin (NIM) dan dividen payout ratio
(DPR) mempunyai hubungan yang sangat kuat yaitu sebesar 55,2 % dengan harga
saham. Sedangkan nilai koefisien determinasi yaitu nilai R Square yang sudah
disesuaikan atau yang tertulis Adjusted R Square sebesar 0,233 mempunyai arti
bahwa variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 23,3%.
Dengan kata lain 23,3% perubahan dalam harga saham perusahaan mampu dijelaskan
oleh variabel return on equity (ROE), capital adequacy ratio (CAR), net interest
(NIM) dan dividen payout ratio sedangkan 76,7% (100% – 23,3%) lagi dijelaskan
oleh faktor – faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Dari uji ANOVA diperoleh hasil pengolahan data sebagai berikut :
Tabel 5.7 Uji Anova (simultan)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 46896817.274 4 11724204.319 4.273 .006(a)
Residual 107004884.612 39 2743714.990
Total 153901701.886 43
a Predictors: (Constant), DPR, CAR, ROE, NIM b Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber : Lampiran 4 Hasil Pengolahan Data
Dari uji ANOVA atau F test, didapat nilai F hitung sebesar 4,273 dengan
tingkat signifikan 0,006 jauh lebih kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh return on equity (ROE), capital adequacy ratio
(CAR), net interest margin (NIM) dan dividen payout ratio (DPR) terhadap harga
penelitian sudah tepat, dengan kata lain variable independen secara simultan dapat
digunakan untuk memprediksi perubahan harga saham perusahaan.
5.1.4.2. Uji parsial (Uji
t)
Pengujian secara parsial adalah untuk melihat apakah ada pengaruh return on
equity (ROE), capital adequacy ratio (CAR), net interst margin (NIM) dan dividen
payout ratio (DPR) secara individual terhadap harga saham. Hasil penelitian dapat
dilihat pada tabel 5.8 berikut ini :
Tabel 5.8 Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig
1 (Constant) -71.344 1044.095 -.068 .946
ROE 108.683 28.885 .530 3.763 .001
CAR 34.140 33.915 .139 1.007 .320
NIM -4.856 63.316 -.011 -.077 .939
DPR -13.118 6.911 -.264 -1.898 .065
a.Dependen Variabel: Harga_Saham
Sumber : Lampiran 5 Hasil Pengolahan Data
Hasil dari pengujian secara parsial terhadap variabel independen adalah
sebagai berikut :
1. Pengujian parsial ROE
Dari tabel 5.8 diperoleh nilai p- value (pada kolom Sig) 0,001 yaitu lebih kecil
dari tingkat signifikan 0,05. Hal tersebut berarti bahwa variable ROE berpengaruh