• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAKIKAT BUDAYA POLITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HAKIKAT BUDAYA POLITIK"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

HAKIKAT BUDAYA POLITIK

Budaya politik merupakan bagian dari kehidupan politik. Budaya politik hanyalah dipandang sebagai kondisi-kondisi yang mewarnai corak kehidupan masyarakat tanpa memiliki hubungan dengan sistem politik dan struktur politik. Dalam pandangan tersebut, budaya politik memengaruhi dalam proses-proses politik.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mengetahui berbagai macam peristiwa politik. Bahkan, beberapa di antaranya menjadi bahan perbicangan hangat dan menarik. Salah satunya adalah penyelesaian masalah Bank Century. Hampir setiap hari, kita dapat menyaksikan melalui layar televisi rapat Pansus Century di Gedung DPR. Penyelesian kasus Bank Century melalui jalur politik menjadi topik yang hangat dan menarik untuk diikuti. Kita dapat mengetahui kinerja para wakil rakyat dalam menyelesaikan kasus yang cukup menghebohkan tersebut.

Dari peristiwa politik yang tersaji melalui media massa, masyarakat dapat memberikan pendapat, memperoleh tambahan pemahaman dan pengetahuan cara kerja anggota dewan, dapat menilai kesungguhan para wakil rakyatnya, serta menunjukkan sikap dan perasaan tertentu. Pendapat, pemahaman, pengetahuan, sikap dan perasaan tersebut merupakan cerminan budaya politik masyarakat.

1. Konsep Budaya Politik

Konsep budaya politik berpusat pada imajinasi (pikiran dan perasaan) yang membentuk aspirasi, harapan, preferensi, dan prioritas tertentu dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan sosial politik. Masyarakat Indonesia secara sosiokultural mempunyai pola budaya politik dengan elemen yang pada prinsipnya bersifat dualistis, yang berkaitan dengan tiga hal, yaitu:

a)Dualisme kebudayaan yang mengutamakan keharmonisan dengan kebudayaan yang mengutamakan kedinamisan (konfl iktual). Dualisme ini bisa dilihat dalam interaksi kebudayaan yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Jawa dengan kebudayaan yang dipengaruhi oleh kebudayaan luar Jawa, terutama Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Sulawesi.

b)Dualisme antara budaya dan tradisi yang mengutamakan keleluasaan dengan yang mengutamakan keterbatasan. Hal ini merupakan pengaruh kemanunggalan militer-sipil dalam proses sosial politik semenjak Proklamasi sampai dengan Orde Baru.

c)Dualisme implikasi masuknya nilai-nilai Barat ke dalam masyarakat Indonesia.

2. Pengertian Budaya Politik

Budaya politik yang berkembang dalam suatu negara dilatarbelakangi oleh beberapa hal, seperti situasi, kondisi, dan pendidikan masyarakat. Latar belakang tersebut tentunya terjadi di sekitar pelaku politik. Mereka dianggap memiliki kewenangan dan kekuasaan dalam membuat kebijakan. Dengan demikian, budaya politik yang berkembang dalam masyarakat suatu Negara akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk memahami tentang budaya politik, terlebih dahulu harus dipahami tentang pengertian budaya dan politik. Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu budhayah, bentuk jamak dari budhi yang artinya akal. Dengan demikian, budaya diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan akal atau budi. Budaya adalah segala yang dihasilkan oleh manusia berdasarkan kemampuan akalnya. Budaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) dapat dipelajari,

2) dapat diwariskan dan diteruskan, 3) hidup dalam masyarakat,

(2)

4) dikembangkan dan berubah, 5) terintegrasi.

Adapun politik berasal dari bahasa Yunani polis dan teta. Polis berarti kota atau Negara kota, teta berarti urusan. Dengan demikian, politik berarti urusan negara (pemerintahan). Selain dari arti kata, banyak para ahli yang mengemukakan pendapat tentang politik. Beberapa pengertian tentang politik yaitu:

a. Mirriam Budiardjo

Politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari suatu sistem dan melaksanakan tujuan tujuan tersebut.

b. Dr. Wirjono Projodikoro, S.H.

Politik adalah penggunaan kekuasaan (macht) oleh suatu golongan anggota masyarakat terhadap golongan lain.

c. Joyce Mitchell

Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuat kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya.

Dari berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan pengertian dari budaya politik. Budaya politik adalah aspek politik dari sistem nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh suasana zaman saat itu dan tingkat pendidikan dari masyarakat itu sendiri.

Banyak ahli yang mengemukakan pengertian budaya politik. Beberapa definisi budaya politik yang disampaikan para ahli antara lain:

a. Gabriel A. Almond dan Sidney Verba

Menurut Almond dan Verba, budaya politik suatu bangsa sebagai distribusi pola pola orientasi khusus menuju tujuan politik di antara masyarakat bangsa itu dan tidak lain adalah pola tingkah laku individu yang berkaitan degan kehidupan politik yang dimengerti oleh para anggota suatu sistem politik.

b. Austin Ranney

Menurut Austin Ranney, budaya politik adalah seperangkat pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama, sebuah pola orientasi terhadap objek objek politik.

c. Samuel Beer

Samuel Beer mengemukakan bahwa budaya politik adalah nilai-nilai keyakinan dan sikap-sikap emosi tentang bagaimana pemerintahan seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan oleh pemerintah.

d. Alan R. Ball

Alan R. Ball mengemukakan bahwa budaya politik adalah susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi, dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan mengenai batasan pengertian budaya politik, yaitu:

a. Budaya politik tidak mengedepankan perilaku aktual, tetapi perilaku nonaktual. Bentuk bentuk perilaku nonaktual seperti pandangan, orientasi, keyakinan, sikap, emosi, kepercayaan, dan nilai-nilai yang dihayati para anggota suatu sistem politik. b. Budaya politik mengorientasikan sistem politik. Terdapat salah satu faktor yang memiliki arti penting pada pandangan terhadap sistem politik yaitu perasaan (trust) dan pemahaman (hostility). Perasaan tersebut berwujud kerja sama dan konfl ik yang bermanfat dalam membentuk kualitas politik.

c. Budaya politik mendeskripsikan warga negara sebagai anggota sistem politik. Dengan demikian, orientasi warga negara terhadap objek politik, akan memengaruhi

(3)

perilaku nonaktual sebagai cerminan budaya politiknya. Budaya politik masyarakat sangat dipengaruhi oleh struktur politik, sedangkan daya operasi struktur ditentukan oleh konteks kultural. Dilihat dari sudut pandang rangsangan secara keseluruhan, budaya politik bertujuan untuk mencapai atau memelihara stabilitas politik yang demokratis.

3. Komponen Pandangan Objek Politik

Almond dan Verba mengemukakan bahwa dalam pandangan objek politik terdapat tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen orientasi afektif, dan komponen orientasi evaluatif.

a. Komponen kognitif

Komponen kognitif adalah komponen yang menyangkut pengetahuan bidang politik dan kepercayaan pada politik peranan dan segala kewajibannya.

b. Komponen orientasi afektif

Komponen orientasi afektif adalah segala perasaan terhadap politik peranannya, para aktor, dan penampilannya.

c. Komponen orientasi evaluatif

Orientasi evaluatif adalah keputusan dan paradigma tentang objek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Menurut Almond dan Verba, untuk mengukur sikap individu dan masyarakat dalam system politik dapat digunakan ketiga komponen orientasi tersebut. Sementara dalam komponen evaluatif orientasi politik seseorang, ditentukan oleh orientasi moral. Norma-norma yang dianut seseorang warga negara menjadi dasar bagi sikap dan perannya terhadap sistem politik.Sedangkan orientasi evaluatif berkaitan erat dengan evolusi normatif, moral politik, dan etika politik Dalam kehidupan masyarakat, kekuasaan politik timbul dari hubungan antara individu yang menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Kebersamaan timbul dari proses saling adaptasi antara berbagai kepentingan pribadi. Oleh karena itu, hubungan antara warga masyarakat dengan pemegang kekuasaan secara alamiah berada dalam kondisi yang lebih harmonis bila dibandingkan dengan hubungan yang terdapat di masyarakat Barat.

Sumber: www.politikkita.com

4. Peranan Individu dalam Sistem Politik

Sistem politik modern merupakan satu hal yang sangat kompleks. Politik bukanlah suatu bentuk ekspresi dan aktualisasi kemampuan pribadi seseorang melainkan sesuatu yang didukung konsep serta gagasan-gagasan warga negara atau anggota masyarakat secara konsekuen.

Seorang politikus dalam suatu waktu memiliki peranan ganda. Misalnya, ia berperan sebagai anggota parlemen atau kabinet, sekaligus sebagai pemimpin partai politik atau organisasi kemasyarakatan. Dengan posisi tersebut dalam menjalankan peranan yang satu sering bertentangan dengan norma dan aturan yang melekat dalam peran yang lain. Untuk itulah diperlukan kehati-hatian dalam mengungkapkan suatu pendapat, usulan, maupun gagasan. Kapan waktunya ia berperan sebagai anggota parlemen dan kapan ia berperan sebagai pemimpin partai.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan pentingnya pemisahan peranan (role diferentiation) dalam situasi tertentu. Sikap kehati-hatian dalam membedakan peranan politik itu dapat dikatakan sebagai salah satu interaksi budaya politik. Untuk melihat peranan individu-individu dalam sistem politik, Almond dan Verba membedakan ke dalam golongan subjek, yaitu:

1. subjek pertama adalah struktur khusus seperti badan legislatif, eksekutif, dan birokrasi,

(4)

2. penunjang jabatan seperti pemimpin monarki, legislator, dan administrator, 3. kebijaksanaan, keputusan, dan penguatan keputusan. Orientasi individual terhadap kehidupan politik dipengaruhi oleh orientasi seseorang secara terbuka terhadap hal-hal sebagai berikut:

a. pengetahuan yang dimiliki tentang negara dan sistem politiknya dalam pengertian umum,

b. perasaan seseorang tentang terhadap struktur dan peranan elit politik dan penganjur penganjur kebijakan,

c. perasaan seseorang tentang struktur-struktur individu, keputusan-keputusan yang dilibatkan dalam seluruh rangkaian proses tersebut, bagaimana perasaan dan pendapatnya terhadap hal itu,

d. perasaan seseorang sebagai anggota sistem politik yang berkaitan dengan hak, kekuasaannya, kewajibannya, dan strateginya untuk dapat memasuki kelompok orang orang yang memiliki pengaruh,

e. penilaian seseorang terhadap norma-norma berpolitik. BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

A. Budaya Politik

1. Pengertian Budaya Politik

Setiap masyarakat dari suatu negara selalu memiliki budaya politik. Demikian juga individu-individu yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang senantiasa memiliki orientasi dan persepsi terhadap sistem politiknya.

Budaya yang berasal dari kata ‘buddhayah’ yang berarti akal, atau dapat juga didefinisikan secara terpisah yaitu dengan dua buah kata ‘budi’ dan ‘daya’ yang apabila digabungkan menghasilkan sintesa arti mendayakan budi, atau menggunakan akal budi tersebut. Bila melihat budaya dalam konteks politik hal ini menyangkut dengan sistem politik yang dianut suatu negara beserta segala unsur (pola bersikap & pola bertingkah laku) yang terdapat di dalamnya.

Budaya politik adalah salah satu komponen dalam sistem politik yang diinternasilasikan ke dalam kesadaran, perasaan dan evaluasi penduduknya. Budaya politik dapat dipandang sebagai landasan sistem politik yang memberi jiwa atau warna pada sistem politik dan sekaligus memberikan arah pada peran-peran politik yang dilakukan oleh struktur politik.

Budaya politik merupakan perwujudan nilai-nilai politik yang dianut oleh sekelompok

masyarakat, bangsa, atau negara yang diyakini sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan politik kenegaraan. Beberapa pendapat para ahli tentang budaya politik adalah sebagai berikut :

TOKOH Pengertian Budaya Politik

Gabriel A. Almond dan Sidney Verba

suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu.

Samuel Beer nilai-nilai keyakinan dan sikap-sikap emosi tentang bagaimana pemerintahan seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan oleh pemerintah

Larry Diamond

keyakinan, sikap, nilai, ide-ide, sentimen, dan evaluasi suatu masyarakat tentang sistem politik negeri mereka dan peran masing-masing individu-individu dalam sistem itu.

Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell Jr.

suatu konsep yang terdiri dari sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan ketrampilan yang sedang berlaku bagi seluruh anggota masyarakat, termasuk pola kecenderungan-kecenderungan khusus serta pola-pola kebiasaan yang terdapat pada

(5)

kelompok-TOKOH Pengertian Budaya Politik kelompok dalam masyarakat.

Alan R Ball suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi, dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik.

Marbun pandangan politik yang mempengaruhi sikap, orientasi dan pilihan politik seseorang

Mochtar

Masoed, Colin Mac Andrews

sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pmerintahan negara dan politiknya.

Rusadi

Suminta-pura

pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik

Pengertian budaya politik ini membawa pada suatu pemahaman konsep yang memadukan dua tingkat orientasi politik, yaitu orientasi sistem dan orientasi individu. Sebagai sebuah sistem, organisasi politik hendaknya memiliki orientasi yang hendak mengupayakan kesejahteraan warga negara. Aspek individu dalam orientasi politik hanya sebagai pengakuan pada adanya fenomena dalam masyarakat tertentu yang semakin mempertegas bahwa masyarakat secara keseluruhan tidak dapat terlepas dari orientasi individu. Artinya, hakikat politik sebenarnya bukan berorientasi pada individu pemegang kekuasaan dalam politik, melainkan kesejahteraan rakyat yang menjadi orientasinya.

Jadi, budaya politik menunjuk pada orientasi dari tingkah laku individu/ masyarakat terhadap sistem politik tertentu. Bila kita hubungan dengan budaya politik di Indonesia menunjukkan bahwa budaya bangsa Indonesia sangat majemuk, tetapi tekad untuk tetap bersatu dengan sebutan Bhinneka Tunggal Ika, artinya secara kultur kita majemuk, tetapi secara politik ingin bersatu, karena di dalam persatuan dapat memberikan tempat kepada kemajemukan itu.

Dalam kehidupan politik pada kenyataannya terdapat dua tingkat orientasi politik, yaitu tingkat individu dan tingkat masyarakat. Orientasi individu terdapat sistem politik dapat dilihat dari tiga komponen, yaitu :

KOMPON EN

PENGERTIAN Orientasi

Kognitif

Suatu orientasi yang meliputi berbagai pengetahuan dan keyakinan tentang sistem politik. Hal ini berkaitan dengan aspek pengetahuan seseorang mengenai jalannya sistem politik.

Orientasi Afektif

Suatu orientasi yang menunjuk kepada aspek perasaan atau ikatan emosional seorang individu terhadap sistem politik.

Orientasi Evaluatif

Suatu orientasi yang berkaitan dengan penilaian moral seseorang terhadap sistem politik, selain itu juga menunjukkan pada komitmen terhadap nilai-nilai dan pertimbangan-pertimbangan politik tentang kinerja sistem politik.

Dengan demikian, budaya politik tidak lain adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik. Teori tentang budaya politik merupakan salah satu bentuk teori yang dikembangkan dalam memahami sistem politik. Oleh karena itu, memahami konsep budaya politik setidaknya memiliki dua manfaat yaitu:

a. Mengetahui sikap-sikap warga negara terhadap sistem politik yang akan mempengaruhi tuntutan- tuntutan, tanggapannya, dukungannya serta orientasinya terhadap sistem politik itu.

(6)

b. Dengan memahami hubungan antara budaya politik dengan sistem politik, maksud-maksud individu melakukan kegiatannya dalam sistem politik atau faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pergeseran politik dapat dimengerti

2. Ciri-Ciri Budaya Politik

Konsep budaya politik pada hakikatnya berpusat pada imajinasi (pikiran dan perasaan) manusia yang merupakan dasar semua tindakan. Oleh karena itu, dalam menuju arah pembangunan dan modernisasi suatu masyarakat akan menempuh jalan yang berbeda antara satu masyarakat dengan yang lain dan itu terjadi karena peranan kebudayaan sebagai salah satu faktor. Budaya politik dapat membentuk aspirasi, harapan, preferensi, dan prioritas tertentu dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan sosial politik. Setiap masyarakat memiliki

common sense yang bervarisi dari satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain,

yang berimplikasi pada perbedaan persepsi tentang kekuasaan, partisipasi, pengawasan (control) sosial, serta kritik masyarakat.

Pada masyarakat politik, interaksi setiap individu maupun kelompok memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

BENTUK

AKTIVITAS URAIAN / KETERANGAN

Perilaku Politik (Political Behavior)

Perilaku politik dapat dinyatakan sebagai keseluruhan tingkah laku aktor politik dan warganegara yang telah saling memiliki hubungan antara pemerintah, dan antara kelompok masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik. Budaya

Politik (Political

Culture)

Budaya politik merupakan suatu sikap orientasi yang khas warganegara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warganegara yang ada di dalam sistem itu.

Kelompok Kepen-tingan

(Interest Group)

Kelompok atau organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Kelompok kepentingan tidak berusaha menguasai pengelolaan pemerintahan secara langsung, meskipun mungkin pemimpin-pemimpin atau anggotanya memenangkan kedudukan-kedudukan politik berdasar pemilihan umum.

Kelompok Pene-kan (Pressure Group)

Kelompok yang dapat mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijaksanaan pemerintah. Adapun cara yang dipergunakan dapat melalui persuasi, propaganda, atau cara-cara lain yang dipandang lebih efektif.

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses politik biasanya memilih tindakan-tindakan tertentu yang berbeda satu sama lain. Tindakan-tindakan tersebut biasanya sangat khas dan dimaksudkan untuk memperjuangkan kepentingannya. Secara umum, tindakan tersebut tercermin melalui perilaku politik,. Agar kepentingan seseorang atau suatu kelompok dapat diketahui oleh pihak lain dan dijadikan sebagai pokok bahasan, maka diperlukan adanya komunikasi politik.

3. Macam-Macam Budaya Politik

Dari pemahaman konsep tentang budaya politik dan hubungannya dengan sistem politik, Gabriel Almond mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut :

BUDAYA POLITIK

KETERANGAN Budaya

politik

Budaya politik ini terbatas pada satu wilayah atau lingkup yang kecil atau sempit, terdapat dalam masyarakat yang tradisional dan

(7)

BUDAYA POLITIK KETERANGAN parokial (parochial political culture)

sederhana, tidak ada peran politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri, masyarakatnya cenderung tidak menaruh minat terhadap obyek-obyek politik yang luas, kecuali dalam batas-batas tertentu diselitar tempat tinggal, disebabkan oleh faktor kognitif (rendahnya tingkat pendidikan)

Ciri-cirinya, antara lain ; - apatis,

- pengetahuannya tentang politik rendah, - kesadaran berpolitiknya rendah, serta

- tidak peduli dan menarik diri dari kehidupan politik. Budaya

politik kaula

(subject political culture)

Budaya politik ini menunjuk pada orang-orang yang secara aktif patuh kepada pejabat-pejabat pemerintahan dan undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik atapun memberikan suara dalam pemilihan, masyarakatnya sudah mempunyai minat, perhatian, kesadaran, terhadap sistem sebagai keseluruhan, masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya), tetapi masih bersifat pasif. Orientasinya mengembangkan pranata-pranata demokrasi lebih bersifat efektif dan normatif daripada kognitif.

Ciri-ciri budaya politik ini antara lain; - memiliki pengetahuan politik cukup - partisipasi politik minim

- kesadaran berpolitik rendah. Budaya politik partisipan (participant political culture)

Budaya politik ini merupakan suatu bentuk budaya politik dimana anggota masyarakat cenderungh diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem secara keseluruhan dan terhadap struktur dan poroses politik secara administrasi. Budaya politik ini ditandai adanya kesadaran bahwa dirinya ataupun orang lain sebagai anggota aktif dalam kehidupan politik. Oleh karena itu, warganegaranya tidak hanya diorientasikan terhadap partisipasi aktif dalam, tetapi juga sebagai subyek dimana hukum dan kekuasaaan serta kelompok utama lebih beragam.

Ciri-ciri, antara lain ;

- pengetahuan politik tinggi - kesadaran politik tinggi - partisipasi politik aktif, - kontrol politik aktif.

Dalam budaya politik, birokrasi pemerintahan Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga kini masih belum bergeser dari paradigma kekuatan, bukan pelayanan. Dalam paradigma kekuasaan terkandung hak-hak untuk mengatur, untuk itu mereka memperoleh sesuatu dari mereka yang diatur. Rakyat sebagai pihak yang dikuasai, bukan yang menguasai. Oleh karena itu, rakyat harus memberikan sesuatu kepada penguasa agar dapat melayaninya. Fenomena sosial menunjukkan betapa rakyat dibuat sibuk oleh aparat pemerintah untuk upacara penyambutan presiden, sebagai penguasa tertinggi di negeri ini yang berkunjung ke daerah kekuasaannya. Demikian pula ketika para petinggi pemerintahan lain berkunjung, pengadaan acara-acara seremonial, dan pengagungan simbol-simbol menjadi momen penting yang menghabiskan banyak dana yang sebenarnya kurang bermanfaat. Hal ini menunjukkan upaya rakyat untuk menghormati pemerintah/atasan agar mereka

(8)

tetap mendapat pelayanan. Padahal secara esensial, pelayanan menjadi tugas yang diemban oleh pemerintah.

Affan Gaffar mengemukakan bahwa budaya politik masyarakat Indonesia terbagi menjadi tiga; hierarkhi tegas, patronage (patronclient), dan neo-patrimonialistik.

BUDAYA

POLITIK KETERANGAN

Hierarkhi yang tegas

memilahkan dengan mengambil jarak antara pemegang kekuasaan dengan rakyat sehingga kalangan birokrat sering menampakkan diri dengan self-image yang bersifat benevolent. Seolah-olah mereka sebagai kelompok pemurah, baik hati dan pelindung rakyat, sehingga ada tuntutan rakyat harus patuh, tunduk, dan setia pada penguasa. Perlawanan terhadap penguasa akan menjadi ancaman bagi rakyat. Lebih tragis lagi, suatu upaya untuk melindungi hak mereka sendiri pun diartikan sebagai perlawanan pula.

Budaya politik

patronage

sebagai budaya yang paling menonjol di Indonesia. Pola hubungan dalam budaya politik patronage ini bersifat individual, yakni antara si patron dan si client, majikan dan pembantu, atasan dan bawahan. Antara keduanya terjadi interaksi yang bersifat resiprokal atau timbal balik dengan mempertukarkan kekuasaan, kedudukan, jabatan dengan tenaga, dukungan, materi, dan loyalitas. Budaya politik ini menjadi salah satu penyebab maraknya praktik KKN dan ketidakadilan dalam masyarakat.

Budaya

neo-patrimoniali stik

negara memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik, seperti birokrasi di samping juga memperlihatkan atribut yang bersifat patrimonialistik

4. Faktor Penyebab Berkembangnya Budaya Politik di Daerah

Perkembangan budaya politik pada tingkat daerah lebih didominasi oleh pemikiran dan tingkah laku politik pada budaya politik yang telah matang. Pada tingkat nasional yang lebih menonjol adalah interaksi antar sub budaya politik, di tingkat daerah peranan budaya pilitik nasional masih sangat kuat. Kenyataan ini mengakibatkan terjadinya peningkatan dan percepatan interaksi antar sub budaya politik, yang dengan sendirinya akan menimbulkan dampak pada proses pembentukan budaya politik nasional.

Sehubungan dengan adanya proses pembentukan budaya politik nasional, terdapat beberapa unsur yang berpengaruh, yaitu :

a. Unsur sub budaya politik yang berbentuk ”budaya politik asal” yaitu budaya politik yang dimiliki seseorang atau suatu masyarakat, atau budaya politik yang telah tumbuh dan berkembang dalam dirinya sesuai dengan latarbelakang lingkungannya (kesetiaan primordial).

b. Aneka rupa sub budaya politik yang berasal dari luar lingkungan tempat budaya asal itu berada. Dalam interaksi antar budaya politik asal dengan budaya politik dari luar, telah berlangsung suatu proses akulturasi budaya politik yang saling mempengaruhi.

c. Budaya politik nasional itu sendiri. Peranan budaya politik nasional tergantung pada tahap yang telah ditempuh dalam proses pembentukannya. Pertumbuhan budaya politik nasional memiliki tiga tahap yaitu budaya politik nasional yang sedang dalam proses pembentukannya, telah mengalami proses pematangan, sudah mapan.

(9)

Perkembangan-perkembangan pada tingkat sub budaya politik menunjukkan bahwa pada umumnya budaya politik daerah telah menerima pengaruh yang besar dari dua faktor dominan yang ada dalam kehidupan masuyarakat Indonesia. Kedua faktor tersebut adalah sistem kultural (adat istiadat) dan sistem kepercayaan (agama). Oleh sebab itulah sistem kultural masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh luar. Pertemuan antara adat dan agama telah mematangkan sub budaya politik di Indonesia.

Disamping itu, proses pematangan budaya politik di tingkat daerah adalah adanya

pengakuan atau kesepakatan atas nilai-nilai yang ada dalam masyarakat

masing-masing. Dengan demikian, yang telah mewarnai perkembangan kebanyakan sub budaya politik adalah keserasian antar aspek-aspek budaya politik masyarakat dengan struktur politiknya. Walaupun juga diakui di tingkat daerah sudah pasti bahwa masyarakat di daerah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor negatif, yang dapat berakibat negatif seperti konflik. Dalam manifestasinya, konflik dapat memotivasi munculnya pelanggaran-pelanggaran yang dapat berujung pada pembangkangan-pembangkangan, baik secara individu, kelompok terhadap yang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

5. Perkembangan Budaya Politik

Cara-cara berpolitik yang berkembang dalam masyarakat tidak akan terlepas dari masalah ideologi dan masalah politik. Hal itu tergabung pada pandangan hidup rakyat dan negaranya, serta dasar negaranya. Ideologi politik akan mempengaruhi sikap politik dari suatu negara dan rekannya. Berbagai sikap politik yang bermacam-macam akan mempengaruhi sikap hidup rakyatnya. Sikap tersebut antara lain :

SIKAP-SIKAP PENGERTIAN

radikal sikap seseorang yang menghendaki perubahan terhadap sesuatu yang ada secara cepat. Sikap radikal menghendaki perubahan semua tatanan atau semua aspek kehidupan masyarakat sampai ke akar-akarnya, dan jika perlu dengan kekerasan.

politik status quo

mereka yang berusaha mempertahankan staus quo dan mendukung sistem itu secara utuh, sekaligus pelakunya. Merekalah yang sebenarnya terhanyut dalam kenikmatan penguasaan asas ekonomi, politik, hukum, sosial dan lain sebagainya.

Status quo

suatu sikap dari suatu rezim yang berkuasa apabila terjadi peralihan kekuasaan agar tetap dalam satu rezim itu, dan berusaha tidak ada perubahan dengan maksud agar kesalahan-kesalahan rezim itu dapat terungkap.

Konservat if

sikap yang dipertahankan oleh rezimnya agar kelompok itu tidak terusik dalam kehidupannya dan terhormat dalam masyarakat dan bangsanya, serta seolah-olah semua keberhasilan yang dicapai merupakan perjuangan rezimnya serta tidak ada kekuatan lain yang mampu melaksanakan pemerintahan.

politik moderat

sikap menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem atau berkecenderungan perilaku ke arah dimensi atau tengah jalan. Pandangannya cukup dan mampu mempertimbangkan pandangan pihak lain.

6. Budaya Politik yang Berkembang di Masyarakat

Apabila pelaksanaan sosialisasi politik dapat dilaksanakan dengan baik melalui berbagai sarana yang ada, maka masyarakat dalam kehidupan politik kenegaraan sebagai satu sistem akan lahir dan berkembang budaya politiknya secara proporsional, jujur dan adil, serta bertanggung jawab. Ini berarti, tanggung jawab masyarakat sesuai dengan hak dan kewajibannya, yaitu bagaimana dirinya mampu

(10)

berperan dan berpartisipasi dalam kehidupan politik kenegaraan atas dasar kesadaran politik yang baik dan tinggi. Tolok ukur keberhasilan sosialisasi politik terletak pada sejauh mana pendidikan politik yang telah dilakukan, sehingga menghasilkan masyarakat yang mempunyai kesadaran dan budaya politik ”etis’ dan ”normatif’ dalam mewujudkan partisipasi politiknya.

Melalui pendidikan politik, kader-kader anggota partai politik tersebut diharapkan akan memperoleh manfaat atau kegunaan, sebagai berikut :

a. Dapat memperluas pemahaman, penghayatan dan wawasan terhadap masalah-masalah atau isu-isu yang bersifat politis.

b. Mampu meningkatkan kualitas diri dalam berpolitik dan berbudaya politik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Lebih meningkatkan kualitas kesadaran politik rakyat menuju peran aktif dan partisipasinya terhadap pembangunan politik bangsa secara keseluruhan.

Sasaran pendidikan politik adalah orang dewasa, dan lebih diutamakan generasi muda yang memiliki potensi sebagai generasi penerus bangsa. Adapun potensi-potensi yang dimiliki oleh generasi muda, antara lain :

a. Memiliki idealisme dan daya kritis. b. Memiliki dinamika dan kreativitas. c. Berani mengambil resiko.

d. Bersifat optimis dan memiliki semangat yang tinggi.

e. Memiliki sikap kemandirian dan disiplin murni (self discipline). f. Patriotisme dan terpelajar.

g. Fisik (jasmani) kuat dan jumlahnya banyak. h. Mempunyai sikap kesatria.

i. Memiliki kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi.

B. Tipe-Tipe Budaya Politik yang Berkembang dalam Masyarakat Indonesia

1. Tipe-Tipe Budaya Politik di Indonesia

Nazaruddin Sjamsudin menyebutkan bahwa dalam sebuah budaya politik, ciri utama yang menjadi identitas adalah nilai atau orientasi yang menonjol dan diakui oleh masyarakat atau bangsa secara keseluruhan. Oleh karena bersifat menonjol, diakui oleh masyarakat, dan dijadikan sebagai identitas, serta ciri utama itu menjadi simbul. Bagi Indonesia, simbul yang kita miliki adalah Bhinneka Tunggal Ika, dalam budaya ini ada dua nilai yaitu toleransi dan tenggang rasa.

Berkaitan dengan budaya politik Indonesia ada beberapa pendapat para ahli antara lain :

TOKOH BUDAYA POLITIK YANG DOMINAN DI INDONESIA Herbert Feith

(Australia)

· aristokrasi Jawa · wiraswasta Islam. Clifford Greertz (Amerika

Serikat) · santri, · abangan · priyayi. Hildred Greertz (Amerika Serikat)

· petani pedalaman Jawa dan Bali, · masyarakat Islam pantai

· masyarakat pegunungan

Sementara itu, Mochtar Masoed dan Calin Mac Andrews, menyebutkan ada tiga model kebudayaan politik berdasarkan proporsi ketiga tipe budaya politik sebagaimana disebutkan oleh Almond, yaitu :

MODEL KEBUDAYA

AN

(11)

Masyarakat

de-mokratis indus-trial

Dalam sistem ini jumlah partisipan mencapai 40-60% dari penduduk dewasa. Mereka terdiri atas para aktivis politik dan para peminat politik yang kritis mendisukusikan masalah-masalah kemasyarakatan dan pemerintahan. Mereka adalah kelompok-kelompok pendesak yang mengusulkan kebijakan-kebijakan baru untuk melindungi kepentingan khusus mereka. Sementara, jumlah yang berbudaya politik subyek kurang lebih 30 %, sedangkan parakial kira-kira 10 %. Masyarakat

de-ngan sistem politik otoriter

Dalam sistem ini sebagain besar rakyat hanya menjadi subyek yang pasif. Mereka mengakui pemerintah dan tunduk pada hukumnya, tetapi tidak melibatkan diri dalam urusan pemerintahan. Sebagain kecil rakyat lainnya berbudaya politik partisipan dan parakial. Kelompok partisipan berasal dari mahasiswa dan kaum intelektual, pengusaha dan tuan tanah. Mereka menentang dan bahkan memprotes sistem politik yang ada. Sementara kaum parakial yang sedikit sekali kontaknya terhadap sistem politik terdiri dari petani dan buruh tani yang hidup dan bekerja di perkebunan-perkebunan.

Sistem demo-kratis praindus-trial

Dalam sistem ini sebagian besar warganegaranya menganut budaya politik parakial. Mereka hidup di pedesaan dan buta huruf. Pengetahuan dan keterlibatannya mereka dalam kehidupan politik sangat kecil. Sementara itu, kelompok partisipan sangat sedikit jumlahnya, biasanya berasal dari professional terpelajar, usahawan, dan tuan tanah. Demikian pula proporsi jumlah pendukung budaya politik subyek juga relatif kecil.

Affan Gaffar menyatakan sangat sulit mengidentifikasi wujud budaya politik Indonesia, yang dapat dilakukan adalah menggambarkan pola budaya politik dominan yang berasal dari kelompok etnis dominan, yaitu kelompok etnis Jawa. Budaya ini sangat mewarnai sikap, perilaku, dan orientasi politik kalangan elit politik Indonesia. Affan Gaffar menyebutkan bahwa budaya politik Indonesia memiliki tiga ciri dominan, yaitu :

CIRI DOMINAN KETERANGAN Hierarki yang tegas/ ketat

Masyarakat Jawa bersifat hierarki, stratifikasi sosial ini nampak adanya pemilahan tegas antara penguasa dan rakyat. Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial tercermin pada cara penguasa memandang rakyat. Mereka cenderung melihat dirinya sebagai pamong/ guru/ pendidik bagi rakyat mereka juga mencitrakan dirinya sebagai kelompok yang pemurah, baik hati, dan pelindung, namun sebaliknya dia merendahkan rakyatnya. Implikasi negatif lainnya, terlihat dalam menentukan kebijakan politik yang hanya dilakukan oleh pemerintah atau penguasa tanpa melibatkan rakyat, kadang rakyat dalam pelaksanaannnya ndiwajibkan untuk berpartisipasi lama menyukseskan kebijakan politik tersebut. Oleh karena itu, orientasi hierarki lebih baik diganti dengan orientasi kerakyatan.

Kecenderun gan

Patronage

Pola hubungan ini berisfat individu, antara dua individu yaitu patron dan client, terjadi interaksi timbal balik dengan memperturkan sumber daya yang dimiliki masiong-masing. Patron memiliki sumber daya yang berupa kekuasaan, jabatan, perlindungan, perhatian, dan harta kekayaan, sedangkan client memiliki sumber daya berupa tenaga, dukungan dan kesetiaan.

(12)

CIRI DOMINAN KETERANGAN gan Neo patrimoni-alistik

seperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. Max Weber mengatakan negara patrimonialistik memiliki sejumlah karakter, antara lain;

a) Kecenderungan untuk mempertukarkan sumber daya yang dimiliki seorang penguasa kepada teman-temannya.

b) Kebijakan seringkali bersifat partikularistik daripada bersifat universalistik

c) Rule of Law bersifat skunder jika dibandiungkan kekuasaan penguasa (rule of man).

d) Penguasa politik sering kali mengaburkan antara kepentingan umum dan kepentingan politik.

2. Tipe Budaya Politik yang Berkembang dalam Masyarakat Indonesia Perilaku politik manusia di Indonesia masih memiliki corak yang menjadikannya sulit untuk menerapkan demokrasi yang murni, yaitu :

a. Golongan elite strategis yakni kecenderungan untuk memaksakan subjektifisme mereka agar menjadi objektifisme, sikap seperti ini biasanya melahirkan sikap mental yang otoriter totaliter.

b. Anggota masyarakat biasa, bersifat emosional-primordial.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, budaya politik merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang melekat di dalam diri individu, yang menjadi dasar bagi cara pandang, sikap, maupun tingkah laku individu itu sendiri. Akibatnya, budaya politik dapat berkembang, berubah ataupun tetap. Kemungkinan besar budaya politik memang akan cenderung untuk terus berkembang atau berubah. Akan tetapi hal ini amat tergantung pada sosialisasi politik, karena sosialisasi politik merupakan proses pewarisan nilai dan norma politik dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Misalnya pada masa Orde Baru, budaya politik dapat dipertahankan. Ketika itu, warganegara telah mengalami sosialisasi politik sejak kecil. Contohnya adalah dengan diadakannya penataran P4 sejak SLTP, SLTA, dan bahkan Perguruan Tinggi. Sebagai salah satu bagian dari kebudayaan suatu negara, budaya politik merupakan satu diantara banyaknya jenis lingkungan yang mengelilingi, mempengaruhi, dan bahkan menekan sistem politik. Di dalam budaya politik sendiri berinteraksi sejumlah sistem antara lain sistem ekologi, sistem sosial, dan system kepribadian yang tergolong dalam kategori lingkungan dalam masyarakat, maupun lingkungan luar masyarakat, yang merupakan hasil kontak sistem politik dengan dunia luar. Secara tidak langsung, budaya politik merupakan yang paling dianggap intens dan mendasari sistem politik Indonesia

Sistem budaya Indonesia memiliki banyaknya sub-budaya politik karena banyaknya budaya daerah yang muncul dalam sistem budaya Indonesia. Masing-masing sub-budaya politik tersebut memiliki jarak yang berbeda dengan struktur politik. Kondisi perbedaan ini kemudian turut diperbesar oleh letak geografis yang dimiliki oleh Indonesia. Berbagai kondisi ini kemudian melahirkan pluralitas budaya politik Indonesia

Rahman (1998) juga menyebutkan bahwa bentuk budaya politik Indonesia merupakan sub-budaya atau budaya sub-nasional yang dibawa oleh pelaku-pelaku politik hingga terjadi interaksi, kerjasama dan persaingan antar sub-budaya politik itu. Interaksi dan pertemuan-pertemuan antar sub-budaya politik itulah, yang

(13)

melatarbelakangi tingkah laku aktor politik yang terlihat dalam pentas panggung politik nasional kini.

Budaya politik juga dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu: SUDUT

PANDANG KETERANGAN

Nasional Pada sudut pandang ini, bentuk budaya politik amat sukar untuk diketahui. Contohnya adalah dengan menjadikan Pancasila sebagai budaya politik nasional pada masa Orde Baru. Budaya politik Pancasila sendiri memiliki ukuran berupa musyawarah mufakat untuk menyelesaikan masalah nasional dan juga tidak diperkenankannya oposisi. Budaya politik nasional juga dipengaruhi oleh budaya daerahsemisal rembug desa yang ada di desa-desa di Jawa

Bagian Pada sudut pandang ini, karena lebih spesifik, maka budaya politik lebih dapat terwujud, dan dapat dilihat pengaruhnya terhadap system politik Indonesia.

Sementara itu, untuk dapat melihat cara pandang budaya politik bagian, dapat dikaitkan dengan struktur sosial, baik secara vertikal maupun horisontal.

CARA

PANDANG KETERANGAN

Vertikal Secara vertikal dapat dilakukan dengan melihat budaya politik elit atau penguasa dan budaya politik massa atau yang dikuasai, yaitu dengan melihat suku bangsa, agama, ataupun ras mereka.

Horisonta l

Secara horisontal dapat dilakukan dengan melihat Suku bangsa, agama, dan juga ras yang menonjol pengaruhnya di dalam sistem politik Indonesia. Misalnya dengan melihat perbedaan budaya politik Jawa dan Non-Jawa, budaya politik Islam dan Non-Islam atau Nasionalis, dan juga budaya politik ras Tionghoa dan Asli.

Sekurangnya, terdapat tiga kelompok yang mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap sistem politik Indonesia:

KELOMPO K

KETERANGAN

Agama Kelompok agama yang berpengaruh terhadap sistem politik Indonesiaadalah Islam sebagai agama dari mayoritas penduduk. Kelompok ini bahkan telah berperan pada saat pembentukan UUD 1945, yaitu adanya golongan agama Islam dalam BPUPKI yang berhasil mempengaruhi Pancasila melalui Piagam Jakarta, antara lain: melalui Sila Pertama: …, menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya, dan juga Pasal 6 yang berbunyi: Presiden …, juga beragama Islam. Selanjutnya, pada awal kemerdekaan juga muncul kefanatikan agama sehingga menimbulkan pemberontakan. Contohnya adalah Pemberontakan DI/TII, yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Sedangkan pada masa Orde Baru, terjadi pemberontakan yang tumpang tindih dengan kepentingan lain. Misalnya adalan Peristiwa Tanjung Priok, Pembajakan Woyla, Peledakan BCA, dan lain sebagainya. Juga pada masa pasca-Orde Baru, masih terdapat kelompok Islam dalam parlemen yang memperjuangkan isi dari Piagam Jakarta.

Suku bangsa

Kelompok ini didominasi oleh suku Jawa karena suku ini memiliki banyak populasi. Tercatat sekurangnya 83,8 juta jiwa pada tahun 2000, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun 1,58%. Pada masa lalu, penempatan jabatan politik kabinet tidak semata-mata dilihat dari faktor partai politiknya tetapi juga dari sukunya, meskipun hal ini mempunyai pengaruh negatif. Contohnya pada tahun 1960-an, dari

(14)

KELOMPO K

KETERANGAN

menteri hingga aparat bawahan di Departemen Agama diduduki oleh suku bangsa tertentu karena suku bangsa tersebut dianggap memiliki keyakinan kuat pada agamanya. Tetapi hal ini mulai berkurang ketika profesionalisme lebih dipentingkan.

Ras Pada masa lalu didominasi oleh ras Tionghoa. Hal ini misalnya terlihat dari pengelompokan masyarakat yang dilakukan oleh Van Vallenhoven, yaitu Belanda, Timur Jauh, dan Pribumi. Ras Tionghoa menjadi golongan yang kuat sejak Orde Lama karena adanya jabatan struktural politik yang dipegang oleh ras Tionghoa. Bahkan ras Tionghoa dimanfaatkan untuk menarik pajak oleh pemerintah. Selain itu, ras Tionghoa juga memiliki sumber daya ekonomi yang lebih baik dibandingkan pribumi. Namun, setelah G30S/PKI yang diduga disponsori oleh Republik Rakyat Cina, biarpun ada kesempatan politik, banyak ras Tionghoa yang memilih terjun ke bidang ekonomi. Selanjutnya pada masa pasca-Orde Baru, sebagian kecil dari mereka terjun ke politik (seperti membentuk Partai Bhinneka Tunggal Ika) dan diperbolehkannya kebudayaan Cina dalam kehidupan sehari-hari (pertunjukan barongsai ataupun media massa yang berbahasa Cina). Proses pematangan budaya politik Indonesia pada dasarnya melibatkan suatu tahap untuk menserasikan antara sub-budaya politik, yang berupa sekian banyak subbudaya politik dengan struktur politik nasional. Interaksi kadangkala tidak dapat seimbang karena pada proses pematangan dari aspek-aspek budaya daerah yang telah cukup matang dan ada kesesuaian dengan struktur politik nasional.

Perkembangan tipe budaya politik pada dasarnya sejalan dengan perkembangan sistem politik yang berlaku pada suatu negara. Budaya politik yang dominan, tampaknya sebagai ramuan dinamis antara falsafah konserfatif, seperti

integrasionalisme dan paternalisme. Falsafah integrasionalisme menujuk pada,

sistem pengorganisasian negara integralistik merupakan bentuk yang paling sesuai dengan ”karakter nasional yang otentik” dari bangsa Indonesia. Salah satu inti pemikiran faham integralistik, adalah melihat negara sebagai suatu kesatuan organik, seperti halnya kesatuan antara anggota-anggota sebuah keluarga. Yang ditekankan adalah kesatuan antara pemimpin dan yang dipimpin. Pemimpinlah yang memegang kedaulatan rakyat yang dipimpinnya, karena pemimpin dan yang dipimpin merupakan satu kesatuan.

Falsafah integralistik, diterapkan pada masa kekuasaan Presiden Soeharto, untuk melakukan konsolidasi kekuasaan, serta membangun kekuasaan authoritarian

statecorporatism Orde Baru yang dikemas dalam demokrasi Pancasila. Demokrasi

Pancasila, yang selama kekuasaan Presiden Soekarno telah diberi konotasi revolusioner, dan pada masa kekuasaan Soeharto diberi interpretasi yang menonjolkan faham integralistik. Ideologi Pancasila selama era kepemimpinan Soeharto menunjang ideologi developmentalisme yang dikembangkan Orde Baru. Masa pemerintahan Orde baru, menerapkan falsafah integralistik dengan merumuskan ”Pers Pancasila”, yang pada intinya menempatkan pers bukan sebagai entitas yang otonom dan terpisah dari negara, melainkan sebagai bagian dari suatu kesatuan di bawah negara. Hal tersebut diterjemahkan dalam praktik budaya politik melalui berbagai ketentuan perundang-undangan yang secara langsung mempengaruhi praktik keseharian di sektor media, dan juga karakteristik teks (isi) media yang diproduksi selama masa Orde Baru berkuasa.

Budaya politik yang mempengaruhi sektor industri media bukan hanya budaya politik yang diproduksi dan dipelihara oleh penguasa negara belaka, melainkan juga

(15)

budaya paternalisme/ patriarki sebagai elemen budaya jawa yang paling dominan di tanah air. Budaya yang menempatkan kaum perempuan dalam posisi subordinasi tersebut telah mendorong para jurnalis wanita ke dalam keharusan menjalankan peran ganda (sebagai jurnalis dan ibu rumah tangga), sehingga membatasi gerak mereka dalam pekerjaan jurnalistik dibandingkan dengan kaum laki-laki. Di lain sisi, kuatnya budaya politik paternalistik tersebut, menyebabkan profesi jurnalistik seorang perempuan juga bisa membatasi kehidupan pribadinya, seperti kesulitan dalam menemukan suami yang ”mau memahami profesi istrinya sebagai wartawan”. Budaya paternalistik, semacam itu juga dimanfaatkan pemerintahan Orde Baru untuk membuat kebijakan gender yang dinilai bisa memperkuat sistem

integralistik-developmentalis.

3. Dampak Perkembangan Tipe Politik Sesuai dengan Perkembangan Sistem Politik Yang Berlaku

Macam-macam sistem politik banyak diperkenalkan oleh para ilmuan. Adapun macam sistem politik yang dikenal di dunia antara lain, sebagai berikut :

MACAM-MACAM SISTEM POLITIK

MELIPUTI SISTEM POLITIK : 1. Tradisional · Patriachal

· Patrimonial · Feodal 2. Antara tradisional dan

modern

Kerajaan birokrasi

3. Modern · Demokrasi

· kediktatoran (otoriter dan totaliter)

Menurut F.W. Riggs, ada empat institusi utama dalam sistem politik yaitu eksekutif, birokrasi, legislatif, dan partai politik. Berdasarkan empat institusi tersebut, F.W. Riggs mengemukakan bahwa ada enam tipe atau macam sistem politik, yaitu :

SISTEM

POLITIK CIRI-CIRI SISTEM POLITIK

1. asepali tidak memiliki eksekutif, birokrasi, legislatif, dan sistem kepartaian. 2. proseli memiliki eksekutif, tetapi tidak memiliki birokrasi, legilatif, dan

sistem kepartaian. 3.

ortosepali

memiliki eksekutif dan birokrasi tetapi tidak memiliki legislatif dan sistem kepartaian.

4.

heterosepali

memiliki eksekutif, birokrasi, dan legislatif, tetapi tidak memiliki sistem kepartaian.

5.

metasepali

memiliki eksekutif, birokrasi, legislatif, dan sistem kepartaian. 6.

suprasepali

memiliki erksekutif, birokrasi, legislatif, dan sistem kepartaian, serta lembaga lainnya.

Di negara-negara berkembang khususnya Indonesia, masyarakat yang hidup di pedesaan dan yang di perkotaan menuntut penanganan sungguh-sungguh dari aparat pemerintah atau penguasa setempat. Masyarakat pedesaan yang secara kuantitatif jauh lebih besar, sangat minim dalam hal kesadaran berpolitik, sehingga berdampak pada kehidupan politik nasional. Salah satu faktor penyebabnya yang paling dominan adalah rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di pedesaan, dan kalaupun ada jumlahnya relatif terbatas. Kondisi semacam ini jelas akan berpengaruh terhadap kemajuan pembangunan nasional di segala bidang.

C. Sosialisasi Budaya Politik

(16)

Sosialisasi politik merupakan konsep yang diperkenalkan oleh seorang sarjana Amerika Robert Hyman pada tahun 1950-an. Menurut Hyman, sosialisasi politik adalah suatu proses penyerapan nilai dari lingkungan sistem politik ataupun masyarakat terhadap individu atau terhadap masyarakat secara keseluruhan. Konsep ini muncul ketika para ilmuwan politik menyadari bahwa pewarisan nilai dan kepentingan serta prilaku politik selalu terjadi dan merupakan satu proses yang penting artinya dalam kehidupan politik. Kaitan antara sosialisasi politik dan sistem politik dijelaskan oleh David Easton dan Janck Dennis. Keduanya mengemukakan bahwa tujuan sosialisasi politik adalah untuk memantapkan sistem politik itu sendiri. Dengan diserapnya nilai-nilai politik atau orientasi-orientasi politik dari suatu sistem politik, maka diharapkan bahwa warganegara mempunyai seperangkat pengetahuan atau seperangkat nilai yang diperlukan untuk mendukung terpeliharanya sistem politik .

Sosialisasi politik merupakan satu konsep yang menentukan prilaku politik masyarakat. Dalam banyak masyarakat, pelestarian norma dan sikap politik dari satu generasi ke generasi selanjutnya sangat penting artinya bagi tegak berdirinya satu kekuatan politik (partai). Sosialisasi yang baik dianggap dapat meningkatkan stabilitas politik. Proses sosialisasi politik ini dapat terjadi karena pendidikan politik yang sering diadakan.

Secara umum, sosialisasi melalui tiga buah proses, yaitu kognitif, afektif, dan evaluatif. Kognitif adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan. Sedangkan ketika pikiran seseorang terpengaruhi oleh pengetahuan yang diperolehnya merupakan penjelasan dari afektif. Sedangkan ketika telah memasuki proses penilaian maka telah berada pada proses yang terakhir, yaitu evaluatif.

Pengertian sosialisasi politik diugkapkan oleh berapa ahli, diantaranya :

TOKOH SOSIALISASI POLITIK MERUPAKAN :

Gabriel Almond

proses di mana sikap-sikap politik dan pola-pola tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk dan juga merupakan sarana bagi suatu generasi untuk menyampaikan patakon-patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik kepada generasi berikutnya.

Kenneth P Langton

cara bagaimana masyarakat meneruskan kebudayaan politiknya. Hal ini dilakukan dengan memberikan penekanan pada cara masyarakat dalam meneruskan kebudayaan politiknya.

Ramlan Surbakti

proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakat. Irwin L.

Child

Segenap proses dimana individu, yang dilahirkan dengan banyak sekali potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah laku aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjdi kebiasaannya dan bisa diterima olehnya sesuai standar-standar dari kelompoknya.

David F. Aberle

pola-pola mengenai aksi sosial atau aspek-aspek tingkah laku yang menanamkan kepada individu-individu, ketrampilan-ketrampilan, motif-motif, dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan sepanjang kepentingan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus dipelajari.

Ricard E. Dawson

suatu pewarisan pengetahuan, nilai-nilai dan pandangan-pandangan politik dari orang tua, guru dan sarana-sarana sosialisasi politik lainnya kepada warganegara baru dan mereka yang menginjak dewasa.

(17)

Jadi sosialiasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-niali atau budaya politik kepada masyarakat. Sosialisasi politik harus dilakukan terus menerus selama hidup seseorang.

Sosialisasi merupakan proses induksi ke dalam kultur politik yang sama. Proses sosialisasi adalah proses seseorang mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan tingkah laku masyarakat. Dalam bahasa yang berbeda, sosialisasi politik merupakan proses sosial pewarisan nilai dan pembentukan prilaku politik melalui agen-agen politik dan berjalan sepanjang hidup seseorang (Bau, 2003: 38).

Ranney (1996) juga menyebutkan tahapan sosialisasi politik. Tahapan-tahapan tersebut antara lain : pengenalan nilai dan pola tingkah laku politik, melakukan seleksi dan pemantapan nilai dan pola tingkah laku politik, dan akhirnya institusionalisasi nilai dan pola tingkah laku politik. Kemudian pertemuan antara institusionalisasi dengan institusionalisasi lainnya disebut dengan budaya politik. Budaya politik amat tergantung kepada sosialisasi politik karena sosialisasi politik dapat mempertahankan budaya politik.

Bau (2003) menyebutkan bahwa keluarga dan sistem pendidikan merupakan dua institusi yang sangat penting dalam proses sosialisasi politik disamping partai politik sendiri, juga peer groups, media massa, kelompok terorganisir, kelompok informal, atau individu yang berpengaruh juga merupakan agen sosialisasi politik yang baik. 2. Mekanisme Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik

Dalam upaya pengembangan politik, sosialisasi politik sangat penting karena dapat membentuk dan mentransmisikan budaya politik suatu bangsa, selain itu juga dapat memelihara budaya politik suatu negara dalam peyampaian budaya politik dari suatu generasi ke generasi berikutnya, serta dapat mengubah budaya politik.

Untuk dapat membentuk, mentrasmisisikan, memelihara, dan mengubah nilai, sikap, pandangan maupun keyakinan politik diperlukan sarana-sarana dan agen-agen penunjang sosialisasi politik. Sarana-sarana dan agen-agen-agen-agen tersebut, antara lain :

SARANA DAN AGEN

KETERANGAN

Keluarga Keluarga merupakan lembaga atau kelompok sosial paling awal dijumpai oleh seorang anak (individu). Nilai, sikap, kaidah yang diperkenalkan kepada anak tidak secara eksplisit mengenai masalah politik, namun dalam keluarga yang demokratis anak akan lebih banyak mendapat kebebasan, sedangkan di dalam keluarga yang demokratis anak akan lebih banyak tertekan.

Wadah penanaman (sosialisasi) nilai-nilai politik yang paling efisien dan efektif adalah keluarga. Dalam keluarga, orang tua dan anak sering melakukan obrolan ringan tentang segala hal menyangkut politik, sehingga tanpa disadari terjadi transper pengetahuan dan nilai-nilai politik tertentu yang diserap oleh si anak.

Sekolah Di sekolah, melalui pelajaran Civics Education (Pendidikan Kewarganegaraan), siswa dan gurunya saling bertukar informasi dan berinteraksi dalam membahas topik-topik tertentu yang mengandung nilai-nilai politik dan praktis. Dengan demikian, siswa telah memperoleh pengetahuan awal tentang kehidupan berpolitik secara dini dan nilai-nilai politik yang benar dari sudut pandang akademis. Pemilihan sekolah sebagai sarana sosialisasi politik di dasarkan pada pertimbangan bahwa :

(18)

b) Pelajar sebagai pemilih rasional dan kritis

c) Potensi pelajar sebagai pelopor di tengah masyarakat d) Jumlah pelajar yang akan memilih cukup signifikan Kelompok

Ber-main

Seorang individu atau seseorang akan tertarik kepada masalah politik, apabila teman-temannya dalam kelompok itu tertarik kepada masalah politik.

Pekerjaan Organisasi yang dibentuk atas dasar pekerjaan dapat berfungsi sebagai saluran informasi tentang hal yang menyangkut masalah politik dengan jelas, atau paling tidak akan mempunyai pengaruh apabila yang bersangkutan terjun secara aktif di dalam organisasi politik.

Media Massa

Melalui media massa masyarakat dapat memperoleh informasi politik, dimana media massa dapat mempengaruhi sikap dan keyakinan politik maupun ideologi seseorang.

Kontak Politik Langsung (Partai Politik)

Selain melalui sarana keluarga, sekolah, dan partai politik, sosialisasi politik juga dapat dilakukan melalui peristiwa sejarah yang telah berlangsung (pengalaman tokoh-tokoh politik yang telah tiada). Melalui berbagai seminar, dialog, debat, dan sebagainya yang disiarkan ke masyarakat, tokoh-tokoh politik juga secara tidak langsung melakukan sosialisasi politik.

3. Fungsi dan Peranan Partai Politik a. Pengertian Politik

Pengertian politik menurut etimologi, kata “politik” dapat berupa pernyataan seperti berikut ini :

1) Pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (sistem

pemerintahan/ dasar pemerintahan).

2) Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap orang lain.

3) Cara bertindak dalam menghadapi dan menangani suatu masalah.

Berikut disajikan beberapa pengertian politik dari para ilmuwan, antara lain sebagai berikut :

TOKOH PENGERTIAN POLITIK

Harol Laswell

masalah apa, mendapat apa, kapan, dan bagaimana. Mr. Willem

Zeven Berger

dihubungkan dengan dua hal, yaitu seni (kunst) dan ilmu (wetwns cahp).

Joyce Metchel

pengambilan keputusan melalui secara umum.

Karl W.

Duetch

pengambilan keputusan melalui sarana umum. Joyce

Metshel

pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan untuk masyarakat.

Chappy Hary Cahyono

macam-macam kegiatan dalam sistem politik atau negara menyangkut proses menentukan sekaligus melaksanakan tujuan-tujuan sistem itu.

Prof. Miriam Budiharjo

selalu menyangkut tujuan masyarakat dan bukan tujuan pribadi seseorang. Selain itu juga menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan perorangan.

(19)

Secara umum, politik adalah berbagai kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem itu dan melaksanaan tujuan itu. Unsur-unsur dalam pengertian politik adalah sebagai berikut :

1) Negara, merupakan organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.

2) Kekuasaan, yang kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk memenuhi tingkah laku atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dan pelaku.

3) Kebijakan umum merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau suatu kelompok politik dalam rangka memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu.

4) Pembagian kekuasaan. b. Pengertian Partai Politik

Menurut pasal UU Nomor 2 tahun 2011 tentang Perubahan atas UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai, dijelaskan bahwa Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Selanjutnya menurut Pasal 2 menjelaskan seperti berikut :

a. Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 30 (tiga puluh) orang warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah dari setiap provinsi.

1) Partai Politik didaftarkan oleh paling sedikit 50 (lima puluh) orang pendiri yang mewakili seluruh pendiri Partai Politik dengan akta notaris.

2) Pendiri dan pengurus Partai Politik dilarang merangkap sebagai anggota Partai Politik lain.

b. Pendirian dan pembentukan Partai Politik menyertakan 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan.

c. Akta notaris harus memuat AD dan ART serta kepengurusan Partai Politik tingkat pusat.

d. AD memuat paling sedikit: 1) asas dan ciri Partai Politik; 2) visi dan misi Partai Politik;

3) nama, lambang, dan tanda gambar Partai Politik; 4) tujuan dan fungsi Partai Politik;

5) organisasi, tempat kedudukan, dan pengambilan keputusan; 6) kepengurusan Partai Politik;

7) mekanisme rekrutmen keanggotaan Partai Politik dan jabatan politik; 8) sistem kaderisasi;

9) mekanisme pemberhentian anggota Partai Politik; 10) peraturan dan keputusan Partai Politik;

11) pendidikan politik;

12) keuangan Partai Politik; dan

13) mekanisme penyelesaian perselisihan internal Partai Politik.

e. Kepengurusan Partai Politik tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dengan menyertakan paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan.

(20)

Berikut ini ada beberapa defenisi yang berkaitan dengan partai politik, sebagai berikut :

TOKOH PENGERTIAN PARTAI POLITIK

Carl J. Friedich

sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun material.

R.H. Soltau

sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu politik, dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih dan bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.

Sigmau nd

Neuman n

organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan, serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.

c. Fungsi Partai politik

Menurut pasal 11 UU Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, dijelaskan bahwa partai politik berfungsi sebagai sarana :

1) Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi warganegara RI yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2) Penciptaan iklim kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk menyejahterakan masyarakat

3) Menyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara

4) Partisaipasi politik warganegara

5) Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Partai politik melalui pelaksanaan fungsi pendidikan politik, sosialisasi politik, perumusan dan penyaluran kepentingan serta komunitas politik secara riil akan meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik masyarakat, merekatkan berbagai kelompok dan golongan dalam masyarakat, mendukung integrasi dan persatuan nasional, mewujudkan keadilan, menegakkan hukum, menghormati hak asasi manusia, serta menjamin terciptanya stabilitas keamanan.

d. Tujuan Partai Politik

Menurut pasal 10 UU Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, dijelaskan bahwa tujuan Partai Politik meliputi :

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS

a) Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam Pembukaan UUD 1945

a) meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan;

b) menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b) memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan

c) Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c) membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(21)

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS bagi seluruh rakyat Indonesia.

e. Klasifikasi Partai Politik

Partai Politik dapat diklasifikasikan seperti berikut : INDIKAT OR/ TOKOH JENIS CIRI-CIRI komposi si dan fungsi keanggo ta-an Partai Massa.

mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota. Oleh karena itu, biasanya terdiri dari pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat, yang sepakat untuk bernaung di bawahnya dalam memperjuangkan sesuatu program yang biasanya luas dan kabur.

Partai Kader.

mementingkan ketaatan organisasi dan disiplin kerja dari anggotanya. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon-calon anggota dan mencatat anggota yang menyeleweng dari garis partai yang telah ditetapkan.

sifat dan orientasi

Partai Perlindung an.

Pada umumnya memiliki organisasi yang kendor dalam tingkat nasional, meskipun dalam tingkat lokal sering cukup ketat. Disiplinnya lemah dan tidak mementingkan pemungutan iuran secara teratur. Tujuan utamanya adalah memenangkan pemilu untuk anggota yang dicalonkannya, karena itu hanya giat menjelang masa pemilihan.

Partai Ideologi atau Partai Asas.

Partai ini biasanya mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijaksanaan pimpinan dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan mengikat. Calon anggota diadakan saringan, sedangkan untuk menjadi anggota pimpinan disyaratkan lulus melalui beberapa tahap percobaan. Untuk memperkuat ikatan batin dan kemurnian ideologi maka dipungut iuran secara teratur dan disebarkan organ-organ partai yang memuat ajaran serta keputusan yang telah dicapai oleh pimpinan. Mac Iver Golongan

Ekstrim Kiri (Partai

Komu-nis Sosialis).

Asasnya pemilihan publik atau umum terhadap alat-alat produksi dengan penghapusan pajak, kepentingan, dan keuntungan privat. Sikapnya anti imperialis dan pasifis, revolusioner, keinsafan akan kelas-kelas masyarakat.

Golongan Kiri (Partai

Radi-kal Liberal).

Asasnya penguasaan publik atau umum, secara penuh atau sebagian terhadap sistem permodalan. Sikapnya reformis, anti imperialis, dan pasifis.

Golongan Ekstrim Ka-nan (Partai Reaksione r).

Asasnya memperhatikan kapitalisme dengan penguasaan politik yang sekecil-kecilnya, kecuali dalam hal bea yang protektif (sama dengan asas partai Konservatif). Sikapnya imperialis, nasionalis, militeris, dan keinsafan kelas-kelas dalam masyarakat.

Golongan Ka-nan

Asasnya memperhatikan kapitalisme dengan penginsafan politik yang sekecil-kecilnya, kecuali dalam hal bea yang

(22)

(Partai

Konservati f).

protektif. Sikapnya imperialis, nasionalis, dan industrialis.

Meurice Duverge r

Sistem Satu Partai/ Partai Tunggal. Sistem Dua Partai/ Dwi Partai. Sistem Banyak Partai/ Multi Partai. D. Budaya Politik Partisipan

1. Pengertian Partisipatif

Kata partisipatif berasal dari kata partisipasi (participation, Inggris), yang berti ambil bagian atau ikut serta berperan serta dalam suatu usaha bersama dengan orang lain untuk kepentingan bersama. Di bawah ini diuraikan beberapa pengertian partisipasi politik menurut para ahli, diantaranya :

TOKOH PENGERTIAN PARTISIPASI POLITIK

Miriam Budiardjo

semua kegiatan melalui mana seseorang turut serta dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan kebijaksanaan umum.

Herber Mc. Closky

kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung terlibat dalam proses pembentukan kebijaksanaan umum.

Norman H. Nie dan Sidney Verba

kegiatan pribadi warganegara yang legal serta sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara dan atau tindakan-tindakan yang mereka ambil.

Jadi partisipasi politik adalah kekgiatan seseorang atau kelompok orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik secara aktif sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuannya untuk mempengaruhi keputusan politik yang akan diambil oleh pemerintah agar keputusan tersebut menguntungkan dan tidak merugikan.

2. Bentuk-Bentuk Budaya Politik

Bentuk-bentuk partispasi politik menurut Gabriel Almond dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

KONVENSIONAL NON KONVENSIONAL

Pemberian Suara (voting) Pengajuan petisi

Diskusi kelompok Berdemontrasi

Kegiatan kampanye Konfrontasi

Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan

mogok Komunikasi individual dengan

pejabat politik/ administratif.

Tindak kekerasan politik terhadap harta bende berupa ; pengrusakaan, pemboman dan pembakaran.

Tindak kekerasan politik terhadap manusia, berupa; penculikan, pembunuhan dan perang gerilya/ revolusi

Bentuk-bentuk partispasi politik menurut para ahli, yaitu :

TOKOH BENTUK PARTISIPASI POLITIK

J.J. Rousseau Melalui partisipasi, seluruh warganegara dapat aktif dalam kehidupan politik secara langsung dan berkelanjutan maka negara dapat terikat ke dalam tujuan kebaikan sebagai kehendak bersama. Berbagai bentuk partisipasi politik tersebut dapat dilihat dari berbagai kegiatan warganegara yang mencakup, antara lain : a. Terbetuknya organisasi-organisasi politik maupun organisasi

Referensi

Dokumen terkait

Variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis sari buah belimbing ( Averrhoa carambola L.) dan variabel tergantung yaitu efek anti-inflamasi dan analgesik sari

Pada pelanggan Tegangan Menengah (TM) relay sekunder pada dasarnya sebagai pembatasan daya listrik / relay beban lebih, hal ini dikarena pembatas arus beban Pelanggan dengan Relay

Reduksi ukuran dan penyemprotan polimer pada sampel batubara mengakibatkan peningkatan kadar zat terbang sampel batubara (lihat gambar 4.5). Berdasarkan pengaruh ukuran sampel

1. Pendinginan produk perikanan baik segar maupun olahan dimaksudkan untuk memperlambat proses kemunduran mutu selama distribusi, pemasaran atau penyimpanan

Bersedia menjadi pembimbing skripsi yang berjudul: “Pembuatan Aplikasi Mobile Kegiatan Pelatihan dan Jadwal Mengajar Di PPA-FEUI Pada Platform Android dengan

Melalui pengamatan gambar, siswa dapat menceritakan pengalaman yang mengesankan menggunakan kalimat yang runtut dan mudah dipahami dengan tepat..  Karakter siswa yang diharapkan

Peneliti akan berusaha untuk mendapatkan data primer dari hasil wawancara mendalam dengan bidan yang memberikan pelayanan di Puskesmas, walaupun

Abbrevi- ations: ga: galena, cp: chalcopyrite, sph: sphalerite, fah I: freibergite- tetrahedritess, fah II: secondary tetrahedrite, py: pyrite, plb: polybasite, ac: acanthite,