PERANCANGAN INTEGRASI SISTEM INFORMASI NILEK, NILEM
DAN NILEP DENGAN SISTEM INFORMASI PENDATAAN
MENGGUNAKAN METODE WEB SERVICE
Rais Faisal Ahyar
1), Selo Sulistyo
2), Sri Suning Kusumawardani
3)1), 2, 3)Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2 Yogyakarta – 55281
Email :[email protected]),[email protected]2),[email protected]3)
Abstrak
Pembuatan sistem informasi pada sebuah intansi pemerintah biasanya dilakukan secara bertahap dan dikembangkan secara bertahap pula sehingga tidak terintegrasi. Salah satunya pada Direktorat Jenderal sebagai instansi pemerintahan pusat yang telah memeiliki beberapa sistem informasi sebagai layanan masyarakat dalam menadapatkan nomor induk lembaga kursus (NILEK), lembaga PKBM (NILEM) dan lembaga PAUD (NILEP) yang kesemuanya berisi data kelembagaan dan belum terintegrasi. Namun, untuk meningkatkan kinerja pemerintahan khususnya mengenai pendataan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan pada suatu instansi pemerintah, diperlukan suatu informasi yang tertata dan terselenggara dengan baik dalam suatu sistem. Sehingga perlu dibangun suatu sistem informasi yang mudah, cepat dan akurat melalui teknologi informasi. Oleh karena itu, sistem informasi yang terintegrasi dengan memanfaatkan teknologi web service sangat cocok untuk instansi pemerintah yang memiliki system informasi yang bervariasi.
Kata kunci:integrasi, web service, e-government,
pendataan, sistem informasi.
1. Pendahuluan
Pemerintahan di Indonesia pada saat ini menghadapi "tekanan" dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan meningkatkan partisipasi aktif dalam pemberian informasi bagi masyarakat serta dituntut untuk lebih efektif. Hal tersebut menyebabkan
electronic government (e-Government) atau pemerintahan berbasis elektronik semakin berperan penting bagi semua pengambil keputusan. E-Government menjadi salah satu isu kebijakan publik yang hangat dibicarakan saat ini.
Dalam rangka meningkatkan kinerja pemerintahan, data sangatlah berperan penting. Apalagi cakupan dari instansi pemerintah adalah layanan publik kepada masyarakat. Hal ini tidak bisa lepas dari data kemasyarakatan. Sehingga bisa disebut bahwa pendataan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan suatu instansi pemerintah.
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tentu sangat membutuhkan sebuah sistem yang terintegrasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pemerintahan, baik dari segi kecepatan akan kebutuhan informasi maupun dari segi peningakatan pelayanan masyarakat.[1]
Penelitian ini dilakukan pada Direktorat Jenderal salah satu instansi pemerintah yang membawahi 5 (lima) satuan kerja. Saat ini intansi dimaksud telah memiliki 4 sistem informasi yang dikelola oleh masing-masing satuan kerja.
Pertama, sistem informasi pendataan berbasis web yang dikelola oleh sekretariat yang berisi tentang semua data kelembagaan bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan nonformal dan pendidikan informal (lembaga kursus, PAUD dan PKBM). Lembaga menyerahkan data dan informasi kelembagaan kepada SKPD DATI II. Kemudian SKPD tersebut menginput ke sistem.
Kedua, sistem informasi pengajuan nomor induk lembaga kursus (NILEK) yang dikelola oleh Direktorat I. Untuk mendapatkan NILEK, lembaga harus menyerahkan data dan informasi kelembagaan kepada SKPD DATI II. Kemudian SKPD DATI II memperifikasi kelayakan untuk mendapatkan NILEK. DATI II mengajukannya ke SKPD DATI I untuk diinput ke sistem informasi NILEK. Terakhir, Direktorat menerbitkan NILEK berdasarkan data yang sudah diinput.
Ketiga, sistem informasi pengajuan nomor induk lembaga paud (NILEP) yang dikelola oleh Direktorat II.
Untuk mendapatkan NILEP, lembaga harus
menyerahkan data dan informasi kelembagaan kepada SKPD DATI II. Kemudian SKPD DATI II memperifikasi kelayakan untuk mendapatkan NILEP. DATI II mengajukannya ke SKPD DATI I untuk diinput ke sistem informasi NILEP. Terakhir, Direktorat menerbitkan NILEP berdasarkan data yang sudah diinput.
Keempat, sistem informasi pengajuan nomor induk lembaga PKBM (NILEM) yang dikelola oleh Direktorat III. Untuk mendapatkan NILEM, lembaga harus menyerahkan data dan informasi kelembagaan kepada
SKPD DATI II. Kemudian SKPD DATI II memperifikasi kelayakan untuk mendapatkan NILEM. DATI II mengajukannya ke SKPD DATI I untuk diinput ke sistem informasi NILEM. Terakhir, Direktorat menerbitkan NILEM berdasarkan data yang sudah diinput.
Dengan kondisi yang seperti ini, permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya integrasi antara Sistem informai NILEK, sistem informasi NILEP, dan sistem informasi NILEM dengan sistem informasi pendataan, sehingga data-data sistem informasi pendataan tidak bisa mengakses data-data sistem informasi yang lainnya. Hal
ini menyebabkan permasalahan yaitu
ketepatan/keakuratan dan kecepatan data kelembagaan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan pimpinan Direktorat Jenderal masih kurang dari optimal. Sehingga perlu adanya perancangan integrasi sistem informasi NILEK, sistem informasi NILEM, dan sistem informasi NILEP dengan sistem informasi pendataan.
Penelitian Terkait
Tarigan (2010) melakukan penelitian tentang Perancangan Basis Data dan Layanan Akses Berbasis SOA untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.[2] Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangan basis data dan layanan akses berbasis SOA untuk data transaksional puskesmas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Rancangan basis data yang dibuat diharapkan dapat membantu Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam memantau kesehatan masyarakat pada umumnya dan secara khusus memantau kondisi puskesmas
Haribawono (2011) melakukan penelitian tentang Perancangan Platform Aplikasi Kepemerintahan Di Kota Magelang Dengan Model E-Government Interoperability
framework[3]. Dengan penelitian ini dikembangkan
suatu kerangka kerja untuk pengembangan dan penggunaan aplikasi, sehingga dapat terwujud interoperabilitas antar aplikasi. Pengembangan kerangka
kerja disusun dari berbagai e-goverenment
interoperability framework (eGIF).
Teknologi Integrasi Data
Terdapat beberapa kategori teknologi yang tersedia untuk integrasi data dan proses. Teknologi tersebut harus dikaji sesuai kebutuhan dalam penyediaan solusi integrasi data dan proses [8].
 Teknologi Keterpaduan Data
Beberapa teknologi yang menyediakan solusi ini antara lain:mainframe, server file sederhana seperti
Samba atau neighborhood, server repository seperti
CVS maupun SVN, data mart, data warehouse dan teknologi RSS.
 Teknologi Keterpaduan Proses
Beberapa Teknologi yang menyediakan solusi ini antara lain: Remote Procedure Call, CORBA maupun DCOM. Umumnya solusi ini tergantung atau diimplementasikan pada pemrograman tertentu
seperti C++ dan java. Teknologi ini dapat berupa pemanggilan antar pemrograman yang masih memiliki teknologi mirip seperti RM I pada java programing untuk mengakses kode native C atau C++ programing 087839288753
 Teknologi Keterpaduan Data dan Proses
Teknologi yang menyediakan solusi ini adalah web
services. Sebagai penyedia data, web service
menyediakan dokumen standar terbuka yang dapat diakses oleh berbagai aplikasi menggunakan berbagai jenis teknologi seperti basisdata, pemrograman maupun platform sistem.
Integrasi Basisdata dengan Web Service
Yang dimaksud dengan integrasi data adalah suatu proses menggabungkan/menyatukan data yang berasal dari sumber yang berbeda dan mendukung pengguna untuk melihat kesatuan data [4].
Integrasi data dibutuhkan seiring dengan perkembangan organisasi dan meningkatnya bisnis proses pada sebuah organisasi yang membutuhkan data dan informasi dari divisi atau unit-unit yang berada pada organisasi tersebut [5]. Perlu adanya suatu teknologi yang dapat mengintegrasikan semua sistem informasi yang sudah ada, dengan menggunakan teknologi web service, yaitu dengan cara menyediakan layanan yang akan diakses oleh sistem informasi lain yang membutuhkan.
Web Services sebenarnya adalah kumpulan dari fungsi
dan method yang terdapat pada sebuah server yang dapat dipanggil oleh klien dari jarak jauh, kemudian untuk memanggil method-method tersebut kita bebas menggunakan aplikasi yang akan dibuat dengan Bahasa pemrograman apa saja yang dijalankan pada platform apa saja [6].
Kelebihan web service adalah: 1) lintas platform, karena menggunakan format XML (Extensible Markup
Language), sehingga dapat dipergunakan untuk
mengintegrasikan berbagai sistem yang berbeda-beda platform maupun arsitektur, 2) language independent, 3) jembatan penghubung dengan database tanpa perlu
driver database dan tidak harus mengetahui jenis
DBMS, 4) mempermudah proses pertukaran data, karena secara umum web service menggunakan protocol TCP/IP dan HTTP sebagai sarana komunikasinya. Seperti diketahui protocol HTTP merupakan protocol yang umum dipakai di internet.. Serta 5) penggunaan kembali komponen aplikasi [7].
SOA dan Web Service
Web service seringkali dikaitkan atau bahkan disamakan
dengan SOA. Namun sebenarnya keduanya adalah hal yang sangat berbeda. SOA adalah sebuah konsep untuk pengembangan perangkat lunak, sementara web service adalah sebuah aplikasi web yang berinteraksi dengan aplikasi web lainnya untuk pertukaran data. Pembangunan SOA tidak harus menggunakan web
service, sebab ada bermacam-macam teknologi lain yang
membangun sebuah sistem SOA adalah langkah yang baik [8].
Untuk mengimplementasikan sebuah service, terdapat beberapa isu utama, yaitu bagaimana service berkomunikasi, bagaimana service didesain dan bagaimana pesan antar service didefiniskan. Web service merupakan sebuah teknologi yang dapat memenuhi kebutuhan ini. Teknologi ini juga telah jamak dipakai untuk membangun aplikasi berbasis SOA. Dengan penggunaan web service ini, potensi-potensi SOA baru dapat dimunculkan. Hal inilah yang menyebabkan sering identik dengan SOA[9].
Bagaimana web service sebagai sebuah teknologi dapat memfasilitasi beberapa isu perancangan tersebut dijelaskan sebagai berikut [10]:
1. Sebuah service dalam SOA adalah aplikasi web
service:
Pada dasarnya sebuah service di dalam SOA adalah aplikasi. Tuntutan dari sistem ini adalah dia harus bisa berdiri sendiri dan bisa berkomunikasi satu sama lain. Hal itu sudah dimiliki oleh sebuah aplikasi web
service. Maka dari itu, implementasi service dalam
SOA merupakan aplikasi web service.
2. Hubungan satu service dengan yang lainnya didefinisikan dengan Web Service Description
Language (WDSL):
WSDL mendeskripsikan bagaimana format sebuah pesan yang akan dikirim oleh sebuah aplikasi web
service harus ditulis, agar dapat dimengerti oleh
aplikasi web services lainnya yang menerima. Teknologi WSDL ini menjadi jembatan untuk menghubungkan sebuah service ke service lainnya. 3. Service berkomunikasi satu sama lain menggunakan
SOAP messaging
Kebutuhan untuk saling berkirim pesan dalam SOA merupakan hal yang paling penting. Untuk teknologi pengiriman pesan, kita dapat menggunakan SOAP. Hal ini dikarenakan SOAP fleksibel dan dapat diperluas.
Web service adalah sebuah teknik pemrograman dimana
sebuah service menggunakan standar-standar berbasis XML dalam menjelaskan antar muka dan protocol yang harus digunakan untuk memanggil service tersebut. Standar-standar tersebut adalah [11]:
 SOAP (Simple Object Acces Protocol): merupakan
protocol tentang bagaimana sebuah web service
dapat dipanggil
 WSDL (Web Service Description Language): sebuah format XML yang menjelaskan interface dari sebuah
web service (parameter input dan output).
 UDDI (Universal Description, Discovery and
Integration): sebuah direktori yang berisi daftar web service yang dapat ditemukan dan dipanggil oleh
aplikasi lainnya.
Dengan standar diatas, web service sangat mendukung implementasi SOA dimana karakteristik SOA seperti
loose coupling dan antar muka layanan yang disediakan
oleh teknologi web service.
2. Pembahasan
Sistem yang sudah ada di lingkup instansi dan telah berjalan antara lain, sistem informasi NILEK, sistem informasi NILEM, sistem informasi NILEP dan sistem informasi pendataan.
Heteroginitas terjadi pada program aplikasi maupun
basis data yang digunakan. Masalah lainnya adalah masing-masing dibuat oleh pengembang yang berbeda, pada saat yang tidak sama pula. Padahal untuk bisa berkomunikasi, sebuah aplikasi harus tahu tentang cara menghubungi dan berbicara dengan aplikasi lainnya serta struktur data yang terlibat. Namun memberitahu semua itu berarti memberi tahu detail internal dari aplikasi tersebut, dan ini yang sering menimbulkan kesulitan, karena tidak semua satuan kerja bersedia membuka detail internal aplikasinya ke pihak lain, dengan alasan keamanan data dsb.
Secara umum kondisi SI saat ini di seluruh aplikasi adalah sbb:
1. Hampir seluruh SI mengelola data kelembagaan yang berisi identitas lembaga, data peserta didik dan data pendidik dan tenaga kependidikan, walaupun data lembaga yang berbeda antara NILEK untuk lembaga kursus, NILEM untuk lembaga PKBM dan NILEP untuk lembaga PAUD. Tapi SI pendataan mengelola data dari kesemuanya.. dan yang terupdate hanya aplikasi yang ditangani masing-masing dan pendataan tidak ter-update.
2. Tidak adanya integrasi antar SI, sehingga proses berjalan sendiri-sendiri
Tabel 1. Perbandingan basis data
No Pendataan NILEK NILEM NILEP
1 t_lembaga t_lpk t_pkbm t_paud
2 t_ptk t_instruktur t_relawan t_pegawai
3 t_siswa t_peserta_didik t_pesertadidik t_siswa
Dan isi dari masing-masing tabel hampir sama hanya berbeda dalam penamaan field dalam setiap basis data. Berdasar dari kondisi tersebut, maka untuk mencapai tujuan yang diinginkan alternatif solusinya adalah menyamakan platform SI disetiap instansi atau implementasi integrasi basisdata menggunakan web
service untuk menghubungkan heteroginitas aplikasi dan
basisdata.
Solusi menyamakan platform membutuhkan biaya yang besar dan membutuhkan waktu yang lama, karena setiap instansi pemerintah harus membangun aplikasi dan basisdata yang baru dan sama. Hal ini cukup menyulitkan karena adanya kebijakan memberikan kebebasan bagi masing-masing satuan kerja untuk membuat dan mengembangkan aplikasi dan menunjuk
pengembangnya sendiri sesuai anggaran yang dimilikinya.
Implementasi integrasi basisdata dengan web service tidak memerlukan waktu dan biaya yang besar, karena tidak perlu dilakukan perubahan pada aplikasi dan basisdata. Pada solusi ini yang dilakukan oleh masing-masing satuan kerja adalah mengikuti standarisasi-standarisasi integrasi yang ditetapkan sehingga setiap SI dapat saling berkomunikasi melalui suatu metode yang ditetapkan tanpa perlu mengetahui detail informasi di dalam basisdata masing-masing.
Untuk mengimplementasikan sebuah service, terdapat beberapa isu utama, yaitu bagaimana service berkomunikasi, bagaimana service didesain dan bagaimana pesan antar service didefiniskan. Web service merupakan sebuah teknologi yang dapat memenuhi kebutuhan ini
Telah dipaparkan pada bagian sebelumnya bahwa instansi ini memiliki empat sistem informasi/aplikasi dengan basisdata yang berbeda, Dimana setiap sistem informasi terdapat beberapa data induk yang sama, tetapi tidak bisa digunakan secara bersama-sama karena struktur basisdata yang berbeda. Dikarenakan masing-masing sistem informasi tersebut dibuat secara terpisah.
Gambar 1. Kerangka integrasi sistem informasi
pendataan
Basisdata NILEP, NILEM dan NILEK akan diintegrasikan dengan basisdata pendataan. Perancangan integrasi SI menggunakan web service, sehingga setiap satuan kerja membuat web service agar satuan kerja lainnya dapat mengakses data yang diperlukan.
Tabel 2. Web service dari setiap sistem informasi
Sistem Informasi
Web service
Pendataan
wspendataan.php
NILEK
wsnilek.php
NILEM
wsnilem.php
NILEP
wsnilep.php
Web service Pendataan berisi request variabel terhadap
SI NILEK, SI NILEM dan SI NILEP berupa suatu kata kunci nama lembaga, nomor induk, alamat, kabupaten, provinsi menggunakan getlembaga(). Web service menyaring data agar data yang sama tidak ditampilkan berulang untuk menghindari data redundan . Kemudian
web service NILEK, NILEM dan NILEP akan
memberikan respon berupa variable array yang berisi data lembaga nama lembaga, nomor induk, alamat, kabupaten, provinsi sesuai dengan parameter yang diminta. Untuk memperoleh informasi detail dari data lembaga yang dipilih maka sistem akan mengirimkan variable nomor induk dan nama menggunakan
getDetailLembaga() kemudian mendapatkan respon
nomor induk, nama lembaga, data siswa dan data pengajar. Kemudian variable array dari web service NILEK, NILEM dan NILEP tersebut ditampilkan ke pengguna.
Web service NILEK akan mengakses basisdata SI
NILEK yang berisikan data lembaga. Request dilakukan oleh web service SI Pendataan berupa suatu kata kunci nama lembaga, NILEK, alamat, kabupaten, provinsi menggunakan getlembaga(), kemudian web service NILEK akan memberikan respon berupa variable array yang berisi data lembaga nama lembaga, nomor induk, alamat, kabupaten, provinsi sesuai dengan parameter yang diminta. Untuk memperoleh informasi detail dari data lembaga yang dipilih maka sistem akan mengirimkan variable nomor induk dan nama
menggunakan getDetailLembaga() kemudian
mendapatkan response nomor induk, nama lembaga, data siswa dan data pengajar. Kemudian variable array dari
web service NILEK ditampilkan ke pengguna.
Web service NILEM akan mengakses basisdata SI
NILEM yang berisikan data lembaga. Request dilakukan oleh web service SI Pendataan berupa suatu kata kunci nama lembaga, NILEM, alamat, kabupaten, provinsi menggunakan getlembaga(), kemudian web service NILEM akan memberikan respon berupa variable array yang berisi data lembaga nama lembaga, nomor induk, alamat, kabupaten, provinsi sesuai dengan parameter yang diminta. Untuk memperoleh informasi detail dari data lembaga yang dipilih maka sistem akan mengirimkan variable nomor induk dan nama
menggunakan getDetailLembaga() kemudian
mendapatkan response nomor induk, nama lembaga, data siswa dan data pengajar. Kemudian variable array dari
web service NILEM ditampilkan ke pengguna.
Basisdata NILEK SI NILEK Web service NILEK Basisdata Pendataan SI Pendataan Web service Pendataan Basisdata NILEM SI NILEM Web service
NILEM Web serviceNILEP
Basisdata NILEP SI NILEP
Web service NILEP akan mengakses basisdata SI NILEP
yang berisikan data lembaga. Request dilakukan oleh
web service SI Pendataan berupa suatu kata kunci nama
lembaga, NILEP, alamat, kabupaten, provinsi menggunakan getlembaga(), kemudian web service NILEP akan memberikan respon berupa variable array yang berisi data lembaga nama lembaga, nomor induk, alamat, kabupaten, provinsi sesuai dengan parameter yang diminta. Untuk memperoleh informasi detail dari data lembaga yang dipilih maka sistem akan mengirimkan variable nomor induk dan nama
menggunakan getDetailLembaga() kemudian
mendapatkan response nomor induk, nama lembaga, data siswa dan data pengajar. Kemudian variable array dari
web service NILEP ditampilkan ke pengguna.
Gambar 2. Ilustrasi web service
Perbandingan system informasi pendataan yang sudah terintegrasi dengan system informasi pendataan konvensional akan ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Perbandingan Sistem Informasi Pendataan yang
sudah terintegrasi dengan Sistem Informasi Pendataan konvensional
No SI Pendataan Terintegrasi SI Pendataan Konvensional 1 Memiliki sifat loosely
coupled sehingga dapat diakses oleh aplikasi yang berjalan pada platform yang berbeda
Hanya dapat diakses oleh sistem yang memiliki platform sama atau sejenis 2 Interoperabilitas dapat
tercapai tanpa adanya perubahan platform pada aplikasi yang berbeda yang hendak berkomunikasi
Ketika ada aplikasi yang berbeda platform akan berkomunikasi, maka
harus dilakukan
perubahan/penyesuaian platform
3 Data lembaga dikirm dalam bentuk XML, yang
dapat langsung
ditampilkan di Sistem.
Data peraturan diambil secara manual, sehingga perlu diinput kembali.
Use case diagram
Use case diagram menjelaskan setiap proses sistem dan
mendefiniskan fungsionalitas sistem serta stakeholder
yang terlibat dan hubungannya terhadap pemakaian sistem. Use case menggambarkan bagaimana seseorang akan menggambarkan bagaimana seseorang akan menggunakan sistem.
Dalam penelitian ini fungsionalitas sistem dapat dimodelkan melalui use case diagram. Stakeholder yang terlibat dalam sistem ini meliputi administrator dan user sistem informasi.
Gambar 3. Use case diagram SI Pendataan
terintegrasi
3. Kesimpulan
Integrasi sistem informasi sangat cocok dilakukan oleh organisasi khususnya instansi pemerintah yang sudah memiliki sistem informasi atau aplikasi yang banyak. Sehingga dengan sistem integrasi maka data dari berbagai sumber tersebut dapat saling berhubungan dan dapat digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan. Dengan integrasi basisdata, akan memudahkan proses layanan bagi masyarakat dan memudahkan pimpinan dalam memantau program dan kegiatan yang dilakukan instansi tersebut serta dapat dijadikan bahan pengambilan kebijakan.
Saran
Untuk peneliti yang akan datang disarankan untuk mengintegrasikan lintas instansi. Karena sebenarnya objek instansi pemerintah adalah masyarakat dan seluruh instansi pemerintah membutuhkan data masyarakat. Sehingga, antar instansi tersebut mampu untuk diintegrasikan, misal antara kementerian keuangan yang
Mengelola data Mencari data
SI pendataan
Publish web service pendataan
Mengelola data Mencari data
SI NILEK
Publish web service pendataan
Mengelola data Mencari data
SI NILEM
Publish web service pendataan
Mengelola data Mencari data
SI NILEP
Publish web service pendataan Consume web service pendataan Consume web service NILEK Consume web service NILEM Consume web service NILEP Admin User Admin User Admin User Admin User SI NILEK SI Pendataan SI NILEM SI NILEP Service Web Service Service Service Service
memiliki data pajak penduduk, kementerian BKKBN juga memiliki data kependudukan. Semuanya mampu untuk diintegrasikan, dan bisa jadi bukan sebuah isapan jempol bahwa penduduk Indonesia hanya membutuhkan satu nomor identitas yang bisa berlaku sebagai KTP, SIM, NPWP, asuransi dan lain sebagainya
Daftar Pustaka
[1] Simangunsong, Jumadi, Pengembangan e-Governemnt Di
Indonesia. Magister Teknologi Informasi, Universitas Indonesia,
Jakarta, 2010.
[2] Tarigan, Inna Yoana Sari. Perancangan Basis Data dan Layanan
Akses Berbasiskan Service Oriented Architecture (SOA) untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Tesis Tidak Terpublikasi,
Magister Teknologi Informasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2010.
[3] Haribawono, Dionisius, Perancangan Platform Aplikasi Kepemerintahan Di Kota Magelang Dengan Model E-Government Interoperability Framewor. Tesis Tidak Terpublikasi, Magister Teknologi Informasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2011. [4] Layne K, Lee J. Developing fully functional e-Government: a four
stage model. Gov Inf Q 18:122–136, 2001
[5] Lenzerini, Maurizio. Data Integration:A Theoretical Perspective.Roma.PODS, 2002.
[6] Arif,Dwi,Laksito. Implementasi Web-Service Pada Aplikasi
Pengisian kartu Rencana Studi Mahasiswa..STMIK Amikom,
Yogyakarta, 2012.
[7] Lucky, XML Web services: Aplikasi Desktop, Internet &
Handphone, Jasakom, Jakarta, 2008.
[8] Subari. Service Oriented Architecture, diakses tanggal 12 Januari 2009. http://subari.blogspot.com/2008/03/soa-service-oriented-architecture.html
[9] Kapojos, F., Wowor, H.F., Rumagit, H.M., Wowor, A.P.R.,
Implementasi Serviced Oriented Architecture dengan Web Service untuk aplikasi Informasi Akademik. Jurnal ____ .
[10]Sarno, Riyanarto, Analisis dan Desain Berorientasi Servis Untuk Aplikasi Manajemen Proyek, Andi Publisher, Yogyakarta, 2012. [11]Galih, diakses tanggal 22 Agustus 2014, Service Oriented
Architecture (SOA) dan Webservice,
http://www.galih.web.id/2010/05/service-oriented-architecture-soa-dan.html
Biodata Penulis
Rais Faisal Ahyar, ST ,memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T), Jurusan Teknik Informatika UAD Yogyakarta, lulus tahun 2007. Saat ini sedang menempuh Program Pasca Sarjana Magister Teknik Informatika Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Saat ini sebagai staf pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Selo, S.T., M.Eng., M. Sc., Ph.D, memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T), Jurusan Teknik Elektro UGM Yogyakarta, lulus tahun 1996. Memperoleh gelar Magister Engineering (M.Eng), Jurusan Pascasarjana Teknik Elektro UGM Yogyakarta, lulus tahun 2000. Memperoleh gelar Magister of Scienc (M.Sc.), bidang Information and Communication Technology Agder University College, Norway, 2003. Memperoleh gelar Ph.D., bidang Information and Communication Technology Agder University College, Norway, 2012.
Saat ini menjadi Dosen di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Sri Suning Kusumawardani, S.T., M.T., memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T) Jurusan Teknik Elektro UGM Yogyakarta, lulus tahun 1995. Memperoleh gelar Magister Teknik (M.T), Jurusan Pascasarjana Teknik Elektro UGM Yogyakarta, lulus tahun 2001. Dan sedang menempuh S3, kandidat doktor teknik elektro dan teknologi informasi UGM Yogyakarta. Saat ini menjadi Dosen di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.