• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) merupakan indeks

komposit persepsi rumah tangga mengenai kondisi

ekonomi konsumen dan perilaku konsumsinya

berkaitan dengan situasi perekonomian pada

triwulan berjalan.

 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi NTB pada

triwulan III-2017 sebesar 106,27 yang artinya

kondisi ekonomi konsumen meningkat dibanding

triwulan sebelumnya.

 Menyikapi kondisi ekonomi konsumen pada

triwulan IV-2017 mendatang, konsumen menahan

konsumsinya untuk pembelian barang tahan lama

walaupun dengan tingkat pendapatan yang

membaik.

INDEKS

TENDENSI

KONSUMEN

(ITK)

TRIWULAN

III-2017

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III-2017 Provinsi Nusa Tenggara Barat

No. 73/11/52/Th.VIII, 6 Nopember 2017

BERITA

RESMI

STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Secara umum, kondisi

konsumen di Provinsi Nusa

Tenggara Barat pada

triwulan III-2017 lebih baik

dari triwulan sebelumnya.

Namun, tingkat optimisme

konsumen pada triwulan ini

sedikit menurun

dibandingkan triwulan

sebelumnya.

(2)

I. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III-2017 Provinsi NTB

Berdasarkan hasil Survei Tendensi Konsumen yang dilakukan oleh BPS Provinsi NTB pada triwulan III-2017, indikator utama yang dapat digunakan oleh para pelaku ekonomi di NTB untuk menentukan strategi pemasaran maupun investasinya adalah Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Pada triwulan III-2017, rumah tangga di Provinsi NTB menyatakan bahwa secara umum kondisi perekonomian rumah tangganya masih meningkat dibandingkan dengan kondisi triwulan II-2017. Hal ini diindikasikan oleh nilai ITK pada triwulan III-2017 yang masih bernilai di atas 100 yaitu 106,27. Akan tetapi, optimisme konsumen sedikit lebih rendah bila dibandingkan triwulan II-2017 yang memiliki nilai ITK sebesar 109,06.

Meningkatnya kondisi perekonomian rumah tangga didasari oleh persepsi bahwa pada triwulan III-2017 ini pendapatan total rumah tangga lebih tinggi dibandingkan pendapatannya pada triwulan II-2017 dengan Indeks Pendapatan Kini triwulan III-2017 mencapai 105,86. Akan tetapi, indeks tersebut pada pada triwulan II-2017 bernilai lebih besar yaitu 109,46. Berlalunya beberapa beberapa hari raya keagamaan yang terjadi dalam triwulan II-2017 menyebabkan berkurangnya optimisme konsumen terhadap perekonomiannya pada triwulan III-2017.

Selama periode triwulan III-2017 dilaporkan terjadi inflasi atau kenaikan harga sekitar 0,19 persen. Kondisi ini disikapi cukup netral oleh konsumen di Nusa Tenggara Barat. Konsumen merasa bahwa inflasi tidak terlalu mempengaruhi total belanja mereka. Kondisi ini diindikasikan oleh besarnya Indeks Pengaruh Inflasi Terhadap Total Pengeluaran Rumah Tangga yang bernilai 107,34. Sikap yang sama juga terindikasi dari nilai Indeks tersebut pada triwulan sebelumnya yang bernilai sedikit di atas 100 yaitu 104,48. Pola ini serupa dengan keadaan beberapa triwulan sebelumnya, dimana indeks pengaruh inflasi ini cenderung tidak mempengaruhi persepsi masyarakat untuk berbelanja. Situasi ini terlihat dari Indeks Pengaruh Inflasi yang selalu berkisar 100 sejak Triwulan III-2016 hingga Triwulan III-2017.

Selain kedua indikator di atas, ITK juga dipengaruhi oleh volume konsumsi barang dan jasa. Peningkatan total pendapatan dibanding triwulan sebelumnya dibarengi dengan peningkatan volume konsumsi barang dan jasa. Akan tetapi. jika dibandingkan dengan kondisi di triwulan sebelumnya, kenaikan volume konsumsi di triwulan III-2017 (indeks 105,90) tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan volume konsumsi di triwulan II-2017 (indeks 113,93).

Ditinjau dari komponen konsumsi, sebagian besar indeks menunjukkan angka di atas 100, kecuali indeks untuk komponen rekreasi dan komponen akomodasi. Indeks komponen konsumsi yang paling tinggi peningkatannya adalah pendidikan dengan indeks 114,23. Hal ini sejalan dengan adanya awal tahun ajaran baru sekolah yang terjadi pada awal triwulan III-2017 ini. Di urutan selanjutnya yaitu komponen bahan makanan dan komponen transportasi masing-masing dengan

(3)

indeks 113,74 dan 110,34. Adapun yang terendah adalah komponen rekreasi dengan nilai indeks 96,71. Hal ini sejalan dengan liburan sekolah yang telah berakhir.

Tabel 1

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017 Menurut Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk ITK Triwulan I-2017 ITK Triwulan II-2017 ITK Triwulan III-2017 (1) (3) (4) (5)

Pendapatan rumah tangga kini 92,06 109,46 105,86

Pengaruh kenaikan harga/Inflasi terhadap

Pengeluaran RT 101,57 104,48 107,34

Volume konsumsi Barang & Jasa (bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan;pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, komunikasi, kesehatan dan rekreasi

107,28 113,93 105,90

Indeks Tendensi Konsumen 97,93 109,06 106,27

Secara nasional, ITK pada triwulan III-2017 bernilai di atas 100 (ITK = 109,42). Kondisi ini menunjukkan berkurangnya optimisme konsumen tentang kondisi perekonomian mereka di triwulan ini dibandingkan dengan kondisi pada triwulan II-2017. ITK provinsi NTB pada triwulan III-2017 berada di bawah angka nasional, kondisi ini sama dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2017 ini, ITK tertinggi terdapat di Provinsi D.I.Yogyakarata dengan nilai indeks 119,09 dan yang terendah di Provinsi Sumatera Utara dengan indeks sebesar 101,97.

Grafik 1

(4)

II. Perkiraan ITK Provinsi NTB Pada Triwulan IV-2017 Yang Akan Datang

Salah satu fungsi ITK adalah sebagai indikator dini yang memberikan prediksi mengenai kondisi perekonomian di masa yang akan datang. Indeks komposit yang mencerminkan prediksi tersebut adalah Indeks Perkiraan ITK mendatang yang juga dikumpulkan dari Survei Tendensi Konsumen. Persepsi konsumen dalam memperkirakan ITK triwulan IV-2017 mendatang relative sama dengan triwulan III 2017 dengan indeks sebesar 101,85. Hal ini disebabkan oleh salah satu komponen pembentuknya bernilai indek dibawah 100

Kendati pendapatan konsumen pada triwulan mendatang diprediksi akan mengalami peningkatan, namun konsumen sepertinya belum berencana untuk melakukan investasi atau pembelian barang modal pada triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari Indeks Rencana Pembelian Barang Tahan Lama, Rekreasi dan Pesta/hajatan yang hanya bernilai 87,77. Nilai indeks tersebut bermakna bahwa konsumen merasa bahwa triwulan IV-2017 bukanlah waktu yang tepat untuk melakukan pembelanjaan barang tahan lama. Sinyal yang diberikan oleh konsumen ini dapat disikapi oleh produsen dengan tidak melakukan ekspansi maupun peningkatan produksi yang berlebihan pada triwulan IV-2017.

Tabel 2

Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2017 Menurut Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk Triwulan IV-2017 Perkiraan ITK

(1) (2)

Perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang 109,88

Rencana pembelian barang-barang tahan lama, rekreasi dan

pesta/hajatan 87,77

Perkiraan ITK Triwulan III-2017 101,85

Perkiraan ITK triwulan IV-2017 Provinsi NTB berada di bawah perkiraan nasional yang memiliki indeks 105,49. Angka perkiraan ITK provinsi NTB triwulan mendatang berada pada posisi ke-19 (sembilan belas) dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Secara umum Provinsi NTT dan Provinsi Papua Barat merupakan provinsi yang sangat optimis dengan kondisi perekonomiannya pada triwulan mendatang. Selanjutnya beberapa provinsi memberikan persepsi netral sebagaimana tercermin dalam ITK mendatang kisaran sedikit di atas 100. Di sisi lain, beberapa provinsi pesimis dengan kondisi perekonomiannya dengan nilai ITK mendatang di bawah 100.

(5)

Grafik 2

Perkiraan ITK Triwulan IV-2017 Mendatang Menurut Provinsi dan Nasional

Jika dilihat pola persepsi konsumen Provinsi NTB selama dua tahun terakhir, terjadi pergeseran pola, jika pada tahun 2016 ITK tertinggi terjadi pada triwulan III dimana pada saat itu terdapat lebaran Idul Fitri. Sementara pada tahun 2017 ITK tertinggi terjadi pada triwulan II karena Idul Fitri terjadi pada triwulan II 2017.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III-2012 s.d. Triwulan III-2017 dan Perkiraan Triwulan IV-2017

(6)

Lampiran

Tabel Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi se-Indonesia

Provinsi ITK Triwulan II 2017 ITK Triwulan III 2017 Perkiraan ITK

Triwulan IV 2017 Aceh 108,18 114,40 97,69 Sumatera Utara 104,18 101,97 102,79 Sumatera Barat 109,67 102,76 97,03 Riau 109,36 102,86 101,7 Jambi 108,74 104,13 102,66 Sumatera Selatan 114,67 105,35 101,08 Bengkulu 111,05 103,88 99,78 Lampung 104,10 104,08 98,96

Kep. Bangka Belitung 108,25 103,60 98,07

Kep. Riau 106,02 107,25 109,19 DKI Jakarta 116,97 110,01 99,15 Jawa Barat 118,59 110,19 103,87 Jawa Tengah 114,74 110,47 111,73 DI Yogyakarta 122,35 119,09 112,18 Jawa Timur 123,21 110,52 108,46 Banten 112,85 109,93 102,82 Bali 110,81 109,83 96,85 NTB 109,06 106,27 101,85 NTT 107,83 113,40 120,88 Kalimantan Barat 107,23 106,31 103,13 Kalimantan Tengah 107,44 104,99 106,04 Kalimantan Selatan 105,40 104,85 102,15 Kalimantan Timur 106,68 105,69 96,89 Sulawesi Utara 106,62 106,05 112,15 Sulawesi Tengah 106,42 104,75 105,64 Sulawesi Selatan 112,27 105,53 101,44 Sulawesi Tenggara 111,59 110,03 94,33 Gorontalo 115,75 110,89 100,98 Sulawesi Barat 113,15 110,44 100,27 Maluku 109,24 116,46 117,47 Maluku Utara 115,17 106,27 103,89 Papua Barat 106,35 118,14 119,64 Papua 108,83 107,72 109,01 INDONESIA 115,92 109,42 105,49

(7)

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau

menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.

Isa, SE, MM

Kepala Bidang Nerwilis Telpon: (0370) 621385 E-mail: isa@bps.go.id

Gambar

Tabel Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi se-Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Protista merupakan salah satu dari lima kingdom sistem klasifikasi, meliputi organisme bersel tunggal atau bersel banyak tetapi tanpa diferensiasi yang jelas, ukurannya

Penelitian tentang Analisis Pendapatan Petani Padi pada Anggota Gapoktan Sumber Mulyo Desa Banjaran Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara perlu dilakukan karena tinggi

pengembangan industri kecil jamu menunjukkan bahwa sub elemen kunci pada elemen kebutuhan adalah : kebutuhan jaminan pasar produk jamu yang dihasilkan (A-1), kontinyuitas

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri tersebut di atas, Limbah Non B3 yang dapat diimpor hanya berupa Sisa, Skrap atau Reja yang digunakan untuk bahan baku

Lampirkan (1) Surat Keputusan Badan Penyelenggara atau SK Jabatan Fungsional Terakhir pada perguruan tinggi pengusul (PTS/PTN), dilengkapi dengan (2) fotokokopi ijazah

Ini berarti variabel Current Ratio (X1) memberikan pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang termasuk dalam Jakarta

077% t er hadapPendapat anAsl iDaer ah( PAD)Kot aMakassar .Mel i hat pembangunanekonomiKot aMakassart el ahmenunj ukkankemaj uan yangcukupsi gni f i kankar enadi i mbangidenganbel

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesikan skripsi yang berjudul “Pengawasan