LAPORAN PENELITIAN
JUDUL PENELITIAN:
KEMUDAHAN TI MEMODERASI
PENGARUH PERILAKU PENGGUNAAN SIA
PADA KINERJA INDIVIDUAL
PENELITI:
Anak Agung Ngurah Agung Kresnandra, SE.,M.S.A.,Ak
199206272018031001
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
KEMUDAHAN TI MEMODERASI
PENGARUH PERILAKU PENGGUNAAN SIA
PADA KINERJA INDIVIDUAL
Anak Agung Ngurah Agung Kresnandra, SE., M.S.A.,Ak Program Studi Akuntansi FEB Universitas Udayana Email: [email protected] ; Telp: 087860415051
ABSTRAK
UKM di Kota Denpasar masih menghadapi rendahnya penguasaan teknologi dan manajemen pengelolaan keuangan, salah satunya adalah penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi pada UKM. Hasil riset empiris mengungkapkan bahwa perilaku penggunaan SIA berpengaruh linear pada kinerja individual karena adanya faktor-faktor kontingensi, salah satunya adalah kemudahan TI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan faktor-faktor kontingensi tersebut memoderasi pengaruh perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual.
Penelitian dilakukan pada pelaku UKM di Kota Denpasar. Data penelitian dikumpulkan melalui metode survei dengan teknik kuesioner. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Pengukuran variabel dengan skala Likert 5 point dengan teknik analisis MRA, melalui tahapan sebagai berikut: uji asumsi klasik, uji kelayakan model (Uji F), analisis koefisien determinasi (R2), uji hipotesis penelitian (uji t) baik untuk pengaruh parsial maupun moderasi.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa perilaku pengguna SIA berpengaruh positif pada kinerja individual. Kemudahan TI menguatkan pengaruh positif perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual.
Kata Kunci: kemudahan TI, perilaku penggunaan SIA, kinerja individual.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sektor UKM telah terbukti tangguh, ketika terjadi Krisis Ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. Sektor UKM di Indonesia memiliki peran dan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. UKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 97 persen, dan terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 60,34 persen, ini menunjukkan eksistensi UKM dalam menunjang perekonomian negara Indonesia (Kemenkop dan UKM, 2016).
Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Denpasar merupakan aset tersendiri yang akan memperkuat pondasi perekonomian daerah yang dapat
menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah. Selain itu peran serta UKM dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan, dan peningkatan pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. Visi Kota Denpasar dalam meningkatkan usaha kecil menengah pada tatanan ekonomi kerakyatan berbasis budaya unggulan, bertumpu pada mekanisme pasar dalam menunjang Denpasar sebagai Kota Budaya (Diskop dan UKM Kota Denpasar 2016). Dalam implementasi kebijakan Pemerintah untuk mendorong dan mengarahkan peran serta masyarakat dalam pemberdayaan UKM, ternyata masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh UKM. Terutama terkait penguasaan teknologi dan kemampuan manajemen pengelolaan keuangan dalam meningkatkan kinerja dan kompetensi usahanya (LKjIP Diskop dan UKM Kota Denpasar, 2016).
Konstruk penggunaan secara sederhana menjelaskan hubungan penggunaan sistem dan dampaknya terhadap kinerja organisasi. DeLone dan Mclean (2003) berpendapat bahwa tidak digunakanya sistem informasi merupakan indikasi penting adanya benefit atau peningkatan kinerja organisasi yang tidak bisa direalisasi. Pengguanan sistem informasi berbasis teknologi baik bersifat wajib maupun sukarela tergantung pada management judgment. Manajemen akan memiliki pilihan tersendiri untuk terus menggunakan atau berhenti menggunakan sistem informasi tergantung pada dampak yang dihasilkan baik positif atau negatif terhadap kinerja organiasi.
Pentingnya menerapkan atau penggunaan sistem informasi akuntansi dan teknologi informasi pada usaha kecil dan menengah adalah untuk mengetahui efektivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Penerapan sistem informasi berbasis teknologi pada suatu organisasi dapat meningkatkan keuntungan yang signifikan dan berdampak positif terhadap kinerja organisasi (Gupta et al., 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Liao (2008), Oswari et al. (2008), Petter dan Mclean (2009), Baridwan (2012) dan Hadrijaningsih, et al. (2013) Wang dan Huynh (2013), dan Harash (2015) menunjukkan bahwa perilaku-perilaku penggunaan sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Namun, hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Fasihat (2015) menemukan bahwa perilaku penggunaan pada kualitas sistem informasi akuntansi tidak terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukma et al. (2017) yang menunjukkan bahwa penggunaan sistem informasi akuntansi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi.
Paparan beberapa penelitian terdahulu terkait pengaruh perilaku penggunaan SIA menunjukkan hasil yang tidak konsisten atau masih kontroversi. Inkonsistensi hasil ini diduga karena adanya faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Govindarajan (1986) menyatakan bahwa kemungkinan belum adanya kesatuan hasil penelitian tergantung faktor-faktor tertentu atau lebih dikenal dengan istilah faktor kontinjensi. Murray (1990) menjelaskan bahwa agar dapat merekonsiliasi hasil yang saling bertentangan diperlukan pendekatan kontingensi untuk mengindentifikasi variabel lain yang bertindak sebagai pemoderasi ataupun pemediasi dalam model riset.
Outley (1980) menyatakan bahwa pendekatan kontingensi dalam akuntansi manajemen didasarkan pada presmis bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen yang secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan dalam setiap keadaan. Pernyataan Outley (1980) ini telah ditindaklanjuti dengan berbagai penelitian dalam bidang sistem akuntansi manajemen dengan memasukkan variabel kontingensi, seperti: ketidakpastian lingkungan (Gordon dan Narayanan, 1984; Fisher, 1986), ketidakpastian tugas (Chong, 1996), kemudahan TI/perceived ease of use (Davis et al., 1989) dan kompleksitas teknologi (Chenhall dan Morris, 1986). Pendekatan kontingensi menekankan pentingnya pengaruh situasional terhadap penerapan sistem informasi akuntansi dan kinerja perusahaan (Harash, et al. 2014).
Faktor kontingensi tersebut adalah pengaruh perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual adalah kemudahan TI, yaitu seberapa besar teknologi komputer dirasakan relatif mudah untuk dipahami dan digunakan. Persepsi individu berkaitan dengan kemudahan dalam menggunakan komputer (perceived
ease of use) merupakan tingkat dimana individu percaya bahwa menggunakan
sistem tertentu akan bebas dari kesalahan. Persepsi ini kemudian akan berdampak pada perilaku, yaitu semakin tinggi persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan sistem, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan teknologi informasi guna pencapaian kinerja (Igbaria, 2000). Vankatesh & Davis (2000) menekankan bahwa kemudahan penggunaan kemungkinan akan menyebabkan penggunaan teknologi yang lebih dalam pengaplikasiannya, sedangkan jika dirasa sulit penggunaannya akan berdampak sebaliknya. Kadir & Triwahyuni (2003) dan Pramanda, et.al (2016) telah melakukan studi terkait dan menemukan hal sejalan dengan pemikiran Delone dan Mclean (2003) yaitu adanya pengaruh kemudahan TI pada kinerja individual. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa secara konseptual dan riset empiris ditenemukan adanya pengaruh kemudahan TI pada kinerja individiual oleh karena kemudahan TI yang dipersepsikan akan mendorong perilaku penggunaan SIA lebih masif untuk menjunjang kinerja individual. Apakah pern kntingensi kemudahan TI ini juga terjadi pada UKM di Denpasar, akan dikonfirmsi lebih lanjut melalui penelitian ini.
Penelitian-penelitian akuntansi tentang penggunaan sistem informasi akuntansi dan penggunaan sistem informasi berbasis teknologi pada UKM antara lain dilakukan oleh Oswari et al. (2008), Kurniati et al. (2012), Hadrijaningsih, et
al. (2013), Indralesmana (2014), dan Rifani dan Aini (2016). Berbeda dengan
mereka, penelitian ini akan melakukan pengujian pengaruh tiga faktor kontingensi, yaitu: kemudahan TI terhadap perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual UKM di Denpasar. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pada pengembang teori dan riset maupun praktik TI dn SIA maupun pengelolaan program studi akuntansi.
1.2 Rumusan Pokok Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
2) Apakah kemudahan TI memoderasi pengaruh perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan pokok permasalahan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengaruh perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual.
2) Untuk mengetahui kemampuan kemudahan TI memoderasi pengaruh perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual.
STUDI PUSTAKA
2.1 Teori Technology Acceptance Model (TAM) dan D&M IS Success Model Teori Technology Acceptance Model (TAM) yang diadopsi dari Theory of
Reasoned Action (TRA), yang diperkenalkan pertama kali oleh Davis pada tahun
1989, menawarkan sebagai landasan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai perilaku pemakai dalam penerimaan dan penggunaan Sistem Informasi. Menurut Widodo (2006), model TAM berasal dari teori psikologis untuk menjelaskan perilaku penggunaan teknologi informasi yang berlandaskan pada kepercayaan (beliefs), sikap (attitude), minat (intention) dan hubungan perilaku penggunaan (User Behavior Relatioship). Model ini akan menggambarkan bahwa penggunaan sistem informasi akan dipengaruhi oleh variabel kemanfaatan (Usefullness) dan variabel kemudahan pemakaian (Ease of
Use), di mana keduanya memiliki determinan yang tinggi dan validitas yang telah
teruji secara empiris.
Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean /D&M IS
Success Model (DeLone dan McLean, 1992) menjelaskan bahwa kesuksesan
implementasi penggunaanan teknologi informasi di tingkat organisasi dapat dilihat dari pengaruh perilaku menggunakan sistem teknologi informasi ke dampak organisasi. Perilaku penggunaan teknologi informasi memiliki dampak terhadap kinerja organisasi yang disebut dampak organisasional (organizational
impact). Dampak organisasional adalah pengaruh informasi terhadap kinerja
organisasi. Kinerja organisasi merupakan dampak dari perilaku penggunaan sistem informasi oleh individu-individu yang ada dalam organisasi. Model DeLone dan McLean memetakan keenam elemen atau faktor atau komponen atau pengukuran dari model, yaitu: 1) Kualitas Sistem (system quality), 2)Kualitas Informasi (information quality), 3)Penggunaan (use), 4)Kepuasan Penggunaan (user satisfaction), 5)Dampak Individual (individual impact), 6)Dampak Organisasi (organization impact).
2.2 Teori Technology-to-Performance Chain
Teori Technology-to-Performance Chain (TPC) merupakan suatu model komprehensif yang dibangun dari dua aliran penelitian yang saling melengkapi, yaitu sikap pemakai (user attitude) sebagai predictor dari pemakaian (utilization)
dan kesesuaian tugas teknologi (task-technology fit) sebagai predictor dari kinerja (Jogiyanto, 2007). Inti dari model ini adalah agar suatu teknologi informasi memberikan dampak positif terhadap kinerja individual makateknologi tersebut harus dimanfaatkandan teknologi tersebut harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan (Agustiani, 2010).
Model rantai teknologi–ke-kinerja(technology-to-performance) dibangun dengan menggabungkan model pemakaian (utilization) dengan model kesesuaian (fit). Model rantai TPC adalahmodel yang mana teknologi akan berakibat ke dampak-dampak kinerja jika digunakan oleh individual-individual. Menyadari bahwa teknologi harus digunakan (utilized) terlebih dahulu dan sesuai (fit) dengan tugas yang didukung oleh teknologinya untuk mendapatkan dampak kinerja,model ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang teknologi, tugas-tugas pemakai dan pemakaian (utilization) saling berhubungan untuk mencapai kinerja.
Gambar 2.1 Teori Technology-to-Performance Chain 2.3 Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi digunakan untuk semua pengetahuan tentang organisasi dengan cara yang paling tepat, karena tindakan yang tepat bergantung dari variabel situasional (Davis dan Newstrom, 1985). Pendekatan kontingensi dapat digunakan dalam sistem akuntansi manajemen untuk memberikan informasi yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan. Pendekatan kontingensi dalam akuntansi manajemen didasari oleh anggapan bahwa tidak ada sistem akuntansi yang tepat secara universal yang dapat digunakan oleh semua organisasi dalam berbagai keadaan. Sistem akuntansi yang tepat tergantung pada keadaan dimana organisasi tersebut berada.
Sehingga teori kontingensi mengidentifikasikan aspek khusus dari sistem akuntansi perusahaan dimana keadaan dapat didefinisikan dengan pasti dan sistem dapat digunakan dengan tepat.Pendekatan kontingensi menekankan pentingnya pengaruh situasional terhadap sistem informasi akuntansi dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Pendekatan kotingensi diperlukan untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional yang menyebabkan sistem akuntansi menjadi efektif. Pendekatan kontingensi dalam penelitian ini digunakan untuk menguji kemudahan TI dalam memoderasi perilaku penggunaan sistem informasi akuntansi pada kinerja organisasi
2.4 Usaha Kecil dan Menengah (UKM),
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 menjelaskan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU UKM. Sedangkan, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam UU UMKM. Sedangkan Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UU UMKM. 2.5 Teknologi Informasi/TI, Sistem Informasi Akuntansi / SIA, dan kinerja
individual.
Lucas ((1999) mengatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis. William dan Sawyer (2005) mendefinisikan teknologi informasi sebagai suatu bentuk umum yang menggambarkan setiap teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan dan atau menyampaikan informasi. Supriyanto(2005), secara lebih sederhana, menjelaskan bahwa teknologi informasi adalah teknologi yang memanfaatkan komputer sebagai perangkat utama untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat.
Sistem informasi akuntansi memproses berbagai transaksi keuangan dan transaksi non keuangan yang secara langsung mempengaruhi pemrosesan transaksi keuangan. SIA terdiri dari tiga subsistem (Hall, 2009:10) yaitu: (1) pemrosesann transaksi (transaction processing system) yang mendukung operasi bisnis harian melalui berbagai dokumen serta pesan untuk para pemakai pada organisasi; (2) Sistem buku besar atau pelaporan keuangan (general
ledger/financial reporting system) yang menghasilkan lapora keuangan, seperti
laporan laba rugi, neraca, arus kas, pengembalian pajak, serta berbagai hal lainnya berdasarkan aturan; (3) Sistem pelaporan manajemen (management reporting
system) menyediakan pihak manajemen internal berbagai laporan keuangan dan
informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan seperti anggaran, laporan kinerja, serta laporan pertanggungjawaban.
Organisasi atau perusahaan menanamkan investasi yang besar untuk memperbaiki kinerja individual atau organisasi berkaitan dengan implementasi teknologi dalam suatu sistem informasi (Sumardiyanti, 1999). Kinerja karyawan
merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk
menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu, dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja organisasi (Septiningtyas, 2010). Penilaian
kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam melakukan peran yang dimainkannya untuk mencapai tujuan organisasi. Sumardiyanti (1999) mengungkapkan bahwa organisasi atau perusahaan menanamkan investasi yang besar untuk memperbaiki kinerja individual atau organisasi berkaitan dengan implementasi teknologi dalam suatu sistem informasi.
2.6 Perilaku penggunaan SIA dan pengaruh pada kinerja individual.
Ajzen dan Fishbein (1980) menyatakan bahwa perilaku merupakan tindakan-tindakan atau reaksi dari suatu obyek atau organisma yang berupa tindakan sadar atau tidak sadar. Perilaku manusia secara keseluruhan dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, budaya, dan kumpulan dari pengalaman hidup masing-masing individu (Simamora, 2008). Dalam konsteks penggunaan sistem teknologi informasi, perilaku adalah penggunaan sesungguhnya (actual
use) dari teknologi. Penggunaan informasi (information use) adalah penggunaan
keluaran suatu sistem informasi oleh penggunaan (Jogiyanto (2008). Perilaku penggunaan sistem informasi adalah sebuah tindakan yang secara nyata dilakukan oleh individu dalam berinteraksi dengan sistem teknologi (Venkatesh et al. 2003). Beberapa peneliti telah melakukan studi terkait dan menemukan hal sejalan dengan pemikiran Delone dan Mclean (2003:13) yaitu adanya pengaruh perilaku penggunaan SI pada kinerja individual dan organisasi, seperti: Handrijaningsih, et
al. (2013) Pramanda, et.al (2016), dan Muzakki, dkk (2016) yang menemukan
adanya pengaruh perilaku penggunaan SI pada kinerja individual. Sedangkan,Penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Liao (2008), Oswari et al. (2008), Petter dan Mclean (2009), Baridwan (2012) dan Hadrijaningsih, et al. (2013) Wang dan Huynh (2013), dan Harash (2015) menemukan bahwa perilaku-perilaku penggunaan sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja organisasi dengan adanya peningkatkan kinerja karyawan/individual.
Berdasarkan konsepsi dan riset empiris yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa perilaku penggunaan SIA secara masif akan dapat meningkatkan kinerja individual. Sehingga, dengan demikian dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Perilaku Penggunaan SIA berpengaruh positif pada kinerja individual. 2.7 Kemudahan TI / Ease of Use dan kemampuannya memoderasi pengaruh
perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual
Davis et al. (1989) mengatakan:” Perceived ease of Use / PEU is the
degree to vhich a person belieyes that using a particular system would be free of effort", artiya bahwa kemudahan adalah tingkatan seseorang percaya bahwa
penggunaan suatu sistem tertentu dapat membuat orang tersebut bebas dari upaya (free of effort). Bebas dari usaha yang dimaksudkan adalah bahwa dalam menggunakan sistem seseorang hanya memerlukan sedikit waktu untuk mempelajari, tidak rumit dan mudah dipahami. Kemudahan dalam penggunaan merupakan awal dari penggunaan menggunakan sebuah teknologi informasi yang menentukan derajat keyakinan penggunaan. Persepsi kemudahan TI menstmulus persepsi kegunaan (perceived usefulness), sikap (attitude), niat (behavioral intention), dan penggunaan sesungguhnya (behavior), dan selanjutnya mendorong pencapaian kinerja lebih baik.
Fanny (2015) dan Tika (2006) dalam penelitiannya berhasil mengungkapkan bahwa perceived ease of use memberikan pengaruh positif pada kinerja auditor dalam melalukan pemeriksaan audit. Dhini (2010) mendefinisikan kemudahan (perceived ease of use) sebagai tingkat keyakinan seseorang audit memberikan pengaruh positif pada kinerja, sehingga memiliki kemudahan dalam menghasilkan kinerja yang maksimal. Hal ini didukung oleh Arya dan Herry (2014) menyatakan dalam penelitiaanya perceived ease of use memiliki pengaruh positif terhadap kinerja auditor. Selanjutnya, beberapa peneliti lainnya seperti: Kadir & Triwahyuni (2003) , Pramanda, et.al (2016).telah melakukan studi
terkait dan menemukan hal sejalan dengan pemikiran Delone dan Mclean (2003) yaitu adanya pengaruh kemudahan TI pada kinerja individual.
Berdasarkan konsepsi dan riset empiris yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa kemudahan TI yang tinggi akan mendorong perilaku penggunaan SIA yang lebih masif guna meningkatkan kinerja individual. Dengan demikian dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H2: Kemudahan TI meningkatkan pengaruh positif perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual.
2.8 Disain Penelitian.
Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah diuraikan di atas maka secara grafis disain penelitian ini dapat disajikan seperti gambar 22.
Gambar 2.2 Disain Penelitian
METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar dengan alasan karena pemerintah Kota Denpasar sedang menggalakkan program smart city dalam penggunaan teknologi informasi yang juga melibatkan pelaku UKM untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerja UKM. Kota Denpasar merupakan Ibu Kota Provinsi Bali yang menjadi barometer tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali sehingga Kota Denpasar merupakan posisi strategis untuk pengembangan usaha kecil dan menengah. Sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran SIA bagi UKM di kabupaten lainnya di Provinsi Bali.
3.2 Identifikasi Variabel H2 H1 Perilaku Penggunaan SIA (PER) Kinerja Individual (KID) Kemudahan TI (KEM)
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2017:38). Variabel-variabel yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini antara lain:
1) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen atau variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017).Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku penggunaan SIA (X1).
2) Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel independen atau variabel bebas (Sugiyono, 2017). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja individual (Y).
3) Variabel moderasi adalah variabel yang meningkatkan atau menurunkan pengaruh variabel independen pada variabel dependen. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah Kemudahan TI (X2).
Solimun, (2010) mengklasifikasikan variabel moderasi menjadi 4 (empat) jenis yaitu pure moderasi (moderasi murni), quasi moderasi (moderasi semu),
homologiser moderasi (moderasi potensial) dan Predictor moderasi (moderasi
sebagai predictor). Masing-masing klasifikasi moderasi dapat diidentifikasi sebagaimana contoh berikut, jika X adalah variabel predictor, Y variabel tergantung dan M variabel moderasi maka persamaan regresi yang dapat dibentuk sebagai berikut :
(1) Ŷ1 = b0 + b1X 1 tanpa melibatkan variabel moderasi (2) Ŷ1 = b0 + b1X 1+ b2 M1 melibatkan variabel moderasi
(3) Ŷ1 = b0 + b1X 1+ b2 M1 + b3 X1*M1 melibatkan variabel moderasi dan
Interaksi
Selanjutnya, Solimun (2010) memberikan pola penetapan klasifikasi dari suatu variabel pemoderasi merupakan pure moderasi (moderasi murni), quasi
moderasi (moderasi semu), homologiser moderasi (moderasi potensial) dan Predictor moderasi (moderasi sebagai predictor), seperti tersaji pada tabel berikut
ini.
Klasifikasi Variabel Moderasi
No. Tipe Moderasi Koefesien
1 Moderasi murni (Pure Moderasi)
b2 non significant b3 significant 2 Moderasi semu (Quasi Moderator) b2 significant b3 significant 3 Moderasi potensial (Homologiser Moderasi) b2 non significant
4 Moderasi sebagai predictor (Predictor Moderasi)
b2 significant b3 non significant Sumber : Solimun (2010)
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Pernyataan yang disajikandalam kuesioner akan diukur menggunakan skala
likert. Dengan menggunakan skalalikert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan dapat didefinisikan sebagai berikut:
1) Perilaku Penggunaan SIA
Perilaku penggunaan (use behavior) merupakan tindakan atau kegiatan nyata yang dilakukan individu. Variabel ini diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Baridwan (2012). Indikator yang digunakan adalah waktu penggunaan harian dan frekuensi penggunaan. Jumlah waktu penggunaan dan jumlah frekuensi penggunaan dapat menentukan perilaku individu dalam menggunakan suatu sistem. Semakin banyak waktu dan frekuensi penggunaann maka perilaku individu dalam menggunakan sistem akan semakin intens. Perilaku penggunaan ditunjukkan dalam kuesioner pada 2 item pernyataan yang diukur dengan skala Likert lima poin.
2) Kemudahan TI
Kemudahan penggunaan TI merupakan suatu sikap di mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari upaya yang luar biasa. Penggunaan TI berpikir bahwa produk TI lebih fleksibel, mudah dipahami, tidak rumit, mudah dipelajari dan mudah dalam pengoperasiannya (compatible) sebagai karakteristik. Indikator-indikator kemudahan TI meliputi: mudah dipelajari, mudah dipahami, simple dan mudah pengoperasiannya. Indikator-indikator tersebut dikembangkan menjadi item pernyataan dalam kuesioner menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban, yaitu untuk pernyataan dalam pertanyaan pertama adalah Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1, Tidak Setuju (TS) dengan skor 2, Netral (N) dengan skor 3, Sangat Setuju (SS) dengan skor 4, dan Setuju (S) dengan skor 5. Skor 1 menunjukkan persepsi kemudahan TI yang sangat rendah sedangkan skor 5 menunjukkan persepsi kemudahan TI yang sangat tinggi.
3) Kinerja Individual
Dalam penelitian Goodhue dalam Jumaili (2005), pencapaian kinerja individual dinyatakan berkaitan dengan pencapaian serangkaian tugas-tugas individu dengan dukungan teknologi informasi yang ada. Pengukuran kinerja individual ini melihat dampak sistem yang baru terhadap efektivitas penyelesaian tugas, membantu meningkatkan kinerja, dan menjadikan pemakai lebih produktif dan kreatif. Indikator-indikator tersebut dikembangkan menjadi item pernyataan dalam
kuesioner menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban, yaitu untuk pernyataan dalam pertanyaan pertama adalah Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1, Tidak Setuju (TS) dengan skor 2, Netral (N) dengan skor 3, Sangat Setuju (SS) dengan skor 4, dan Setuju (S) dengan skor 5. Skor 1 menunjukkan persepsi kinerja individual yang sangat rendah sedangkan skor 5 menunjukkan persepsi kinerja individual yang sangat tinggi.
Kinerja individu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pencapaian serangkaian tugas oleh penggunaan sistem informasi akuntansi. Kinerja yang semakin tinggi melibatkan kombinasi dari peningkatan kinerja, efisiensi, efektivitas, produktivitas dan kualitas (Panggesso, 2014). Dalam penelitian ini pengukuran kinerja individu terdiri 5 indikator yaitu kualitas, produktivitas, efisiensi, tanggungjawab, peningkatan kinerja. Variabel ini diukur dengan kuisioner yang dikembangkan oleh Panggesso (2014). Terdiri dari 5 pertanyaan dengan 5 poin skala likert.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan seluruh objek yang akan diteliti dalam sebuah penelitian. Sugiyono (2017) menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku UKM yang terdaftar dalam E-commerce di Kota Denpasar.Pelaku UKM dalam hal ini adalah pemilik UKM sekaligus sebagai direktur. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 816 UKM. UKM yang terdaftar dalam E-commerce digunakan sebagai populasi karena pelaku UKM dalam E-commercea dalah UKM binaan pemerintah Kota Denpasar yang sudah menerapkan sistem informasi berbasis teknologi dalam pengembangan usahanya, salah satunya dalam menggunakan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi.
Pengambilan sampel digunakan dengan metode non probabilitas sampling dengan teknik incidental sampling. Teknik incidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, apabila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2017). Roscoe dalam Sugiyono (2017) menyatakan bahwa syarat utama pengukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah 30 sampai dengan 500. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 2007), sebagai berikut:
n = N ……….. (1)
1 + Ne2 Keterangan:
n = jumlah sampel N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Penelitian ini menetapkan batas toleransi kesalahan pengambilan sampel sebesar 10%, artinya tingkat akurasi pengambilan sampel sebesar 90%. Sehingga jika dihitung dengan rumus Slovin jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:
1 + 816 (0,1)2 n = 99,877 n = 100
Jadi jumlah sampel minimal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 100.
Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar pada tahun 2018. Alasan dipilihnya lokasi penelitian ini karena pemerintah Kota Denpasar sedang menggalakkan program smart city dalam penggunaan teknologi informasi. Dalam meningkatkan perekonomian daerah, program smart city juga melibatkan pelaku UKM untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerja UKM. Kota Denpasar merupakan Ibu Kota Provinsi Bali yang menjadi barometer tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali sehingga Kota Denpasar merupakan posisi strategis untuk pengembangan UKM.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni, data kuantitatif merupakan data yang berupa angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2017). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data skor nilai dari jawaban kuesioner yang telah diisi oleh responden.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan tidak melalui perantara (Sugiyono, 2017). Data primer dalam penelitian ini adalah jawaban responden dari kuesioner yang disebar. 2) Data Sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2017). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data mengenai daftar pelaku UKM yang terdaftar dalam E-commerce di Kota Denpasar.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelian ini adalah Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2017:142). Pada penelitian ini, kuesioner disebarkan langsung kepada sasaran responden ke setiap BPR yang telah ditentukan.
3.7 Teknik Analisis Data
1) Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pengujian validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2017) validitas dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor faktor dengan skor total dan bila koefisien korelasi tiap faktor tersebut positif 0,3 ke atas maka kuesioner atau pernyataan tersebut dinyatakan valid.
Uji reliabilitas adalah suatu pengujian untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran lebih dari satu kali terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Untuk melihat reliabilitas instrumen tersebut, akan dihitung Cronbach Alpha masing-masing instrumen pada output SPSS. Variabel dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach Alpha ≥ 0,70 (Ghozali, 2016).
2) Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian analisis regresi linear berganda, maka dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi klasik diperlukan untuk menjadikan model regresi sebagai alat estimasi yang tidak bias, pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residualnya mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah model dengan residu yang terdistribusi normal (Ghozali, 2016). Metode yang digunakan adalah statistik Kolmogorov-Smirnov.Jika Asymp.
Sig (2-tailed) lebih besar dari level of significance 0,05yang dipakai, maka dapat
disimpulkan bahwa residual suatu data dikatakan terdistribusi secara normal.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIP). Jika nilai
tolerance lebih besar dari 10% atau VIP kurang dari 10 maka dapat dikatakan
model telah bebas dari masalah multikolinearitas (Ghozali,2016).
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastistas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Jika suatu model regresi mengandung gejala heteroskedastisitas, maka akan memberikan hasil yang menyimpang. Uji ini dapat dianalisis melalui uji Glejser dengan melihat tingkat signifikansi berada di atas 0,05 maka model regresi bebas dari masalah heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). 3) Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari besarnya nilai minimum, maksimum, mean, modus, dan simpangan baku (standard deviation) dengan N merupakan banyaknya responden penelitian.
4) Analisis Regresi Moderasi (MRA)
Teknik MRA digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor preditor dimanipulasi (dinaik-turunkan nilainya). Jadi analisis regresi linier berganda akan dilakukan bila jumlah variabel
independennya minimal dua (Sugiyono, 2017). Analisis data ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh pemanfaatan teknologi informasi, relevansi teknologi informasi, kepuasan sistem informasi akuntansi dan efektivitas informasi akuntansi pada kinerja karyawan. Secara umum formulasi dari regresi moderasi MRA adalah sebagai berikut:
KID = α + β1PER + β2KEM+ β3PER_KEM + e...(1) Keterangan:
KID = Kinerja individual α = Konstanta
β1,2,3,4,5,6,7 = Koefisien regresi dari variabel independen
PER = Perilaku penggunaan SIA KEM = Kemudahan TI
PER_KEM = interaksi perilaku penggunaan SIA dan kemudahan TI e = error term
Selanjutnya, dilakukan pengujian Hipotesis (Uji t) untuk menguji masing-masing hipotesis atau pengaruh secara parsial (per variabel bebas) terhadap variabel terikat (Ghozali, 2016).Pengujian ini dapat dilakukan dengan mengamati hasil regresi yang diolah menggunakan program SPSS, yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi t masing-masing variabel bebas dengan α = 0,05. Jika nilai sig. t <= 0,05 maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, dan sebaliknya ditolak jika nilai sig. t > 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan bukti empiris dan pembahasan hasil penelitian. Pertama, menguraikan hasil uji instrumen penelitian atau pilot test. Kedua, statistik deskriptif yang menguraikan sampel dan jawaban sampel atas kuesioner. Ketiga, menyajikan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian Keempat, memaparkan hasil uji kelayakan model/goodness of model fit dan menjelaskan hasil perhitungan koefisien determinasi (R2). Kelima, menyajikan hasil pengujian hipotesis dengan menguraikan bukti empiris dari penelitian ini. Kelima, pembahasan hasil dari pengujian hipotesis serta implikasi dari hasil bukti empiris.
Hasil Penelitian
Hasil Pengujian Instrumen
Pengujian instrumen dengan pilot test telah dilakukan sebelum pengumpulan data. Pilot test dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 32 mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah valid dan reliabel. Hasil pengujian instrumen adalah sebagai berikut:
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2017). Suatu instrumen akan dikatakan valid apabila nilai Pearson correlation terhadap skor total di atas 0,30 (Sugiyono, 2017). Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa Pearson correlation dari masing-masing pernyataan responden lebih besar dari 0,30. Hal ini berarti seluruh pernyataan responden dalam kuesioner telah memenuhi syarat validitas sehingga layak digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas
No. Variabel Kode
Instrumen
Nilai Pearson Correlation
Keterangan
1 Perilaku penggunaan SIA (PER)
PER1 0,932 Valid
PER2 0,925 Valid
2 Kemudahan TI (KEM) KEM1 0,700 Valid
KEM2 0,783 Valid KEM3 0,783 Valid KEM4 0,622 Valid KEM5 0,776 Valid KEM6 0,786 Valid KEM7 0,853 Valid KEM8 0,781 Valid KEM9 0,838 Valid KEM10 0,724 Valid
3 Kinerja individual (KID) KID1 0,883 Valid
KID2 0,930 Valid
KID3 0,909 Valid
KID4 0,878 Valid
KID5 0,901 Valid
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat keandalan dan keakuratan instrumen suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan beberapa kali mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2017). Apabila suatu instrumen memiliki nilai Alpha
Cronbach yang lebih besar dari 0,70 maka instrumen tersebut dikatakan reliabel.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa seluruh instrumen penelitian yaitu perilaku penggunaan SIA, Kemudahan TI, dan Kinerja Individual memiliki koefisien Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,70 sehingga dapat dikatakan
reliabel dan layak digunakan dalam mengukur variabel penelitian. Hal ini berarti apabila dilakukan pengukuran lebih dari satu kali terhadap gejala yang sama maka pengukuran tersebut akan memberikan hasil yang konsisten.
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan 1 PER 0,840 Reliabel 2 KEM 0,917 Reliabel 3 KID 0,941 Reliabel
Hasil Pengumpulan Data, Tingkat Pengembaalian dan Penggunaan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelaku UKM yang terdaptar dalam program E-Commerce di Kota Denpasar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 UKM berdasarkan metode penentuan jumlah sampel yang menggunakan rumus slovin.Kuesioner dikirimkan secara langsung kepada responden.Peneliti berkoordinasi dengan Dinas UKM dan Koperasi Kota Denpasar dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar dalammenyebarkan kuesioner kepada para responden. Sebanyak 77 kuesioner kembali (77%) dan yang dapat digunakan sebanyak 75 kuesioner (75%) dengan rincian seperti tersaji dalam Tabel 4.3. Terdapat 2 kuesioner yang kembali tidak dapat digunakan karena sampel tidak lengkap dalam menjawab pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuesioner.
Tabel 4.3
Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Jumlah Sampel 100 100%
Kuesioner yang dikirimkan 100 100%
Kuisioner tidak kembali 25 25%
Kuisioner yang kembali 77 77%
Kuisioner yang tidak dapat diolah 2 2%
Kuisioner yang dapat diolah 75 75%
Karakteristik Responden
Karakteristik responden berisikan jumlah absolut dan proporsi untuk katagori yaitu: jenis kelamin, kelompok usia, pendidikan terakhir, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, sektor usaha, aplikasi yang digunakan, jenis UKM dan aplikasi yang digunakan. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa: 1) Jumlah responden laki-laki sebanyak 45 orang (60%) lebih banyak daripada responden perempuan yang hanya 30 orang (40%). Kelompok usia responden terbanyak adalah kelompok usaia 36-50 tahun sebanyak 40 orang (53,33%), selanjutnya kelompok usia 20-30 tahun sebanyak 22 orang (29,33%), dan kelompok usia di atas 51 tahun sebanyak 13 orang (1,33%). Sementara itu, pendidikan terakhir sarjana sebanyak 39 orang (52%) adalah jumlah terbesar dari strata pendidikan, sedangkan berdasarkan ukuran UKM terbanyak adalah UMK kecil sejumlah 48 UKM (64%), dan beberapa informasi rinci lainnya.
Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan analisis regresi linear berganda maka model regresi yang dibuat harus melalui uji asumsi klasik terlebih dahulu agar persamaan yang dihasilkan memenuhi kaidah BLUE (Best, Linear, Unbias, Estimator). Apabila uji asumsi klasik tidak dilakukan sebelum pemrosesan data, maka persamaan model regresi yang dihasilkan diragukan kemampuannya dalam menghasilkan prediksi yang akurat. Model regresi yang baik adalah model regresi yang di dalamnya tidak terdapat masalah data yang distribusinya tidak normal, masalah multikolinearitas dan masalah heteroskedastisitas. Hasil uji Asumsi Klasik dipaparkan seperti berikut ini.
Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2017). Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar daripada level of significance yang dipakai yaitu 0,05 maka data pada penelitian dikatakan
berdistribusi normal. Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai koefisien Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,085 lebih besar dari nilai alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PER, KEM, dan KID berdistribusi normal.
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual
N 101
Asymp.Sig.(2-tailed) 0,085
Sumber: lampiran 2
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2017). Suatu model regresi dapat dikatakan baik jika tidak terjadi multikolinearitas di dalamnya. Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF. Jika nilai tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10, maka pada model regresi dikatakan tidak ada gejala (bebas) multikolinearitas.
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas
PER 0,866 1,154
KEM 0,314 3,187
Berdasarkan pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen pada penelitian ini yaitu pemanfaatan teknologi informasi, relevansi teknologi informasi, kepuasaan sistem informasi akuntansi, efektivitas sistem informasi akuntansi menunjukan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10. Hal ini mengindikasikan bahwa model persamaan regresi tidak ada gejala (bebas) multikolinearitas antar variabel independen.
Uji Heteroskedastisitas
Uji keteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejser dengan meregresikan nilai absolute residual sebagai variabel terikat dengan variabel bebas. Jika signifikansi t tiap variabel bebas di atas 0,05, maka model regresi bebas dari heteroskedastisitas.
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen pada penelitian ini yaitu perilaku pengguna informasi dan kemudahan SIA menunjukkan nilai sig. masing-masing sebesar 0,121 dan 0,659 > 0,05. Hal ini berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap absolute residual maka model regresi yang digunakan tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig. Keterangan
PER 0,121 Bebas heteroskedastisitas KEM 0,659 Bebas heteroskedastisitas ABS_RES
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini diujikan untuk memberikan informasi tentang karakteristik variabel penelitian. Nilai minimum menunjukkan nilai terkecil atau terendah pada suatu gugus data. Nilai maksimum menunjukkan nilai terbesar atau tertinggi pada suatu gugus data. Rata-rata (mean) merupakan cara yang paling umum digunkan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data yang diteliti. Deviasi standar adalah ukuran yang menunjukkan standar penyimpangan data observasi terhadap rata-rata datanya (Ghozali, 2017).
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Nilai rata-rata (mean) tiga (3) variabel penelitian, yaitu: Perilaku Penggunaan SIA, Kemudahan TI, dan Kinerja Individual dari skala likert 5 poin yang digunakan dalam penelitian berkisar antara 3,60 – 4,08. Ini berarti bahwa
kelima variabel penelitian masih perlu atau memiliki peluang untuk ditingkatkan supaya memilikia rata-rata maksimal 5 poin.
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif
Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PER 1,00 5,00 3,68 1,10
KEM 1,00 5,00 3,60 0,65
KID 1,00 5,00 4,08 0,71
2) Variabel KEM memiliki nilai rata-rata terendah (3,60) dan variabel KID memiliki nilai rata-rata tertinggi (4,08) berdasarkan persepsi data respon responden.
Agar diperoleh gambaran lebih rinci persepsi responden terhadap masing-masing variabel penelitian maka berikut ini disajikan persepsi responden dimensi dan item pernyataan masing-masing variabel, sebagai berikut:
1) Variabel Perilaku Penggunaan SIA (PER)
Hasil respon responden terhadap variabel PER dapat diketahui sebagai berikut:
- Nilai rata-rata PER adalah 3,68 dan tidak satupun dari 2 pernyataan memiliki nilai rata-rata PER maksimum 5 poin sehingga dapat dimaknai bahwa responden relatif menggunakan atau memanfaatkan SIA dalam pekerjaan sehari-harinya.
- Nilai rata-rata PER tertinggi adalah pernyataan no.2 sebesar 3,71 yang dapat dikatakan bahwa responden cukup sering memanfaatkan SIA dalam pekerjaan tiap bulannya. Sementara nilai rata-rata PER terendah adalah pertanyaan no.1 sebesar 3,65 yang berarti bahwa durasi penggunaan atau pemanfaatan SIA dalam pekerjaan berkisar antara 1 – 2 jam setiap hari dan masih bisa untuk ditingkatkan.
NO. Perilaku Penggunaan SIA (PER) Skor
Rata2
1 Berapa waktu yang Bapak/ Ibu gunakan dalam pemanfaatan SIA berbasis komputer dalam 1 hari kerja
3,65
2 Seberapa sering, secara rata-rata Bapak/Ibu menggunakan SIA berbasis komputer
3,71
Rata-Rata 3,68
2) Variabel Kemudahan TI (KEM)
Hasil respon responden terhadap variabel kemudahan TI (KEM) dapat diketahui sebagai berikut:
No. Item Skor
1 Tampilan TI di UKM saya mudah dibaca. 3,597
2 Pengoperasian TI di UKM sangat mudah. 3,143
3 TI di UKM sangat fleksibel dan nyaman digunakan. 3,338
4 TI di UKM hasilnya cepat diketahui. 3,506
5 Pengoperasian TI di UKM mudah dipahami dan tidak
rumit. 3,675
6 Pengoperasian TI di UKM sangat simpel. 3,636
7 Fitur dalam TI di UKM mudah untuk dijalankan. 3,623 8 Pengoperasian TI di UKM tidak membutuhkan banyak
usaha. 3,805
9 TI di UKM memudahkan diversifikasi informasi. 3,740 10 TI di UKM mudah dipelajari dan diinformasikan. 3,922
Rata-Rata 3,60
- Nilai rata-rata KEM adalah 3,60 dan tidak satupun dari 10 pernyataan memiliki nilai rata-rata KEM maksimum 5 poin sehingga dapat dimaknai bahwa responden menilai kemudahan teknologi informasi relatif membantu mereka dalam meningkatkan kualitas individualnya.
- Nilai rata-rata variabel KEM terendah adalah pernyataan no.2 sebesar 3,143 yang berarti responden mempersepsikan pengoperasian TI di UMKMnya relative mudah namun belum tergolong ke dalam kategori sangat mudah. - Nilai rata-rata variabel KEM tertinggi adalah pernyataan no.10 sebesar 3,922
yang berarti responden mempersepsikan teknologi informasi yang digunakan di UMKMnya mudah untuk dipelajari dan diinformasikan.
3) Kinerja Individual (KID)
Hasil respon responden terhadap variabel kinerja individual (KID) dapat diketahui sebagai berikut:
- Nilai rata-rata KID adalah 4,078 dan tidak satupun dari 5 pernyataan memiliki nilai rata-rata KID maksimum 5 poin sehingga dapat dimaknai bahwa responden setuju jika teknologi informasi khususnya SIA dapat meningkatkan kinerja individualnya.
No. Item Skor
Rata2
1 Menggunakan sistem komputer perusahaan dapat
meningkatkan kualitas. 4,130
2 Setelah menggunakan sistem komputer perusahaan saya
merasa lebih produktif. 4,052
3 Saya selalu berusaha memahami data dan informasi yang
menjadi tanggung jawab saya . 4,026
4 Aktivitas yang umum dapat dipenuhi oleh sistem komputer
5 Sistem komputer yang saya manfaatkan sangat penting
dalam membatu meningkatkan kinerja saya. 4,117
Rata-Rata 4,078
- Nilai rata-rata variabel KID terendah adalah pernyataan no.3 sebesar 4,026 yang berarti rata-rata responden sudah berusaha untuk memahami data dan informasi walaupun masih terbatas lingkup tanggung jawabnya saja.
- Nilai rata-rata variabel KID tertinggi adalah pernyataan no.1 sebesar 4,130 yang berarti responden setuju bahwa penggunaan computer di perusahaannya dapat meningkatkan kualitas kinerja individualnya.
Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F) dan Koefisen Determinasi (R2), Regresi Sederhana, dan MRA.
Uji F pada dasarnya bertujuan untuk melihat apakah model MRA memenuhi kelayakan model atau model fit, dan hasilnya seperti pada tabel 4.9. Berdasarkan hasil olah data dengan MRA seperti tersaji pada tabel 4.9 maka dapat diketahui nilai signifikansi F sebesar 0,000 lebih kecil dari α
=
0,05 yang berarti bahwa model MRA memenuhi syarat uji kelayakan model atau model fit.Tabel 4.9 Hasil Uji Kelayakan Model
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 677,953 7 96,850 24,357 ,000b Residual 274,359 69 3,976 Total 952,312 76
a. Dependent Variable: KID
b. Predictors: (Constant), PER_KEM, KEM, PER
Selanjutnya, pengujian koefisien determinasi telah dilakukan untuk menganalisis seberapa besar variabel bebas mampu menjelaskan perubahan variabel terikat, dengan hasil seperti tersaji pada tabel 4.10 Berdasarkan tabel tersebut maka koefisien determinasi diketahui dari nilai R2 sebesar 0,712, yang berarti 71,2% persen variasi kinerja individual (KID) dapat dijelaskan oleh variabel perilaku Penggunaan (PER), kemudahan TI (KEM), interaksi PER_KEM, sedangkan sisanya sebesar 28,8% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Tabel 4.10 Hasil Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,844a ,712 ,683 1,99404
a. Predictors: (Constant), PER_KEM, KEM, PER,
Kemudian, telah dilakukan uji t untuk mengungkapkan pengaruh variabel independen dan variabel moderasi dengan menggunakan teknik MRA, dan hasilnya seperti tersaji pada tabel 4.11. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui sebagai berikut:
1) Pengaruh perilaku penggunaan SIA (PER) pada kinerja individul (KID)
Hasil uji parsial pengaruh perilaku penggunaan SIA (PER) pada kinerja individual menujukkan nilai p-value sebesar 0,006 yang lebih kecil dari alpha 0,05 dan nilai konstanta sebesar 0,224 yang berarti bahwa PER berpengaruh positif dan signifikan pada KID. Hasil ini gagal menolak hipotesis H1 yang menyatakan bahwa perilaku penggunaan SIA (PER) berpengaruh positif pada kinerja individual (KID).
Tabel 4.11 Hasil Uji Parsial dan Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients Sig. Hasil Uji B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,354 3,140 ,668
PER ,224 ,485 ,139 ,006 H1 diterima
KEM ,193 ,202 ,357 ,003
PER_KEM ,002 ,029 ,055 ,009 H2 diterima
a. Dependent Variable: KID
2) Pengaruh kemudahan TI (KEM) pada kinerja individual (KID)
Hasil uji pengaruh kemudahan TI (KEM) pada kinerja individual (KID), seperti tersaji pada tabel 4.11 di atas, menunjukkan nilai sig. sebesar 0,009 dengan nilai koefisien beta sebesar 0,002 yang berarti bahwa bahwa kemanfaatan TI berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja individual. Atau dengan kata lain, semakin dirasakan kemudahan TI semain antusias dan inten TI digunakan dalam penyelesaian tugas atau pekerjaannya sehingga akan meningkatkan kuantitas dan kualitas kinerja individual.
3) Kemudahan TI (KEM) meningkatkan pengaruh positif perilaku penggunaan SIA (PER) pada kinerja individul (KID).
Hasil uji kemampuan moderasi kemudahan TI (KEM) terhadap pengaruh perilaku penggunaan SIA (PER) pada kinerja individual (KID), berdasarkan tabel 4.11 di atas, diperoleh nilai sig. sebesar 0,009 dengan nilai koefisien beta 0,002 yang berarti bahwa kemudahan TI berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengaruh positif perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual. Hasil ini gagal menolak hipotesis H4 yang menyatakan bahwa kemudahan TI meningkatkan pengaruh positif perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian yang sudah dianalisis pada sub-bab sebelumnya, dapat dipaparan sebagai berikut:
Perilaku penggunaan SIA berpengaruh positif pada kinerja individual
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa penggunaan SIA berpengaruh positif pada kinerja manajerial. Atau dengan kata lain, semakin meningkat perilaku penggunaan terhadap SIA maka akan semakin meningkat kinerja individual. Hal sangat dimungkinkan karena dengan menggunaka SIA secara masif pekerjaan akan lebih cepat, akurat, mengurangi pengulangan karena kesalahan klerial, dan sudah tentu informasi juga lebih variatif.
Hasil riset ini sesuai dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Gupta
et al. (2008), Wang dan Liao (2008), Oswari et al. (2008), Petter dan Mclean
(2009), Baridwan (2012) dan Hadrijaningsih, et al. (2013) Wang dan Huynh (2013). Namun, hasil penelitian yang berbeda diungkap oleh Fasihat (2015) yang menemukan bahwa perilaku penggunaan pada kualitas sistem informasi akuntansi tidak terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukma et al. (2017) yang menunjukkan bahwa penggunaan sistem informasi akuntansi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi.
Kemudahan TI memperkuat pengaruh perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual.
Hasil uji menunjukkan bahwa kemudahan TI meningkatkan pengaruh positif perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual. Atau dengan kata lain, semakin percaya pengguna pada TI maka mereka tidak akan ada keraguan menggunakan, selalu beruaha dengan sukarela akan mengupgrade pengetahuan dan penguasaan TI merekasehingga pada gilirannya semakin masif penggunaan SIA, sehingga sudah tentu akan meningkatkan kinerja individual mereka.
Analisis lebih lanjut dapat diketahui bahwa berdasarkan uraian sebelumnya terungkap bahwa kemanfaatan TI secara parsial berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja individual dan hasil uji interaksi menunjukkan bahwa kemanfaatan TI berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengaruh positif perilaku penggunaan SIA pada kinerja individual. Sehingga, dengan demikian variabel kemanfaatan TI, berdasarkan klasifikasi jenis variabel pemoderasi yang dipaparkan oleh Solimun (2010), merupakan variabel pemoderasi semu (quacy
moderation).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diakukan pada bab sebelmunya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Perilaku pengunaan SIA yang semakin intensif meningkatkan kinerja individual.
2) Kemudahan TI yang semakin dirasakan oleh individu akan memotivasi mereka berperilaku positif dalam penggunaan SIA semakin tinggi frekwensi penggunaan SIA sehingga akan meningkatkan kinerja individual.
Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1) Berikan pelatihan secara berkala atau lengkapi buku panduan praktis sebagai penunjang TI dan atau SIA. Disamping itu, perlu dilakukan pemutakhir dan cakupan software yang tersedia khususnya terkait dengan keputusan bisnis. Sehingga:
a) karyawan akan merasa semakin mudah dan menyenangkan menggunakan komputer.
b) pemahaman data dan informasi yang disediakan dan menjadi tanggung jawab mereka akan semakin baik
2) Pemanfaatan SIA berbasis komputer semakin masif dalam 1 hari kerja. 3) Peneliti berikutnya dapat mempertimbangkan menguji kembali variabel
pemoderasi yang sejenis pada lokasi yang berbeda, misalnya: LPD, KSP, ataupun pada BPR. Atau menggunakan variabe pemoderasi yang lain, misalnya: kepuasan SIA, supervisi atau dukungan top manajemen, dan lain sebagainya.