RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012
Tentang
“Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold ”
I. PEMOHON
Partai Nasional Indonesia (PNI)
KUASA HUKUM
Bambang Suroso, S.H., M.H.
II. POKOK PERKARA
Pengujian Formil UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD terhadap UUD 1945 .
III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Pemohon dalam permohonan sebagaimana dimaksud menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah :
1. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi “menguji undang-undang terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
2. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut diatas, objek permohonan Pengujian UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon.
IV. KEDUDUKAN PEMOHON ( LEGAL STANDING)
Pemohon adalah badan hukum publik yang merasa hak-hak konstitusionalnya dirugikan atau berpotensi dirugikan akibat berlakunya UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.
A. NORMA FORMIL
UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, secara keseluruhan dalam proses pembentukannya.
B. NORMA UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Norma yang dijadikan sebagai penguji, yaitu :
a) UUD 1945
1. Alinea IV Pembukaan
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD Negara Indonesia yang terbentuk dalam sauatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan Yang Dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
2. Pasal 1 ayat (1)
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik
3. Pasal 1 ayat (2)
Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
4. Pasal 1 ayat (3)
Negara Indonesia adalah Negara Hukum 5. Pasal 22E ayat (1)
Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali
6. Pasal 22E ayat (3)
Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik
7. Pasal 27 ayat (1)
Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
8. Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan UU
9. Pasal 28C ayat (2)
Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya, secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
10. Pasal 28D ayat (1)
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
11. Pasal 28D ayat (3)
Setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
12. Pasal 28I ayat (2)
Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu b) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan 1. Pasal 1 ayat (2)
Peraturan Perundang-Undangan adalah Peraturan tertulis yang memuat nirma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara 3. Pasal 5
Dalam membentuk Peraturan Perundang-Undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undnagan yang baik, yang meliputi:
a. Kejelasan tujuan;
b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; c. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; d. Dapat dilaksanakan;
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. Kejelasan rumusan; dan
g. Keterbukaan. 4. Pasal 6 ayat (1)
Materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan asas: a. Pengayoman; b. Kemanusiaan; c. Kebangsaan; d. Kekeluargaan; e. Kenusantaraan; f. Bhineka tunggal ika; g. Keadilan;
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; i. Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
j. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan. 5. Pasal 18 huruf (h)
Dalam penyusunan Prolegnas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, penyususnan daftar RUU didasarkan atas: (h) aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat
6. Pasal 19 ayat (1)
Prolegnas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 memuat program pembentukan UU dengan judul RUU, materi yang diatur, dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya
7. Pasal 19 ayat (2)
Materi yang diatur dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterangan mengenai konsepsi RUU yang meliputi:
a. Latar belakang dan tujuan penyusunan; b. Sasaran yang ingin diwujudkan; dan c. Jangkauan dan arah pengaturan 8. Pasal 19 ayat (3)
Materi yang diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah melalui pengkajian dan penyelarasan dituangkan dalam Naskah Akademik
VI. Alasan-alasan Para Pemohon Dengan diterapkan UU a quo Bertentangan Dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, karena :
1. Dalam proses pembentukannya UU No. 8 Tahun 2012 memaksakan ketentuan tentang syarat kepesertaan pemilu yang sangat tidak adil dan bersifat diskriminatif antara partai politik peserta pemilu sebelumnya yang memenuhi ambang batas parlemen dengan partai politik peserta pemilu sebelumnya yang tidak memenuhi ambang batas parlemen seperti halnya Para Pemohon;
2. Pembentukan UU No. 8 Tahun 2012 menimbulkan ketidakpastian hukum yang adil dan menimbulkan kekacauan masyarakat, salah satu contohnya adalah ketentuan Pasal 8 ayat (2) beserta Penjelasannya UU No. 8 Tahun 2012 yang menimbulkan Para Pemohon tidak mendapatkan jaminan kepastian hukum yang adil dalam kepesertaan pemilu berikutnya;
3. Kenaikan angka ambang batas parlemen diatas angka sebelumnya 2,5% (pada UU a quo menjadi 3,5%) dan dengan penerapan system flat secara nasional secara terang akan merusak adanya kemajemukan bangsa, hal tersebut dikarenakan akan banyak partai politik yang tidak memenuhi ambang batas parlemen yang kehilangan kursi di DPR, DPRD Prov/Kab/Kota dan ini akan menyebabkan banyaknya entitas serta komunitas lokal tidak terwadahi juga terwakili,
1945 alinea ke-4;
4. Pembentukan UU No. 8 Tahun 2012 bertentangan dengan hak politik Para Pemohon untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya sebagaimana diatur dalam Pasal 28C ayat (2) UUD 1945.
VII. PETITUM
1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD secara formil tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
3. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya atau apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat lain, mohon agar Majelis Hakim Konstitusi dapat memutus yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Catatan :
- Perubahan pada bagian Pemohon, dimana Pemohon II hingga Pemohon V tidak ada dan menjadi satu Pemohon saja;
- Perubahan pada bagian Petitum a. Permohonan Awal
1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD secara keseluruhan baik formil maupun materiil tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
3. Menyatakan bahwa UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD berlaku kembali sebagai UU Pemilu 2014;
4. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya;
5. Apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat lain, mohon agar Majelis Hakim Konstitusi dapat memutus yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
b. Perbaikan Permohonan
1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD secara formil tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
3. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya atau apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat lain, mohon agar Majelis Hakim Konstitusi dapat memutus yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).