1 NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL DI BAWAH TELAPAK KAKIMU
KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY
Heru Yulanda Hendrika1 , Marsis2 , Dainur Putri2
1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bung Hatta Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aimed to describe the moral values that reflected the behavior and character of the characters in the novel Di Bawah Telapak Kakimu by Taufiqurrahman Al-Azizy. The theory used in the search for moral values in accordance with that proposed Bertens (2011). The research is a qualitative study using descriptive methods. Data taken from the behavior of self and experience figures. This study focused on the figure of moral values. Moral values of the characters in the novel Di Bawah Telapak Kakimu includes, aspect of conscience, freedom and responsibility aspects, aspects of rights and obligations, and aspects of the value of the norm. From every aspect of the moral values that dominate are aspects of rights and obligations. Because it is a trip that Dimas main character in the novel illustrates many aspects of the moral values of rights and obligations. He tried to defend their right to the land of rice fields and its obligations to protect his mother from a variety of problems. Based on the results of data analysis can be concluded that the four moral values of mutual support in the continuity of such stories, character Mak Ijah, Dimas and Sriwiji illustrates aspects of conscience, Pak Atmojo stirred his heart and feel responsible for solving the problems Mak Ijah with Pak Haris describe moral values from the aspect of freedom and responsibility. Dimas attitude which has always respected the orders and keeping his mother describe the moral values of the aspect of rights and obligations. The characteristic of Nugroho and Pak Haris that are not good in his behavior towards Mak Ijah and Dimas describe the moral values of the aspect of values and norms.
Keywords: moral values, character, novel
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan suatu wujud imajinatif yang menggambarkan masyarakat dengan segala macam segi kehidupannya sebagai titik tolok proses kreativitas pengarang. Sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan keindahan itu.
Sastra juga mampu menjadi wadah
penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh pengarang tentang kehidupan
manusia termasuk masyarakat yang
diungkapkan melalui bahasa yang khas. Secara garis besar, ada empat persoalan hidup manusia yaitu hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia
▸ Baca selengkapnya: nilai keagamaan dalam novel padang ilalang di belakang rumah
(2)2 dengan sesama, hubungan manusia dengan
lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan (Nurgiyantoro, 2010:324).
Karya sastra memiliki beberapa nilai, yaitu nilai estetika, moral, dan nilai- nilai yang bersifat konsepsional. Ketiga nilai
tersebut sesungguhnya tidak dapat
dipisahkan sama sekali. Sesuatu yang estetis adalah sesuatu yang memiliki nilai-I nilai moral. Moral bukan saja semacam sopan santun atau pun etika belaka. Ia adalah nilai yang berpangkal dari nilai-nilai tentang kemanusiaan, yaitu nilai baik atau buruk yang universal. Demikian juga tentang nilai yang bersifat konsepsoinal itu. Dasarnya juga nilai tentang keindahan yang sekaligus merangkum nilai tentang moral.
Salah satu bentuk karya sastra prosa adalah novel. Novel merupakan fiksi naratif modern yang berkembang pada pertengahan abad ke-18. Novel menciptakan ilusi dari realitas aktual kehidupan manusia secara imajinatif sesuai dengan dunia nyata yang dialami manusia itu sendiri (Atmazaki, 2007:40).
Novel biasanya mengandung pesan atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat itu dapat berupa pesan agama, kritik sosial atau
pesan moral. Moral pada hakikatnya
merupakan suatu konsep yang telah
dirumuskan oleh masyarakat, untuk
menentukan kebaikan dan keburukan.
Nilai moral dalam sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu sarana yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu melalui cerita, sikap dan tingkah laku tokoh yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembacanya (Kenny dalam Ahadiat, 2007:108).
Salah satu novel yang membahas moral adalah novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Novel ini menceritakan sebuah kisah betapa harta dapat
memutuskan sebuah ikatan suci tali
persaudaraan yang dipersatukan oleh Sang Pencipta. Betapa kebenaran dan kesesatan terjalin dalam kemelut kisah persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan, dan cinta yang berbalut sengketa.
Demikianlah peristiwa yang terjadi antara dua keluarga yang masih memiliki pertalian darah. Mak Ijah dan Dimas
anaknya, harus menghadapi kenyataan
bersengketa dengan Haris kakak Mak Ijah dan keluarganya. Sengketa itu disebabkan
karena persoalan sawah (tanah pada
umumnya). Mak Ijah dan Haris sering kali memicu konflik, mempertinggi emosi. Haris menganggap bahwa sawah itu adalah sawah yang telah diberikan kepadanya, sedangkan Mak Ijah pun menganggap demikian. Dengan kecurangan keluarga Haris secara zahir akhirnya bisa memenangkan sengketa itu, tetapi mereka lupa bahwa di atas langit masih ada langit dan semua langit tunduk kepada-Nya. Mak Ijah yang miskin dan janda
3 sering menjadi buah bibir oleh tetangganya.
Ajaran-ajaran kebenaran yang telah
disampaikan Ilyas, ayah Dimas almarhum, telah menguatkan keimanan jiwa Dimas. Dimas dan Emaknya memang kalah dalam soal sawah tetapi mereka tak pernah kalah dihadapan Yang Maha Memiliki segalanya (Al-Azizy,2013).
Alasan memilih novel Di Bawah
Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman
Al-Azizy untuk diteliti karena novel ini
menceritakan bagaimana dengan harta
seseorang dapat memutuskan tali
persaudaraan dan membuat pemicu konflik di dalam keluarganya. Taufiqurrahman Al-Azizy menggambarkan bahwa seseorang
yang berbuat kejahatan pasti akan
mendapatkan penyesalaan di akhir hidupnya dan orang yang bersabar dan mengalah akan mendapatkan hasil yang terbaik yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta.
KERANGKA TEORETIS
Karya sastra secara umum dapat dibagi atas tiga yaitu puisi, fiksi dan drama.
Menurut Atmazaki (2005:38), fiksi
merupakan salah satu genre sastra yang diciptakan dengan mengandalkan pemaparan tentang seseorang atau suatu peristiwa, yang
berarti suatu pernyataan berdasarkan
khayalan atau pikiran semata. Namun demikian, tidak berarti bahwa tidak ada bagian-bagian tertentu dalam karya fiksi yang persis sama dengan realitas faktual.
Salah satu bentuk prosa fiksi adalah novel. Menurut Atmazaki (2005:40), kata “novel” berasal dari bahasa Italia yaitu “novella” yang berarti sesuatu yang baru dan kecil.
Lain pula dengan Ahadiat (2007:25)
mengatakan bahwa novel merupakan
pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka waktu yang lebih panjang) yakni terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para pelakunya.
Unsur-unsur yang membangun karya sastra novel, menurut Semi (1988:35) terdiri atas struktur luar (ekstrinsik) dan struktur dalam (intrinsik). Struktur luar adalah segala macam unsur yang berada diluar suatu karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut. Misalnya: faktor sosial,ekonomi, kebudayaan, sosio-politik, keagamaan, dan tata nilai yang dianut masyarakat. Struktur dalam adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut seperti penokohan atau perwatakan, tema, alur (plot), pusat pengisahan, latar, dan gaya bahasa.
Penokohan termasuk ke dalam unsur instrinsik yang terdapat dalam karya sastra. Istilah penokohan dapat menunjuk pada tokoh dan perwatakan tokoh. Menurut Semi (1988:36), tokoh dan perwatakan tokoh merupakan suatu struktur pula. Ia memiliki fisik dan mental yang secara bersama-sama
4 membentuk segala tindakan dan totalitas
perilaku yang bersangkutan. Sedangkan
menurut Nurgiyantoro (2010:165),
mengemukakan bahwa tokoh cerita
(character) dapat dipahami sebagai
seseorang yang ditampilkan dalam teks cerita naratif (juga drama) yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu sebagaimana yang diekspresikan lewat kata-kata dan ditunjukan dalam tindakan.
Amanat atau pesan moral dalam sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang tentang nilai-nilai kebenaran, hal itulah yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Menurut Semi (1988:27), amanat atau pesan moral yang hendak disampaikan pengarang harus dicari oleh pembaca atau penonton. Pengarang pasti menyampaikan amanat dalam karyanya.
Moral dalam karya sastra yang
diperoleh pembaca lewat sastra selalu dalam pengertian yang baik. Menurut Bertens (2011:7), pengertian moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenan dengan baik dan buruk.
Bertens (2011:56) menyatakan bahwa hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan
bahwa manusia memiliki kesadaran.
Kesadaran tersebut dimaksudkan sebagai
kesanggupan manusia untuk mengenal
dirinya sendiri, sebagai tanda ia berefleksi dengan diri dan lingkungannya.
Kebebasan adalah keadaan manusia yang tidak terikat pada suatu norma atau aturan serta nilai-nilai yang ada di sekitarnya untuk melakukan tindakan sesuai dengan
keinginannya. Bertens (2011:125)
menyatakan bahwa kebebasan manusia akan bermakna apabila manusia tersebut dapat hidup tanpa ada yang mengikatnya baik secara fisik maupun psikis.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari hak dan kewajiban baik terhadap sesama manusia maupun terhadap diri sendiri. Hak adalah kewenangan setiap
manusia untuk mempertahankan dan
memiliki sesuatu. Hak juga merupakan
patokan yang dibuat seseorang atau
kelompok yang satu terhadap kelompok yang lain atau terhadap masyarakat (Bertens, 2011:190).
Nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, singkatnya adalah sesuatu yang baik (Bertens,2011:149). Norma, menurut Bertens (2011:158), adalah aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai sesuatu.
Nilai moral tidak terpisah dari nilai-nilai lainnya. Dengan kata lain, bahwa moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan hidup bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
5 Nilai merupakan sesuatu yang menarik
bagi kita, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan ( Bertens, 2011:149). Nilai baik merupakan penilaian baik terhadap perbuatan seseorang yang mendatangkan rahmat dan memberikan perasaan senang atau bahagia (Bertens,2011:149).
Nilai buruk merupakan penilaian buruk
terhadap perbuatan seseorang yang
bertentangan dengan norma-norma yang ada dimasyarakat, dapat berupa perilaku tercela (Bertens,2011:150).
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah nilai moral tokoh-tokoh yang meliputi hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, hak dan kewajiban, serta nilai dan norma dalam novel Di Bawah Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Sedangkan objek penelitiannya adalah novel Di Bawah
Telapak Kakimu karya Taufiqurrahman
Al-Azizy yang terbit pada tahun 2013 dengan tebal 268 halaman. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri menjadi pelaksana dalam mengumpulkan data sehingga peneliti melaporkan hasil penelitiannya.
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah sebagai berikut : (1) membaca selanjutnya memahami novel Di
Bawah Telapak Kakimu karya
Taufiqurrahman Al-Azizy, hal ini dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai isi novel yang akan diteliti; (2) mencatat isi novel yang berkaitan dengan nilai moral; (3) mengelompokkan data yang telah terkumpul; (4) data yang telah terkumpul dimasukkan ke dalam tabel.
Teknik pengujian keabsahan data hasil penelitian yang digunakan adalah teknik ketekunan pengamatan. Data-data yang telah ditemukan kemudian dianalisis sebagai berikut: (1) mendeskripsikan nilai moral setiap tokoh dalam novel Di Bawah Telapak
Kakimu karya Taufiqurrahman Al-Azizy, (2)
mengonversi peristiwa berdasarkan nilai moral, (3) mencari butir-butir moral dalam diri dan pengalaman tokoh-tokoh yang meliputi hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, hak dan kewajiban, dan nilai dan norma, (4) membuat kesimpulan penelitian berdasarkan analisis moral.
HASIL PENELITIAN
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa rangkaian peristiwa yang dialami oleh tokoh sebanyak 32 data.
Tokoh Dimas
Peristiwa pada data 1 tersebut terjadi di sebuah pematangan sawah, Dimas sedang memikirkan permasalahan yang terjadi pada keluarganya, tetapi Dimas menggunakan hati nuraninya di dalam permasalahan tersebut, hal ini tergambar pada kutipan berikut.
6 “Matanya menerawang, pikiranya
melayang-layang. Sungguh ia tak mengharap dendam ini terus terjadi, apalagi terhadap kerabat sendiri. Bagaimanapun juga, Nugroho adalah kakak sepupunya sendiri. Ayah Nugroho dan
emaknya adalah kakak adik, saudara
kandung. Dendam semestinya tak terjadi pada orang-orang yang masih memiliki pertalian darah. Terlebih zaman ini bukan masa lalu dan agama selalu mengajarkan agar hati tak pernah diliputi dendam dan sakit hati” (Al-Azizy, 2013 : 15-16).
Pada data tersebut terlihat tokoh Dimas sangat memikirkan permasalahan yang telah terjadi pada keluarganya dan keluarga Pamannya. Ia tidak mengharapkan dendam pada keluarga Pamannya tersebut dan Dimas selalu berpegang teguh pada ajaran Islam kalau hati tidak boleh diliputi rasa dendam. Jadi data ini dogolongkan pada aspek hati nurani.
Tokoh Mak Ijah
Peristiwa pada data 5 ini terjadi di sebuah rumah Mak Ijah, karena kegelisahan terjadi pada dirinya, membuat Mak Ijah ingin menjenguk kakaknya yang sedang sakit walaupun perselisihan terjadi di antara kedua keluarga tersebut tetapi Mak Ijah masih memiliki hati nurani, hal ini tergambar pada kutipan berikut.
“Aku ingin menjenguk Pakdemu Le, bolehkah aku menjenguknya. Sudah dari tadi perasaannya diamuk kegelisahan begitu rupa, bukan hanya karena ia memikirkan soal sawah itu. Sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi atau sudah terjadi dan hal itu membuat Mak Ijah tampak begitu takut dan cemas” (Al-Azizi, 2013:147).
Pada data tersebut telihat kegelisahan dan ketakutan yang telah terjadi pada diri Mak Ijah, dan Mak Ijah mengatakan kepada Dimas anaknya hati Emak sekarang sedang diamuk gelisah dan ketakutan, bukan masalah sawah yang Emak gelisahkan tetapi
Mak memikirkan keadaan Pakdemu,
begitulah Mak Ijah sangat memikirkan keadaan kakaknya. Jadi pada data ini digolongkan pada aspek hati nurani.
Tokoh Pak Atmojo
Peristiwa pada data 2 tersebut terjadi di rumah Pak Haris, di mana Kepala Desa Pak Atmojo sedang memperhatikan keaslian pada sertifikat tersebut, apakah sertifikat itu milik Mak Ijah, ia sangat kasihan melihat keadaan Mak Ijah dan hati nuraninya berkata seperti itu, hal ini tergambar pada kutipan berikut. “Berkali-kali ia membaca sertifikat itu seakan-akan hendak memastikan bahwa nama yang tertera dalam sertifikat tersebut bukan nama Kang Haris, melainkan nama Mak Ijah, entah kenapa hati kecil kepala desa merasa kasihan kepada Mak Ijah dan membayangkan bahwa sertifikat itu atas nama Mak Ijah” (Al-Azizi, 2013 : 81).
Pada data tersebut terlihat Pak Atmojo seorang kepala desa yang sedang bingung dalam memecahkan masalah perselisihan di antara kedua keluarga tersebut. Tetapi di dalam hati kecilnya Pak Atmojo sangat kasihan terhadap keluarga Mak Ijah yang
tidak mempunyai apa-apa sedangkan
kakaknya memiliki segalanya. Jadi data ini digolongkan pada aspek hati nurani.
7 Tokoh Nugroho
Peristiwa pada data 26 ini terjadi di halaman rumah Pak Haris, Nugroho dengan sikap buruknya mencaci-maki Mak Ijah dengan perkataan kasar, hal ini tergambar pada kutipan berikut.
“Sewaktu Mak Ijah sedang memaki-maki di hadapan Nugroho, dan tubuh Mak Ijah sekonyong-konyong. Nugroho menyeruak dan langsung mendorong tubuh Mak Ijah hingga Mak Ijah terjengkang. Orang-orang di sekitarnya menatap kaget, terperanjat namun diam melihat pemandangan itu. Nugroho berdiri dihadapan Mak Ijah dengan berkacak pinggang dan bibirnya menghujani Mak Ijah dengan kata-kata yang kasar” (Al-Azizi, 2013 : 41-42).
Pada data tersebut terlihat, seorang pemuda yang bernama Nugroho anak dari Pak Haris kakaknya Mak Ijah, perilaku dan tindakannya tidak mencerminkan seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi dimana Nugroho yang dengan keras perilakunya menghujam dengan kata-kata kasar dan mendorong tubuh Mak Ijah sampai terjatuh. Jadi pada data ini digolongkan pada aspek nilai dan norma.
Tokoh Pak Haris
Peristiwa pada data 30 ini terjadi di rumah Pak Haris, di mana Pak Haris dengan kecurangannya mengatakan kepada anaknya Nugroho agar sawah tersebut dijual saja kepada saudagar yang kaya raya dimana saudagar tersebut akan membayarnya dengan
harga dua kali lipat, hal ini tergambar pada kutipan berikut.
“Ayahnya berkata” Nunggroho sebaiknya kamu jual saja sawah tersebut kepada , orang kaya itu, agar sawah tersebut tidak menjadi permasalahan antara keluarga kita dan keluarga Mak Ijah, kamu jual saja secepatnya Nak” (Al-Azizy, 2013:142)
Pada data tersebut terlihat, kecurangan yang dilakukan oleh Pak Haris agar sawah tersebut tidak menjadi permasalahan dengan keluarga Mak Ijah, Pak Haris mengatakan kepada anaknya agar sawah tersebut dijual semuanya kepada orang kaya tersebut. Jadi data ini digolongkan pada aspek nilai dan norma.
Tokoh Sriwiji
Peristiwa pada data 31 ini terjadi di perbukitan, di mana Sriwiji melihat Dimas yang sedang duduk termenung, Sriwiji ingin mengatakan kepada Dimas tentang kejadian yang dilakukan oleh Mak Ijah terhadap keluarga Pak Haris, hal ini tergambar pada kutipan berikut.
“Setelah berbasa-basi alakadarnya, Sriwiji yang memilih duduk agak jauh dari Dimas berkata, “Aku tidak ingin menyakiti hatimu, tetapi bila aku tak mengatakannya aku semakin mencemaskan Mak Ijah. Dimas aku kasihan pada Emakmu. Kenapa Emakmu selalu mengungkit-ungkit masalah sawah itu seakan-akan mencari dukungan. Namun rasa-rasanya sangat memalukan bila orang tua kini menjad bahan pergunjingan banyak tetangga” (Al-Azizy, 2013:62).
Pada data tersebut terlihat, Sriwiji yang sangat kasihan terhadap keluarga Mak Ijah terutama Mak Ijah yang sering menjadi buah
8 bibir oleh warga, Sriwiji mengatakan kepada
Dimas agar mengingatkan kepada Emaknya agar menyelesaikan permasalahan tersebut. Jadi data ini tergolong pada aspek hati nurani.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh dalam novel
Di Bawah Telapak Kakimu karya
Taufiqurrahman Al-Azizy memiliki nilai moral yang meliputi hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, hak dan kewajiban, serta nilai dan norma. Pertama dari segi hati nurani yaitu tokoh Dimas dan Mak Ijah dalam novel ini yang selalu menggunakan nilai moral di dalam hidupnya, walaupun keluarga Mak Ijah dengan keluarga Pak Haris sedang mengalami perselisihan tentang masalah sawah tetapi Mak Ijah dan Dimas tetap selalu berusaha menjaga moral dalam hidupnya. Sama halnya dengan tokoh Sriwiji yang memiliki rasa kasihan dan kepedulian terhadap masalah yang dihadapi oleh Mak Ijah. Kedua dari segi kebebasan dan tanggung jawab di mana terdapat beberapa tokoh yang menggunakan aspek moral tersebut yaitu Mak Ijah yang selalu ingin mencari titik penyelesaian tentang perebutan sawah dengan kakak kandungnya selanjutnya di sisi aspek tanggung jawab Pak Atmojo selaku Kepala Desa bertanggung jawab di dalam pemecahan masalah yang terjadi di antara keluarga Mak Ijah dan Pak Haris. Ketiga dari sisi hak dan kewajiban, Mak Ijah
yang selalu ingin mengharapkan agar mendapatkan kembali sawah tersebut dan Mak Ijah mengatakan kepada seluruh warganya tentang permasalahan yang terjadi pada keluarganya dan kakak kandungnya yaitu Pak Haris.
Selanjutnya, kewajiban Dimas sebagai seorang anak yang tidak mau melihat Emaknya tersakiti dan Dimas selalu
membantu Emaknya baik dalam
kebingungan maupun dalam penderitaan yang terjadi pada diri Emaknya.
Keempat nilai dan norma, pada aspek tersebut mendukung jalannya sebuah cerita. Hal ini terlihat pada tokoh Dimas yang selalu bersikap baik kepada keluarga Pak Haris walaupun keluarga pamannya tersebut tidak menyukainya. Di sisi yang berbeda dengan sikap Dimas yaitu sikap dan perbuatan Nugroho kakak sepupunya yaitu anak dari Pak Haris. Sikap dan perbuatannya tidak
sesuai dengan pendidikan yang telah
dijalaninya. Nugroho dan Pak Haris ayahnya dengan bersikap kasar kepada Mak Ijah dan Dimas di dalam perselisihan memperebutkan sawah dan itu semua dilihat oleh para masyarakat yang ada di sekitar kejadian tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Di dalam penyelesaian penulisan
artikel ini tidak terlepas dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati
9 mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Marsis, M. Pd. Dan Ibu Dra. Dainur Putri,
M. Pd. selaku pembimbing I dan
pembimbing II yang banyak memberikan
saran, nasihat, motivasi, dan telah
menyediakan waktu luang yang banyak untuk penulis, mulai dari awal penyelesaian proposal sampai selesai penulisan artikel.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Azizy, Taufiqurrahman. 2013. Di Bawah
Telapak Kakimu. Yogyakarta: Nusa
Creativa.
Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra Teori dan
Terapan. Padang: Universitas Negeri
Padang Press.
Ahadiat, Endut. 2007. Teori dan Apresiasi
Kesustraan. Padang: Bung Hatta
University Press.
Bertens, K. 2011. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fajri, Desmal. 2009. Pendidikan Agama
Islam. Padang: Bung Hatta University
Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.