• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah. Di susun guna memenuhi tugas. Dosen Pengampu : Di susun oleh. 1. Yudha arta mukti 2. Wahyu lelana 3. Sekarwati 4. Laily qodryati 5.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah. Di susun guna memenuhi tugas. Dosen Pengampu : Di susun oleh. 1. Yudha arta mukti 2. Wahyu lelana 3. Sekarwati 4. Laily qodryati 5."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Fenomena Dandangan dalam perspektif syiar islam Makalah

Di susun guna memenuhi tugas Mata kuliyah : Ilmu dakwah

Dosen Pengampu :

Di susun oleh

1. Yudha arta mukti 2. Wahyu lelana 3. Sekarwati 4. Laily qodryati 5. Ainun

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

Fenomena Dandangan Dalam Perspektif Syiar Islam

Dandangan merupakan festival yang diadakan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Indonesia, untuk menandai dimulainya ibadah puasa pada bulan Ramadan. Masjid Menara Kudus biasanya menjadi pusat keramaian pada acara ini. Menurut tradisi, nama dandangan diambil dari suara beduk masjid tersebut saat ditabuh untuk menandai awal bulan puasa. Awalnya,

(2)

dandangan adalah tradisi berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus setiap menjelang Ramadan untuk menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa. Setelah keputusan awal Ramadan itu disampaikan, maka dipukullah bedug di masjid berbunyi “dang-dang-dang”. Dari suara bedug itulah muncul istilah “dandangan”. Mengingat bahwa Sunan Kudus adalah seorang imam yang alim (terutama fiqih dan falak) maka masyarakat di sekitar Kudus (seperti Rembang, Pati, Jepara, Demak, Tuban) turut berkumpul di lokasi tersebut serta menginap berhari-hari. Karena banyaknya orang berkumpul, kesempatan ini juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di sekitar masjid sehingga akhirnya kini dikenal masyarakat sebagai pasar malam yang ada setiap menjelang Ramadan. Tradisi tersebut konon ada sejak jaman walisongo atau jaman Raden Ja’far Shodiq yang lebih dikenal dengan Sunan Kudus (yang juga menjabat sebagai qadli utusan kerajaan Demak).[1]

Seiring perkembangannya, Dandangan yang dulu berupa acara penyampaian informasi resmi awal Ramadan yang ditandai dengan tabuh bedug, sekarang menjelma menjadi acara

layaknya pasar malam. Pedagang yang datang untuk mencari keuntungan tidak hanya dari masyarakat lokal Kudus, melainkan hampir dari sejumlah daerah di Tanah Air ikut

meramaikan tradisi tahunan tersebut. Mereka biasanya berjualan mulai dua minggu sebelum puasa hingga malam hari menjelang awal puasa. Produk yang mereka jual beraneka ragam mulai dari makanan seperti kerak telor, nasi kuning, lontong opor, ada pula yang menjual makanan khas daerah mereka masing masing.

Selain itu, dalam acara dandangan banyak juga pedagang yang menjual aneka perabotan rumah tangga, mainan anak anak dan banyak pula desainer-desainer yang memamerkan karya karya mereka seperti batik, kebaya, dan lain-lain. Para pedagang tersebut bukan hanya orang muslim saja melainkan ada juga dari non muslim yang ikut berjualan. Sehingga acara

dandangan ini juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk berdakwah dan bagian dari syiar islam.

Di acara dandangan ini akan di tutup ketika 1 hari sebelum tanggal 1 ramadhan dan di akhiri dengan acara kirap budaya atau kirap dandangan. Kirab Dandangan yang menampilkan potensi dari sejumlah desa yang ada di Kudus, seperti visualisasi Kiai Telingsing, Sunan Kudus, Rumah adat Kudus, batil (merapikan rokok), dan membatik. Kirab dimulai dari Jalan Kiai Telingsing menuju pangkalan ojek di kompleks Menara Kudus yang ada di Jalan Sunan Kudus dengan jarak sekitar 3 kilometer. Jumlah peserta arak-arakan Dandangan tercatat mencapai ratusan peserta yang berasal dari kelompok seniman, masyarakat, pelajar dan masih banyak lagi.

Pada perayaan ini beragam barang dijual bahkan kini acara dandangan sering di sponsori sejumlah industri besar. Meskipun demikian, ada satu mainan yang selalu terkait dengan festival ini, yaitu kepala "Barongan Gembong Kamijoyo" Barongan Gembong Kamijoyo adalah Pemeran utama seni Barongan Kabupaten Kudus Singo Barong yang mempunyai jejuluk atau bergelar Gembong Kamijoyo. Selain itu, diadakan pula berbagai acara kebudayaan seperti festival rebana dan pawai (kirab). Puncak dari kegiatan tersebut diisi dengan teatrikal sejarah perayaan Dandangan. [3]

Acara puncak tradisi dandangan yang ditutup dengan kirab visualisasi dandangan. Visualisasi tradisi Dandangan yang digelar di Alun-alun Kudus, dihadiri ribuan orang. Visualisasi yang ditampilkan, juga menunjukkan adanya pesan sikap toleransi beragama dengan melibatkan

(3)

berbagai berbagai etnis seperti yang diajarkan Sunan Kudus. Sikap toleransi tersebut, juga divisualisasikan lewat sendra tari dan teater dengan kostum khas Tionghoa.[4] Dalam menandai datangnya bulan Ramadhan. tradisi Dandangan ini sangat kental dengan

masyarakat Kudus, karena merupakan tradisi turun temurun sebagai warisan Sunan Kudus, hal itu sebagai bentuk toleransi yang ada di Kudus. Bukan hanya warga pribumi, bahkan warga Tionghoa juga turut menyambut gembira datangnya Ramadhan, Kelompok rebana dari berbagai kecamatan di Kabupaten Kudus, juga turut ditampilkan karena untuk menandai datangnya Ramadhan juga ditandai dengan pemukulan beduk oleh Bupati Kudus Musthofa bersama jajaran serta Forkompinda.

Acara ini sekaligus mengakhiri pasar dandangan yang berlangsung 10 hari.

Kegiatan ini bertujuan melestarikan budaya Kudus serta mengenalkan potensi wisata setempat kepada masyarakat luas.[5] Serta dapat menjadi sarana berdakawah melalui tradisi yang ada di kudus. Tradisi dandangan sekurang-kurangnya mengandung tiga unsur

(substansi) pokok, antara lain:

1. Memberikan pemahaman sederhana kepada masyarakat tentang metodologi penentuan awal ramadhan secara singkat, mengingat selama ini Kudus dikenal memiliki banyak ahli di bidang falak. Pemahaman mengenai kapan mulai dan berakhirnya bulan Ramadan adalah sangat perlu mengingat firman Allah SWT: ُهْمُصَيْلَف َرْهَّشلا ُمُكْنِم َدِهَش ْنَمَف

“Karena itu, barang siapa di antara kamu menjumpai bulan itu (Ramadhan), maka hendaklah ia berpuasa…”.(Al-Baqarah:185)

Dandangan yang digelar merupakan tradisi bernuansa keislaman sekaligus sebagai syiar islam kepada masyarakat muslim. Meski dalam perkembangannya, tradisi ini kian kehilangan ruhnya, namun dandangan sesungguhnya adalah momentum dakwah yang merupakan karya besar walisongo. Lewat momentum dandangan mampu memadukan dakwah dan budaya, sehingga masyarakat larut dalam suka cita menyambut datangnya bulan Ramadan. Jadi, esensi dandangan adalah perpaduan antara dakwah dan budaya masyarakat yang diharapkan mampu menggugah kegembiraan akan datangnya bulan suci Ramadan.

Sudah selayaknya ulama terus berupaya mencari strategi agar umatnya tergerak hatinya menyambut Ramadan dengan suka ria, riang gembira. Dengan penyambutan Ramadlan yang riang gembira diharapkan umat nantinya akan termotivasi mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai amal shaleh.

3. Dandangan merupakan event yang sangat lekat dengan masyarakat (semua lapisan). Sehingga, penyelenggaraan pasar malam sebagai agenda tahunan yang bernuansa relegius ini ternyata mampu menjadi salah satu kekuatan ekonomi. Perayaan

(4)

dandangan ditandai dengan aneka pameran produk lokal terutama barang keperluan selama bulan Ramadan dan Idulfitri.

Dari uraian diatas, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tradisi dandangan memuat unsur budaya, syiar dan dakwah Islam yang cukup penting bagi masyarakat Kudus

khususnya, terutama dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan sukacita dan kegembiraan.[6]

Tidak hanya itu juga acara ini juga termasuk bagian dari dakwah syiar islam, seperti hal nya orang yang berjualan berbagai macam VCD sejarah walisongo dan aneka pertunjukan budaya. Mereka yang berjualan termasuk bagaian dari dakwah islam atau syiar islam di kudus karena ikut melestarikan tradisi sunan kudus, mereka semua itu yang terlibat di dalamnya seperti pedangang, pembeli dan lain lain termasuk bagaian dakwah islam karena mereka semua itu ikut andil dalam menjaga tradisi yang sudah ada sejak zaman sunan kudus, melalui berbagai macam kirap tentunya dapat juga sebagai upaya melestariakan

kebudayaaan.

Sehingga banyak dari kalangan non muslim juga mengapresiasi tradisi dandangan ini, dan ada juga yang ikut berpartisipasi dalam acara ini, sehingga tradisi ini dapat di jadikan momentum untuk berdakwah.

(5)

KESIMPULAN

Dari berbagai macam uraian di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwasanya dahulu para walisongo menyebarkan agama islam dengan perjuanagan yang sanggat luar biasa, ada yang melalui perikahan, ada yang melalui perdagangan, ada yang melalui menjaga toleransi antar umat beragama, dan salah satunya yang menjaga toleransi beragama yang telah di contohkan oleh sunan kudus.

kemudian sekarang di teruskan menjadi sarana dakwah yang lebih luas, Sekarang dengan perkembangan zaman maka model dakwah menjadi bermacam macam sebagai contohnya tradisi dandangan ini. Tradisi ini termasuk model dakwah modern yaitu dengan melestariakan tradisi yang ada sejak zaman sunan kudus, tradisi ini bukan hanya untuk mengawali bulan ramadhan saja melainkan juga dapat sebagai ajang pengenalan budaya indonesia kususnya, dan melalui acara tradisi ini dapat juga dikatakan metode dakwah modern masa kini, bukan hanya itu melalui tradisi ini kita dapat lebih mengenal budaya lokal yang ada di kudus. DAFTAR PUSTAKA [1] http://www.pa- kudus.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=749:budaya-keislaman-kudus&catid=32:artikel-umum di akses pada 23/09 jam 14.01

[2] http://www.antaranews.com/berita/438621/geliat-ekonomi-saat-tradisi-dandangan di akses pada 13.30 tanggal 23/09 jam 13.34

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian didasarkan pada hasil uji dengan menggunakan Crosstabs (tabel silang) serta melihat hasil uji Pearson Chi- Square yang dibandingkan dengan nilai

Rata-rata pemahaman konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep pada Gambar 1 dan 2, Secara keseluruhan pada pokok bahasan Kingdom Plantae dan Kingdom Animalia

Belajar sebagai proses adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya guna meningkatkan kualitas kehidupan, sedangkan belajar sebagai

Peneliti memilih Kompas dan Republika untuk melakukan pemilahan teks berita mengenai pemberitaan kasus pembakaran bendera HTI pada bulan Oktober sampai dengan

Antena microstrip adalah suatu konduktor metal yang menempel diatas ground plane yang diantaranya terdapat bahan dielektrik seperti tampak pada Gambar 2.2.

Kelompok 3 tikus diberi larutan DMBA (Dimetil Benz Antrasena) dengan dosis 20mg/kg BB dan ekstraks Sarangsemut fraksi air dengan dosis 750ppm/kgBB selama 5 minggu

Bagi pebisnis yang berkeinginan usaha dalam pakan ternak rumput gajah yang tidak memiliki tanah persawahan bisa diatasi dengan cara membeli hasil tanam rumput gajah dengan

Siswa dapat menganalisisis fungsi sosial, struktur, unsur kebahasaan dari ungkapan meminta dan memberi informasi terkait nama hari, nama waktu dalam bentuk angka melalui