• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup yang terdiri dari ruang lingkup wilayah penelitian dan ruang lingkup substansi, unit amatan dan unit analisis, keaslian penelitian, kerangka pikir serta sistematika penelitian.

1.1 Latar Belakang

Perencanaan wilayah terbagi atas dua aspek utama yaitu perencanaan ruang dimana aktivitas yang berlangsung berupa perencanaan ruang yang menghasilkan rencana tata ruang, sedangkan aspek yang kedua yaitu aktivitas di atas ruang yang terdiri dari perencanaan pembangunan yang terdiri dari perencanaan pembangunan bidang sosial, ekonomi, kelembagaan dan ekologi (Tarigan, 2006 dalam Saragih, 2015). Terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan menggabungkan berbagai infrastruktur wilayah (fisik, sosial budaya, ekonomi, sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, dan teknologi) yang dilakukan melalui sebuah perencanaan yang tepat sehingga mencapai pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan dari perencanaan wilayah (Saragih, 2015). Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan turunan pengembangan dari tengah (development form within) yaitu paduan antara pengembangan dari atas (development form above) dan penembangan dari bawah (development from bellow). Oleh karena itu, konsep pengembangan ekonomi lokal dianggap menjadi alternatif yang baik dalam pembangunan suatu wilayah (Iqbal & Anugrah, 2009).

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) merupakan upaya peningkatan lapangan pekerjaan dengan pemanfaatan, peningkatan dan pemeliharaan lapangan usaha oleh pemerintahan lokal bersama dengan masyarakat lokal (Blakely, 1994). Pengertian Pengembangan Ekonomi Lokal yang dikeluarkan ILO (2005) yaitu pembangunan dengan konsep perencanaan partisipatif yang dilakukan oleh suatu wilayah dengan melibatkan kerjasama antar pemangku kepentingan (publik dan

(2)

2

swasta) dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan keunggulan yang kompetitif guna menciptakan dan meningkatkan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan definisi PEL yang dikeluarkan oleh Bank Dunia (2006), tujuan dari PEL bertujuan untuk meningkatkan ekonomi guna memperbaiki masa depan dan kualitas hidup dengan keterlibatan semua sektor (sektor pemerintah, publik dan swasta) yang bekerjasama untuk menciptakan keadaan yang lebih baik sehingga terjadinya peningkatan ekonomi dan peningkatan lapangan pekerjaan. Pengembangan wilayah dengan konsep PEL dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat, pemerintah dan pihak swasta dengan memanfaatkan keunggulan lokal yang ada pada wilayah tersebut. Konsep pengembangan PEL memiliki konsep pengembangan development from within sehingga konsep ini dianggap ideal untuk diterapkan dalam pengembangan suatu wilayah dengan memanfaatkan sumber daya lokal dimana dalam pengembangan wilayah yang akan dibahas kali ini merupakan pemanfaatan hasil produktivitas kopi di Kawasan Payo, Kota Solok.

Tujuan PEL yang dikeluarkan oleh ILO (2010) adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan perekonomian yang berkelanjutan. Tercapainya tujuan menciptakan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengurangan kemiskinan. Menurut Thirtle et al (2001) terdapat hubungan antara peningkatan produktivitas pertanian terhadap pengurangan angka kemiskinan. Maka, terdapat hubungan antara produktivitas, perekonomian, penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan. Peningkatan produktivitas dapat meningkatkan kesempatan kerja, kesempatan kerja dapat meningkatkan pendapatan, dan dapat berdampak pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian Jef Rudiantho Saragih (2012) tentang model pengembangan ekonomi lokal (PEL) berbasis produktivitas kopi arabika specialty di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara merekomendasikan pengembangan melalui 6 komponen guna meningkatkan produktivitas dari pertanian kopi tersebut. Enam komponen tersebut terdiri atas : (1) Komponen Sosial Ekonomi; (2) Komponen Ekologi; (3) Sertifikasi Kopi Arabika Spesialti; (4) Kebijakan Tata Guna Lahan; (5) Kebijakan dan Program Pemerintah Daerah dan;

(3)

3

(6) Kelembagaan dan Fasilitas Pendukung. Dari hasil penelitian tersebut, ke enam komponen tersebut memiliki keterkaitan dan memiliki dampak pada peningkatan produktivitas kopi arabika specialty dan memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja, peningkatan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, berdasarkan komponen-komponen tersebut akan diterapkan kembali pada pengembangan ekonomi lokal berbasis produktivitas Kopi Payo di Kawasan Payo, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok.

Kopi Payo merupakan sebutan bagi masyarakat lokal terhadap produk kopi yang dikembangkan di Kawasan Payo yang terletak di Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok. Dalam dokumen RTRW Kota Solok tahun 2011-2031, Kawasan Payo termasuk kedalam pengembangan kawasan strategis dengan pemanfaatan agribisnis. Hasil produksi tanaman kopi ini termasuk kedalam salah satu produk unggulan dari Kota Solok berdasarkan SK Walikota Solok nomor 168.45-1236 tahun 2019 tentang Produk Unggulan Kota Solok. Luas perkebunan kopi di Kelurahan Tanah Garam berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Solok tahun 2019 memiliki luas sebesar 97,10 Ha dengan hasil produksi sebesar 104,55 Ton (BPS Kota Solok, 2019). Tingginya minat masyarakat juga menjadikan sebuah potensi dalam pengembangan produktivitas Kopi Payo ini. Hal ini terbukti dengan adanya Kelompok Industri Kopi Payo Saiyo Sakato yang kepengurusannya disahkan dalam Keputusan Lurah Tanah Garam nomor :188.45/SK/KTG/VII-2017 Tentang Pengesahan Kepengurusan Kelompok Industri Kopi Saiyo Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok.

Dengan adanya potensi-potensi yang dijelaskan di atas, nyatanya hasil dari perkebunan kopi tersebut belum mampu meningkatkan perekonomian. Berdasarkan data PDRB Kota Solok atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha tahun 2019, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan sumbangan penghasilan sebesar 5,15 persen dengan rincian sektor pertanian sebesar 52,13 persen, sektor peternakan 40,88 persen, sektor tanaman pangan 4,53 persen dan jasa dan perburuan sebesar 2,46 persen dari seluruh persentase sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tahun 2019. Hasil PDRB sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pun berada jauh dari sektor penyumbang PDRB terbesar Kota Solok

(4)

4

yaitu berada pada sektor perdagangan, transportasi dan pergudangan, dan konstruksi. Melihat masih rendahnya kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan khususnya sektor perkebunan terhadap PDRB Kota Solok tentu permasalahan kenapa dengan potensi yang ada masih belum dapat meningkatkan PDRB Kota Solok di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan umumnya dan sektor perkebunan khususnya. Maka, dengan dirumuskannya konsep pengembangan ekonomi lokal berbasis produktivitas Kopi Payo dapat meningkatkan perekonomian Kota Solok dan dapat tercapainya tujuan dari PEL itu sendiri yaitu peningkatan kesempatan kerja, peningkatan perekonomian dan kesejahteraan bagi masyarakat Kawasan Payo.

1.2 Rumusan Masalah

Produk Kopi Payo yang menjadi produk unggulan Kota Solok belum mampu meningkatkan perekonomian yang dapat dilihat dari masih rendahnya nilai PDRB Kota Solok sektor pertanian. Rendahnya perekonomian ini salah satunya diduga diduga akibat masih rendahnya pengelolaan pada sektor pertanian khususnya pertanian kopi yang ada di Kawasan Payo. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Modal dan Sumber Daya Buatan menjadi penghambat dari perkembangan produk kopi yang berakibat pada rendahnya perekonomian masyarakat dan rendahnya nilai PDRB Kota Solok di bidang pertanian. Kurangnya pengetahuan masyarakat dan belum tersedianya mesin pengolahan kopi menjadikan hasil panen kopi hanya dijual dalam bentuk bahan baku tanpa dilakukan pengolahan menjadi bubuk kopi terlebih dahulu sehingga tidak ada nilai tambah dari penjualan kopi tersebut. Tidak hanya keterbatasan dalam alat pengolahan kopi, kurangnya infrastruktur penunjang dalam perkebunan kopi ini dinilai menjadi penghambat dalam pengembangan produk Kopi Payo itu sendiri.

Berdasarkan potensi dan permasalahan yang terjadi dalam pengembangan Kopi Payo dalam pengembangan ekonomi lokal di Kawasan Payo, Kota Solok, maka rumusan masalah dari penelitian kali ini yaitu “ Bagaimana Pengembangan

(5)

5

Perlu diadakannya kajian guna mengatasi permasalahan dengan memanfaatkan potensi yang ada berdasarkan konsep pengembangan ekonomi lokal sehingga tujuan dari pengembangan ekonomi lokal itu sendiri dapat tercapai yaitu meningkatkan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pekerjaan. Konsep pengembangan ekonomi lokal dengan basis produktivitas Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok penting untuk diteliti guna meningkatkan potensi dan mengatasi permasalahan sehingga dapat mensejahterakan masyarakat.

1.3 Tujuan Penelitian

Sub bab tujuan penelitian terdiri dari tujuan dan sasaran. Tujuan berisikan tujuan dari dilakukannya penelitian ini sedangkan sasaran berisikan sasaran-sasaran yang dilakukan dalam mencapai pemenuhan tujuan dari penelitian yang hendak dilakukan.

1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengembangan ekonomi lokal berbasis Kopi Payo di Kawasan Payo, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok.

1.3.2 Sasaran

Sasaran yang akan dicapai untuk memenuhi tujuan di atas adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo pada Kawasan Payo, Kota Solok.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan ekonomi lokal terhadap produktivitas Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat maupun dari berbagai pihak. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis maupun teoritis.

(6)

6 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis bagi penelitian serupa yang berkaitan dengan pengembangan wilayah dengan menggunakan konsep Pengembangan Ekonomi Lokal.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

a. Bagi masyarakat : diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk masyarakat Kawasan Payo agar dapat memanfaatkan komoditas lokal berupa perkebunan kopi dengan mengusung konsep Pengembangan Ekonomi Lokal agar dapat memberikan dampak positif berupa peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kawasan Payo.

b. Bagi pemerintah : diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam pengembangan wilayah dengan mengusung konsep Pengembangan Ekonomi Lokal bagi masyarakat Kawasan Payo dengan komoditas unggulan Kopi Payo.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Sub bab ini menjelaskan mengenai ruang lingkup wilayah yang dipakai dikaji dalam penelitian ini. Ruang lingkup studi merupakan batasan yang dilakukan dalam melakukan penelitian yang membatasi ruang lingkup analisis peneliti dalam melakukan penelitian.

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah studi berada di Kawasan Payo, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok. Kawasan Payo dalam dokumen RTRW Kota Solok tahun 2011-2031 ditetapkan menjadi pengembangan kawasan strategis yaitu kawasan agribisnis. Berikut merupakan peta wilayah studi dalam penelitian pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2:

(7)

7

Sumber : Pengolahan data melalui ArcGis

Gambar 1. 1. Ruang Lingkup Penelitian

Sumber : Citra Satelit Google Earth 2020

(8)

8 1.5.2 Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi penelitian kali ini yaitu mencoba menerapkan model pengembangan ekonomi lokal berbasis produktivitas kopi dengan ruang lingkup substansi sebagai berikut:

1. Sasaran 1 : Mengidentifikasi karakteristik pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo pada Kawasan Payo, Kota Solok.

Identifikasi karakteristik awal dari pengembangan ekonomi lokal pengembangan Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok. Identifikasi menggunakan kajian dasar (baseline study) yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR (2012) mengenai Acuan Penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal pada Kabupaten dan Kota. Kajian ini meliputi kegiatan pengumpulan data mengenai sejumlah indikator ekonomi dan sosial yang berkaitan dengan PEL yang terdiri dari PDRB, capaian produksi, pengolahan, pemasaran, sumber daya, ketenagakerjaan, teknologi, infrastruktur dan fasilitas penunjang, kerjasama antar pemerintah, swasta dan UMKM. Indikator-indikator tersebut akan digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai kondisi nyata pengembangan ekonomi lokal yang berlangsung pada saat itu. 2. Sasaran 2 : Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan

ekonomi lokal terhadap produktivitas Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok.

Identifikasi yang akan dilakukan dengan melihat 6 konsep dasar yaitu : (1) Komponen Sosial Ekonomi; (2) Komponen Ekologi; (3) Sertifikasi Kopi Arabika Spesialti; (4) Kebijakan Tata Guna Lahan; (5) Kebijakan dan Program Pemerintah Daerah dan; (6) Kelembagaan dan Fasilitas Pendukung (Saragih, 2012). Namun penerapan konsep tersebut akan disesuaikan dengan karakteristik perkembangan Kopi Payo yang ada di Kawasan Payo, Kota Solok sehingga hanya terdapat 5 konsep dasar yang akan dipakai dalam pencapaian sasaran ini. Konsep tersebut terdiri dari : (1) sosial ekonomi, (2) ekologi, (3) kebijakan tata guna lahan, (4) kebijakan dan program pembangunan wilayah dan (5) Kelembagaan dan fasilitas pendukung usaha tani kopi. Pemakaian 5 konsep dari 6 konsep yang direkomendasikan dikarenakan penerapan konsep melihat akan karakteristik pengembangan perkebunan kopi yang ada di

(9)

9

Kawasan Payo. Hasil produksi kopi Kawasan Payo belum memiliki sertifikat dimana proses sertifikasi kopi dilakukan melalui penilaian keunikan dari produk kopi oleh konsumen pasar dunia yang dilakukan oleh beberapa beberapa badan penilaian dunia.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan cara berpikir, berbuat yang dipersiapkan secara sempurna untuk melakukan penelitian guna mencapai suatu tujuan dari penelitian tersebut. Bab ini terdiri dari pendekatan penelitian yang digunakan, unit amatan dan unit analisis, definisi operasional, operasional penelitian, konseptualisasi penelitian, teknik pengumpulan data penelitian, teknik sampling data dan teknik analisis data, serta kerangka analisis.

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan deduktif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan deduktif didasari pada sebuah teori yang diakhiri dengan sebuah fenomena atau hal khusus (Yusuf, 2017). Pendekatan deduktif dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan variabel-variabel yang diperoleh dari hasil kajian literatur yang berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan yaitu mengenai pengembangan ekonomi lokal berbasis produktivitas kopi.

Metode analisis data yang digunakan dalam kali ini menggunakan metode analisis kombinasi (Mix Methods). Metode analisis menggunakan analisis kombinasi menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif yang digunakan secara bersama-sama dalam sebuah penelitian guna mendapatkan hasil analisis yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan objektif. Tipe atau varian dari analisis campuran yang akan dipakai dalam penelitian kali ini menggunakan metode kombinasi model sequential explanatory (kombinasi berurutan bobot dari analisis kuantitatif dan analisis kualitatif sama) (Sugiyono, 2014).

Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dapat menjelaskan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap

(10)

10

kepercayaan yang dilihat dari persepsi seseorang atau kelompok terhadap sesuatu yang selaras. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui karakteristik pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo di Kawasan Payo sehingga dapat mengetahui potensi dan permasalahan dalam pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo dan mengetahui kebijakan tata guna lahan dan program kebijakan serta kelembagaan dalam mendukung perkebunan Kopi Payo.

Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara ilmiah dan sistematis yang mana penelitian yang dilakukan mencakup hubungan yang ada diantaranya (Hermawan, 2019). Untuk penelitian kali ini, analisis data menggunakan metode kuantitatif akan dilakukan dengan analisis faktor. Analisis faktor dilakukan guna mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas kopi berdasarkan variabel-variabel sosial ekonomi dan ekologi yang telah disusun terlebih dahulu sehingga, berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan rekomendasi pengembangan ekonomi lokal berbasis produktivitas Kopi Payo.

1.6.2 Unit Amatan dan Unit Analisis

Unit amatan merupakan sumber yang dijadikan sumber untuk memperoleh data dalam suatu penelitian sedangkan unit analisis adalah sesuatu hal yang ingin dianalisis oleh peneliti. Maka, unit amatan dan unit analisis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Unit Amatan :

Unit amatan dalam penelitian ini yaitu perkebunan kopi yang berada di Kawasan Payo, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok.

2. Unit Analisis

Unit amatan dalam penelitian ini adalah masyarakat petani kopi beserta kelompok Industri Kopi Saiyo dan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan perkenbunan Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok.

(11)

11 1.6.3 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan maupun memberikan suatu operasional yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut. Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Karakteristik Pengembangan Ekonomi Lokal

Identifikasi karakteristik pengembangan ekonomi lokal merupakan kegiatan pengumpulan data mengenai sejumlah indikator ekonomi dan sosial yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi lokal yang menggambarkan kondisi saat melakukan penelitian. Identifikasi karakteristik terdiri atas beberapa indikator :

a. Pengembangan Ekonomi Lokal

Pengembanan Ekonomi Lokal adalah konsep pengembangan wilayah dengan memanfaatkan keunggulan lokal guna meningkatkan kesempatan kerja, perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengan melibatkan seluruh aspek kepentingan.

b. Capaian pengembangan ekonomi lokal

Capaian pengembangan ekonomi lokal adalah kondisi pengembangan ekonomi lokal yang telah ada dilihat dari segi produksi, pengolahan dan pemasaran dari komoditas unggulan dari suatu kawasan.

c. Pengembangan infrastruktur, sarana, fasilitas dan pelayanan pengembangan ekonomi lokal

Pengembangan infrastruktur, sarana, fasilitas dan pelayanan pengembangan ekonomi lokal berarti infrastruktur, sarana, fasilitas dan pelayanan yang ada memberikan pengaruh positif terhadap pengembangan ekonomi lokal.

d. Kerjasama antar pemangku kepentingan

Kerjasama antar pemangku kepentingan artinya adanya kerjasama yang dilakukan oleh aktor-aktor yang terlibat dalam pengembangan ekonomi lokal yaitu pemerintah, masyarakat dan swasta.

(12)

12

2. Mengidentifikasi faktor-faktor pengembangan ekonomi lokal terhadap produktivitas kopi

Identifikasi faktor-faktor pengembangan ekonomi lokal artinya merumuskan faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap tingkat produktivitas kopi. Identifikasi menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:

a. Faktor Sosial-Ekonomi dan Ekologi

Terdapat kaitan terhadap faktor sosial-ekonomi dan ekologi terhadap tingkat produktivitas kopi sehingga perlu dilakukan analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang memiliki keterkaitan dengan tingkat produktivitas kopi dalam pengembangan ekonomi lokal.

b. Pola Tata Guna Lahan

Pola tata guna lahan artinya melihat tata guna lahan agar menjadi suatu nilai tambah dalam pengembangan ekonomi lokal.

c. Kebijakan dan Kelembagaan

Kajian mengenai kebijakan dan kelembagaan yang telah ditetapkan yang mana mendukung pengembangan ekonomi lokal.

1.6.4 Operasional Penelitian

Operasional peneliti adalah kegiatan dalam mengidentifikasi sasaran peneliti yang telah ditetapkan dan ingin dicapai. Operasional penelitian dirumuskan melalui variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam sintesis variabel. Operasional penelitian dari kedua sasaran dalam penelitian ini merupakan tolak ukur dan sebagai indikator yang digunakan dalam mencapai tujuan peneliti yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Sasaran 1 : Mengidentifikasi karakteristik pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo pada Kawasan Payo, Kota Solok.

Analisis pertama akan menganalisis karakteristik berdasarkan Acuan Penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal untuk Kota dan Kabupaten yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR (2012) yang akan diterapkan dalam pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo di Kawasan Kota Solok. Untuk mengetahui karakteristik pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo

(13)

13

dilakukan dengan mengidentifikasi capaian pengembangan ekonomi lokal, pengembangan infrastruktur, sarana, fasilitas dan pelayanan, serta kerjasama antar pemangku kepentingan. Operasional penelitian sasaran 1 dapat dilihat pada Tabel I.1 :

Tabel. I. 1. Operasional Penelitian Sasaran 1

No Variabel Indikator Keterangan

1 Capaian PEL

Produksi

Perkebunan Kopi

Jumlah produksi kopi pada saat tahun sebelum penelitian dilakukan

Pengolahan Proses pengolahan hasil produksi kopi Pemasaran Proses pemasaran dari hasil produksi kopi Ketersediaan

Sumber Daya

Sumber dari modal petani dalam melakukan proses awal penanaman sampai pada pengelolaan perkebunan kopi.

Tenaga Kerja Besarnya penyerapan tenaga kerja dalam proses pengembangan perkebunan Kopi Payo.

Teknologi

Penguasaan dan penggunaan teknologi dalam melakukan proses produksi perkebunan kopi dan pengolahan hasil perkebunan kopi yang dipakai masyarakat.

Tingkat Daya Saing

Adanya produk yang sama yang menyaingi produk Kopi Payo.

2 Pengembangan infrastruktur, sarana, fasilitas dan pelayanan Ketersediaan dan Kondisi Infrastruktur Pendukung Perkebunan Kopi

Adanya infrastruktur jalan yang baik dapat menunjang perkembangan perkebunan kopi baik jalan menuju area perkebunan, pengolahan dan pemasaran

Ketersediaan Sarana Pendukung Perkebunan

Sarana pendukung perkebunan kopi terdiri dari rumah penjemuran/pengeringan kopi, gudang penyimpanan, rumah produksi dan rumah pemasaran dari hasil olahan biji Kopi Payo.

Ketersediaan dan Kondisi Fasilitas Pendukung Perkebunan Kopi

Fasilitas pendukung berupa ketersediaan alat-alat dalam melakukan pengolahan buah kopi seperti mesin pengupas kulit (puller), mesin pengering, mesin pengupas biji kering (huller) dan alat-alat yang dipakai dalam pengemasan biji kopi yang telah diolah termasuk kemasan dari hasil olahan Kopi Payo.

Ketersediaan dan Kondisi Pelayanan Perkebunan Kopi

Ketersediaan dan kondisi pelayanan terhadap mitra kerja (petani dengan petani, petani dengan kelompok tani, kelompok tani dengan pemerintah, petani dengan swasta)

3

Kerjasama antar pemangku kepentingan

UMKM Mengkaji kerjasama dan permasalahan yang terjadi antar dunia usaha swasta, UMKM dan pemerintah

Pemerintah

(14)

14

b. Sasaran 2 : Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan ekonomi lokal terhadap produktivitas Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok.

Variabel-variabel dalam mengidentifikasi faktor-faktor pengembangan ekonomi lokal terhadap produktivitas Kopi Payo menggunakan variabel-variabel yang dirumuskan oleh Jef Rudianto Saragih (2015) yang terdiri atas variabel faktor sosial-ekonomi dan ekologi, kajian kebijakan pola tata guna lahan, serta kajian kebijakan dan kelembagaan yang ada dalam pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo di Kawasan Payo. Tabel operasional penelitian sasaran 2 dapat dilihat pada Tabel I. 2:

Tabel. I. 2. Operasional Penelitian Sasaran 2

No Variabel Indikator Keterangan

1 Faktor Sosial-ekonomi dan Ekologi Pengalaman Usaha Tani

Semakin tinggi pengalaman usaha tani memberikan indikasi peningkatan efisiensi produksi kopi.

Peran Perempuan

Peran perempuan dilihat dari keterlibatan peran perempuan dalam proses pengendalian gulma, mengendalikan hama dan penyakit, pemupukan, panen, dan penggilingan buah yang dilihat dari tenaga kerja dengan upah temporer, tenaga kerja dengan upah tetap dan tenaga kerja keluarga.

Luas Lahan

Peningkatan luas dari lahan pertanian dianggap memiliki dampak positif terhadap peningkatan produktivitas perkebunan kopi.

Jumlah Tanaman Kopi

Semakin meningkatnya jumlah tanaman kopi cenderung meningkatkan produksi kopi. Lama Produktif Lama produktif tanaman kopi cenderung

meningkatkan produksi kopi.

Tenaga Kerja

Jika jumlah tenaga kerja meningkat maka

pemeliharaan dan pertumbuhan tanaman kopi akan semakin membaik dan dapat meningkatkan produksi kopi. Namun, peningkatan jumlah tenaga kerja dapat meningkatkan biaya produksi kopi.

Modal

Jumlah modal yang terdiri dari modal awal dan modal pemeliharaan perkebunan kopi yang telah dikeluarkan

Pemanfaatan Lahan

Pemanfaatan lahan dengan sistem tumpang sari, kopi berpelindung dan multistrata dinilai dapat memberikan dampak dalam peningkatan penggunaan pupuk dan tenaga kerja sehingga meningkatkan produksi kopi.

Likuiditas Petani Melihat apakan petani tersebut memiliki ketersediaan dana dari sumber lain untuk

(15)

15

No Variabel Indikator Keterangan

melakukan pemeliharaan kebun kopi (memiliki pekerjaan lain selain petani kopi).

Pohon Pelindung

Penggunaan pohon pelindung yang dikendalikan perkembangannya akan memberikan dampak positif terhadap pohon kopi dan dapat meningkatkan produksi kopi. Jenis pohon pelindung dalam budidaya kopi yaitu : (1) Lamtoro; (2) Gamal; (3) Sengon Laut; (4) Dadap dan; (5) Suren.

Penggunaan Pupuk Organik dan Non Organik

Pertimbangan jumlah penggunaan pupuk organik dengan penggunaan pupuk non organik

mempengaruhi produksi kopi. Pemangkasan

Tanaman Kopi

Dilakukannya pemangkasan pada tanaman kopi dapat memperbaiki pertumbuhan dan komponen produksi tanaman kopi.

Konservasi Lahan

Konservasi lahan adalah praktik yang dilakukan petani untuk mempertahankan kelestarian lahan (perlakuan mulsa, pembuatan rorak, dan

pembuatan teras individu atau teras bangku). Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian lahan untuk menunjang produksi kopi berkelanjutan. Pengendalian

Hama Penggerek Buah Kopi

Pengendalian hama dengan cara petik bubuk, lelesan dan rampasan dianggap dapat memutus siklus hidup hama dibandingkan pengendalian hama dengan menggunakan bahan kimia.

2

Kajian Pola Tata Guna Lahan

Kajian RTRW Mengkaji pola tata guna lahan untuk mendukung perkembangan PEL pada wilayah kajian

Kajian RDTR

3

Kajian kebijakan dan Kelembagaan

- Mengkaji dukungan kebijakan dan kelembagaan dalam pengembangan ekonomi lokal

Sumber : Analisis Peneliti, 2020

1.6.5 Konseptualisasi Penelitian

Konseptualisasi penelitian merupakan penjelasan mengenai substansi penelitian yang dilakukan guna mencapai tujuan dari penelitian ini. Penelitian mengacu pada adanya potensi berupa produk kopi khas Kota Solok yaitu Kopi Payo hasil perkebunan kopi di Kawasan Payo, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok. Produk tersebut telah ditetapkan sebagai produk unggulan Solok yang tertuang dalam SK Walikota Solok nomor 168.45-1236 tahun 2019 tentang Produk Unggulan Kota Solok. Berdasarkan dokumen RTRW Kota Solok tahun 2011-2031 lokasi perkebunan Kopi Payo berada pada kawasan strategis dengan pemanfaatan yaitu sebagai kawasan agribisnis. Namun, masih kurangnya tingkat kualitas dari Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Modal dan

(16)

16

Sumber Daya Buatan menjadikan hasil dari perkebunan kopi tersebut belum dapat mengangkat perekonomian masyarakat. Untuk memanfaatkan hasil dari perkebunan kopi dalam peningkatan perekonomian masyarakat, perlu dilakukan peningkatan produksi kopi. Peningkatan produksi akan meningkatkan kesempatan kerja, meningkatnya kesempatan kerja dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan wilayah dengan konsep Pengembangan Ekonomi Lokal memiliki tujuan yaitu meningkatkan kesempatan kerja, perekonomian dan kesejahteraan dengan sumber daya unggulan lokal dengan melibatkan antar pemangku kepentingan (ILO, 2005; UN-HABITAT, 2009; World Bank, 2006). Oleh karena itu, perumusan konsep pengembangan ekonomi lokal dengan sumber daya unggulan produk kopi bagi masyarakat Kawasan Payo dapat meningkatkan peningkatan pendapatan, perekonomian dan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat petani kopi di Kawasan Payo sehingga perlu dilakukan kajian mengenai pengembangan ekonomi lokal berbasis produktivitas Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan kajian awal berupa menganalisis karakteristik pengembanan ekonomi lokal berbasis kopi yang terjadi sehingga dapat merumuskan potensi dan permasalahan yang terjadi dalam pengembangan ekonomi lokal tersebut. Selanjutnya, diperlukan identifikasi faktor-faktor pengembangan ekonomi lokal terhadap produktivitas Kopi Payo.

Kajian mengenai karakteristik pengembangan ekonomi lokal berbasis Kopi Payo di Kawasan Payo merupakan sasaran pertama dalam pencapaian tujuan dari penelitian ini. Kajian yang akan dilakukan mengacu kepada Acuan Pengembangan Ekonomi Lokal pada Kabupaten dan Kota yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR (2012) yang terdiri dari kajian mengenai capaian pengembanan ekonomi lokal ketersediaan infrastruktur dan kelembagaan serta kerjasama dari pengembangan sumber daya lokal. Hasil dari kajian-kajian akan teridentifikasi karakteristik dasar dari pengembangan ekonomi lokal berbasis Kopi Payo dan dapat teridentifikasi potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat petani Kopi Payo.

Kajian mengenai faktor-faktor pengembangan ekonomi lokal terhadap produktivitas Kopi Payo merupakan sasaran kedua dari penelitian ini. Kajian ini

(17)

17

menggunakan konsep yang dirumuskan oleh Jef Rudianto Saragih (2015) mengenai Model Pengembangan Ekonomi Lokal berbasis Produktivitas Kopi Spesialti Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Konsep yang dirumuskan terdiri dari 6 komponen dasar yaitu Sosial Ekonomi, Ekologi, Sertifikasi kopi Arabika Spesialti, Kebijakan Tata Guna Lahan, Kebijakan dan Program Daerah dan Kelembagaan dan Fasilitas Pendukung. Konsep dasar tersebut disesuaikan dengan karakteristik pengembangan ekonomi lokal yang terjadi pada wilayah studi yaitu perkebunan kopi di Kawasan Payo, sehingga konsep dasar yang akan diterapkan yaitu Sosial Ekonomi, Ekologi, Kebijakan Tata Guna Lahan, Kebijakan dan Program Daerah dan Kelembagaan dan Fasilitas Pendukung. Penghilangan komponen Sertifikasi Kopi Arabika Spesialti dikarenakan hasil perkebunan kopi yang ada di Kawasan Payo belum mendapatkan sertifikat produk kopi baik yang dikeluarkan tingkat nasional atau internasional.

Untuk mengetahui faktor-faktor sosial-ekonomi dan ekologi yang mempengaruhi tingkat produktivitas dilakukan dengan analisis faktor dengan menggunakan variabel pengalaman usaha tani, peran perempuan, luas lahan, jumlah tanaman kopi, lama produktivitas kopi, tenaga kerja, modal investasi awal dan pengelolaan, pemanfaatan lahan, likuiditas petani, pohon pelindung, penggunaan pupuk organic dan non organik, pemangkasan tanaman kopi, konservasi lahan, dan pengendalian hama penggerek buah kopi. Variabel-variabel tersebut akan dianalisis menggunakan analisis faktor guna mengetahui variabel mana saja yang berpengaruh terhadap tingkat produktivitas buah kopi. Selanjutnya, dilakukan kajian pola tata guna lahan dan kebijakan serta kelembagaan yang terdapat di dalam dokumen-dokumen perencanaan yang berkaitan dengan pengembangan perkebunan Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok.

Hasil dari kajian dan analisis yang akan dilakukan pada penelitian kali ini berguna untuk perumusan rekomendasi pengembangan ekonomi lokal berbasis produktivitas Kopi Payo di Kawasan Payo berdasarkan potensi dan penyelesaian permasalah yang terjadi serta pengembangan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok. Alur dari konseptualisasi dari penelitian pada Gambar 1.3 :

(18)

18

Sumber : Analisis Peneliti, 2020

Gambar 1. 3. Alur Konseptualisasi Penelitian

1.6.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah proses pengadaan dara primer maupun sekunder untuk keperluan penelitian. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk mendapatkan data dan informasi dari berbagai sumber. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Primer

Pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data hasil survei langsung yang dilakukan dengan wawancara, kuesioner, dokumentasi maupun pengamatan langsung (Sugiyono, 2014). Tujuan dari pengumpulan data primer adalah agar tingkat objektivitas penelitian dapat terjaga sehingga

(19)

19

pada output penelitian menghasilkan data yang akurat. Dalam pengumpulan data primer dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Kuesioner

Kuesioner adalah instrumen untuk pengumpulan data, yang mana partisipan atau responden mengisi pertanyaan atau pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Peneliti terlebih dahulu mengetahui dengan pasti mengenai variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2014). Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner ini dilakukan langung dengan mewawancarai pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner kepada responden yang dituju.

Pengambilan data dengan menggunakan instrumen kuesioner pada penelitian kali ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap produktivitas Kopi Payo. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor sosial-ekonomi dan ekologi yang mempengaruhi tingkat perkebunan kopi yang dirumuskan berdasarkan kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dengan peningkatan produksi perkebunan. Responden dari pengambilan kuesioner ini ditujukan kepada petani kopi yang ada di Kawasan Payo. Jumlah petani kopi di Kawasan Payo berdasarkan data Dinas Pertanian tahun 2019, jumlah petani kopi yaitu sebanyak 50 orang. b. Wawancara Terbuka

Teknik pengumpulan data primer dengan wawancara terbuka dilakukan peneliti dengan cara merekam jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan cara merekam jawaban atas pertanyaan yang diberikan kepada responden. Peneliti memberikan pertanyaan kepada responden dengan pedoman wawancara, mendengarkan atas jawaban, mengamati perilaku, dan merekam semua responden dari yang disurvei (Sugiyono, 2014). Wawancara terbuka dilakukan dengan merancang pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan terlebih dahulu sebelum melakukannya proses wawancara kepada narasumber yang dituju.

Wawancara terbuka digunakan agar mendapatkan informasi dan digunakan dalam mengkonfirmasi data berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan sebelumnya. Wawancara ini digunakan untuk

(20)

20

mengidentifikasi karakteristik dari pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo di Kawasan Payo yang terdapat dalam sasaran 1 dan sasaran 2 yaitu untuk mengkaji dukungan dan kebijakan dan kelembagaan dalam pengembangan ekonomi lokal. Informan yang akan diwawancarai yaitu pihak-pihak yang memiliki keterlibatan dalam pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo baik ditingkat kawasan, kelurahan maupun tingkat kota. Wawancara akan dilakukan kepada ketua kelompok Industri Kopi Saiyo Sakato, Dinas Pertanian Kota Solok dan Bappeda Kota Solok.

c. Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang memiliki ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik lainnya (Sugiyono, 2014). Data observasi yang didapatkan berupa data faktual dan aktual. Objek penelitian yang diamati adalah aktivitas perkebunan kopi yang ada di Kawasan Payo, Kota Solok berupa proses produksi, pengolahan dan pemasaran produk Kopi Payo dan kondisi infrastruktur, sarana dan pelayanan dalam pengembangan perkebunan kopi di Kawasan Payo, Kota Solok.

2. Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan guna mendukung data primer yaitu berasal dari dokumen, jurnal, catatan dan laporan historis yang berasal dari instansi terkait. Berikut adalah data yang dibutuhkan:

a. Survei Instansi

Survei instansi merupakan pencarian atau maupun informasi yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Pada penelitian kali ini, survei instansi dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi lokal berbasis Kopi Payo. Data-data tersebut bisa didapatkan pada Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Solok atau BPS Kota Solok mengenai statistik produksi perkebunan kopi, Bappeda Kota Solok mengenai dokumen RTRW Kota Solok Tahun 2011-2031, dokumen RPJM Kota Solok.

(21)

21 b. Kajian Dokumen dan Literatur

Data yang didapatkan dari dokumen dan kajian literatur yang didapatkan dari berbagai sumber dalam mendukung kebutuhan data penelitian. Kajian dokumen dan literatur yang akan dipakai dalam penelitian ini berkaitan dengan pengembangan ekonomi lokal berbasis Kopi Payo.

1.6.7 Teknik Sampling Data

Teknik sampling merupakan suatu faktor penting dalam pengumpulan data primer dengan metode wawancara dan kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian kali ini dengan menggunakan metode wawancara dan kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner

Perhitungan jumlah responden dalam pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan dengan teknik Non Probability Sampling yang menggunakan metode pengambilan data secara random atau acak, dengan asumsi seluruh populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Jenis teknik Non Probability Sampling yang akan diterapkan dalam penelitian yaitu Purposive Sampling dengan kriteria responden pengambilan kuesioner yaitu petani Kopi Payo yang ada di Kawasan Payo, Kota Solok. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kota Solok, pada tahun 2019 terdapat 50 orang petani kopi yang ada di Kawasan Payo, Kota Solok. Dengan perhitungan sampel Isaac Michael melalui rumus:

𝑠 = 𝜆

2 × 𝑁 × 𝑃 × 𝑄

𝑑2× (𝑁 − 1) + 𝜆2 × 𝑃 × 𝑄

Dimana :

S = Jumlah Sampel

𝜆2 = Chi Kuadrat Dengan nilai 𝜆2 dengan derajat kebebasan 1 dan tingkat

kesalahan 10% = 2,706. N = Jumlah Populasi P = Peluang Benar (0,5) Q = Peluang Salah (0,5)

(22)

22

D = Perbedaan antara rata-rata sampel dengan rata-rata populasi.

Jumlah populasi petani Kopi Payo yaitu 50 orang dan dengan menggunakan tingkat kesalahan 10%, maka jumlah sampel yang melalui perhitungan Isaac Michael adalah sebagai berikut :

𝑠 =

2,706×50×0,5×0,5

0,052×(50−1)+ 2,706 ×0,5×0,5

𝑠 = 42,33

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang akan digunakan dalam pengambilan data kuesioner mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas Kopi Payo yaitu sebanyak 42 sampel petani kopi yang ada di Kawasan Payo, Kota Solok.

2. Wawancara Terbuka

Dalam pengambilan sampel untuk mendapatkan data sekunder dengan metode wawancara terbuka pada penelitian ini menggunakan metode Non Probability Sampling dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Kriteria dari pemilihan narasumber dengan teknik Purposive Sampling dalam wawancara dalam penelitian ini adalah instansi dan pemangku kepentingan pada pengembangan ekonomi lokal dengan produk pengembangan yaitu Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok. Berikut adalah karakteristik narasumber dalam wawancara penelitian pada Tabel I.3 :

Tabel. I. 3. Kriteria Narasumber

No Instansi atau Pihak Terkait

Kriteria

1 Dinas Pertanian Kota Solok

Bergerak pada pengembangan sumber daya alam serta sumber daya manusia di bidang pertanian dan perkebunan, serta berkaitan dengan pengembangan teknolog

2 Bappeda Kota Solok Mengetahui kebijakan, program, dan kelembagaan dalam mendukung pengembangan perkebunan kopi. 3 Ketua Kelomppok

Industri Kopi Saiyo Sakato

Mengetahui perkembangan pertanian dan perkebunan masyarakat lokal serta kerjasama yang telah dilakukan

(23)

23 1.6.8 Teknik Analisis Data

A. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data berasal dari observasi, wawancara terbuka dan kajian literatur yang berasal dari dokumen ataupun data historis. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk menjelaskan dan menganalisis hasil pengumpulan data melalui wawancara dan observasi maupun kajian literatur.

Analisis deskriptif kualitatif yang dilakukan dalam pemenuhan tujuan dari sasaran 1 yaitu mengidentifikasi karakteristik pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo, pada Kawasan Payo, Kota Solok berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan variabel meliputi capaian pengembangan ekonomi lokal, pengembangan infrastruktur, sarana, fasilitas dan pelayanan perkebunan kopi, serta kerjasama antar pemangku kepentingan. Sedangkan untuk pemenuhan sasaran ke 2 dilakukan pada variabel kajian mengenai kebijakan dan kelembagaan yang didapatkan dari proses wawancara dengan pemangku kepentingan yang berkaitan dengan perkebunan kopi.

B. Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan analisis metode statistik multivariate yang didasari oleh keterkaitan antar variabel dengan variabel yang lainnya. Pada penelitian kali ini, analisis faktor dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap produktivitas kopi. Alat yang digunakan dalam analisis faktor yaitu menggunakan aplikasi SPSS yang terlebih dahulu dilakukan uji pemeriksaan matriks korelasi.

Analisis dengan menggunakan teknik analisis faktor dilakukan dengan tahapan Uji Bartlett, Uji KMO dan Uji MSA. Uji Bartlett bertujuan untuk mengetahui matriks yang akan dianalisis merupakan matriks korelasi. Uji KMO dilakukan untuk mengetahui cakupan sampling apakah variabel-variabel yang digunakan memiliki korelasi dengan variabel yang lainnya sehingga analisis dapat dilanjutkan. Kategori penilaian KMO dapat dilihat pada Tabel 1.4 :

(24)

24

Tabel. I. 4. Kategori Penilaian KMO

Rentang Nilai KMO Kategori Penilaian

0,9 ≤KMO≤ 1,0 Data sangat baik untuk analisis faktor 0,8 ≤KMO≤ 0,9 Data baik untuk analisis faktor 0,7 ≤KMO≤ 0,8 Data cukup untuk analisis faktor 0,6 ≤KMO≤ 0,7 Data kurang untuk analisis faktor 0,5 ≤KMO≤ 0,6 Data buruk untuk analisis faktor

KMO≤ 0,5 Data tidak dapat diterima untuk analisis faktor

Sumber : Panduan Mengenai Analisis Faktor

Uji MSA (Measure of Sampling Adequacy) berguna untuk melihat apakah variabel-variabel yang akan dianalisis layak dan analisis dapat dilanjutkan kembali. Kriteria uji MSA dapat dilihat pada Tabel 1.5 :

Tabel. I. 5. Kriteria MSA

Rentang Nilai MSA Kriteria Kategori Penilaian

MSA = 1 Variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. MSA ≥ 0,5 Variabel masih dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut.

MSA < 0,5 Variabel dapat dieliminasi untuk tidak disertakan dalam analisis faktor.

Sumber : Panduan Mengenai Analisis Faktor

Setelah melakukan pemeriksaan matriks korelasi, tahap selanjutnya yaitu Ekstraksi Faktor dimana pada tahapan ini dilakukan reduksi sejumlah variabel menjadi sejumlah variabel baru dengan jumlah variabel yang lebih sedikit. Metode ekstraksi yang akan digunakan yaitu Principal Component Analysis dengan tujuan mereduksi data menjadi jumlah minimum yang dibutuhkan untuk menggambarkan data asal. Penggunaan metode ekstraksi PCA menghasilkan kelompok faktor yang spesifik dengan tingkat error yang rendah. Selanjutnya dilakukan rotasi faktor yang berguna untuk menghasilkan faktor-faktor baru yang saling berkaitan. Analisis rotasi faktor dilakukan dengan menggunakan rotasi Orthogonal yakni Varimax. Metode ini digunakan agar struktur faktor yang dihasilkan lebih sederhana sehingga mudah untuk diimplementasikan.

(25)

25 1.6.9 Kerangka Analisis

Sumber : Analisis Peneliti, 2020

(26)

26 1.6 Keaslian Penelitian

Keaslian dari penelitian ini berada kebaruan lokasi penelitian yaitu berada di Kawasan payo, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok. Penggunaan metode dan fokus penelitian berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan lokasi yang berbeda berguna sebagai acuan kebutuhan penelitian. Beberapa sumber penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel I. 6:

Tabel. I. 6. Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul

Penelitian

Lokasi

Penelitian Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

dan Pendekatan Hasil Penelitian

1 Jef Rudiantho Saragih (2012). Model Pengemabangan Ekonomi Lokal (PEL) berbasis Produktivitas Kopi Arabika Spesialti di Kabupaten Simalungun. Kabupaten Simalungun. Sumatera Utara. 1. Menganalisis faktor sosial ekonomi dan ekologi terhadap produktivitas kopi arabika spesialti.

1. Metode analisis Kuantitatif dengan menggunakan metode uji beda rata-rata, korelasi, model regresi, LQ,

shift-share.

1. Produktivitas kopi arabika spesialti dapat ditingkatkan melalui intervensi variable ekonomi yang berpengaruh signifikan dan penerapan praktik-praktik pertanian yang baik.

2. Menganalisis peran komoditas kopi arabika spesialti dalam

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL).

2. Metode analisis Deskriptif .

2. Kopi arabika spesialti merupakan komoditas yang sangat prospektif dan strategis untuk mencapai tujuan PEL.

3. Menganalisis aspek tata guna lahan dan dukungan kebijakan dan program pengembangan kopi arabika spesialti.

3. Metode analisis Deskriptif .

3. Usahatani kopi arabika spesialti dapat meningkatkan pendapatan dan mampu menurunkan kemiskinan. 2 Melkisede k Ruben Konsep Pengembangan Desa Gunungsari Merumuskan konsep pengembangan ekonomi Menggunakan analisis deskriptif

Konsep PEL Desa Gunungsari berdasarkan pariwisata petik bunga mawar yang mana

(27)

faktor-27

No Peneliti Judul

Penelitian

Lokasi

Penelitian Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

dan Pendekatan Hasil Penelitian

Donuisang (2017). Ekonomi Lokal dalam Pengembangan Desa Wisata Petik Mawar. Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

lokal dalam pengembangan desa wisata petik mawar Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

dengan teknik analisis SWOT.

faktor dari pengembangan ekonomi lokal yang ada saling mempengaruhi satu sama lain dan perlunya dukungan dari lembaga swasta atau koperasi dalam pengembangan konsep PEL wisata petik bunga mawar Desa Gunungsari.

3 May Frida Panjaitan (2020). Kajian Keberhasilan Pengembanan Ekonomi Lokal pada Kawasan Agropolitan. Desa Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat. Mengkaji faktor keberhasilan pengembangan ekonomi lokal pada kawasan agropolitan Way Tenong, Lampung Barat.

Metode Deduktif Kuantitatif.

Adanya kegiatan pada kawasan agropolitan mampu menumbuhkan ekonomi lokal dilihat dari

peningkatan PDRB, pendapatan, kesempatan kerja, sumber daya ,manusia, ketersediaan bahan baku, peningkatan hasil produksi, teknologi dan infrastruktur jalan. 4 Tri Desmayan ti (2020). Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan. Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran Mengidentifikasi partisipasi masyarakatt dalam pengemabangan kawasan agropilitan di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

Pesawaran.

Menggunakan penelitian deduktif.

Partisipasi masyarakat Desa Sungai Langka dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan diketahui sudah ada dan terlihat, hal ini dikarenakan

masyarakat Desa Sungai Langka telah berkontribusi dalam pelaksanaan Pengembangan Kawasan

Agropolitan, namun masyarakat Desa Sungai Langka belum sepenuhnya dilibatkan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan. 5 Eka Dyah Wahyu Prasetyani ngsih dan Widjonark o (2015) Strategis Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Komoditas Salak Kecamatan Madukara, Kecamatan Banjarnegar a Merumuskan strategi pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas salak untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani salak di Kecamatan Madukara.

Menggunakan teknik analisis kuantitatif dengan pendekatan deskriptif.

Strategi pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas salak di Kecamatan Madukara terdiri dari peningkatan kualitas dan produksi salak,

pembentukan lembaga riset, pembentukan klaster komoditas salak, memperbanyak inovasi produk turunan, penguatan kapasitas lembaga penunjang, mobilisasi sumber dana untuk pembiayaan dan kredit, pengembangan teknologi, membagun forum kemitraan dengan pemda lainnya.

6 Belisa Hadi Tami (2021) Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal Kawasan Payo, Kelurahan Tanah Mengkaji Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Produktivitas Kopi Payo di Kawasan Payo, Kelurahan

Menggunakan Metode Deduktif dengan menggunakan

Dapat mengkaji variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pengembangan ekonomi lokal berbasis Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok sehingga dapat merumuskan suatu kebijakan dengan konsep

(28)

28

No Peneliti Judul

Penelitian

Lokasi

Penelitian Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

dan Pendekatan Hasil Penelitian

berbasis Kopi Payo Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok

Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok.

teknik analisis mix

method.

pengembangan ekonomi lokal dalam peningkatan pendapatan, kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani kopi.

Sumber : Analisis Peneliti, 2020.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada perbedaan lokasi penelitian yaitu terletak pada masyarakat petani Kopi Payo yang berada di Kawasan Payo, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok, Provinsi Sumatera Barat. Terdapat perbedaan karakteristik dalam perkebunan kopi pada penelitian sebelumnya dengan perkebunan yang berada pada Kawasan Payo, sehingga variable-variabel penelitian yang akan dipakai menyesuaikan dengan kondisi karakteristik perkebunan Kopi Payo guna untuk mengkaji penerapan konsep Pembangunan Ekonomi Lokal berbasis produktivitas kopi di Kawasan Payo, Kota Solok.

(29)

29 1.7 Kerangka Berpikir

Sumber : Analisis Peneliti 2020

(30)

30 1.8 Sistematika Penulisan

Laporan ini ditulis sebagai laporan proposal tugas akhir yang terdiri dari tiga bagian. Adapun sistematika dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup yang terdiri dari ruang lingkup wilayah penelitian dan ruang lingkup substansi, unit amatan dan unit analisis, metodologi penelitian, keaslian penelitian, kerangka pikir dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS KOPI PAYO

Berisikan tinjauan pustaka mengenai pengertian Pengembangan Ekonomi Lokal, konsep pengembangan ekonomi lokal, karakteristik pengembangan ekonomi lokal, komponen-komponen pengembangan ekonomi lokal berbasis produktivitas kopi, sintesa literatur dan sintesis variabel.

BAB III : GAMBARAN UMUM WILAYAH

Berisikan gambaran umum wilayah penelitian yaitu masyarakat petani kopi Kawasan Payo, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok, Sumatera Barat. Gambaran umum ini disertai dengan karakteristik fisik dan non-fisik dan perkembangan lingkungan kawasan perkebunan.

BAB IV : ANALISIS KAJIAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS KOPI PAYO

Terdiri dari hasil analisis data berdasarkan variabel karakteristik pengembangan ekonomi lokal Kopi Payo dan hasil analisis variabel faktor-faktor pengembangan ekonomi lokal berbasis produktivitas Kopi Payo di Kawasan Payo, Kota Solok.

BAB V : KESIMPULAN

Bab ini menjelaskan mengenai temuan studi hasil analisis mengenai kajian pengembangan ekonomi lokal berbasis Kopi Payo, kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.

Gambar

Gambar 1. 1. Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 1. 3. Alur Konseptualisasi Penelitian
Gambar 1. 4. Kerangka Analisis Penelitian
Gambar 1. 5. Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

respondents who were able to make monthly payment in. terms of the amount of their monthly income and

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemaparan cuaca ( weathering ) terhadap karakteristik komposit HDPE–sampah organik berupa kekuatan bending dan

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang kurang melakukan aktifitas kurang menunjang selama proses pembelajaran telah menurun yakni sebanyak 2 siswa kurang aktif

Dalam pelaksanaan Program Induksi, pembimbing ditunjuk oleh kepala sekolah/madrasah dengan kriteria memiliki kompetensi sebagai guru profesional; pengalaman mengajar

PEMBUATAN FILM PENDEK TENTANG PERNIKAHAN USIA MUDA DENGAN TEKNIK CONTINUITY EDITING SEBAGAI UPAYA.. PENYADARAN

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan