• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata kunci: nilai ABI pada pasien DM, ulkus diabetic foot. vii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata kunci: nilai ABI pada pasien DM, ulkus diabetic foot. vii"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

vii ABSTRAK

Juliantari, Ida Ayu Made 2015. Hubungan Nilai Ankle Brachial Index (ABI) dengan Kejadian Ulkus Diabetic Foot Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Poliklinik Interne Diabetic Centre RSUP Sanglah Denpasar. Tugas akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNUD. Pembimbing (1) Ns. Desak Made Widyanthari, M.Kep, Sp. Kep. MB (2) Ns. Rai Dewi Damayanthi Pande, S.Kep

Peripheral Arterial Disease (PAD) merupakan manifestasi dari aterosklerosis yang ditandai oleh penyakit penyumbatan pembuluh darah pada ekstremitas bawah. Terganggunya distribusi oksigen dan nutrisi serta nekrosis jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetic foot Pasien DM dengan PAD cenderung mengalami penurunan ABI. Penelitian ini merupakan non-eksperimen, dengan rancangan case control. Penelitian dilakukan di di Poliklinik Interne Diabetic Center RSUP Sanglah dari tanggal 1-14 Februari 2015.dengan teknik quota sampling, diperoleh sampel sebanyak 60 responden yang terdiri dari 30 responden dengan ulkus diabetic foot dan 30 responden dengan non ulkus diabetic foot. Data dikumpulkan dengan studi dokumentasi catatan medis pasien. Nilai ABI pada pasien dengan Ulkus Diabetic Foot sebagian besar memiliki nilai ABI < 0,9 atau >1,3 yaitu sebanyak 20 responden (66,7%) dan pada pada pasien Non Ulkus Diabetic Foot memiliki nilai ABI 0,9-1,3 yaitu sebanyak 23 responden (76,7%). Berdasarkan hasil Chi Square diperoleh nilai p = 0,001, yang artinya ada hubungan nilai Ankle Brachial Index (ABI) dengan kejadian ulkus diabetic foot pada pasien DM. Dilihat nilai OR sebesar 6,571 maka dapat disimpulkan bahwa pasien DM dengan nilai ABI < 0,9 atau > 1,3 mempunyai resiko 6,571 kali lipat terkena ulkus diabetic foot. Berdasarkan hasil temuan diatas disarankan agar pasien DM dapat mencegah terjadinya ulkus diabetic foot melalui diteksi dini dengan pemeriksaan nilai ABI

(2)

viii ABSTRACT

Juliantari, Ida Ayu 2015. Relationship Value Ankle Brachial Index (ABI) With Diabetic Foot Ulcers Incidence in Patients with Diabetes Mellitus (DM) in the Polyclinic Interne Diabetic Centre RSUP Sanglah Denpasar. The final task, Nursing Science Faculty of Medicine Udayana University. Supervisor (1) Ns. Desak Made Widyanthari, M.Kep, Sp. Kep. MB (2) Ns. Rai Dewi Damayanthi Pande, S.Kep Peripheral Arterial Disease (PAD) is a manifestation of atherosclerotic disease characterized by blockage of blood vessels in the lower extremities. Disruption of distribution of oxygen and nutrients and tissue necrosis will develop into diabetic foot ulcers DM patients with PAD are likely to experience a decrease in ABI. This study is a non-experimental, with a case-control design. Research conducted at The Polyclinic Interne Diabetic Center Sanglah from the date of February 1 to 14 2015.dengan quota sampling technique, obtained a sample of 60 respondents consisting of 30 respondents with diabetic foot ulcers and 30 respondents with non-ulcer diabetic foot. Data collected by the study the patient's medical record documentation. ABI values in patients with Diabetic Foot Ulcers most have value ABI <0.9 or> 1.3 as many as 20 respondents (66.7%) and on the Diabetic Foot Ulcers Non patients had ABI values from 0.9 to 1.3 as many as 23 respondents (76.7%). Based on the results obtained Chi Square value of p = 0.001, which means that there is a correlation value Ankle Brachial Index (ABI) with the incidence of diabetic foot ulcers in patients with DM. Viewed OR value of 6.571, it can be concluded that the DM patients with ABI values <0, 9 or> 1.3 had a 6.571-fold risk of diabetic foot ulcers affected. Based on the above findings suggested that patients with diabetes can prevent diabetic foot ulcers through early ditection with ABI values examination

(3)

ix DAFTAR ISI JUDUL ... i LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN ………. KATA PENGANTAR………...

DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ……... 7 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit DM ………. 2.1.1 Pengertian Penyakit DM ……….. ………. 2.1.2 Klasifikasi DM ……….………. ………. 2.1.3 Patofisiologi DM ……….. ……….………. 2.1.4 Komplikasi ………... 2.2 Konsep Ulkus Diabetic Foot …………..……... 2.2.1 Pengertian Diabetic Foot dan Ulkus Diabetic Foot ………. 2.2.2 Klasifikasi Ulkus Diabetic Foot ………. ………… 2.2.3 Etiologi Ulkus Diabetic Foot .. ………….……….. 2.2.4 Tanda dan Gejala Ulkus Diabetic Foot .……… 2.2.5 Patofisiologi ………. 2.2.6 Kriteria Diagnosis Ulkus Diabetic Foot ……….……. 2.3 Konsep Dasar Ancle Brachial Index (ABI) ...………... 2.3.1 Pengertian ABI ……….… 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi ABI ……….. 2.3.3 Prosedur Pengukuran ABI ……… 2.3.4 Cara Perhitungan dan Intepretasi Nilai ABI ……… 2.4 Hubungan Ulkus Diabetic Foot dengan Nilai ABI ... BAB III KERANGKA KONSEP ………. 3.1 Kerangka Konsep ………..………. Halaman i iii iv v vi ix xi xii 1 6 6 7 8 8 9 11 13 19 19 20 22 22 22 27 28 28 29 31 32 32 37 37

(4)

x

3.2 Variabel Penelitian……….. 3.3 Definisi Operasional ……… 3.4 Hipotesis Penelitian ………. BAB IV METODE PENELITIAN ……… 4.1 Desain Penelitian ... 4.2 Kerangka Kerja ...

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ……….………….. 45 4.3.1 Tempat Penelitian ... 45 4.3.2 Waktu Penelitian ... 45 4.4 Populasi dan Sampel ...

4.4.1 Populasi ………... 45 4.4.2 Sampel ……...

4.4.3 Teknik Sampling ……….

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ………... 48 4.5.1 Jenis Data ………... 48 4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 49 4.5.3 Instrumen ………...

4.5.4 Etika Penelitian ………. ………

4.6 Pengolahan dan Analisa Data …………... 51 4.6.1 Teknik Pengolahan Data ……... 51 4.6.2 Teknik Analisa Data …...

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ... 5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ……...……….. 5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian ……….. 5.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Objek Penelitian ………... 5.1.4 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 5.1.5 Keterbatasan Penelitian ……….. 5.1.6 Hambatan Penelitian ……….. BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan ……….. 6.2 Saran………. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 38 38 39 41 41 42 43 43 43 43 43 43 45 45 45 46 46 47 50 50 51 54 54 54 57 59 76 76 77 78

(5)

xi DAFTAR TABEL Tabel Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7

Definisi Operasional Hubungan Kejadian Ulkus Diabetic Foot dengan Ancle Brachial Index (ABI) pada Pasien DM di Poliklinik Diabetic Center RSUP Sanglah Denpasar ...

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir ... Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... Distribusi Responden Menurut Kejadian Ulkus Diabetic Foot dan Non Ulkus Diabetic Foot ... Distribusi Responden Menurut Kejadian Ulkus Diabetic Foot dan Non Ulkus Diabetic Foot, P Value dan Odds Rasio (OR) ……… Halaman 39 55 55 56 56 57 58

(6)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep Hubungan Kejadian Ulkus Diabetic Foot dengan Ancle Brachial Index (ABI) pada Pasien DM di Poliklinik Diabetic Center RSUP Sanglah Denpasar...

Gambar 2 Desain Penelitian Hubungan Kejadian Ulkus Diabetic Foot dengan Ancle Brachial Index (ABI) pada Pasien DM di Poliklinik Diabetic Center RSUP Sanglah

Denpasar...

Gambar 3 Kerangka Hubungan Kejadian Ulkus Diabetic Foot dengan Ancle Brachial Index (ABI) pada Pasien DM di Poliklinik Diabetic Center RSUP Sanglah

Denpasar...

Halaman

37

41

(7)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Lampiran 2 : Pernyataan Keaslian Tulisan

Lampiran 3 : Rencana Anggaran Penelitian Lampiran 4 : Lembar Identitas Responden

Lampiran 5 : Lembar Studi Dokumentasi Ulkus Diabetic Foot Lampiran 6 : Master Tabel

Lampiran 7 : SOP Pengukuran Ankle Brachial Index (ABI) Lampiran 8 : Hasil Analisa Data Karakteristik Responden Lampiran 9 : Hasil Analisa Data Penelitian

(8)

xiv BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. DM menyebabkan berbagai komplikasi sebagai akibat dari tingginya kadar gula dalam darah. Komplikasi DM dibedakan menjadi dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut berupa hipoglikemia dan ketoasidosis, sedangkan komplikasi kronik terjadi melalui adanya perubahan sistem vaskular berupa mikrovaskuler dan makrovaskuler (Smeltzer, 2007).

Salah satu komplikasi makrovaskuler yang terjadi pada pasien DM adalah penyakit vaskular perifer atau Peripheral Arterial Disease (PAD). PAD merupakan manifestasi dari aterosklerosis yang ditandai oleh penyakit penyumbatan pembuluh darah pada ekstremitas bawah. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal (Tambunan, 2006). Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan iskemik. Iskemik akan menyebabkan perfusi jaringan

(9)

xv

bagian distal dari tungkai menjadi berkurang, terganggunya distribusi oksigen dan nutrisi serta nekrosis jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetic foot (Waspadji, 2006).

Ulkus diabetic foot adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah (ischemic necrosis) karena adanya mikroemboli aterotrombosis akibat penyakit vaskular perifer oklusi yang menyertai penderita DM sebagai komplikasi menahun dari diabetes itu sendiri (Sudoyo, 2006) Menurut Waspadji (2006), ada tiga hal yang menyebabkan terjadinya ulkus diabetic foot yaitu neuropati, iskemik, dan infeksi kaki. Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan. Pada penderita ulkus diabetic foot, 50% akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi karena merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur (Tambunan, 2006).

Risiko infeksi dan amputasi masih cukup tinggi pada penderita ulkus diabetic foot, yaitu 40-80% mengalami infeksi, 14-20% memerlukan amputasi, 66% mengalami kekambuhan dan 12% memiliki risiko amputasi dalam 5 tahun setelah sembuh (Tambunan, 2006). Kebanyakan pasien datang berobat dalam fase lanjut dengan kecendrungan semakin tinggi derajat ulkus semakin besar risiko amputasi (Artono, 2014). Jika hal ini terjadi maka akan sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien sehingga untuk mengurangi kejadian ulkus diabetic foot ini maka tindakan preventif sangat penting dilakukan (Smeltzer, 2007). Salah satu

(10)

xvi

cara untuk pencegahan diabetic foot maupun ulkus kaki diabetikum dapat dilakukan melalui pemeriksaan vaskular non invasif seperti pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI) (Sudoyo, 2006).

Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) (2011), menyebutkan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia menderita penyakit DM. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Indonesia kini telah menduduki peringkat keempat jumlah penyandang DM terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India (PERKENI, 2011).

Setiap tahunnya terdapat kurang lebih 4 juta orang penderita DM yang memiliki ulkus diabetic foot (PERKENI, 2011). Di Amerika, amputasi pada ekstremitas bagian bawah 10 kali lebih sering terjadi pada penderita DM dibandingkan non-DM (IDF, 2011). Prevalensi data pasien yang terkena ulkus diabetic foot di Amerika Serikat pada awal tahun 2013 sekitar 4,1%, sedangkan 4,6% di Kenya, dan 20,4% di Belanda. Demikian pula banyak di rumah sakit di Nigeria menunjukan prevalensi dari ulkus diabetic foot sebesar 19,1%, prevalensi di India sekitar 11%, nilai ini 5 kali lebih besar bila dibandingkan dengan Skotlandia yang hanya 2,5% pada tahun 2010 (Badri, 2014).

Ulkus diabetic foot di Indonesia merupakan permasalahan yang belum dapat terkelola dengan baik. Prevalensi terjadinya ulkus diabetic foot di Indonesia sebesar 15% dan sering kali berakhir dengan kecacatan dan kematian Waspadji, 2006). Menurut data di RSUP dr. Cipto Mangunkusomo tahun 2003 dalam Waspadji (2006), angka kematian dan angka amputasi di RSUPNCM masih tinggi

(11)

masing-xvii

masing sebesar 16% dan 28%. Pasien diabetes melitus dengan ulkus kaki diabetikum pasca amputasi sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun pasca amputasi.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali pada bulan Pebruari 2014, tercatat bahwa jumlah pasien DM yang rawat inap di RS pemerintah di Bali tahun 2009 mencapai 313 orang per bulan, tahun 2010 mencapai 401 orang per bulan, tahun 2011 mencapai 438 orang per bulan, tahun 2012 mencapai 442 orang per bulan dan pada tahun 2013 mencapai 498 orang per bulan. Hal ini menunjukan bahwa jumlah penderita DM mengalami peningkatan setiap tahunnya (Dinkes Provinsi Bali, 2014).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 8-9 Oktober 2014 di Poliklinik Interne Diabetic Center RSUP Sanglah Denpasar diperoleh data pada tahun 2011 jumlah pasien DM dengan diabetic foot sebanyak 52 kasus, tahun 2012 sebanyak 83 kasus dan mengalami peningkatan menjadi 114 kasus pada tahun 2013. Jumlah kunjungan pasien DM dengan diabetic foot pada bulan September 2014 berjumlah 28 pasien, bulan November 30 pasien dan bulan Desember 33 pasien (Register Poliklinik Interne RSUP Sanglah, 2012).

PAD yang muncul pada pasien DM dapat dilihat dengan mengukur nilai Ankle Brachial Index (ABI). ABI merupakan pemeriksaan non invasif pembuluh darah yang berfungsi untuk mendeteksi tanda dan gejala klinis dari iskhemia, penurunan perfusi perifer yang dapat mengakibatkan angiopati. Pasien DM dengan PAD cenderung mengalami penurunan ABI)(Black & Hawks, 2005 dalam Hawkins, 2013). Banyak faktor yang mempengaruhi nilai ABI pada penderita DM

(12)

xviii

antara lain kadar glukosa darah, terapi insulin yang diberikan, terapi diet, aktivitas fisik, dan usia. ABI digunakan untuk menunjang diagnosis penyakit vaskuler pada DM dengan menggunakan indikator objektif perfusi arteri ke ekstremitas bawah (Sacks, 2002 dalam Vicinte, 2006).

ABI pada prinsipnya sama dengan tekanan darah. Dalam keadaan normal tekanan sistolik di tungkai bawah (ankle) sama atau sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan darah sistolik lengan atas (brachial). Pada keadaan di mana terjadi stenosis arteri di tungkai bawah maka akan terjadi penurunan tekanan. ABI dihitung berdasarkan rasio tekanan sistolik ankle dibagi tekanan sistolik brachial. Dalam kondisi normal, harga normal dari ABI adalah 1,0-1,3, ABI 0,8-0,99 terjadi iskemia ringan, ABI 0,5-0,79 telah terjadi obstruksi vaskuler sedang, ABI < 0,49 telah terjadi obstruksi vaskuler berat, sedangkan > 1,4 menunjukan pembuluh darah noncompressible (Mohler dalam Tapiheru, 2008).

Meneurut Allison et al. (2008), skor ABI dapat memperkirakan adanya atherosklerosis sistemik, individu dengan skor ABI < 0,90 menunjukkan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler dan PAD akibat arteriosklerosis. Penelitian Aboyans et al. (2011) dalam Badri (2014) mendapatkan individu dengan skor ABI yang tinggi (≥ 1,40) memiliki prognosis penyakit kardiovaskuler yang buruk. Penelitian Wang (2005) dalam Laurel (2005), menunjukkan bahwa peningkatan kejadian kaudikasio pada pasien dengan skor ABI yang tinggi, dibandingkan kelompok dengan skor ABI antara 1,00-1,30, menunjukkan kemungkinan peningkatan risiko penyakit vaskuler oklusif pada skor ABI yang tinggi. Berdasarkan perbedaan hasil pendapat ahli tersebut, maka peneliti

(13)

xix

ingin membuktikannya dengan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan nilai ABI dengan kejadian ulkus diabetic foot pada pasien DM di Poliklinik Interne Diabetic Centre RSUP Sanglah Denpasar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut yaitu “ Apakah terdapat hubungan nilai ABI dengan kejadian ulkus diabetic foot pada pasien DM di Poliklinik Interne Diabetic Centre RSUP Sanglah Denpasar?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan nilai ABI dengan kejadian ulkus diabetic foot pada pasien DM di Poliklinik Interne Diabetic Centre RSUP Sanglah Denpasar

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden

2. Mengidentifikasi nilai ABI pasien ulkus diabetic foot di Poliklinik Interna Diabetic Center RSUP Sanglah Denpasar

3. Mengidentifikasi nilai ABI pasien non ulkus diabetic foot di Poliklinik Interna Diabetic Center RSUP Sanglah Denpasar

4. Menganalisa hubungan antara nilai ABI dengan kejadian ulkus diabetic foot pada pasien DM di Poliklinik Interne Diabetic Centre RSUP Sanglah Denpasar

(14)

xx

5. Mengidentifikasi kekuatan hubungan antara nilai ABI dengan kejadian ulkus diabetic foot pada pasien DM di Poliklinik Interne Diabetic Centre RSUP Sanglah Denpasar

1.4 Manfaat 1.4.1 Teoritis

1. Sebagai informasi ilmiah dalam bidang keperawatan, khususnya keperawatan medical bedah dalam perawatan pasien DM yang berisiko mengalami komplikasi ulkus diabetic foot atau penyakit vaskuler perifer.

2. Sebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tindakan keperawatan yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengatasi komplikasi ulkus diabetic foot pada penderita DM, yang salah satunya adalah pemeriksaan nilai ABI.

1.4.2 Praktis

1. Sebagai masukan bagi perawat agar menggunakan pemeriksaan ABI sebagai salah satu cara untuk menditeksi secara dini komplikasi ulkus diabetic foot pada pasien DM.

2. Membantu petugas kesehatan untuk mempermudah pemeriksaan terhadap kondisi klien

Referensi

Dokumen terkait

Aini, Q., 2016, Uji Aktivitas Antioksidan Antara Fraksi Etil Asetat dan Etanol Dari Ekstrak Etanolik Daun Kopi Robusta (Coffea canephora), Skripsi,

Pelaksanaan Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) Dalam Rangka Mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan di Kabupaten Barito

Tujuan dari penelitian ini yaitu guna mengetahui ada tidaknya perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan adanya penerapan model pembelajaran

Solusi ini kami gunakan pendekatan STM (pendekatan Sains dan teknologi untuk masyarakat) berbasis pendekatan nilai bernuansa sains (sikap ilmiah) dalam bentuk

memiliki hubungan yang sangat penting dalam rangka mengembangkan segala potensi diri untuk masa depan serta menumbuh kembangkan kepribadiannya sesuai dengan jati diri

Peran stakeholder dalam pengembangan Pulau Samalona menjadi sangat penting karena Pulau Samalona merupakan salah satu wisata bahari yang saat ini sedang populer di

lateral projection (indikasi : melihat kelainan pada jantung dan paru, terutama untuk melihat mediastinal disorder dan abnormalitas yang tidak tampak pada film PA)..

Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala ICU, indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien