ALAT MUSIK DAN
FENOMENA AKUSTIKA
MUSIK GONG
2.1. Bagaimana Bunyi Dihasilkan?
Bunyi terjadi karena ada getaran atau vibrasi. Getaran menimbulkan gelombang bunyi, yang merambat melalui medium udara untuk kemudian sampai ke telinga pendengarnya.
Alat musik menghasilkan bunyi dengan berbagai cara, yakni ditiup, dipetik, dipukul, digesek, digoyang, digaruk, dan sebagainya. Karena itu, kita sering mendengar penggolongan alat musik berdasarkan cara memainkannya, yakni alat musik petik, gesek, pukul, tiup, dan lain-lain. Di samping itu, alat musik juga bisa digolongkan menurut bahan dasarnya, tinggi rendah nada yang dihasilkan, fungsi sosialnya, dan lain sebagainya. Kita juga dapat mengenal alat musik berdasarkan sumber getar utama dalam suatu instrumen. Mengapa penggolongan alat musik berdasarkan pada sumber getar utama? Alasannya diambil dari ilmu fisika, dan penggolongan inilah yang kami pakai dalam buku ini. Jika senar bergetar (misalnya pada biola), maka proses getarannya berbeda dengan jika membran atau kulit (misalnya pada gendang) yang bergetar. Proses getaran yang berbeda secara mendasar berpengaruh terhadap gelombang bunyi yang dihasilkan. [Kalau ada perbedaan pada proses getaran, jelas ada perbedaan juga pada gelombang bunyi yang dihasilkan.]
VCD 1, track 9-12
Demo memainkan rebab, siter, kempul dan gong, saron Jawa Tengah VIDEO CD
Gbr. 2.3: Sampeq/Sampe´, Kenyah, Kalimantan Gbr. 2.4: Gitar, Lampung Gbr. 2.2: Gambus, Kutai, Kalimantan Timur Gbr. 2.1: Rebab, Jawa
Ringkasnya, penggolongan alat musik berdasarkan sumber getar utama adalah:
a. Kordofon (chordophone). Sumber getar utamanya adalah senar/dawai/ kawat/tali (bahasa Yunani: chord). Contohnya, rebab, gitar, dan lain-lain.
Gbr. 2.7: Helikon, alat brass band dari zaman kolonial, masih
dipakai dalam tanjidor, Jawa Barat
Gbr. 2.6: Suling ganda, Flores Timur
Gbr. 2.5: Suling Gambuh, Bali
Gbr. 2.9: Akordeon Gbr. 2.8: Suling hidung, Sumba Barat
b. Aerofon (aerophone). Sumber getar utamanya adalah udara yang terdapat di dalam alat. Contohnya, suling, serunai, klarinet, dan lain-lain.
Gbr. 2.10: Gendang, Sangihe, Sulawesi Utara Gbr. 2.11: Gendang, Flores
Gbr. 2.12: Gendang, Kalimantan Timur
Gbr. 2.13: Gendang, Bali
c. Membranofon (membranophone). Sumber getar utamanya adalah
suatu membran atau selaput (bisa dari kulit, plastik, kertas, dan sebagainya). Contohnya, gendang.
Gbr. 2.15: Gong dari Lolak, Sulawesi Utara
Gbr. 2.16: Gong di atas rak dari Tolaki, Sulawesi Tenggara
Gbr. 2.14: Angklung
d. Idiofon (idiophone). Sumber getar utamanya adalah badan alat musik itu sendiri. Contohnya, gong, angklung, kentongan, dan lain-lain.
e. Elektrofon (electrophone). Sumber getar utamanya adalah listrik. Contohnya, gitar listrik, keyboard listrik, dan lain-lain.
2.2. Gong Termasuk Idiofon
Gong termasuk dalam golongan idiofon. Sumber getar utamanya adalah badan alat musik itu sendiri. Pada dasarnya seluruh badan gong ikut bergetar, namun getaran yang paling kuat terletak pada bagian tengah dari permukaan alat.
Gong perlu dibedakan dari lonceng, meskipun keduanya sama-sama idiofon. Prinsip getaran pada lonceng berbeda dengan gong. Pada lonceng, pusat getaran terletak pada bagian pinggir atau bibirnya.
Jenis gong yang umum dijumpai di Indonesia adalah gong yang berpencu. Suara gong datar (tanpa pencu) biasanya agak pencar, menghasilkan beberapa nada sekaligus. Sementara itu, suara gong berpencu biasanya lebih terfokus pada satu nada.
Gbr. 2.18: Ilustrasi gong dengan pemukulnya
Gbr. 2.19: Gong dari Kalimantan, dimainkan di atas sebuah kapal (nampak dari arah belakang) Gbr. 2.17: Lonceng
2.3. Resonator
Bunyi bersumber dari getaran. Getaran dari suatu benda (senar, membran, udara, badan alat musik sendiri, atau listrik) akan meng-hasilkan gelombang bunyi. Gelom-bang itu merambat ke telinga kita melalui medium udara. Jika ge-lombang itu kurang keras (dalam istilah fisika, amplitudonya kecil), akan sulit ditangkap telinga kita. Getaran tersebut bisa diperkuat dengan rongga atau ruang bagian dalam dari suatu alat yang ber-fungsi sebagai resonator. Fungsi resonator ialah menjadikan bunyi yang dihasilkan itu lebih keras.
Seperti telah dijelaskan sebe-lumnya, pusat getaran gong ber-pencu adalah bagian ber-pencunya. Bagian itulah yang harus dipukul. Getaran ini diperkuat oleh rongga atau ruang bagian dalam dari gong yang berfungsi sebagai resonator. Dalam hal ini, gong berbeda dengan alat-alat musik berbentuk bilahan. Alat musik bilahan
Gbr. 2.20: Gangsa jongkok, Bali (nampak tabung atau pipa resonator yang ditaruh di
bawah setiap bilahan)
Gbr. 2.21: Gender, Bali
Gbr. 2.22: Gong pada Gong Renteng, Cirebon
memiliki resonator yang terpisah dari benda utama yang bergetar (yaitu bilahannya). Resonator untuk alat bilahan biasanya berupa rak berongga atau tabung-tabung pipa yang juga berfungsi sebagai tempat bilahan itu bertumpu.
2.4. Nada
Tinggi rendahnya bunyi yang dihasil-kan oleh suatu alat musik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini berbeda antara alat musik yang satu dengan lainnya. Secara umum, ukuran diameter permukaan gong berkaitan dengan tinggi atau ren-dahnya nada. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa makin lebar diameter permukaan gong, makin rendah nadanya, begitu pula sebalik-nya. Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang juga sangat berpengaruh, misalnya: tebal atau tipisnya, dan cembung atau cekungnya permu-kaan gong. Semua faktor ini saling mempengaruhi. Pengetahuan tentang pelarasan
pelarasanpelarasan pelarasan
pelarasan alat merupakan materi yang sangat teknis dan rumit. (Lihat lampiran tentang pembuatan gong).
Secara ringkas dapat dikemuka-kan bahwa, tinggi atau rendahnya nada pada alat musik bilahan ber-gantung pada panjang atau pendek dan tebal atau tipisnya bilahan. Semakin panjang bilah, semakin rendah nadanya. Semakin tipis bilah, semakin rendah nadanya. Hal itu ber-laku pula sebaliknya. Faktor-faktor ini saling mempengaruhi. Di samping itu, masih ada beberapa faktor lain, seperti cembung atau cekungnya lempengan, yang juga bisa mem-pengaruhi tinggi atau rendahnya suara yang dihasilkan oleh bilahan.
Gbr. 2.23: Anak sedang bermain bonang Jawa
Gbr. 2.24: Gong pada Topeng Betawi
Prinsip suling agak mirip dengan prinsip bilahan. Semakin panjang pipa, atau juga semakin lebar diameter tabung/pipa, nadanya akan semakin rendah, dan sebaliknya. Begitu pula dengan alat musik dawai, semakin panjang atau semakin tebal senarnya, nada semakin rendah. Sekali lagi faktor-faktor panjang/lebar atau panjang/tebal tersebut dan beberapa faktor lain lagi saling mempengaruhi tinggi/rendahnya nada. Dalam kasus alat dawai ada beberapa faktor lainnya, seperti: massa senar, ketegangan senar, dan lain-lain.
2.5. Pengaruh Ukuran Gong
Umumnya, permainan melodi lebih mudah menggunakan gong berukuran kecil. Mengapa demikian? Ini disebabkan keadaan dan sifat fisik alat musiknya. Semua gong menghasilkan bunyi dengung atau getaran. Namun, pada gong kecil bunyi itu tidak terlalu lama bertahan,
Gbr. 2.25: Gong dan kempul, gamelan Jawa Tengah (tampak pemain sedang meredam suara kempul)
Gbr. 2.27: Trompong, Bali Gbr. 2.26: Kromong (kiri) dan gong dari ensambel gambang kromong, Betawi
dibandingkan dengan dengung-an gong besar. Lagipula, mem-bunyikan dan meredam gong besar memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu dibandingkan gong kecil. Karena itu, gong besar lebih sulit membawakan melodi dalam tempo cepat. Gong ber-ukuran kecil lebih mudah untuk memainkan melodi. Sambil me-matikan getaran gong yang satu dengan ujung tangan atau
pe-mukul, pemain dapat bergerak memukul gong yang lain. Oleh karena itu, permainan melodi gong kecil terdengar lebih jernih karena tidak terganggu dengan bunyi dengung yang panjang (karena dengungnya bisa cepat dimatikan).
Gbr. 2.28: Gong Kalimantan
2.6. Timbre (warna suara)
Perbedaan warna suara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu di antaranya adalah cara suara dihasilkan (misalnya: dipukul atau dipetik); materi instrumen (misalnya: kayu, logam, kulit, bambu, plastik, kaca) dan alat pemukul, penggesek, atau pemetik (jika ada); ukuran dan bentuk alat; ruang atau tempat pertunjukan (misalnya: di dalam gedung, di alam terbuka, di dekat benda seperti dinding yang memantulkan bunyi).