• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN SCISSOR JUMP DAN QUICK LEAP TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

Ni Made Arnitayani, I Ketut Sudiana, Gede Doddy Tisna MS Jurusan Ilmu Keolahragaan

Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pedidikan Ganesha

e-mail : arnitayani1994@yahoo.com, sudiana67@yahoo.co.id, doddy_ikor2008@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan scissor jump dan quick leap terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan the non-randomized control group pretest posttest design. Subjek penelitian adalah siswa peserta ektrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Penebel tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 48 orang, kemudian dibagi menjadi 3 kelompok dengan menggunakan teknik ordinal pairing, yaitu 16 orang diberikan pelatihan scissor jump, 16 orang diberikan pelatihan quick leap, dan 16 orang kelompok kontrol. Daya ledak otot tungkai diukur dengan test vertical jump. Data yang di dapat dianalisis dengan uji F (one way anova) pada taraf signifikansi (α) = 0,05 dengan bantuan komputer program SPSS 16.0.

Hasil uji-t independent dari kelompok perlakuan scissor jump dan quick leap diperoleh hasil 3,483 dan signifikansi 0,002 yang berarti kedua pelatihan berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Hasil uji F variabel power otot tungkai dari kelompok perlakuan didapat Fhitung sebesar

25,471 dan signifikasi 0,000 yang berarti terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan scissor jump dan quick leap terhadap d ya ledak otot tungkai. Berdasarkan hasil uji least significant difference (LSD), kelompok pelatihan scissor jump lebih baik pengaruhnya sebesar 12.56250 dibandingkan pelatihan quick

leap terhadap peningkatan otot tungkai. .

Kata-kata kunci: scissor jump, quick leap, daya ledak otot tungkai. ABSTRAK

This study aims to determine the effect of training scissor jump and a quick leap to increased leg muscle explosive power. The research is a quasi-experimental design with the non-randomized control group pretest posttest design. Subjects were students in extracurricular participants badminton SMP Negeri 1 Penebel the academic year 2015/2016 of 48 people, then divided into 3 groups using ordinal pairing techniques, ie 16 people are given training scissor jump, 16 people are given training quick leap, and 16 groups control. Explosive power leg muscles was measured by vertical jump test. The data can be analyzed by F test (one way ANOVA) at a significance level (α) = 0.05 with SPSS 16.0.

Independent t-test results of the treatment group and a quick leap scissor jump result 3.483 and 0.002 significance which means both training affect the improvement of leg muscle explosive power. F-test variable limb muscle power of the treatment group gained significance Fhitung 25.471 and 0.000, which means there is a difference between training scissor effect and a quick jump leap towards d ya explosive leg muscle. Based on the test results of least significant difference (LSD), scissor jump training group better than the training effects of 12.56250 quick leap to increased leg muscle.

(2)

PENDAHULUAN

Berbagai macam cabang olahraga sudah mulai berkembang di Indonesia, khususnya olahraga bulutangkis. Olahraga Bulutangkis adalah suatu olahraga raket yang di mainkan oleh dua orang (untuk tunggal) dan dua pasang (untuk ganda) yang saling berlawanan dengan memukul bola (shuttlecock) sampai melewati net. Menurut Subardjah (dalam Prayadi : 2013) Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock dan menjatuhkan di daerah permainan sendiri. Menurut Kemenegpora (dalam Widhinata : 2010) Perkembangan prestasi olahraga khususnya bulutangkis di Indonesia semakin hari semakin menurun, seperti kita tahu bahwa bulutangkis merupakan olahraga yang dapat mengharumkan nama Indonesia di level Internasional, namun akhir-akhir ini prestasi perbulutangkisan Indonesia kurang memuaskan. Permainan bulutangkis ini sendiri tidak hanya terkenal di dunia, di pedesaan pun permainan bulutangkis ini sering di mainkan untuk kesenangan semata. Tetapi akhir-akhir ini sudah banyak muncul talenta atau bakat dari anak pedesaan. Hanya saja masalah yang di temukan saat ini adalah kurangnya pelatihan-pelatihan yang serius dari guru maupun pelatih.

SMP Negeri 1 Penebel adalah sekolah yang sudah bertaraf nasional. Banyak cabang olahraga yang diekstrakan oleh sekolah ini. Sesuai hasil observasi dengan salah satu guru olahraga SMP Negeri 1 Penebel yaitu bapak I Ketut Arya S.Pd mengatakan bahwa Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang mengangkat nama sekolah ini di kabupaten Tabanan. Pada tahun 2012 SMP Negeri 1 Penebel berhasil menyumbangkan 2 medali emas dan 3 medali perak dalam berbagai kategori di cabang olahraga bulutangkis. Tahun 2013 SMP Negeri 1 Penebel mendapatkan 3 medali emas dan 1 medali perunggu dalam Porsenijar Kabupaten Tabanan.

Pada tahun 2014 SMP Negeri 1 Penebel mendapat 1 emas 3 perunggu dalam Porsenijar Kabupaten Tabanan. Pada tahun 2015 bulutangkis di SMP Negeri 1 Penebel mengalami fluktuasi dan mengalami penurunan prestasi, itu dapat di lihat dari Porsenijar hanya mendapatkan medali perak dan perunggu. Tetapi SMP Negeri 1 Penebel tidak vakum begitu saja dalam pertandingan-pertandingan bulutangkis. Bilamana ada kejuaraan, siswa yang mempunyai talenta atau bakat dalam olahraga bulutangkis akan di berikan kesempatan dan pengalaman untuk mengikuti kejuaraan tersebut dan di biayai oleh sekolah sendiri. Banyak faktor kemungkinan yang menyebabkan terjadinya fluktuasi di SMP Negeri 1 Penebel diantaranya pelatihan yang kurang dalam ekstrakurikuler dan latihan yang diberikan monoton.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya fluktuasi dalam cabang bulutangkis di SMP Negeri 1 Penebel diantaranya kurangnya kebugaran fisik pada siswa di sekolah tersebut. Kebugaran fisik didefinisikan sebagai, “Kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak’’ (Nala, 1998 : 7). Dalam permainan bulutangkis biasanya pada saat melakukan neting atau pengambilan bola di depan net anak-anak malas untuk melangkah maju, itu diakibatkan oleh kondisi fisik anak dalam daya ledak otot tungkainya kurang. Daya ledak sangat di perlukan dalam semua jenis olahraga khususnya dalam olahraga bulutangkis karena pada saat neting kemampuan otot untuk mengatasi tahanan dengan kontraksi yang sangat cepat. Pada umumnya anak-anak dalam tingkat SMP kurang menerima dengan baik bentuk-bentuk latihan yang diberikan untuk meningkatkan kondisi fisik. Sama halnya seperti pemberian latihan pada pembinaan kondisi fisik yang diberikan khususnya untuk melatih daya ledak otot

(3)

tungkai belum menggunakan pelatihan yang baik. Ini dapat dilihat dari hasil observasi ke lapangan pada saat ekstrakurikuler Bulutangkis di SMPN 1 Penebel berlangsung. Pelatihan yang diberikan gerakannya masih umum seperti lari bolak-balik, lari keliling lapangan, sprint dan loncat-loncat di tempat. Hal tersebut bisa berpengaruh atau berdampak pada prestasi anak tersebut. Agar tidak terjadi masalah berkepanjangan perlu kiranya di carikan solusi untuk dapat mengatasinya, sehingga nantinya siswa akan dapat berlatih dengan bersungguh-sungguh dan merasakan manfaat dari pelatihan yang telah di ubah serta menjauhkan rasa jenuh bagi siswa. Salah satu cara untuk memecahkan masalah ini adalah dengan cara memberikan pelatihan yang baik dan benar dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai, Program pelatihan harus dapat dilakukan secara cermat, sistematis, teratur, selalu meningkat, mengikuti prinsip-prinsip serta metode latihan yang akurat agar tercapai tujuan yang diharapkan. Menurut Harsono (dalam Pranata, 2013 : 2) “Dewasa ini dunia olahraga mengenal berbagai macam pelatihan untuk melatih komponen-komponen kondisi fisik antara lain; interval training, continous training, weight training, circuit training dan sebagainya”. Diantara pelatihan-pelatihan tersebut, yang diberikan sebagai alternatif untuk meningkatkan daya ledak (power) otot tungkai adalah metode latihan plaiometric scissor jump. Scissor jump adalah pelatihan yang bekerja untuk otot punggung bagian bawah extensors pinggul, hamstrings, dan quadriceps. Gerakan awal latihan scissor jump juga sama dengan latihan split jump. Akan tetapi, pada puncak loncatan posisi kaki di balik, yaitu kaki depan ke belakang dan kaki belakang ke depan. Pada saat terjadi pergantian kaki di udara dilakukan dengan cepat sebelum mendarat. Quick Leap merupakan latihan yang memerlukan permukaan pendaratan yang agak lunak seperti rumput atau matras gulat dan bangku, tempat duduk tanpa sandaran atau kotak dengan ketinggian kira-kira 12-24 inci. Kelompok utama yang di

pengaruhi adalah fleksors pinggul, quadriceps, gluteals, punggung bagian bawah, shoulder girdle. Struktur pelatihannya adalah dengan kedua kaki ambillah posisi setengah tegak menghadap kotak (kira-kira 15-20 inci). Lengan berada di samping badan dan siku agak di tekuk. Selanjutnya loncatlah kekotak dengan ledakan penuh dari posisi awal yang di bantu dengan ayunan lengan. Pada saat bergerak di udara pertahankan ketinggian lutut dan pinggul depan dan lipatlah kaki di bawah pantat. Pada saat mendarat posisi kaki rata di atas kotak ambillah posisi semi squat untuk mengatasi goyangan. Kemudian segeralah menolak kedepan lagi serta bentangkan dan luruskan tubuh.

Dilihat dari hal tersebut maka peneliti mencoba menerapkan metode latihan quick leap dan scissor jump pada siswa SMP Negeri 1 Penebel yang mengikuti ekstra kurikuler bulutangkis yang nantinya dapat memberikan kontribusi yang baik dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai dalam olahraga bulutangkis serta meningktakan prestasi siswa SMP Negeri 1 Penebel khususnya dalam cabang olahraga bulutangkis. METODE

Menurut Fox et al (dalam Kanca, 2004) Pelatihan fisik adalah, “Suatu proses latihan fisik yang terprogram secara sistematis, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban semakin bertambah secara bertahap, serta untuk mempersiapkan atlet pada tingkat tertinggi penampilannya. Dalam penelitian ini peningkatan secara progresif dengan intensitas 70%-80% dari denyut nadi optimal dan penurunan repetisi pada akhir pelatihan agar pelatihan tersebut mendapatkan hasil yang efektif yang sesuai dengan sistem yang disebut step type approach atau sistem tangga. Dengan pertimbangan subyek penelitian ini adalah siswa yang merupakan pemula dalam aktivitas olahraga bukan atlet yang memiliki umur berkisar 11 – 14 tahun. Dengan intensitas tersebut tidak akan membahayakan bagi tubuh karena

(4)

pelatihan diberikan berdasarkan denyut nadi optimal.

pelatihan yang dilakukan dalam penelitian ini selama 3 kali seminggu. Dalam penelitian ini frekuensi pelatihan yang digunakan adalah 3 kali seminggu yaitu rabu, jumat, dan minggu. Lamanya pelatihan adalah selama 4 minggu atau 12 kali pelatihan diluar dari pelaksanaan tes awal (pre – test) dan tes akhir (post – test ). ”Penelitian ini merupakan jenis penelitian semu dimana Eksperimen yang penelitiannya hanya ke beberapa aspek saja yang dikendalikan sesuai dengan tujuannya yaitu memperoleh informasi yang merupakan dari eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan”. (Kanca, 2010: 66). Adapun bentuk pelatihan yang digunakan disini yaitu scissor jump dan quick leap. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah the non-randomized control group pretest posttest design” Kanca (2010: 94).

Berdasarkan rancangan penelitian diatas, maka pelaksanaan penelitian diawali dengan melakukan pendataan atau pengumpulan siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Penebel Tahun Pelajaran 2015/2016 yang ditetapkan sebagai sampel atau subjek penelitian. Pada penelitian ini, subjek yang akan diteliti berjumlah 48 orang. Setelah menentukan subjek penelitian, kemudian diberikan tes awal atau pre-test (T1) terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal, adapun tes yang digunakan adalah pengukuran daya ledak otot tungkai dengan standing broad jump. Berdasarkan hasil tes awal yang diperoleh, subjek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok dengan menggunakan metode OP (ordinal pairing). Kelompok pertama (K1) berjumlah 16 orang adalah kelompok perlakuan (X1) yang diberikan pelatihan scissor jump. Kelompok kedua (K2) berjumlah 16 orang adalah kelompok perlakuan (X2) yang diberikan pelatihan quick leap. Kelompok ketiga (K1) berjumlah 16 orang (X0) merupakan kelompok kontrol yang diberikan aktivitas olahraga konvensional.

Pelatihan akan diberikan selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu dan intensitas 70%-80% denyut nadi optimal. Setelah subjek diberikan pelatihan selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan, ketiga kelompok diberikan tes akhir atau post-test (T2) dengan melakukan tes standing broad jump untuk mengukur daya ledak otot tungkai. Kemudian hasil pre-test (T1) dan post-test (T2) dari kedua kelompok tersebut dibandingkan berdasarkan kelompoknya masing-masing.

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Penebel pada tahun pelajaran 2015/2016 yang beralamat di Jalan Mengesta, Kec. Penebel, Kab. Tabanan. Sedangkan pelatihan akan dilaksanakan di lapangan umum Penebel dan lapangan Bulutangkis desa Penebel yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Penebel, di Tabanan. Dalam penelitian ini jumlah subjek penelitian yang digunakan sebanyak 48 orang yang diambil pada siswa peserta ektrakurikuler bulu tangkis SMP Negeri 1 Penebel tahun pelajaran 2015/2016.

Berdasarkan hasil tes awal subjek yang berjumlah 48 orang akan dibagi menjadi 3 kelompok dengan cara ordinal pairing (OP) atau ranking. Secara sederhana validitas adalah ukuran yang menyatakan ketepatan tujuan tes (alat ukur) dan memnuhi persyaratan pembuatan tes” (Ismaryati, 2008: 14). Menurut Ismaryati (2008: 19) Reabilitas suatu tes menunjukkan, “Derajat keajegan hasil yang diperoleh dari beberapa kali pengetesan terhadap subjek yang sama, alat ukur yang sama, dan prosedur yang sama”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes vertical jump untuk mengukur daya ledak otot tungkai. Menurut Sargentr (dalam Nurhasan : 2000) “Untuk pria dan wanita usia 9 tahun sampai dewasa, guna mengukur power tungkai, dengan cara melompat tegak ke atas. Koefisien reliabilitas 0,93 dan validitas 0,78 “

Pengumpulan data merupakan tahapan yang paling penting dalam penelitian untuk mendapatkan hasil yang

(5)

diinginkan. Data penelitian ini diperoleh dari hasil pengukuran variabel terikat yaitu daya ledak. Data-data tersebut merupakan data yang didapat dari tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Pada masing-masing kelompok perlakuan pelatihan scissor jump dan quick leap dan kelompok kontrol. Pelaksanaan tes akhir dilaksanakan setelah kelompok perlakuan diberikan pelatihan selama 12 kali pelatihan dengan menggunakan vertical jump untuk mengukur daya ledak. Pelaksanaan tes akhir dilakukan sebelum subjek mendapatkan istirahat lebih dari 48 jam setelah melakukan pelatihan. Kemudian selanjutnya dianalisis berdasarkan dari nilai masing-masing kelompok dengan menggunakan metode statistik.

Dalam suatu penelitian setelah data diperoleh, akan dilakukan analisis data untuk memperoleh kesempurnaan hasil penelitian. Sebelum melakukan analisis data, harus dilakukan uji persyaratan dan uji hipotesis data. Uji prasyarat yang harus dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa subjek berdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas data menggunakan uji lilliefors dengan bantuan statistic product service solution (SPSS) 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi F lebih dari α (0,05), maka subjek berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikansi F kurang dari α (0,05), maka subjek bukan berdistribusi normal (Santoso, 2011: 190). Uji homogenitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data dari subjek memiliki variasi yang sama. Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05 . Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi levene lebih dari α (0,05), maka variasi subjek adalah sama atau homogen, sedangkan jika signifikansi levene kurang dari α (0,05) maka variasi setiap subjek tidak sama atau tidak homogen (Santoso, 2011:242).

Uji hipotesis pengaruh pelatihan scissor jump dan quick leap terhadap daya ledak, menggunakan uji one way anova dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikasi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikasi F kurang dari α (0,05), maka terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok. Sedangkan jika nilai signifikasi F lebih dari α (0,05), maka tidak terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok (Santoso, 2011: 243). Jika terdapat perbedaan dari masing-masing kelompok maka perlu dilakukan uji lanjut atau uji pembanding berganda untuk mengetahui apakah pelatihan scissor jump atau pelatihan quick leap yang lebih baik pengaruhnya terhadap daya ledak otot tungkai. Dalam penelitian ini, uji pembanding yang digunakan adalah uji least significant difference (LSD) dengan bantuan SPSS 16.0. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikasi LSD lebih dari α (0,05) maka hipotesis ditolak, sedangkan jika nilai signifikasi LSD kurang dari α (0,05) maka hipotesis diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian scissor jump dan quick leap terhadap daya ledak otot tungkai terdiri dari data posttest yang diambil pada akhir kegiatan penelitian yaitu setelah subjek penelitian diberikan perlakuan selama 12 kali pelatihan. Deskripsi data dari hasil penelitian daya ledak otot tungkai dengan intrumen vertical jump terdiri dari data pre-test dan post-test yang diambil dari subjek penelitian. Data pre-test diambil pada awal kegiatan penelitian sebelum subjek penelitian diberikan pelatihan quick leap sedangkan data post-test diambil setelah subjek penelitian diberikan pelatihan quick leap. Pelatihan quick leap diberikan sebanyak 12 kali pelatihan. Deskripsi hasil pre-test daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan quick leap diperoleh nilai rata-rata 42,44 dengan nilai tertinggi 57,00 nilai terendah 27,00 dan standar deviasi 9,58 sedangkan data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan quick leap diperoleh

(6)

nilai rata-rata 55,06 dengan nilai tertinggi 69,00 nilai terendah 41,00 dan standar deviasi 9,68. Untuk deskripsi data dari hasil penelitian daya ledak otot tungkai dengan intrumen vertical jump terdiri dari data pre-test dan post-test yang diambil dari subjek penelitian. Data pre-test diambil pada awal kegiatan penelitian sebelum subjek penelitian diberikan pelatihan sedangkan data post-test diambil setelah subjek penelitian diberikan pelatihan. Deskripsi hasil pre-test daya ledak otot tungkai pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 42,75 dengan nilai tertinggi 56,00 nilai terendah 28,00 dan standar deviasi 9,40 sedangkan data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 43,06 dengan nilai tertinggi 56,00 nilai

terendah 28,00 dan standar deviasi 9,44 dari data pre-test dan post-test dapat dilihat tidak ada peningkatan yang signifikan.

Pengujian terhadap normalitas data penelitian dilakukan pada data post test dari data daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan scissor jumpe, quick leap dan kelompok kontrol yang menggunakan uji lilliefors dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi () 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika signifikansi yang diperoleh >  (sig > 0,05), maka subjek berdistribusi normal. Sebaliknya, jika signifikansi yang diperoleh < , maka subjek bukan berdistribusi normal.

Tabel 1.

Hasil Uji Normalitas Data

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Daya ledak Kelompok scissor_jump .097 16 .200 * .975 16 .909 Kelompok quick_leap .111 16 .200 * .941 16 .362 Kelompok kontrol .126 16 .200* .934 16 .286

Dari hasil uji normalitas data yang menggunakan uji lilliefors dengan bantuan SPSS 16.0,untuk kelompok pelatihan scissor jump diperoleh hasil statistik sebesar 0,97 dengan signifikansi 0,200. Sedangkan untuk kelompok pelatihan quick leap diperoleh hasil statistik sebesar 1,11 dengan signifikansi 0,200. Dan pada kelompok kontrol diperoleh hasil statistik sebesar 1,26 dengan signifikansi 0,200. Jika nilai signifikansi yang diperoleh > α, maka subjek berdistribusi normal. Dengan demikian, nilai signifikansi 0,200 > 0,05, sehingga data yang diuji berdistribusi normal

Uji homogenitas data dilakukan terhadap data post-test dari data ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan scissor jump, pelatihan quick leap dan kelompok kontrol yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan, yaitu jika nilai signifikansi yang diperoleh > , maka variansi setiap subjek sama (homogen). Sedangkan, jika signifikansi yang diperoleh < , maka variansi setiap subjek tidak sama (tidak homogen). Ringkasan hasil uji levene dengan bantuan SPSS 16,0.

Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Data

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

daya_ledak Based on Mean .076 2 45 .927

(7)

Based on Median and with adjusted df

.062 2 43.737 .940

Based on trimmed

mean .079 2 45 .924

Dari hasil uji homogenitas data yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0, diperoleh nilai uji 0,076 dengan signifikansi 0,927 untuk variabel daya ledak otot tungkai. Jika nilai signifikansi yang diperoleh > , maka variansi setiap subjek sama (homogen). Dengan demikian, nilai signifikansi 0,927 > 0,05, sehingga data yang diuji berasal dari data yang homogen.

Pada penelitian ini data yang diperoleh di analisis dengan uji F (one way anova) dan uji LSD dengan taraf signifikansi (α) 0,05 dengan bantuan statistic product service solution (SPSS) 16.0. Pada penelitian ini data yang diperoleh di analisis dengan uji F (one way anova) dan uji LSD dengan taraf

signifikansi (α) 0,05 dengan bantuan statistic product service solution (SPSS)

16.0.

Hipotesis pelatihan scissor jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai diuji dengan Thitung dengan bantuan statistic product service solution (SPSS) 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai uji Thitung memiliki signifikansi lebih kecil dari α (sig thitung < 0,05) berarti terdapat peningkatan yang signifikan dari perlakuan yang diberikan. Sedangkan apabila nilai signifikansi thitung lebih besar dari α (sig > 0,05) berarti tidak ada peningkatan yang signifikan dari perlakuan yang diberikan.

Tabel 3. Hasil Uji-t Independent

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Daya ledak Equal variances assumed .101 .752 3.48 3 30 .002 12.56250 3.60682 5.19640 19.92860 Equal variances not assumed 3.48 3 29.890 .002 12.56250 3.60682 5.19527 19.92973

Data yang diuji adalah data post-test power otot tungkai kelompok perlakuan pelatihan quick leap Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.7. Hasil uji t-independent data daya ledak otot tungkai

diperoleh nilai Thitung sebesar 3,483 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Karena nilai signifikansi 0,002 < 0,05, maka terdapat peningkatan terhadap daya ledak otot tungkai. Nilai signifikansi 0,002

(8)

data daya ledak otot tungkai lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis “pelatihan quick leap berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai”, diterima

Tabel 4.

Hasil Uji One Way Anova

ANOVA

daya_ledak

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 5050.125 2 2525.063 25.471 .000 Within Groups 4461.125 45 99.136

Total 9511.250 47

Data yang diuji adalah data post-test daya ledak otot tungkai kelompok perlakuan pelatihan scissor jump dan kelompok kontrol. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.7. Hasil uji one way anova data daya ledak otot tungkai diperoleh nilai Fhitung sebesar 25,471 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok. Nilai signifikansi 0,000 data daya ledak otot tungkai lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis “pelatihan scissor jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai”, diterima.

Hipotesis terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan scissor jump dan pelatihan quick leap terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai diuji menggunakan uji one way anova dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika nilai signifikansi one way anova lebih kecil α (sig one way anova < 0,05), maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok, sedangkan jika nilai signifikan one way anova lebih besar α (sig one way anova > 0,05), maka tidak terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok. Data yang diuji adalah data post-test kelompok perlakuan pelatihan scissor jump, pelatihan quick leap dan kelompok kontrol untuk daya ledak otot tungkai. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.7.

Hasil uji one way anova satu jalur daya ledak otot tungkai diperoleh nilai

Fhitung sebesar 25,471 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok. Nilai signifikansi Fhitung 0,000 data daya ledak otot tungkai lebih kecil dari nilai α (sig one way anova < 0,05), sehingga hipotesis “terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan scissor jump dan pelatihan quick leap terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai”, diterima..

Karena terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan scissor jump dan pelatihan quick leap terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai, maka dilakukan uji lanjut atau uji pembanding least significant difference (LSD) untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan, jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dilakukan dengan cara membedakan nilai terbesar pada mean difference atau perbedaan rata-rata. Sehingga pelatihan yang mendapat nilai terbesar merupakan pelatihan yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan.

(9)

Tabel 5.

Hasil Uji LSD Data Daya Ledak Otot Tungkai

Multiple Comparisons

Dependent Variable: daya_ledak LSD

(I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Kelompok scissor jump Kelompok quick_leap 12.56250 * 3.52023 .001 5.4724 19.6526 kelompok_kontr ol 25.12500 * 3.52023 .000 18.0349 32.2151 Kelompok quick leap Kelompok scissor_jump -12.56250 * 3.52023 .001 -19.6526 -5.4724 kelompok_kontr ol 12.56250 * 3.52023 .001 5.4724 19.6526 Kelompok kontrol Kelompok scissor_jump -25.12500 * 3.52023 .000 -32.2151 -18.0349 Kelompok quick_leap -12.56250 * 3.52023 .001 -19.6526 -5.4724 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Hasil uji least significant difference (LSD) diperoleh nilai signifikansi untuk kelompok scissor jump sebesar 0,000, kelompok quick leap sebesar 0,001 dan kelompok kontrol sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada semua kelompok. Selanjutnya, dilihat dari hasil mean difference daya ledak otot tungkai diperoleh perbandingan kelompok pelatihan scissor jump lebih besar dibandingkan dengan kelompok pelatihan quick leap 12.56250 dan kelompok pelatihan scissor jump lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar 25.12500. Hasil mean difference dari kelompok pelatihan quick leap lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan scissor jump sebesar -12.56250 dan kelompok pelatihan quick leap lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 12.56250. Sedangkan hasil mean difference pada kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok scissor jump sebesar -25.12500 dan kelompok kontrol

lebih kecil dibandingkan kelompok quick leap sebesar -12.56250.

Jadi, dari hasil uji least significant

difference (LSD) daya ledak otot tungkai

pelatihan

scissor

jump

mempunyai

pengaruh yang lebih baik terhadap

peningkatan daya ledak otot tungkai dari

pada pelatihan quick leap dengan hasil

mean difference sebesar 12.56250

PEMBAHASAN

Pelatihan

scissor

jump

Berpengaruh Terhadap Peningkatan Daya

Ledak Otot Tungkai Secara teoritis hasil

pelatihan scissor jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: Scissor jump adalah pelatihan yang bekerja untuk otot punggung bagian bawah extensors pinggul, hamstrings, dan quadriceps. Gerakan awal latihan scissor jump juga sama dengan latihan split jump. Akan tetapi, pada puncak loncatan posisi kaki di balik, yaitu kaki depan ke belakang

(10)

dan kaki belakang ke depan. Pada saat terjadi pergantian kaki di udara dilakukan dengan cepat sebelum mendarat, ulangi lompatan tersebut untuk tungkai kaki yang lain. Lakukan 2-3 set, jumlah ulangan 5-8 kali, dan waktu istirahat kira-kira 2 menit diantara set. Ketika melompat tentu diperlukan kekuatan untuk menahan beban yaitu berat tubuh. Untuk mendapatkan kekuatan maka diperlukan kontraksi otot yang kuat. Sementara unsur kecepatan ada karena gerakan melompat dilakukan secepat-cepatnya atau tiba-tiba ini hanya bisa dilakukan jika kontraksi pada otot tungkai berlangsung cepat. Untuk mendapatkan kontraksi otot yang kuat dan cepat maka harus dilatih dengan latihan yang menyebabkan kontraksi kuat dan cepat pula yaitu pelatihan scissor jump. Jadi gerakan pada pelatihan scissor jump sudah melatih unsur kekuatan dan kecepatan oleh karena itu pelatihan ini akan memberikan dampak yang sangat baik untuk peningkatan daya ledak.

Pelatihan quick leap Berpengaruh Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai Pelatihan quick leap berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Metode pelatihan quick leap dengan diberikannya penambahan beban secara bertahap dan progresif baik dari set atau repetisi setiap latihan per minggu. Sebagai bentuk pelatihan dengan sistem energi anaerob, metode ini memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai yang merupakan faktor yang dominan dalam menunjukkan kemampuan tubuh seseorang serta kemampuan daya ledak otot tungkai akan memberikan gambaran terhadap besarnya kemampuan motorik (motoric power). Pelatihan quick leap ini merupakan suatu pelatihan yang menggunakan sistem energi predominan anaerob yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan dinamis yang cepat dari otot-otot yang terlibat. Quick Leap merupakan latihan yang memerlukan permukaan pendaratan yang agak lunak seperti rumput atau matras gulat dan bangku, tempat duduk tanpa sandaran atau kotak dengan

ketinggian kira-kira 12-24 inci. Kelompok utama yang di pengaruhi adalah fleksors pinggul, quadriceps, gluteals, punggung bagian bawah, shoulder girdle. Struktur pelatihannya adalah dengan kedua kaki ambillah posisi setengah tegak menghadap kotak (kira-kira 15-20 inci). Metode pelatihan quick leap dengan diberikannya penambahan beban secara bertahap dan progresif baik dari set atau repetisi setiap latihan per minggu. Sebagai bentuk pelatihan dengan sistem energi anaerob, metode ini memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai yang merupakan faktor yang dominan dalam menunjukkan kemampuan tubuh seseorang serta kemampuan daya ledak otot tungkai akan memberikan gambaran terhadap besarnya kemampuan motorik (motoric power). Pelatihan quick leap ini merupakan suatu pelatihan yang menggunakan sistem energi predominan anaerob yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan dinamis yang cepat dari otot-otot yang terlibat.

Perbedaan

Pengaruh

Antara

Pelatihan Scissor Jump Dan Quick Leap

Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot

Tungkai Dimana Pelatihan Scissor Jump

Lebih Baik Daripada Pelatihan Quick

Leap

. Pelatihan scissor jump dan pelatihan quick leap memiliki mekanisme gerakan yang berbeda. Scissor jump adalah pelatihan yang bekerja untuk otot punggung bagian bawah extensors pinggul, hamstrings, dan quadriceps. Gerakan awal latihan scissor jump juga sama dengan latihan split jump. Akan tetapi, pada puncak loncatan posisi kaki di balik, yaitu kaki depan ke belakang dan kaki belakang ke depan. Pada saat terjadi pergantian kaki di udara dilakukan dengan cepat sebelum mendarat. Pelatihan quick leap gerakannya hanya ke atas dan mendarat turun saja sehingga kontraksi otot-otot tungkai ketika bergerak lebih dominan otot-otot untuk pergerakan atas dan mendarat turun tanpa ada pergantian kaki dengan cepat, hal ini mengakibatkan adaptasi fisiologis otot lebih kepada pergerakan keatas lalu mendarat kebawah. Selain itu dengan adanya

(11)

gerakan quick leap pada pelatihan ini maka lebih cenderung untuk perkembangan kelentukan juga karena disaat meloncat sebelum mendarat badan di lentingkan. Sedangkan pelatihan scissor jump gerakannya dengan cepat melompat dengan pergantian dua kaki saat melayang di udara, itu mengakibatkan gerakan pada pelatihan scissor jump mengakibatkan lebih dominan ke daya ledak otot tungkai. Dengan perbedaan mekanisme gerakan di atas, maka pelatihan scissor jump memiliki pengaruh lebih baik daripada pelatihan quick leap terhadap daya ledak otot tungkai.

Penelitian ini terbatas pada pengaruh pelatihan scissor jump dan quick leap terhadap daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler SMP Negeri 1 Penebel tahun pelajaran 2015/2016. Subjek pada penelitian ini memiliki kisaran umur 11 – 14 tahun. pelaksanaan program pelatihan ini yaitu setiap hari selasa dan jumat, minggu yaitu mulai pukul 15.00-16.30 WITA. Tempat pelaksanaan program pelatihan ini yaitu di lapangan bulutangkis Desa Penebel, Kec. Penebel, Tabanan. Intrumen yang digunakan untuk mengukur daya ledak otot tungkai adalah tes vertical jump. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian pelatihan scissor jump dan quick leap terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Penebel tahun pelajaran 2015/2016, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: Pelatihan scissor jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Penebel tahun pelajaran 2015/2016 Pelatihan quick leap berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Penebel tahun pelajaran 2015/2016. Ada perbedaan pengaruh antara pelatihan scissor jump dan quick leap terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ektrakurikuler bulutangkis

SMP Negeri 1 Penebel tahun pelajaran 2015/2016, dimana pelatihan scissor jump lebih baik daripada pelatihan quick leap.

Berdasarkan hasil penelitian ini, hal-hal yang dapat disarankan sebagai berikut: Bagi pelatih olahraga disarankan dapat menggunakan pelatihan scissor jump dan quick leap sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai. Bagi atlet sebelum melaksanakan program pelatihan scissor jump dan quick leap perlu memperhatikan set dan repetisi yang pas karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan untuk penggunakan variabel dan sampel penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Antony, Catherine P. & Thibodeau. 1983. Textbookof Anatomy & Fisiology. Elevent Edition, USA: C.V Mosby Company.

Budiarta, Made Danu. 2010. Pengaruh Pelatihan Plyometrik Loncat Bangku Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Mahasiswa Jurusan Penjaskesrek FOK Undiksha Singaraja. Tersedia pada sumber: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/J HS/article/download/57/52. diakses pada tanggal 30 Juli 2013.

Bompa, Tudor. 2009. Periodization Theory and Methodology of Training. Kanada: Human Kinetics.

Furqon & Doewes. 2002. Plaiometrik Untuk Meningkatkan Power, Surakarta: Program Study Ilmu

Keolahragaan Program

pascasarjana Universitas Sebelas Maret..

Ismaryati. 2009. Tes dan Pengukuran Olahraga, Surakarta: Lembaga Pengembangan pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).

(12)

Kanca, I Nyoman. 2010. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Tesis_(tidak diterbitkan). Singaraja:Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

---, 2004. Pengaruh Pelatihan Fisik Aerobik dan Anaerobik terhadap Absorpsi Karbohidrat dan Protein. Disertasi (tidak diterbitkan). Surabaya: Program Pasca Sarjana UNAIR.

---, 1990. Pengaruh Pelatihan Lari Percepatan dan Latihan Lari Cepat Berselang terhadap Daya Ledak dan Kecepatan. Tesis_(tidak diterbitkan). Surabaya: Fakultas Pasca Sarjana Universitas Airlangga.

Nala, Ngurah. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: UNUD ---, 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga.

Denpasar: UNUD

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga, Jakarta: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Pekik, Irianto Djoko. 2002. Dasar Kepelatihan, Yogyakarta: Surat Perjanjian Pelaksanaan Penulisan Diklat.

Santoso, Singgih. 2011. Mastering SPSS Versi 19. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sajoto, Muchamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik, Yogyakarta: Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

Widjaja, Surya. 1998. The Anatomy of Motion. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menentukan berapa besar tahanan suatu kapal dengan mengunakan metode statistik ini dilakukan dengan cara mengambil contoh dari beberapa kapal pembanding

Kecepatan angin terbesar dari seluruh rekaman adalah 89 knot yang terjadi pada tgl 8 Juni 2007dari arah Utara (1 rekaman), kedua 78 knot dari arah Barat terjadi pada 14 Mei 2006

Dapat dijadikan salah satu sumber informasi, referensi ataupun acuan dalam perancangan dan pembuatan sistem serupa, sehingga menjadi tambahan pengetahun bagi

Penatagunaan Tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan

(ASSA Rent) Cabang Bandung untuk mengetahui besarnya pengaruh kualitas layanan dan citra merek terhadap niat beli kembali jasa sewa

Namun demikia n dalam penelitian ini, peneliti berusaha fokus untuk meneliti tentang prosedur pelaksanaan Pemilukada beserta penyelesaian sengketa hasil dalam UU

Sehubungan dengan itu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada tahun 2011 merencanakan pengembangan kedelai pada area 1,036 juta ha dengan produktivitas 1,5 t/ha guna mencapai

Sumber emisi pertanian berasal dari emisi CO2 penggunaan pupuk urea bagi tanaman pangan seperti sawah, CH4 dari dekomposisi bahan organik, biomassa diabaikan karena