• Tidak ada hasil yang ditemukan

UTANG PAJAK REKLAME DAN UPAYA PENAGIHANNYA DALAM PERSPEKTIF PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UTANG PAJAK REKLAME DAN UPAYA PENAGIHANNYA DALAM PERSPEKTIF PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UTANG PAJAK REKLAME DAN UPAYA PENAGIHANNYA DALAM PERSPEKTIF PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG

PAJAK DAERAH

( Studi di Wilayah Kota Samarinda ) ABSTRAKSI

Ery Irawan, NIM: 08.1001.5049. Utang Pajak Reklame dan Upaya Penagihannya Dalam Perspektif Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, (di bawah bimbingan Bapak Purwanto S.H., M.H dan Ibu Erna Susanti, S.H., M.H). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang

bagaimana timbulnya utang pajak reklame bagi wajib pajak dan upaya penagihannya dalam perspektif Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah). Penelitian ini difokuskan pada upaya penagihan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah kepada wajib pajak reklame yang mempunyai utang pajak reklame dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda.Data-data yang sajikan berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh dengan mengumpulkan data-data yang relevan dengan cara wawancara ke lokasi penelitian Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda dan Pelaku usaha yang menyelenggarakan reklame. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan dengan menggunakan landasan teoritis yang digunakan adalah Hukum dan Penegakan Hukum dan Sistem Perpajakan daerah di Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan Reklame adalah alat untuk mempromosikan barang/jasa yang dipasang untuk menarik perhatian umum. Setiap penyelenggaraan reklame dikenakan pajak yang di atur dalam Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan Reklame. Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui sektor Pajak reklame Pemerintah Daerah Kota Samarinda membuat Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Dalam penelitian ini yang difokuskan adalah bagaimana timbulnya utang pajak reklame bagi wajib pajak dalam Perspektif Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah) dan upaya Penagihannya yang dilakukan oleh Dispenda Kota Samarinda. Dalam merumuskan Pajak Reklame, Pemerintah Kota Samarinda juga harus dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat umum yang khususnya pelaku usaha yang menyelenggarakan reklame sehingga masyarakat dengan sadar membayar Pajak Daerah, tetapi disisi lain juga menghendaki adanya kepastian bahwa pemungutan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang sebenarnya. Sehingga implementasi dari Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah terhadap pengguna Jasa reklame di Kota Samarinda dapat dilakukan secara tepat. Pelaksanaan dari proses penegakan peraturan daerah Kota Samarinda jujga harus lebih tegas. Agar masyarakat atau wajib pajak mengetahui Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah beserta sanksinya. Sehingga pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah terhadap pemungutan reklame dapat dilakukan secara efektif.

(2)

PENDAHULUAN

Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, oleh karena itu menempatkan pajak sebagai suatu perwujudan kewajiban kenegaraan dalam gotong royong nasional merupakan peran serta masyarakat dalam pembiayaan pembangunan nasional. Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional, maka pelaksanaan pembangunan harus dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan di seluruh Tanah Air, dan ini tidak terlepas dari adanya pembangunan daerah yang bagian penting dari pembangunan nasional. Guna memperlancar pembangunan nasional, maka diperlukan penerimaan Negara yang bersumber dari Pungutan Pajak Daerah. Pajak Daerah merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran wajib pajak untuk langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan Pembangunan Daerah.

Salah satu sumber penerimaan yang dipungut oleh pemerintah Kota Samarinda berasal dari pajak reklame. Untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan Peraturan Daerah tentang Pajak Reklame yang akan jadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak reklame, di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.1

Pajak Reklame di kota Samarinda merupakan salah satu alternatif pemerintah dalam pembiayaan pemerintahan daerah untuk pengeluaran pembangunan di bidang ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat. Hal ini yang memberikan dorongan bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda untuk lebih menegakan Peraturan Daerah dalam pemungutan pajak terhadap pelaku usaha selaku wajib pajak. Namun dalam kenyatannya masih banyak para pelaku usaha selaku wajib pajak tidak melakukan kewajibannya. Indikatornya, terdapat tunggakan utang pajak dari wajib pajak dalam penyelenggaraaan reklamenya. Dilihat dari data Dinas Pendapatan Kota Samarinda dari bulan januari tahun 2011 sampai bulan desember 2011 jumlah wajib pajak wilayah Samarinda tercatat sekitar 3.626 wajib pajak reklame dan penunggakan utang pajak reklame sekitar 1.652 wajib pajak reklame. Masalah yang yang dialami oleh pihak Dispenda Kota Samarinda didalam pelaksanaannya berupa keterlambatan wajib pajak dalam pembayaran pajak secara tidak tepat waktu. Dampak ini secara tidak langsung menghambat pendapatan anggaran daerah dan berakibat langsung pada perekonomian serta kesejahteraan masyarakat.2

Namun dengan ketentuan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Kota Samarinda melalui Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah kepada wajib pajak dalam mengurus pajaknya sering menemui kendala dan hambatan. Dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai perpajakan masih sering terdapat utang pajak yang tidak dilunasi oleh wajib pajak sebagaimana mestinya, sehingga diperlukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang bersifat mengikat dan memaksa.

Masih seringnya dijumpai adanya tunggakan pajak reklame sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak, memerlukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa yaitu berupa Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). Pelaksanaan penagihan utang pajak dengan Surat Tagihan Pajak Daerah itu sendiri, juga menemui kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan penagihan tersebut. Oleh karena itu penulis memilih judul “Utang Pajak Reklame dan Upaya Penagihannya dalam

1 Ibid, Hlm. 323.

2

(3)

Perspektif Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah (Studi Di Wilayah Kota Samarinda)”

Dengan rumusan masalah yang pertama, Bagaimana timbulnya utang pajak reklame bagi wajib pajak dalam perspektif Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah ?, dan rumusan masalah yang kedua, Bagaimana upaya penagihan utang pajak reklame oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda dalam perspektif Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah?. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan Sebagai bahan masukan dalam memahami timbulnya utang pajak reklame bagi wajib pajak di Kota Samarinda dalam Perspektif Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan Sebagai bahan masukkan dalam memahami upaya penagihan utang pajak reklame di Kota Samarinda dalam Perspektif Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

Pengertian Pajak

Definisi pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena undang-undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balasan jasa yang langsung dapat ditunjuk.3

Menurut Mr. Dr. N. J. Feldmann, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran umum.4 Menurut Soeparman S. memberikan definisi bahwa pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum, dan menurut Rochmat Soemitro, memberikan definisi pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan), yang langsung dapat ditunjukan untuk membiayai pembangunan.5

Pengertian Hukum Pajak

Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dengan rakyat sebagai pembayar pajak.6

Di dalam hukum pajak diatur mengenai :

a. Siapa yang menjadi subjek pajak dan wajib pajak. b. Objek apa saja yang menjadi objek pajak.

c. Kewajiban wajib pajak terhadap pemerintah. d. Timbul dan hapusnya utang pajak.

e. Cara penagihan pajak.

f. Cara mengajukan keberatan dan banding.

Hukum pajak sering juga disebut hukum fiskal. Istilah pajak sering disamakan dengan istilah fiskal, yang berasal dari bahasa latin fiscal yang berarti kantong uang atau

3 Kesit Bambang Prakosa, 2005, Pajak dan Retribusi Daerah, Penerbit Ull Press: Yogyakarta, hlm. 1. 4 Ilyas, Wirawan B & Burton, Richard, 2008, Hukum Pajak edisi 4, Penerbit Salemba Empat: Jakarta, hlm. 5.

5 http://belajarmanagement.wordpress.com/2012/04/24/pengertian-pajak-menurut-pakar/, diakses 9 Mei 2012.

(4)

keranjang uang. Istilah fiskal yang dimaksud sekarang adalah kas negara. Sedangkan fiskus disamakan dengan pihak yang mengurus penerimaan negara atau disebut juga administrasi pajak.7

Perpajakan Daerah

Sistem Perpajakan Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mendifinisikan pajak daerah adalah sebagai berikut:8

Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sedangkan menurut Kesit Bambang Prakosa definisi pajak daerah adalah sebagai berikut:9

Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (misal: Provinsi, kabupaten, kota) yang diatur berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah.

Lebih lanjut menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah menyatakan bahwa berdasarkan pada pertimbangan efektivitas dan efesiensi pemungutannya, maka pajak daerah dibagi dua, yaitu pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/kota.

Pada pasal 2 ayat 2 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, disebutkan bahwa jenis-jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:10

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Salah satu jenis pajak Kabupaten/Kota yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pajak reklame. Kriteria Pajak Daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak secara umum, yang membedakan antara keduanya adalah pihak pemungutnya. Kalau Pajak Umum atau biasa disebut Pajak Pusat, yang memungut adalah Pemerintah Pusat, sedangkan Pajak Daerah yang memungut adalah Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

7 Early Suandy,2009,Hukum Pajak, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat : Jakarta, Hal.17.

8 Pasal 1 Ayat 10 Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

9 Kesit Bambang Prakosa,Pajak dan Retribusi Daerah,UII Press, Yogyakarta,2005,hlm 1.

(5)

Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang diatur berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah.11 Didalam Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, di dalam pasal 2 disebutkan jenis pajak daerah yang ada di kota Samarinda, sebagai berikut:

a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Dengan adanya beberapa jenis pajak daerah yang telah disebutkan diatas, maka pendapatan daerah yang dihasilkan dari pajak-pajak diatas akan dapat memenuhi anggaran rumah tangga daerah, khususnya pajak reklame yang semakin hari semakin banyak peminatnya. Semakin banyak orang yang mempromosikan maupun mengiklankan barang ataupun jasa mereka dengan menggunakan sepanduk-sepanduk, film atau slide,

papan atau billboard dan lain sebagainya.

Pengertian Peraturan Daerah

Didalam kamus hukum peraturan daerah adalah peraturan yang ditetapkan oleh kepala daerah dengan persetujuan DPRD. Didalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, definisi dari peraturan daerah Kabupaten/Kota adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, peraturan daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD Provinsi dan/atau daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama kepala daerah. Materi muatan dalam peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.12

Dalam hal ini peraturan daerah Kabupaten/Kota yang dibuat bersama oleh Bupati/Walikota dan DPRD Kabupaten/Kota, yaitu Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 tahun 2011 tentang Pajak Daerah dapat dilaksanakan dengan baik terhadap pajak reklame yang ada di kota Samarinda.

Pengertian Reklame dan Jenis-jenis Reklame

Reklame ialah benda, alat atau perbuatan yang menurut bentuk atau susunan dan atau bercorak ragamnya dengan maksud untuk mencari keuntungan (sales promotion) dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa

11 Kesit Bambang Prakosa, loc.cit, hlm. 1.

12

(6)

atau seseorang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau seseorang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari sesuatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.13

Pada umumnya reklame dapat dikelompokan atas dua bagian, yaitu jenis reklame yang dipasangkan pada prasarana kota dan diluar prasarana kota akan tetapi keduanya dapat saja mengunakan fasilitas bangunan-bangunan.

Jenis-jenis reklame itu adalah sebagai berikut : a. Reklame Papan/billboard;

b. Reklame Kain/spanduk/banners;

c. Reklame megatron, videotron, large electric display (LED); d. Reklame suara;

f. Reklame berjalan termasuk pada kendaraan; g. Reklame selebaran;

h. Reklame slide dan Reklame Film; i. Reklame udara (balon);

j. Reklame Melekat (sticker).

Pengertian Penegakan Hukum

Istilah penegakan hukum yang sering kali digunakan untuk menemerjemahkam istilah law inforcement yang merupakan serangkaian upaya, proses, dan aktivitas untuk menjadikan hukum berlaku sebagaimana seharusnya. Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukun adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan.yang disebut sebagai keinginan–keinginan hukum dalam hal ini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat Undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum tersebut.14

Dalam hal penegakan hukum terdapat pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut :15

a. Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan dibatasi undang-undang saja.

b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaju atau diterapkan.

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Dengan adanya Peraturan Daerah kota Samarinda Nomor 04 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, diharapkan penegakan hukum dapat berjalan dengan efektif dan atau diterapkan dengan baik. penegakan yang dilakukan diharapkan dapat meminimalisirkan terjadinya pelanggaran terhadap pajak reklame yang ada di kota Samarinda. Dan jika telah terjadi pelanggaran diharapkan dapat dikenakan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yg dilanggar oleh orang maupun badan yang menjadi wajib pajak.

13

Azhari A Samudra,Op.cit. Hal.158.

14 Satjipto Rahardjo, 1984, Masalah Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Penerbit Sinar Baru Bandung, Hal.24.

15 Soerjono Soekanto, 2007, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Edisi 1-7 Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Hal.8.

(7)

PEMBAHASAN

1. Timbulnya Utang Pajak Reklame Bagi Wajib Pajak dalam Perspektif Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

Utang pajak timbul jika ada undang-undang yang menjadi dasar untuk pengenaan dan pemungutaannya telah ada, dan telah dipenuhi syarat-syarat subjektif dan syarat objektif yang ditentukan oleh Undang-Undang Pajak secara bersamaaan (simultan). Syarat objektif dipenuhi apabila terdapat taatbestand (keadaan yang nyata) sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Pajak. Pada pajak subjektif, utang pajak timbul selain setelah terpenuhinya syarat subjektif, yaitu syarat mutlak mengenai orangnya sebagai titik pertautan utama, maka keadaan objektif juga harus terpenuhi yaitu adanya keadaan atau peristiwa atau perbuatan yang ditentukan sebagai objek pajak. Sebaliknya pada pajak objektif, walaupun telah ada syarat objektif (adanya objek pajak sesuai dengan ketentuaan undang-undang), haruslah tetap terpenuhi syarat subjektif, yaitu ada subjek yang dikenakan kewajiban pajak.

Utang pajak reklame bagi wajib pajak reklame di Kota Samarinda terjadi ketika orang pribadi atau badan yang menyelelenggarakan/memasang reklame dan telah menerima Surat Ketetapan Pajak Daerah dari Dinas Pendapatan Daerah kota Samarinda dan dengan adanya peraturan yang mengatur mengenai perpajakan yaitu Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Sistem yang digunakan dalam pemungutan pajak reklame di kota samarinda adalah sistem Official Assesment . Sistem Official Assesment adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh fiskus/aparat pajak. Jadi dalam sistem ini wajib pajak bersifat pasif sedang fiskus bersikap aktif. Menurut sistem ini utang pajak timbul apabila ada ketetapan pajak dari fiskus. Dengan demikian jika dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak, maka Sistem Official Assesment sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran formil artinya utang pajak timbul apabila sudah ada ketetapan pajak dari fiskus. Mengenai sanksi bagi wajib pajak yang karena kealpaannya tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah diancam pidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang.

Sedangkan wajib pajak yang dengan sengaja tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah diancam pidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang.

2. Upaya Penagihan Utang Pajak Reklame oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda dalam Perspektif Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

Pajak reklame yang merupakan salah satu Pendapatan Asli Daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat, dengan demikian daerah dapat melaksanakan otonomi yaitu mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri.

Sejak berlakunya otonomi daerah Pajak reklame menjadi salah satu alternatif daerah dalam meningkatkan Pendapatan Daerah seiring bertambahnya jumlah pengguna jasa reklame di Kota Samarinda, sehingga perubahan Peraturan Daerah

(8)

mengenai Pajak reklame beberapa kali terjadi dan saat ini yang berlaku adalah Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Tetapi realisasi pajak reklame yang rendah tidak sebanding dengan jumlah reklame yang terpasang di kota Samarinda. Inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Samarinda yang tugasnya dilaksanakan oleh Dispenda Kota Samarinda ternyata memang harus lebih maksimal. Hal ini harus dilakukan karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) khusus Pajak Reklame ditahun 2011 tidak mencapai target. Padahal keberadaan pengguna jasa reklame justru banyak dan meningkat di Kota Samarinda, termasuk yang tidak membayar pajak. Dimana dengan banyaknya pengguna jasa reklame yang beroprasi di Kota Samarinda, sudah seharusnya memberikan kontribusi yang pantas dengan Pendapatan Asli Daerah yang besar pula. Implementasi dari Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah ini juga akan menjadi tidak efektif karena kurangnya sosialisasi dan upaya hukum dari Pemerintah Daerah tentang Peraturan daerah ini khususnya kepada para pelaku usaha yang memasang reklame.

Kurangnya sosialisasi tentang Pajak reklame kepada masyarakat menyebabkan upaya untuk memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah menjadi kurang maksimal. Sehingga untuk meningkatkan penerimaan Pajak reklame maka Pemerintah Kota Samarinda harus berupaya untuk mensosialisasikan dan memberikan pemahaman tentang Pajak Reklame dan sanksi hukum dari Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah kepada masyarakat terutama pelaku usaha yang menggunakan jasa reklame yang ada di Kota Samarinda. Karena apabila masyarakat tidak memahami tentang Pajak reklame terutama tentang sanksi hukum yang akan diberikan apabila tidak membayar pajak, maka kesadaran untuk membayar dan menjadi wajib pajak akan sulit diwujudkan dan upaya meningkatkan penerimaan Pajak Reklame akan sulit ditingkatkan.

Upaya yang dilakukan Dispenda Kota Samarinda terhadap Wajib Pajak reklame yang memiliki utang pajak yaitu :16

a. Penagihan

Pola penagihan yang dilakukan oleh Dispenda Kota Samarinda dilakukan dengan penagihan proaktif langsung terhadap wajib pajak dan memberikan Surat ketetapan Pajak Daerah dan Surat Tagihan Pajak Daerah kepada wajib pajak. b. Peringatan

Peringatan terhadap wajib pajak yang mempunyai utang pajak reklame yaitu peringatan yang diberikan berupa teguran sebanyak 3 kali antara lain teguran I, teguran II, dan teguran III. Jangka waktu pemberian teguran I , teguran II dan teguran ke III dilakukan dalam waktu 3 bulan Sejak pembinaan, teguran pertama maupun teguran kedua.

c. Penertiban Dengan Satuan Polisi Pamong Praja

Dalam hal pemberian peringatan terhadap wajib pajak yang tidak membayar utang pajak reklame masih tidak diperhatikan, maka terhadap pelanggaran tersebut dapat dilakukan tindakan pembongkaran dan penurunan paksa reklame oleh pejabat dari Dispenda Kota Samarinda dan bekerja sama dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota Samarinda.

Kegiatan penertiban terhadap pelaku usaha yang menyelenggarakan reklame sebagai wajib pajak reklame yang memiliki utang pajak dilakukan oleh Dispenda Kota Samarinda dengan bantuan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Samarinda. Adapun tugas dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota Samarinda disini

16

Hasil wawancara dengan Bapak H. Muhammad Yunus. SE,M.Si Kasie Penagihan Dispenda Kota Samarinda 19 Oktober 2012.

(9)

sebagai pendamping, pendukung personil yang diperlukan guna proses penertiban apabila dimungkinkan terjadi perlawanan dari pengguna jasa reklame yang memiliki utang pajak tersebut.

d. Proses Penegakan Pidana

Sesuai dengan ketentuan pidana Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah terdapat pada pasal 88, 89 dan 90 yaitu : a. Pasal 88 Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang

Pajak Daerah berbunyi sebagai berikut :

1. Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

2. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

b. Pasal 89 Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah berbunyi sebagai berikut :

Tindak pidana dibidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu lima (5) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

c. Pasal 90 Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah berbunyi sebagai berikut :

1. Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Walikota yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu (1) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah).

2. Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Walikota yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama dua (2) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

3. Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.

4. Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau badan selaku wajib pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan. Dari beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Samarinda seperti yang dijelaskan sebelumnya yaitu, pola penagihan, peringatan, penertiban dengan Satuan Polisi Pamong Praja dan proses penegakan pidana hanya sebatas aturan tetapi tidak dilaksanakan secara langsung ke masyarakat terutama pelaku usaha yang menyelenggarakan reklame.

(10)

Sehingga masih banyak pelaku usaha yang menyelenggarakan reklame yang tidak mengetahui tentang sanksi apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Samarinda apabila pelaku usaha yang menyelenggarakan reklame melakukan pelanggaran di bidang perpajakan dengan tidak membayar pajak reklame dapat merugikan maupun tidak memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda.

PENUTUP

Beradasarkan Penelitian, maka penulis dapat menarik kesimpulan, Menurut ajaran formal utang pajak timbul pada saat dikeluarkannya surat ketetapan pajak. Menurut ajaran ini, utang pajak timbul karena ketetapan dari pihak pemungut pajak yaitu pemerintah atau aparatur pajak (fiskus) sehingga pajak terutang pada saat diterbitkannya surat ketetapan pajak. Hasil penelitian di lapangan bahwa masih banyak pengguna jasa reklame yang menyelenggarakan reklame di Kota Samarinda yang masih menunggak utang pajak reklame. Berdasarkan hasil penelitian di Dispenda Kota Samarinda terdapat 3.626 wajib pajak pada tahun 2011 dan terjadi penunggakan utang pajak reklane sekitar 1.652 wajib pajak reklame dan terdapat faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya utang pajak reklame di Dispenda Kota Samarinda adalah sebagai berikut :

a. Terbatasnya sumber daya manusia pegawai di Dispenda Kota Samarinda.

b. Kurangnya sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah oleh Pemerintah Kota Samarinda yang tugasnya dilaksanakan oleh Dispenda Kota Samarinda.

c. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak reklame bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda.

Penagihan pajak yang dilakukan oleh Dispenda Kota Samarinda tergolong belum maksimal karena tidak semua penagihan yang ditagih dengan Surat Tagihan Pajak Daerah dibayar seluruhnya oleh para wajib Pajak Reklame disebabkan antara lain kurangnya kesadaran, rasa tanggung jawab dan pemahaman tentang peraturan perpajakan para wajib Pajak Reklame dalam melaksanakan kewajiban perpajakanya, di tambah lagi kendala yang ditemui dilapangan oleh bagian Penagihan Dispenda Kota Samarinda dalam melaksanakan tugasnya dan juga faktor yg menjadi kendala didalam pelaksanaan Pajak Reklame yaitu kurangnya pegawai bagian penagihan di Dispenda Kota Samarinda dan faktor sarana dan fasilitas serta faktor dari masyarakat.

Berdasarkan hasil pembahasan, maka penulis memberikan saran kepada Dispenda Kota Samarinda agar melalui tim yang ahli dalam bidangnya, yakni bagian penetapan dan penagihan dapat melakukan sosialisasi berkelangsungan kepada pengguna/pelaku usaha yang menggunakan jasa reklame untuk menumbuhkan kesadaran khususnya mengenai peraturan Perundang-undangan yang mewajibkan pembayaran pajak reklame. Serta memberikan stimulus (penggerak) dalam pengurangan kepada wajib pajak reklame apabila wajib pajak membayar/melunaskan awal waktu. Untuk Menunjang agar penagihan utang pajak reklame dapat berjalan dengan maksimal maka diharapkan untuk menambah sumber daya manusia dalam hal ini bagian penetapan dan penagihan dalam penagihan pajak reklame di Kota Samarinda.

Dan diharapkan pelaksanaan dari proses penegakan peraturan daerah Kota Samarinda lebih tegas. Agar masyarakat atau wajib pajak mengetahui Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah beserta sanksinya. Sehingga pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah terhadap pemungutan reklame dapat dilakukan secara efektif. Bagi wajib pajak khususnya pelaku usaha yang menyelenggarakan reklame sebagai wajib pajak reklame seharusnya menumbuhkan dan taat akan kewajibannya membayar pajak berdasarkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 tentang pajak daerah. Serta

(11)

memberikan informasi berkelanjutan kepada Dispenda Kota Samarinda apabila lokasi pelaku usaha pindah.

DAFTAR PUSTAKA A. Literatur

Bohari, 1995, Pengantar hukum pajak, Penerbit Raja grafindo Persada : Jakarta

Fajar, Mukti dan Achmad, Yulianto, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Penerbit Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Ilyas, Wirawan B & Burton Richard, 2008, Hukum Pajak edisi 4, Penerbit Salemba Empat: Jakarta.

Mardiasmo.2001.Perpajakan.Yogyakarta: Edisi Revisi

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.

Prakosa, Kesit Bambang, 2005, Pajak dan Retribusi Daerah, Penerbit Ull Press: Yogyakarta.

Pudyatmoko, Y, Sri, 2007, Penegakan dan Perlindungan Hukum di Bidang Pajak, Salemba Empat: Jakarta

Rahardjo, Satjipto, 1984, Masalah Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Penerbit Sinar Baru Bandung.

Samudra Azhari A, 2005, perpajakan Di Indonesia Keuangan, Pajak dan Retribusi,

Penerbit Hecca Publishing: Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 2007, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Edisi 1-7 Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Siahaan, Marihot P, 2006, Pajak Daerah & Retribusi Daerah, Penerbit Rajawali Pers: Jakarta.

Suandy, Early,2000, Hukum Pajak, Penerbit Salemba empat: Jakarta.

Suandy, Early, 2009, Hukum Pajak, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat : Jakarta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Peraturan Walikota Samarinda Nomor 31 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame.

C. Artikel jurnal, Artikel Koran, Internet, dan lain-lain

Artikel berjudul “Hukum Pajak”,

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/436/jbptunikompp-gdl-nurfitrian-21792-3-babii.pdf,diakses 26 Juni 2012.

Artikel berjudul “Pengertian Pajak Menurut Pakar”,

http://belajarmanagement.wordpress.com/2012/04/24/pengertian-pajak-menurut-pakar/, diakses 9 Mei 2012.

Artikel berjudul “Peraturan Daerah”,

Referensi

Dokumen terkait

(2) orang pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan sehubungan dengan hibah yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus

Forms of community participation in waste handling or disposal include: knowledge of waste / sanitation, routine retribution fee payments, RT / RW / village

JUDUL : RATUSAN DIFABEL PERIKSA KESEHATAN DI RS UGM. MEDIA :

Organisasi politik adalah organisasi atau kelompok yang bergerak atau yang berkepentingan atau terlibat dalam proses politik dan dalam ilmu kenegaraan, secara aktif berperan

“L” UK 24 minggu dengan Flour Albus di PBM Siti Zulaikah, SST Desa jogoroto kecamatan Jogoroto kabupaten jombang.Hasil asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny

J udul Penelitian : SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SURABAYA CANTIK GREEN AND CLEAN” (Studi Deskr iptif Tentang Sikap Masyarakat Sur abaya Terhadap

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa faktor ekonomi dan akses, faktor interpersonal, faktor karakteristik dan persepsi persalinan, serta faktor dukungan yang menjadi alasan

Tujuan penelitian ini adalah tersusunnya perangkat IPA terpadu tema minuman kemasan yang memiliki kriteria kelayakan teoritis, kelayakan empiris dan hasil belajar