• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Tinjauan Pustaka

1. Daun sirsak

Gambar 2.1 Daun sirsak (Herlina dan Rifai, 2011).

a. Nama lain

Setiap daerah di Indonesia, sirsak memiliki nama yang berbeda-beda seperti:

Aceh : Deureuyan belanda Minangbakau : Durian batawi Lampung : Durio ulondra Sunda : Sirsak

Jawa : Nangka londa, Nangka sabrang Bali : Srikaya jawa

(2)

Sedangkan di Eropa dinamakan Soursop, Carosal, Zuurzak. Di Malaysia dinamakan Durian belanda (Radi, 2001).

b. Klasifikasi tumbuhan

Tanaman sirsak ( Annona muricata L.) termasuk tanaman tahunan dengan sistematika sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Polycarpiceae Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Species : Annona muricata L. (Radi, 2001). c. Deskripsi

Tanaman sirsak berasal dari daerah Amerika tropik yaitu daerah yang terletak di antara Ekuador dan Peru (Ashari, 2000). Pohon dengan batangnya kecil, tegak dengan tinggi 3-8 m, percabangan batangnya rendah dan semua bagian tanaman apabila dipatahkan akan berbau busuk (Nurbiantoro, 2006)

Daun berbentuk bulat seperti telur terbalik, berwarna hijau muda sampai hijau tua, ujung daun meruncing, pinggiran rata dan permukaan daun mengkilap. Bunga tunggal, mahkota bunga terdiri atas 2 lingkaran, bentuknya hampir segi tiga, tebal dan kaku, berwarna

(3)

kuning keputih-putihan. Bunga umumnya sempurna, tetapi terkadang hanya bunga jantan atau bunga betina saja dalam satu pohon. Bunga melakukan penyerbukan silang, karena umumnya tepung sari matang lebih dahulu sebelum putiknya reseptif (Radi, 2001).

Buah memiliki duri sisik halus, daging buah berwarna putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman. Biji berwarna coklat agak kehitaman dan keras, berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang rata-rata 16,8 mm dan lebar 9,6 mm. Jumlah biji dalam satu buah bervariasi, berkiar antara 20-70 butir biji normal, sedangkan yang tidak normal berwarna putih atau putih kecoklatan dan tidak berisi (Radi, 2001).

d. Manfaat dan kegunaan

Sirsak (Annona muricata L.) merupakan tanaman yang mempunyai manfaat besar bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai tanaman buah yang syarat dengan gizi dan merupakan bahan obat tradisional yang memiliki berbagai khasiat. Di Indonesia sendiri masyarakat telah banyak menggunakan daun sirsak sebagai obat batuk, di Kalimantan menggunakannya untuk obat demam. Etnis Kutai memilih daun sirsak untuk mengobati diare, sedangkan masyarakat Dayak percaya bahwa mengonsumsi buah sirsak akan menghilangkan mual (Jannah dan Rahmawati, 2010).

Buah sirsak mengandung serat dan vitamin. Setiap butir sirsak mengandung komposisi rata-rata 67,5% daging buah yang dapat

(4)

dimakan, 20% kulit buah, 8,5% biji, dan 4% hati atau empulur, selain mengandung vitamin A, B, dan C, kandungan lainnya adalah sukrosa 2, 54%, dextrose 5,05%, dan levulosa 0,04% (Radi, 2001).

Sirsak memiliki banyak kandungan fitokimia yang bermanfaat, yaitu annonaceous acetogenin, alkaloid, quinolines, isoquinolines, tanin, methanolic, saponin, coumarin, procyanidins, flavonoid, acetaldehyde, amyl-caproate, amyloid, annonain, anomuricine, anomuricinine, anomurine, anonol, scyllitol, stearic-acid, stepharine, stigmasterol, sukrosa, xylosylcellulose, reticuline, loreximine, coclaurine, annomurine, higenamine (Taylor, 2002)

1) Annonaceous acetogenin

Annonaceous acetogenin hanya ditemukan pada family annonaceae. Annonaceous acetogenin telah diketahui memiliki khasiat anti tumor, anti parasit, pesticidal, anti protozoa, anti helmintic, dan anti microbial (Graviola, 2005).

Efek sitotoksik dan anti kanker dari annonaceous acetogenin memiliki beberapa mekanisme yaitu: 1) menghambat oksidase dari NADH di membran plasma sel kanker. Enzim ini hanya di ekspresi pada sel normal yang sehat dengan menghambat enzim ini ATP selular akan menurun; 2) menghambat komplek I (NADH reduktase) dalam sistem transport elektron di mitokondria, menghambat fosforilasi oksidasi dan menghasilkan kadar ATP yang rendah, sehingga menghambat pertumbuhan sel kanker; 3)

(5)

menghambat sel kanker yang multidrug resistant. Meningkatkan ekspresi kontributor terhadap multidrug resistant dari plasma membrane pump, P-glycoprotein. Dua tempat ATP berikatan pada intraselular ditemukan pada P-glycoprotein, dan aktivitas pompa membutuhkan ATP. Annonaceous acetogenin dapat menurunkan aktivitas atau mematikan pompa P-glycoprotein melalui penerunan ATP; 4) sel kanker pada fase S dari siklus selnya lebih rentan terhadap annonaceous acetogenin. Annonaceous acetogenin mampu mengistirahatkan siklus sel pada fase G1 dan menghambat progresi fase S selain itu, p53 dan p21 ditingkatkan oleh annonaceous acetogenin (Carson, 2004).

Gambar 2.2 Efek sitotoksik dan anti kanker dari Annonaceous acetogenin ekstrak daun sirsak

Keterangan: :Menghambat :Menyebabkan

Menurunkan aktivitas pompa P-glycoprotein

Menurunkan ATP

Fosforilasi oksidasi Komplek I Oksidasi dari NADH

pada sel kanker

Annonaceous acetogenin

(6)

Pada studi in vitro telah diketahui bahwa annonaceous acetogenin yang di isolasi dari daun sirsak berguna melawan berbagai sel, yaitu human hepatoma hep G, prostate adenocarcinoma PC-3, pancreatic carcinoma PACA-2, murine leukemia L1210 dan P388 leukemia, human breast adenocarcinoma MDA-MB231 dan carsinoma MCF-7, human lung carcinoma A-549, dan human colon cancer HT-29. Berdasarkan Nasional Cancer Institute dan atau Nasional Institute of Health (NIH), annonaceous acetogenins dapat secara selektif menghambat pertumbuhan sel kanker dan juga menghambat pertumbuhan sel tumor yang resisten terhadap kemoterapi contohnya Adriamycin (Taylor, 2002).

2) Tanin

Tanin merupakan grup metabolit kedua yang sangat komplek yang larut dalam larutan. Zat ini dapat dibedakan dengan kandungan polyphenolic lain karena tanin dapat mengendapkan protein. Tanin ditemukan pada kayu (80%) dan herbaceous dicotyledenous species (15%). Tanin mungkin memproteksi tanaman dari herbivore dan serangan mikroorganisme patogen dikarenakan memiliki fungsi sebagai antimikroba dan anti jamur. Ikatan kuat antara tanin dengan protein tergantung pada karakteristik dari tanin dan protein. Tanin condensed dan hydrolysable memiliki grup phenolic bebas banyak yang

(7)

membentuk ikatan hidrogen yang kuat pada banyak tempat dengan protein dan karbohidrat (Silanikove et al., 2001)

Hydrolysable tanin memiliki kemampuan dalam menghambat sel tumor yang invasive. Mekanisme penghambatan dari hydrolysable tanin ini dengan menghambat langsung aktivitas MMP-2/-9 atau dengan memblok jalur ERKMAP kinase. Pada penelitian sebelumnya hydrolysable tanin sangat potensial menghambat invasi dari HT1080 sel fibro sarkoma (Tanimura et al., 2005).

3) Flavonoid

Flavonoid merupakan bagian dari grup besar kandungan polifenol yang sangat banyak pada buah-buahan dan sayuran. Pada tanaman, flavonoid berfungsi melindungi dari radiasi ultraviolet, patogen, dan herbivora. Efek kesehatan dari flavonoid kebanyakan adalah kontribusi dari antioksidan dan kemampuan chelating. Flavonoid adalah derivat dari benzo-γ-Pyrone yang terdiri dari phenolic dan rantai pyrane. Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat melawan radikal peroksil dibandingkan dengan vitamin C dan E. Zat flavonoid dapat menurunkan resiko terjadinya kanker paru. Flavonoid dapat menstimulasi aktivitas enzim sehingga akan menginduksi siklus sel penghentian dan apoptosis, mengatur fungsi dari imun tubuh

(8)

dan menghambat inflamasi, proliferasi dan angiogenesis (Heim et al, 2002).

4) Saponin

Saponin merupakan kelompok dari glycoside yang berasal dari tanaman. Saponin mengandung steroidal atau triterpenoid aglycone yang mana berikatan pada satu atau lebih rantai sakarida. Sakarida yang biasanya berikatan adalah glukosa, galaktosa, asam glukoronik, xylose, atau rhamnose. Saponin merupakan kelompok yang beragam tergantung pada struktur aglycone, rantai samping sakarida, dan komposisi dari rantai sampingnya (Bachran et al, 2008).

Saponin memiliki kemampuan sebagai antikanker dengan menghentikan pembelahan siklus sel dan apoptosis. Pada penelitian sebelumnya baik in vitro dan in vivo diketahui bahwa saponin memiliki efek sitotoksik melawan pertumbuhan sel tumor (Rao dan Sung, 1995).

(9)

2. Paru - Paru a. Anatomi paru

Gambar 2.3 Anatomi paru (Rusz, 2012)

Paru-paru adalah organ berbentuk pyramid seperti spons dan berisi udara, terletak dalam rongga toraks (Sloane, 2008). Sepasang paru-paru terbungkus oleh pleura visceralis dan menempel pada struktur mediastinal (trachea dan cor) pada hilumnya. Setiap paru-paru memiliki permukaan berikut: apex, hilum, costalis, diaphragmatica. Paru satu dengan yang lain dipisahkan oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur lain di dalam mediastinum.

Pulmo dexter sedikit lebih besar dari pulmo sinister dan dibagi oleh fissure obliqua dan fissure horizontalis pulmonis dextri menjadi tiga lobus; lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Fissure obliqua berjalan dari pinggir inferior ke atas dan ke belakang menyilang permukaan medial dan costalis sampai memotong pinggir

(10)

posterior sekitar 2 ½ inci di bawah apex pulmonis. Fissure horizontalis berjalan horizontal menyilang permukaan costalis setinggi cartilage costalis iv dan bertemu dengan fissure obliqua pada linea axillaris media. Lobus medius merupakan lobus kecil berbentuk segitiga yang dibatasi oleh fissure horizontalis dan fissure oblique.

Pulmo sinister dibagi oleh fissure oblique menjadi dua lobus, lobus superior dan lobus inferior. Pada pulmo sinister tidak ada fissure horizontalis (Snell, 2006).

b. Fisiologi paru

Paru dan dinding dada merupakan struktur yang elastis. Pada keadaan normal, hanya ditemukan selapis tipis cairan di antara paru dan dinding dada (ruangan intra pleura). Paru dengan mudah dapat bergeser sepanjang dinding dada, namun sukar untuk dipisahkan dari dinding dada seperti hanya dua lempeng kaca basah yang dapat digeser namun tidak dapat dipisahkan (Ganong, 2008)

Paru cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, yaitu, menurun gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama proses bernafas dengan mengikuti penurunan gradient tekanan yang berubah berselang – seling antara alveolus dan atmosfer akibat aktivitas siklik otot-otot pernafasan. Terdapat tiga tekanan berbeda yang penting pada ventilasi yaitu, tekanan atmosfer, tekanan intra-alveolus, tekanan intrapleura.

(11)

Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi. Di atas permukaan laut, tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan intra-alveolus, yang juga dikenal sebagai tekanan intrapulmonalis, adalah tekan di dalam alveolus. Tekanan intrapleura adalah tekanan dalam kantung pleura. Tekanan ini juda dikenal sebagai tekanan intratoraks, yaitu tekanan terjadi di luar paru di dalam rongga toraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih kecil daripada tekanan atmosfer, rata-rata 756 mmHg saat istirahat (Sherwood dan Lauralee, 2001)

c. Histologi paru

Sistem pernafasan dibagi memjadi 2 daerah utama, yaitu bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronki, bronkiolus, dan bronkiolus terminalis. Sedangkan bagian respirasi terdiri atas bronkhiolus respiratorius, duktus alveolus, dan alveoli (Junquire dan Carneiro, 2007).

Bronkus tersusun atas tulang rawan, otot polos dan mukosa. Tulang rawan pada bronkus akan semakin berkurang ketika mendekati bagian respiratorius sedangkan otot polos akan ditemukan semakin tebal dan jelas (Junquire dan Carneiro, 2007). Lapisan epitel bronkus adalah epitel kolumner bersilia dengan banyak sel goblet. Pada lamina propia banyak ditemukan serat elastin, kelenjar serosa dan mukosa serta terdapat pula kelenjar getah bening (Cui, 2001).

(12)

Pada bronkiolus sudah tidak ditemukan adanya tulang rawan maupun kelenjar dalam mukosanya hanya selembar sel goblet pada epitel segmen awal dan sel klara pada bronkiolus terminalis (Eroschenko, 2003). Lapisan epitel pada bronkiolus adalah epitel bertingkat silindris bersilia yang semakin menuju ke bagian respirasi berubah manjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid (Junquire dan Carneiro, 2007).

Bronkiolus terminalis dilapisi oleh epitel selapis silindris. Di bronkiolus terkecil, epitelnya mungkin selapis kuboid. Bronkiolus terminalis tidak mengandung lempeng tulang rawan, kelenjar bronkiolus, dan sel goblet.

Bronkiolus terminalis membentuk bronkiolus respiratorius. Bronkiolus respiratorius adalah zona transisi antara bagian konduksi dan respiratorik sistem pernafasan. Dinding bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Di dinding setiap bronkiolus respiratorius terdapat kantung alveolus tunggal. Silia mungkin dijumpai di epitel bagian proksimal bronkiolus respiratorius namun menghilang di bagian distal. Selapis tipis otot polos mengelilingi epitel. Suata cabang kecil arteri pulmonalis menyertai bronkiolus respiratorius ke dalam paru. Setiap bronkiolus respiratorius membentuk duktus alveolaris dengan alveoli bermuara ke dalam. Di lamina propria yang mengelilingi deretan alveoli di duktus alveolaris

(13)

yaitu berkas otot polos. Berkas otot polos tampak berupa tombol (knob) di antara alveoli yang berdekatan (Eroschenko, 2003).

Gambar 2.4 Histologi struktur alveolar dengan pengecatan Hematoxilin Eosin (Slomianka, 2009)

Alveoli adalah evaginasi atau kantung luar bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakua alveolaris, ujung terminal duktus alveolaris. Alveoli dilapisi oleh selapis tipis sel alveolus gepeng atau sel pneumosit tipe 1. Alveoli yang berdekatan dipisahkan oleh septum interalveolare atau dinding alveolus. Septum interalveolare terdiri dari sel alveolus selapis gepeng, serat jaringan ikat halus dan fibroblast, dan banyak kapiler yang terletak di septum interalveolar tipis. Septum interalveolar yang tipis menyebabkan kapiler berdekatan dengan sel alveolus gepeng di alveoli yang berdekatan (Eroschenko, 2003).

(14)

Alveoli juga mengandung makrofag alveolaris atau sel debu. Dalam keadaan normal makrofag alveolaris mengandung beberapa partikel karbon atau debu di sitoplasma. Di alveoli juga ditemukan sel alveolus besar atau pneumosit tipe 2. Sel alveolus besar terselip di antara sel alveolus selapis gepeng di alveoli (Eroschenko, 2003).

Diujung bebas septum interalveolar dan disekitar ujung terbuka alveoli terdapat berkas tipis serat otot polos. Serat oto ini bersambungan dengan lapisan otot yang melapisi bronkiolus respiratorius (Eroschenko, 2003).

3. Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada rokok. Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu, biasanya dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk mengurangi stress. Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok (WHO, 2002).

Asap rokok mengandung radikal bebas, oksigen dan karbon yang cukup reaktif dalam hitungan menit (WHO, 2008). Prior (2003) melaporkan bahwa komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali hisapan. Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu: asap rokok aktif dan asap pasif. Asap aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok. Asap pasif adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh perokok. Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

(15)

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh perokok. Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai perokok pasif (Anonim, 2006).

a. Kandungan kimia dari rokok

Gambar 2.5 Rokok dengan beberapa kandungan kimianya (Anonim, 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang spesifik dari pembakaran tembakau, dan komponen lain dari rokok seperti nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates, 2000). Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau. Ada sekitar 400 senyawa telah diukur dalam asap utama dan sampingan. Dari sekitar 400 senyawa, 100 diantaranya yang bersifat toksik (Fowles dan Bates, 2000; Anonim, 2006).

(16)

Kandungan zat beracun dalam rokok : 1) Nikotin

Nikotin, adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, karena nikotin dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk merokok.

2) Timah hitam (Pb)

Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5µg, sebungkus rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 µg Pb. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20µg/hari (WHO, 2002).

3) Gas karbon monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam sel-sel darah merah. Seharusnya Hb ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh, tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga akan terbentuk

haemoglobin CO lebih banyak. 4) Tar

Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen.

(17)

Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg perbatang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar, sehingga paru-paru terus menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari. Paru-paru selalu terpapar oleh asap rokok, pembuangan asap kendaraan bermotor, asap pabrik, herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS) dalam paru-paru (WHO, 2002)

b. Mekanisme asap rokok dalam tubuh

Asap rokok mengandung lebih dari 4.700 komponen kimia, di antaranya adalah radikal bebas dan oksidan dalam konsentrasi tinggi. Radikal bebas dari asap rokok berasal dari dua fraksi yang berbeda, yang pertama berasal dari fase tar asap rokok dan yang kedua berasal dari fase gas asap rokok. Radikal bebas yang terdapat dalam tar relatif merupakan radikal bebas yang stabil antara lain qinon (Q), semiqinon (QH’), dan hydroqinon (QH2). Polimer qinon/hydroqinon (Q/QH2)

bersifat relatif stabil dan dapat mencapai paru. Hal ini memicu terbentuknya radikal bebas lain seperti hidroksil dan peroksinitrit yang dapat merusak komponen-komponen sel paru. Fase gas asap rokok

(18)

mengandung radikal oksigen dan karbon yang jauh lebih reaktif dibandingkan dengan fase tar. Radikal fase gas tidak timbul dari api rokok, tetapi muncul pada saat oksidasi nitrik oksid (NO) di udara menjadi nitrogen dioksid (NO) yang akan bereaksi dengan spesies reaktif dalam rokok seperti isopren. Nitrogen dioksid (NO) dan oksigen (O) akan segera bereaksi membentuk molekul peroksinitrit (ONOO2) yang sangat reaktif (Misra et al., 2003)

Organ yang paling berisiko untuk mengalami kerusakan karena asap rokok adalah paru-paru, karena selalu terpapar bahan polutan terus menerus. Radikal bebas dari asap rokok akan menyebabkan stress oksidatif yang menghasilkan perlukaan langsung dan mengaktivasi mekanisme molekular yang menginisiasi inflamasi pada paru. Kondisi seperti ini apabila dibiarkan akan menyebabkan berbagai keadaan patologis yang dapat diawali dengan terjadinya penurunan kadar antioksidan jaringan, peroksidase lipid, oksidasi protein, dan deoxyribonucleic acid (DNA) yang menyebabkan perubahan patologis pada sel paru. Proses ini berperan penting dalam patogenesis berbagai penyakit paru seperti penyakit paru obstuktif kronik (PPOK) dan karsinoma paru (Amin et al., 2003)

c. Kerusakan paru karena asap rokok

Makrofag merupakan sel terbanyak pada paru-paru jika dilihat dari jumlah populasinya dan berfungsi sebagai pertahanan utama untuk melawan polutan melalui fungsinya sebagai sel fagositosis dan antigen

(19)

presenting cell (APC) (Domagala-Kulawik, 2008). Pada perokok, neutrofil dan makrofag berkumpul di alveolus, melibatkan efek dari nikotin serta efek spesies oksigen reaktif yang terdapat di dalam asap rokok. Hal ini mengaktifkan transkripsi nuclear-factor κΒ (NF- κΒ) yang mengaktifkan gen untuk faktor nekrosis tumor (TNF) dan interleukin-8 (IL-8) kemudian menarik dan mengaktifkan neutrofil. Neutrofil yang berkumpul membebaskan granulanya yang kaya akan beragam protease sel sehingga meningkatkan aktivitas protease dan menyebabkan pelepasan neutrofil elastase. Peningkatan neutrofil elastase akan menyebabkan ketidakseimbangan antara enzim α1-antitripsin dengan neutrofil elastase. Enzim α1-α1-antitripsin adalah protein serum yang diproduksi oleh hepar dan pada keadaan normal terdapat di paru untuk menghambat kerja enzim elastase neutrofi yang destruktif terhadap jaringan paru. Penurunan kadar α1-antitripsin sampai kurang dari 35% nilai normal(150-350 mg/dL) menyebabkan proteksi terhadap jaringan parenkim paru berkurang, terjadi destruksi dinding alveoli yang bersebelahan, dan akhirnya menimbulkan emfisema paru dan kerusakan jaringan alveolus (Kumar et al., 2007.)

(20)

B. Kerangka Pemikiran

\

Gambar 2.6 Skema kerangka pemikiran Keterangan: menyebabkan, menghambat

Seperti yang terdapat dalam kerangka pemikiran, awalnya tikus dipapar asap rokok. Dengan paparan asap rokok tersebut diharapkan terjadi kerusakan alveolus paru tikus. Ekstrak daun sirsak akan diberikan setelah tikus dipapar asap rokok satu jam, sehingga diharapkan ekstrak daun sirsak dapat menghambat dan mencegah terjadinya kerusakan alveolus paru tikus dan kerusakan alveolus paru akan berkurang.

Kerusakan alveolus paru akan berkurang

Saponin Flavonoid

Asap rokok Ekstrak daun sirsak

Tanin Antioksidan oksidan Kerusakan alveolus paru Alkoloid

(21)

C. Hipotesis

Pemberian ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) akan mengurangi kerusakan alveolus paru tikus putih (Rattus norvegicus) yang dipapar asap rokok.

Gambar

Gambar 2.2  Efek sitotoksik dan anti kanker dari Annonaceous acetogenin  ekstrak daun sirsak
Gambar 2.3  Anatomi paru (Rusz, 2012)
Gambar 2.4  Histologi struktur alveolar dengan pengecatan  Hematoxilin Eosin (Slomianka, 2009)
Gambar 2.5   Rokok dengan beberapa kandungan kimianya  (Anonim, 2006)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, sebagai pembanding peneliti pun melakukan pengetesan terhadap 228 gambar yang diambil dari database JPEG 2000 LIVE; gambar- gambar pada database ini memiliki

Latar belakang: Pengukuran komposisi tubuh untuk perkiraan persentase lemak tubuh diantaranya dapat dilakukan dengan metode pengukuran skinfold dan Bioelectrical

Selain evaluasi sikap perilaku yang dilakukan oleh Tim Penilai, dilaksanakan pula 2 (dua) kali penilaian antar Peserta. Penilaian ini dapat dilaksanakan dengan

2.Antara paman atau paman orang tua dan kemenakan perempuan atau anak perempuan kemenakan, demikian pula antara bibi atau bibi orang tua dan kemenakan laki-laki atau anak

Sekali lagi ingat bahwa cara berpikirnya adalah: rezeki akan cepat datang bila diri kita banyak diminati oleh faktor- faktor pendatang rezeki, dan hal-hal yang

Penelitian sebelumnya mengenai perilaku makan pada pemain Game World of Warcraft yang dilakukan oleh Dewitt dan Lohmann (2011) menunjukkan bahwa para pemain game

Kasih Tuhan Yesus mengubah seluruh hidup Rasul Paulus, dan karena pengalaman dikasihi oleh Tuhan ini, Rasul Paulus dapat mengatakan ungkapan yang indah ini, yang juga

Peluang yang cukup lebar terbuka bagi lembaga ini meliputi: (i) jumlah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang merupakan calon mahasiswa masih mengalami peningkatan;