SISTEM TERDISTRIBUSI UNTUK COURSE MANAGEMENT
SYSTEM (STUDI KASUS : FTI UNTAR)
Farenco1) Lely Hiryanto2) Bagus Mulyawan3)1)2)3)
Teknik Informatika Universitas Tarumanagara Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1, Blok R Lt. XI, Jakarta 11440 email : silent_shenzz@hotmail.com, 2)lely@fti.untar.ac.id, 3)bagus@fti.untar.ac.id
ABSTRACT
Distributed Systems for Course Management System is a system designed using the System Development Life Cycle (SDLC) method in order to help activities that related to teaching and learning activities in the Faculty of Information Technology Tarumanagara University. Inside the program, there are several modules, such as student attendance module, online quiz module, and lecture materials processing module. Student attendance module is used to record student attendance, and display it in a report. Course materials processing module is used to process lecture materials so later they can be used as a place to share course materials. Based on the test results, the modules in the program has gone very well and can be accepted by the faculty. Student attendance module and the student attendance report is able to help faculty and staff departments to record and view student attendance at every teaching and learning activities.
Key Words
Faculty of Information Technology Tarumanagara University, Course Management System, Students Attendance, Online Quiz, Course Materials Processing
1. Pendahuluan
Kegiatan perkuliahan merupakan media yang sangat penting bagi mahasiswa untuk menambah ilmu atau pengalaman. Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan perkuliahan seperti absensi mahasiswa, absensi dosen, pendistribusian bahan kuliah, dan pemberian tugas atau pelaksanaan kuis. Seiring dengan bertambah majunya peradaban manusia, kini hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan perkuliahan dapat diatur atau dikelola dengan menggunakan program aplikasi berbasis Course Management System (CMS).
Course Management System (CMS) adalah perangkat
lunak yang digunakan untuk membuat materi perkuliahan online berbasiskan web dan mengelola kegiatan pembelajaran serta hasil - hasilnya.[1] Dengan
menggunakan konsep Course Management System (CMS) dalam kegiatan perkuliahan, maka secara tidak langsung mahasiswa telah memegang kendali penuh atas proses pembelajarannya sendiri.
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara dalam kegiatan perkuliahannya juga
ditunjang dengan menggunakan program aplikasi berbasis web yang menggunakan konsep Course
Management System. Program aplikasi berbasis web
tersebut dinamakan e-class. Pada awalnya e-class banyak digunakan, namun belakangan program aplikasi tersebut sudah jarang dipakai oleh dosen dan mahasiswa dikarenakan beberapa alasan tertentu. Maka dari itu, perlu dirancang suatu program aplikasi berbasis web dengan konsep Course Management System yang lebih sesuai dan lebih dapat mengakomodasi hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di lingkungan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara.
2. E-Learning
Berbagai pendapat dikemukakan untuk mendefinisikan e-learning. Jaya Kumar C. Koran mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.[2] Adapula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet.
Onno W. Purbo menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha – usaha pengajaran lewat teknologi elektronik, internet. intranet, satelit, tape audio atau video, tv interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio, dan video. Kesemua media elektronik tersebut bertujuan membantu mahasiswa agar bisa lebih menguasai materi kuliah sehingga e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Kegiatan e-learning ini termasuk dalam model pembelajaran individual.[3]
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan
e-learning yaitu kelas “tradisional”, pengajar dianggap
sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
49
tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.
Khoe Yao Tung mengatakan bahwa setelah kehadiran pengajar dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil pengajar yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.[4] Cisco menjelaskan filosofis
e-learning sebagai berikut. Pertama, e-e-learning merupakan
penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara online. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM,dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan penyampaiannya.[5] Makin baik keselarasan antar isi materi dan alat penyampaian dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
2.1 Karakteristik E-Learning
Karakteristik e-learning, antara lain pertama, memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana dosen dan mahasiswa, mahasiswa dan sesama mahasiswa atau dosen dan sesama dosen dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal – hal yang protokoler. Kedua, memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks). Ketiga, menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning
materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses
oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukannya. Keempat, memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal – hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan dinamis, Onno W. Purbo mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning nya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang
guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama - lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini didukung dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan, dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
2.2 Konsep E-Learning
Metode pengajaran konvensional yang diselenggarakan di dalam kelas memiliki keterbatasan - keterbatasan yang dapat menghambat proses penyampaian ilmu pengetahuan yang berkembang demikian cepat. Beberapa keterbatasan dapat disebabkan karena masalah waktu dan tempat. Berbagai elemen yang terdapat dalam e-learning antara lain[6] :
1. Materi pendidikan, elemen ini merupakan hal utama dalam e-learning. Materi disajikan dalam bentuk modul yang bisa diakses dengan mudah.
2. Peserta didik (pembelajar), pembelajar merupakan elemen yang menjadi penerima ilmu pengetahuan dari proses pembelajaran.
3. Komunitas online, komunitas ini dapat dalam bentuk forum diskusi, mailing list, maupun chatting. Melalui komunitas online peserta dapat saling berkomunikasi, bertanya, dan menjawab baik dengan sesama peserta maupun dengan pengajar.
4. Penyelenggara e-learning, penyelenggara mencakup semua komponen yang bertanggung jawab dalam lancarnya proses pembelajaran mulai dari administrator, pengajar, teknisi, hingga perancang materi.
5. Aplikasi e-learning, aplikasi ini menjadi suatu media perantara dalam proses pembelajaran. Aplikasi harus dapat mendukung pembelajaran yang efisien. Perbedaan utama antara konsep penyelenggaraan pembelajaran konvensional dan e-learning adalah adanya media antarmuka berbasis web yang digunakan selama proses pembelajaran. Pada pembelajaran konvensional interaksi dilakukan dalam bentuk tatap muka, sedangkan dalam e-learning dapat dilakukan melalui media elektronik.
2.3 Pengembangan model E-Learning
Pendapat Haughey tentang pengembangan
e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam
pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced
course.[7]
Web course adalah penggunaan internet untuk
keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan
adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang
memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada pelajar untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Pelajar juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, pelajar dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Konsep inilah yang digunakan dalam perancangan sistem ini.
Web enhanced course adalah pemanfaatan internet
untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan, dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
3. Course Management System
Dalam proses penyelenggaraan e-learning dibutuhkan sebuah Course Management SystemLearning Management System, yang berfungsi untuk
mengatur tata laksana penyelenggaraan pembelajaran di dalam model e-learning. Sering juga LMS dikenal sebagai CMS (Course Management System
Course Management System dibangun berbasis web,
yang akan berjalan pada sebuah web server dan dapat diakses oleh pesertanya. Gambar 1
bagaimana cara kerja sebuah Course Management
System.
adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan epenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui ernet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada pelajar untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Pelajar juga diberikan arahan untuk mencari situs yang relevan. Dalam tatap muka, pelajar dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Konsep inilah yang digunakan dalam emanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran,
eb yang menarik dan diminati, melayani bimbingan, dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
learning, maka Course Management System atau
, yang berfungsi untuk mengatur tata laksana penyelenggaraan pembelajaran di . Sering juga LMS dikenal
Course Management System), umunya
dibangun berbasis web, pada sebuah web server dan dapat 1 menunjukkan
Course Management
Pada umumnya, secara dasar Course Management
System memberikan sebuah tool
educator atau pendidik untuk membuat website
pendidikan dan mengatur akses kontrol, sehingga hanya peserta yang terdaftar yang dapat mengakses dan melihatnya. Selain menyediakan pengontrolan,
Management System juga menyediakan berba
yang menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien, seperti menyediakan layanan untuk mempermudah upload dan share material pengajaran, diskusi online,
chatting, penyelenggaraan kuis, survey, laporan (report)
dan sebagainya.
3.1 Spesifikasi Course Management System Jason Cole mengungkapkan bahwa secara umum, fungsi - fungsi yang harus terdapat
Course Management System, antara lain
1. Uploading and sharing materials Umumnya Course Management System
layanan untuk mempermudah proses publikasi konten. Dengan menggunakan editor H kemudian mengirim dokumen melalui FTP server, sehingga dengan demikian mempermudah
untuk menempatkan materi ajarnya sesuai de silabus yang mereka buat. Kebanyakan instruktur meng-upload silabus perkuliahan, catatan materi, penilaian, dan artikel artikel siswa kapanpun dan di manapun mereka berada.
2. Forums and chats
Forum online dan chatting menyediakan komunikasi dua arah antara
pesertanya, baik dilakukan secara sinkron ( maupun asinkron (forum,email).
fasilitas ini, memungkinkan bagi pelajar untuk menulis tanggapannya dan mendiskusikannya dengan teman - temannya yang lain.
3. Quizzes and surveys
Kuis dan survey secara online dapat untuk memberikan grade secara
pelajar. Hal ini merupakan tool yang sangat ba digunakan untuk mendapatkan respon (feedback) langsung dari pelajar yang sesuai dengan kemampuan dan daya serap yang mereka miliki. Proses ini dapat juga dilakukan dengan membangun sebuah bank soal, yang kemudian semua soal tersebut dapat di generate secara acak untuk muncul dalam kuis.
4. Gathering and reviewing assignments Proses pemberian nilai dan skori
dapat juga dilakukan secara online dengan bantuan
Course Management System
5. Recording grades
Fungsi lain dari Course Management System melakukan perekaman data grade otomatis, sesuai konfigurasi dan
Course Management tool bagi instruktur,
atau pendidik untuk membuat website pendidikan dan mengatur akses kontrol, sehingga hanya peserta yang terdaftar yang dapat mengakses dan melihatnya. Selain menyediakan pengontrolan, Course juga menyediakan berbagai tools yang menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien, seperti menyediakan layanan untuk mempermudah material pengajaran, diskusi online, , penyelenggaraan kuis, survey, laporan (report)
Course Management System
Jason Cole mengungkapkan bahwa secara umum, fungsi yang harus terdapat di dalam sebuah
, antara lain[8] :
Course Management System menyediakan
proses publikasi konten. Dengan menggunakan editor HTML, melalui FTP server, mempermudah instruktur materi ajarnya sesuai dengan Kebanyakan instruktur perkuliahan, catatan materi, penilaian, dan artikel artikel siswa kapanpun dan di
menyediakan layanan omunikasi dua arah antara instruktur dengan pesertanya, baik dilakukan secara sinkron (chat) ). Sehingga dengan bagi pelajar untuk tanggapannya dan mendiskusikannya dengan
dapat digunakan instan bagi yang sangat baik mendapatkan respon ) langsung dari pelajar yang sesuai dengan serap yang mereka miliki. Proses ini dapat juga dilakukan dengan membangun sebuah bank soal, yang kemudian semua soal secara acak untuk muncul
Gathering and reviewing assignments
ilai dan skoring kepada pelajar dapat juga dilakukan secara online dengan bantuan
Course Management System adalah grade pelajar secara
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
51
3.2 Rancangan Course Management System FTI UNTAR
Sistem yang dirancang adalah sistem terdistribusi untuk Course Management System. Tujuan dari sistem yang dirancang ini adalah untuk memperbaiki sistem serupa (e-class) yang pernah digunakan di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara dan juga untuk mendukung hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan perkuliahan atau pembelajaran di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara. Sistem yang dirancang ini dibuat dengan menggunakan PHP dan MySql. Sistem ini dibuat dengan menggunakan metode System Development Life Cycle (SDLC). Sistem ini dibuat berbasis web agar dapat diakses lebih mudah oleh semua orang, terutama oleh mahasiswa dan dosen Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara. Sistem ini dibuat dengan konsep web
centric course yang dimana konsep tersebut merupakan
pengembangan model dari e-learning. Konsep web
centric course digunakan agar kegiatan perkuliahan di
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara dapat berjalan secara online maupun secara tatap muka (konvensional).
3.3 Modul Course Management System FTI UNTAR
Modul – modul yang terdapat di dalam Course
Management System FTI UNTAR, antara lain :
1. Uploading and sharing materials
Materi ajar ditempatkan pada setiap pertemuan, sehingga memudahkan mahasiswa dalam mengunduh materi dari dosen. Gambar 2 dan gambar 3 menunjukkan tampilan modul
upload – download Course Management System
FTI UNTAR.
Gambar 2 Tampilan Upload Bahan Kuliah
Gambar 3 Tampilan download Bahan Kuliah
2. Forums and chats
Dalam Course Management System di FTI Untar, hanya tersedia forum saja. Tampilan forum dibuat seperti tampilan status box pada situs jejaring sosial sehingga pengguna Course Management System di FTI Untar dapat bebas berkomunikasi layaknya pada situs jejaring sosial. Gambar 4 menunjukkan tampilan modul forum pada Course Management
System FTI UNTAR.
Gambar 4 Tampilan modul forum
3. Quizzes and surveys
Dalam Course Management System di FTI Untar, soal kuis dapat tampil secara acak, kuis berjalan dengan durasi agar mahasiswa dapat mengerjakan dengan serius dan teliti, namun soal kuis belum mendukung soal yang mengandung equation atau persamaan dan soal kuis untuk kuis online hanya soal dengan tipe pilihan ganda. Gambar 5 menunjukkan tampilan modul kuis Course Management System FTI UNTAR.
Gambar 5 Tampilan modul kuis
4. Gathering and reviewing assignments
Dalam Course Management System di FTI Untar, tugas yang sudah dikerjakan, di-upload kembali kepada dosen untuk diberi nilai. Nilai kuis tampil setelah waktu pelaksanaan kuis selesai. Gambar 6 menunjukkan tampilan tugas Course Management System FTI UNTAR.
5. Recording grades
Dalam Course Management System di FTI Untar, nilai yang disimpan dalam basis data hanya nilai tugas dan nilai kuis. Gambar 7 dan Gambar 8 menunjukkan tampilan nilai tugas dan nilai kuis mahasiswa.
Gambar 7 Tampilan Nilai Tugas
Gambar 8 Tampilan Nilai Kuis
6. Students Attendance
Dalam Course Management System di FTI Untar, ditambahkan satu modul yang disesuaikan dengan kebutuhan FTI Untar, yaitu absensi mahasiswa. Daftar peserta mata kuliah diambil dari file
dengan format .txt, kemudian file tersebur diproses dan dimasukkan ke dalam basis data. Dari hasil proses tersebut, dosen dapat mencata kehadiran mahasiswa dan program dapat menampilkan jumlah kehadiran mahasiswa dalam bentuk report. Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan tampilan dari report absensi mahasiswa.
Gambar 9 Report Absensi Mahasiswa
Gambar 10 Report Absensi Mahasiswa dalam bentuk KSM
4. Pengujian
Setelah tahap perancangan dan pembuatan selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah menguji jalannya aplikasi. Tahapan ini bertujuan untuk mencari kesalahan pada program (Bug, Runtime error) dan juga kekurangan aplikasi. Tahap ini sangat penting untuk memastikan kualitas perangkat lunak yang telah dibuat.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan pada sistem terdistribusi untuk Course Management System (Studi Kasus : FTI UNTAR), dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan dari hasil pengujian modul yang telah
dilakukan, fungsi – fungsi pada tiap modul dalam program ini telah berfungsi sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
2. Berdasarkan hasil pengujian terhadap calon pengguna, dapat disimpulkan bahwa fitur – fitur yang terdapat dalam program dapat diterima dan sesuai dengan kebutuhan user serta dapat membantu kegiatan belajar mengajar di lingkungan FTI Untar. 3. Berdasarkan hasil pengujian terhadap data, untuk
modul absensi mahasiswa, data daftar peserta mata kuliah pada aplikasi sudah sama dengan data daftar peserta mata kuliah yang sebenarnya.
Tabel 1 Perbandingan hasil pengujian pada modul absensi mahasiswa
Pengujian Keterangan Hasil
Pengujian I Pada pengujian pertama, dimasukkan data dpmk pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012.
Hasil yang didapat adalah terdapat beberapa kelas mata kuliah yang tidak masuk ke basis data dikarenakan perbedaan jadwal kuliah semester ganjil 2011/2012 dengan semester ganjil 2012/2013.
Pengujian II Pada pengujian kedua,
dimasukkan data
dpmk dari
semester ganjil 2012/2013.
Hasil yang didapat adalah semua isi data masuk ke dalam basis data, namun nama mahasiswa tidak tampil
pada program
dikarenakan tabel mahasiswa dalam basis data belum lengkap. Pengujian III Pada pengujian
kedua, dimasukkan data dpmk dari semester ganjil 2012/2013 dengan tabel mahasiswa yang sudah dilengkapi.
Hasil yang didapat adalah program dapat menampilkan daftar peserta mata kuliah sesuai dengan data yang dimasukkan.
4. Berdasarkan hasil pengujian terhadap data, untuk modul kuis online, mahasiswa hanya dapat mengikuti kuis satu kali, soal kuis tampil secara acak atau random, nilai mahasiswa akan muncul saat waktu
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
53
pelaksanaan kuis telah selesai, dan mahasiswa hanya dapat mengikuti kuis pada waktu dan dalam durasi yang telah ditentukan.
Tabel 2 Perbandingan hasil pengujian modul kuis
Pengujian Keterangan Hasil Pengujian IV Link untuk
mengikuti kuis.
Link untuk mengikuti kuis hanya akan muncul
saat waktu
pelaksanaan kuis telah tiba.
Pengujian V Membuat soal kuis untuk mahasiswa.
Dosen dapat membuat soal dan dapat melihat soal kuis yang telah dibuat.
Pengujian VI Soal tampil secara acak.
Soal kuis untuk mahasiswa tampil secara acak Pengujian VII Durasi pengerjaan
kuis.
Mahasiswa mengerjakan soal kuis dalam durasi
yang telah
ditentukan, apabila durasi telah habis, maka mahasiswa tidak dapat mengerjakan soal kuis lagi. Pengujian VIII
Daftar peserta dan nilai kuis.
Daftar peserta kuis dan nilai kuis tampil setelah waktu pelaksanaan kuis selesai
dilaksanakan.
5. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada program aplikasi Sistem Terdistribusi untuk Course
Management System ( Studi Kasus : FTI UNTAR ),
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Fitur – fitur yang terdapat di dalam aplikasi dapat diterima dan telah memenuhi kebutuhan user untuk dapat membantu kegiatan belajar mengajar di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara, namun masih terdapat kekurangan, yaitu soal kuis pada program ini belum mendukung soal yang bersifat equation atau persamaan.
2. Modul absensi mahasiswa dapat menampilkan data daftar peserta mata kuliah sesuai dengan daftar peserta mata kuliah yang sebenarnya yang dalam pengujian menggunakan daftar peserta mata kuliah pada semester ganjil 2012/2013.
Saran-saran yang dapat diberikan bagi mereka yang ingin mengembangkan Sistem Terdistribusi untuk
Course Management System ( Studi Kasus : FTI
UNTAR ) adalah sebagai berikut :
1. Untuk pengembangan aplikasi ini kedepannya, diharapkan operator dapat meng-import file dengan format .xlsx atau .csv ke dalam modul absensi mahasiswa, guna mengefisiensikan proses penginputan data.
2. Dapat mendukung soal yang berisi equation atau persamaan.
REFERENSI
[1] Riyadi Triwijaya, 19 Januari 2012, “Learning Management System (LMS)”,
http://riyadi2405.wordpress.com/2010/04/25/lms-learning-management-system/.
[2] Jaya Kumar C. Koran, 2002. “Aplikasi E- Learning Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran Di Sekolah-Sekolah Malaysia : Cadangan Perlaksanaan Pada Senario Masa Kini, Pasukan Projek Rintis Sekolah Bestari Bahagian Teknologi Pendidikan”, Kementerian Pendidikan Malaysia
[3] Antonius Aditya Hartanto dan Onno W. Purbo, 2002, “E-Learning berbasis PHP dan MySQL”, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
[4] Khoe Yao Tung, 2000, “Pendidikan dan Riset di Internet”, Dinastindo, Jakarta.
[5] Cisco, 19 Februari 2012, “e-Learning : Combines Communication, Education, Information, and Training”,
http://www.cisco.com/warp/public/10/wwtraining/elearnin g.
[6] Siahaan, S., 24 Januari 2013, “E-learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Pembelajaran”,
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/sudirman.h tm. [7] Haughey, M. & Anderson, T, 1998, “Networked
Learning: The pedagogy of the
Internet”,Cheneliere/McGraw-Hill,Montreal.
[8] Jason Cole & Helen Foster, 2008, “Using Moodle,2nd Edition”, O’Reilly, Sebastopol.
Farenco, saat ini sedang menjalani studi pada program studi
Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara.
Lely Hiryanto, memperoleh gelar Sarjana Teknik pada tahun
2001 dari Universitas Tarumanagara. Kemudian memperoleh gelar M.Sc dari Department of Computing, Curtin University of Techonology, Australia pada tahun 2006. Saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi Teknik Informatika di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara.
Bagus Mulyawan, memperoleh gelar S.Kom dari Universitas
Gunadharma . Kemudian memperoleh gelar MM dari Universitas Budi Luhur. Saat ini menjabat sebagai staf pengajar di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara.