• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSERVASI LOGAM DENGAN BAHAN TRADISIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSERVASI LOGAM DENGAN BAHAN TRADISIONAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN

LAPORAN HASIL KAJIAN

KONSERVASI LOGAM DENGAN BAHAN TRADISIONAL

Oleh :

Ari Swastikawati, S.Si, M.A

Henny Kusumawati, S.S

Rony Muhammad, S.T

Heri Yulianto

Yudi Atmaja Hendra Purnama

BALAI KONSERVASI BOROBUDUR

MAGELANG

(2)

ii

Halaman Pengesahan

Laporan Kajian

KONSERVASI LOGAM DENGAN BAHAN TRADISIONAL

Tim Pelaksana:

Ketua : (Ari Swastikawati, S.Si., M.A / 19730104 200003 2 001) Anggota : (Henny Kusumawati, S.S / 19800929 200902 2 004) (Rony Muhammad, S.T / 19750925 200912 1 001) (Heri Yulianto / 19770703 200312 1 001)

(Yudi Atmaja Hendra Purnama / 19790102 200701 1 002)

Jangka waktu Pelaksanaan : 4 bulan

Sumber Anggaran : DIPA Balai Konservasi Borobudur Tahun 2014

Borobudur, Desember 2014

Kasi. Layanan Konservasi Ketua Tim

Iskandar Mulia Siregar, S.Si Ari Swastikawati, S.Si., M.A NIP. 19691118 199903 1 001 NIP. 19730104 200003 2 001

Mengetahui/ Menyetujui Kepala Balai Konservasi Borobudur

Drs. Marsis Sutopo, M.Si NIP. 19591119 199101 1 001

(3)

iii KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kajian yang berjududl “Konservasi Logam dengan Bahan Tradisional”. Laporan ini merupakan bukti hasil kajian yang telah dilaksanakan mulai dari penyusunan rencana, pengumpulan data lapangan dan laboratorium, konsultasi narasumber, hingga penyusunan laporan. Laporan ini telah diseminarkan pada acara “Diskusi Hasil Kajian” Balai Konservasi Borobudur yang diselenggarakan di Yogyakarta, untuk mendapatkan tanggapan dan masukan dari narasumber dan berbagai pihak. Selanjutnya kami berharap agar kajian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan konservasi cagar budaya secara lebih luas.

Selama pelaksanaan kajian ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan hingga laporan ini selesai. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Drs. Marsis Sutopo, M.Si., selaku Kepala Balai Konservasi Borobudur yang telah memberikan masukan dan arahan dalam pelaksaaan kajian.

2. Prof. Dr. Endang Tri Wahyuni, M.S., dosen Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, selaku narasumber dalam pelaksanaan kajian.

3. Iskandar Mulia Siregar, S.Si., selaku Kasi layanan Konservasi Balai Konservasi Borobudur yang telah memberikan saran dan masukan dalam pelaksanaan kajian. 4. Wiwit Kasiyati, S.S., selaku Kasubag Tata Usaha Balai Konservasi Borobudur yang

telah memberikan saran dan masukan dalam pelaksanaan kajian.

5. Serta pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan kajian yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Demikian laporan kajian ini kami susun. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan acuan untuk kajian selanjutnya.

Borobudur, Desember 2014

(4)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Permasalahan ... 2

C. Maksud dan Tujuan ... 2

D. Ruang Lingkup ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

A. Artefak Logam sebagai Material Arkeologi ... 4

B. Artefak Logam Berbahan besi, Tembaga, dan Paduannya ... 4

C. Korosi pada Logam ... 6

D. Pengertian Konservasi ... 8

E. Metode Konservasi Logam ... 9

BAB III METODE PENELITIAN ... 11

A. Kerangka Pikir ... 11

B. Alat dan Bahan ... 11

C. Prosedur Penelitian ... 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

A. Karakteristik Korosi Pasif dan Aktif pada Besi dan Paduan Tembaga 19

B. Jenis-Jenis Korosi pada Keris ... 23

C. Pembersihan Korosi Besi menggunakan Bahan Alam ... 26

D. Pembersihan Korosi Paduan Tembaga Menggunakan Bahan Alam ... 44

BAB V KESIMPULAN ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN

(5)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Prosedur Eksperimen Konservasi Logam Secara Tradisional ... 14

Tabel 4.1 Komposisi Unsur keris Besar ... .. 26

Tabel 4.2 Komposisi Unsur Besi dengan Baut ... 27

Tabel 4.3 Komposisi Unsur Keris Kecil ... ... 29

Tabel 4.4 Komposisi Unsur Pisau Besar ... 31

Tabel 4.5 Komposisi Unsur Besi Persegi Panjang ... 32

Tabel 4.6 Komposisi Unsur pada Pisau Pengot ... 34

Tabel 4.7 Komposisi Unsur Pasah ... 35

Tabel 4.8 Komposisi Unsur Pasah ... 38

Tabel 4.9 Komposisi Unsur pada Keris ... 41

Tabel 4.10 Komposisi Unsur pada Warangka ... 44

Tabel 4.11 Komposisi Unsur pada Koin 1 ... 46

Tabel 4.12 Komposisi Unsur pada Koin 2 ... 48

Tabel 4.13 Komposisi Unsur pada Cawan 1 ... 49

Tabel 4.14 Komposisi Unsur pada Cawan 2 ... 51

Tabel 4.15 Komposisi Unsur pada Nampan ... 53

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kegiatan Wawancara dengan Gusti Kanjeng Winarno ... 12

Gambar 3.2 Melihat Proses Pembuatan Keris di Padepokan serta Kegiatan Wawancara dengan Empu Daliman ... 13

Gambar 3.3 Melihat Proses Pembuatan Keris di Padepokan serta Kegiatan Wawancara dengan Bapak Basuki Teguh Yuwono ... 13

Gambar 4.1 Meriam di Museum Benteng Vredeburg yang Mengalami Korosi Pasif 19 Gambar 4.2 Contoh Korosi Pasif pada Paduan Tembaga ... 20

Gambar 4.3 Korosi Aktif pada Tang Besi Hasil Temuan Eskavasi Situs Liangan ... 21

Gambar 4.4 Korosi Aktif yang Terjadi pada Temuan Hasil Eskavasi Situs Liangan yang ditandai Adanya Pengelupasan dan Retakan ... 21

Gambar 4.5 Korosi aktif pada Artefak Besi yang Ditandai Adanya “sweating” or “weeping (berkeringat dan menangis) ... 22

Gambar 4.6 Korosi Aktif pada Paduan Tembaga ... 22

Gambar 4.7 Permukaan Bilah yang Mengalami Karat Tahun ... 23

Gambar 4.8 Karat Darah yang Belum Dibersihkan ... 24

Gambar 4.9 Karat Darah yang Sudah Dibersihkan tapi Belum Sempurna sehingga Masih Meninggalkan Bekas ... 24

Gambar 4.10 Karat Darah pada Bilah Keris yang Sudah Dibersihkan ... 25

Gambar 4.11 Bilah Pisau yang Ditemukan di Sungai Mengalami Korosi Aktif ... 25

Gambar 4.12 Bilah Keris yang Temukan di Sungai, Mengalami Korosi Aktif tapi Sudah Dibersihkan dengan Sempurna ... 25

Gambar 4.13 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan dengan Blimbing Wuluh ... 26

Gambar 4.14 Proses Pembersihan Keris Menggunakan Blimbing Wuluh ... 27

Gambar 4.15 Kondisi Keris Setelah Dibersihkan... 27

Gambar 4.16 Kondisi Besi dan Baut yang belum Dibersihkan... 28

Gambar 4.17 Proses Perendaman Objek dalam Air Mengkudu dan Pengukuran ... 28

Gambar 4.18 Proses Pembersihan dengan Lerak ... 29

Gambar 4.19 Kondisi Besi dan Baut Setelah Dibersihkan ... 29

Gambar 4.20 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan ... 30

Gambar 4.21 Proses Pembersihan Keris dengan Direndam dalam Air Nanas ... 30

Gambar 4.22 Kondisi Keris Setelah Dibersihkan ... 30

Gambar 4.23 Kondisi Pisau Sebelum Dibersihkan ... 31

Gambar 4.24 Kondisi Pisau Setelah Dibersihkan ... 32

Gambar 4.25 Kondisi Besi Persegi Sebelum Dibersihkan ... 32

(7)

vii

Gambar 4.27 Kondisi Besi Setelah Dibersihkan dengan Blimbing Wuluh ... 33

Gambar 4.28 Kondisi Pisau Pengot Sebelum Dibersihkan ... 34

Gambar 4.29 Proses Pembersihan Pisau Pegot Menggunakan Buah Maja ... 34

Gambar 4.30 Kondisi Pisau setelah Dibersihkan ... 35

Gambar 4.31 Kondisi Kuncian Sebelum Dibersihkan ... 35

Gambar 4.32 Proses Penyiapan Larutan dari Buah Mengkudu ... 36

Gambar 4.33 Proses Pembersihan Korosi Menggunakan Buah Mengkudu ... 36

Gambar 4.34 Kondisi Kuncian Setelah Direndam dalam Air Mengkudu ... 37

Gambar 4.35 Kondisi larutan Mengkudu dan Pengukuran pH Larutan ... 37

Gambar 4.36 Proses Pencucian Setelah Perendaman ... 37

Gambar 4.37 Kondisi Kuncian Setelah Proses Pencucian dengan Lerak ... 38

Gambar 4.38 Kondisi Kuncian Pasah Sebelum Dibersihkan ... 39

Gambar 4.39 Perendaman Kuncian Pasakh dalan Air Nanas ... 39

Gambar 4.40 Kondisi Kuncian Pasah setelah Perendaman ... 40

Gambar 4.41 Pengukuran pH Air Nanas setelah Digunakan untuk Perendaman dan Proses Pembesihan Secara Mekanis ... 40

Gambar 4.42 Kondisi Kuncian Pasah Setelah Dibersihkan dengan Air Nanas ... 40

Gambar 4.43 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan ... 41

Gambar 4.44 Garam dan Sulfur yang Digunakan dalam Proses Pembersihan Karat 42

Gambar 4.45 Campuran Sulfur, Garam dan Air serta Pengukuran pH ... 42

Gambar 4.46 Proses Pembalutan awal ... 42

Gambar 4.47 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan ... 43

Gambar 4.48 Pembalutan Ulang Keris ... 43

Gambar 4.49 Kondisi Keris Setelah Pembalutan 24 Jam ... 43

Gambar 4.50 Kondisi Keris Setelah Dibersihkan dengan Pembalutan 24 Jam ... 44

Gambar 4.51 Kondisi Warangka Sebelum Dibersihkan ... 45

Gambar 4.52 Proses Penyiapan Santan ... 45

Gambar 4.53 Kondisi Keris setelah Dibersihkan ... 46

Gambar 4.54 Kondisi Koin Sebelum Dibersihkan ... 46

Gambar 4.55 Proses Pembersihan dengan Jeruk Nipis ... 47

Gambar 4.56 Kondisi Koin Setelah Dibersihkan... 47

Gambar 4.57 Kondisi Koin 2 Sebelum Dibersihkan ... 48

Gambar 4.58 Proses Pembersihan Koin 2 Mengunakan Jeruk NIpis dan Abu ... 48

Gambar 4.59 Kondisi Koin 2 Setelah Dibersihkan dengan Jeruk Nipis dan Abu Gosok 49 Gambar 4.60 Kondisi Cawan Sebelum Dibersihkan ... 50

Gambar 4.61 Kondisi Cawan Sesudah Dibersihkan ... 50

(8)

viii

Gambar 4.63 Kondisi Cawan 2 Setelah Dibersihkan ... 52

Gambar 4.64 Kondisi Nampan Sebelum Dibersihkan ... 53

Gambar 4.65 Kondisi Nampan Setelah Dibersihkan ... 53

Gambar 4.66 Kondisi Koin 3 Sebelum Dibersihkan ... 54

Gambar 4.67 Proses Pencampuran Jeruk Nipis dan Soda Kue ... 55

Gambar 4.68 Proses Pembersihan Korosi pada Koin 3 dengan Pasta Jeruk Nipis dan Soda Kue ... 55

(9)

ix

Abstrak

Saat ini di bidang konservasi cagar budaya terdapat kecenderungan untuk kembali

menggunakan metode konservasi tradisional. Kecenderungan ini didasarkan pada fakta bahwa

penggunaan metode tradisional lebih mudah dan ramah terhadap lingkungan. Salah satu metode

tradisional yang perlu dikaji adalah penggunaan bahan tradisional atau bahan alam untuk perawatan

dan pengawetan cagar budaya berbahan logam. Pertimbangan terpenting untuk menentukan apakah

sebuah artefak logam perlu dibersihkan atau tidak adalah jenis korosinya. Penentuan karakteristik

korosi aktif dan pasif dari setiap jenis artefak logam baik secara visual maupun dari sudut pandang

kimia, perlu dilakukan untuk mengetahui suatu artefak mengalami korosi aktif atau pasif.

Kajian Konservasi Logam dengan Bahan Tradisional ini dilaksanakan untuk menggali

metode konservasi artefak logam dengan menggunakan bahan tradisional atau bahan alam. Adapun

tujuan dari kajian ini adalah mengidentifikasi karakteristik korosi aktif dan pasif pada artefak

berbahan besi dan paduan tembaga serta menginventarisasi bahan-bahan alam yang dapat

digunakan dalam konservasi artefak berbahan besi dan paduan tembaga.

Kerangka pikir yang digunakan dalam kajian ini adalah melakukan kegiatan survei. Survei

dilaksanakan untuk menginventarisasi praktek-praktek konservasi logam menggunakan bahan

tradisional yang masih berlangsung di masyarakat. Berdasarkan hasil survei tersebut kemudian

dilakukan praktek di laboratorium. Selain survei untuk mengiventarisasi praktek-praktek konservasi

tradisional, juga dilaksanakan survei di museum. Kegiatan survei di museum terutama untuk

mengidentifikasi korosi aktif dan pasif pada koleksi logam.

Berdasarkan eksperimen di laboratorium, beberapa bahan–bahan alam yang dapat

dimanfaatkan untuk pembersihan korosi pasif pada besi adalah blimbing wuluh, mengkudu, dan buah

nanas. Bahan yang dapat digunakan untuk pembersihan korosi aktif pada besi adalah jeruk nipis,

mengkudu, dan buah nanas. Campuran sulfur, garam dan air sebaiknya tidak digunakan dalam

pembersihan korosi aktif pada bcb. Bahan yang dapat digunakan dalam pembersihan korosi pada

kuningan adalah santan, jeruk nipis, campuran jeruk nipis dan abu gosok, campuran jeruk nipis dan

bubukan bata, campuran jeruk nipis dan bubukan bata serta pasta campuran jeruk nipis dan soda

kue.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terdapat interaksi antara bangsa dan dosis lactosym terhadap pertambahan bobot hidup dan konversi pakan, tetapi interaksi antara bangsa kelinci dan dosis lactosym

Tabel 31 Proporsi Pembiayaan/Penyertaan Perusahaan Modal Ventura Konvensional Berdasarkan Jenis Kegiatan Usaha per 31 Desember 2016 (miliar Rupiah).. Table 31 Proportion

Tepung daun murbei dapat digunakan untuk mensubstitusi konsentrat dalam ransum yang berbasis jerami padi pada sapi Peranakan Ongole, dan penggunaan tepung

Output aplikasi, hasil searching akan menghasilkan data profile dari seseorang yang memiliki. account twitter , daftar friends -nya, dan daftar

Totusi, dupa primele 4-6 saptamani de viata ale copilului, acesta se poate hrani cu laptele muls cu ajutorul pompei (daca hraniti copilul cu lapte recoltat

Peristiwa traumatis ( traumatic experience )adalah peristiwa yang menyakitkan yang menimbulkan efek psikologis dan fisiologis yang berat.peristiwa traumatis mencakup

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Trianto Ibnu Badar Al-Tabany (2009: 91) yaitu suatu konsekuensi logis, bahwa dengan memecahkan masalah secara

Hasil perhitungan tersebut akan digunakan untuk melihat penilaian petani terhadap keragaan usaha (X 10 ) pada tengkulak maupun eksportir dan dari hasil tersebut mencerminkan