Implementasi pendekatan scientific Kurikulum 2013
dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I
Driyorejo.
Oleh :
Umu Rosyidah,S.Ag., M.Pd.I,
1Husnul Wafa,M.Pd.I.,
2Abstarksi:
Salah Satu Upaya untuk menata kemajuan Bangsa adalah memberi bekal lewat Pendidikan Karakter, Budi Pekrti, dan memberi Fondasi Pendidikan Agama yang Kuat,karena itu, kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Kemajuan Bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikan harkat dan martabat manusia Indonesia.
Kata Kunci : Pendekatan Scientific Kurikulum 13, Pembelajaran PAI, dan Budi Pekerti.
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan dan perkembangan kurikulum terjadi seiring tuntutan kebutuhan dan kondisi pendidikan di Indonesia, demi terwujudnya pendidikan yang lebih baik. Namun pada kenyataannya setiap kurikulum pasti memiliki kekurangan dan perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Pendidikan pada umumnya dilaksanakan dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
1 Ia Seorang Guru PAI di Seakolah SMPN I Driroyorejo Kabupaten Gresik Jawa Timur. 2
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”3
Salah satu cara merealisasikan tujuan pendidikan nasional di atas adalah melalui proses belajar mengajar. Sebab di sanalah semua peserta didik akan berinteraktif dan akan memperoleh berbagai ilmu pengetahuan baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama yang akan bermanfaat bagi tercapainya tingkat perkembangan individunya.
Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan penting dalam usaha untuk mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang baik, serta menjadikan anak senang berbuat kebaikan.
Pada era globalisasi dewasa ini, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Kemajuan Bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikan harkat dan martabat manusia Indonesia.
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen utama yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan isi pengajaran dan kualitas hasil pendidikan di samping faktor-faktor yang lain. Oleh sebab itu, dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya, maka setiap kurun waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan kebutuhan pasar. Departemen Pendidikan Nasional juga secara teratur melakukan evaluasi terhadap peraturan yang berkaitan dengan kurikulum..
3 UU RI No. 20 Tahun 2003 (2003), Sistem Pendidikan Nasional, Citra Umbara. Bandung, hlm. 12.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 mengamanatkan perlu adanya penataan kembali kurikulum yang diterapkan saat ini berdasarkan hasil evaluasi kurikulum yang dilakukan oleh pusat kurikulum dan perbukuan ( puskurbuk ). Atas dasar itu, pemerintah Republik Indonesia pada bulan Juli tahun 2013-2014 mencanangkan dan memberlakukan kurikulum 2013 secara terbatas yang merupakan hasil dari penyempurnaan kurikulum sebelumnya. Hal ini dipertegas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui kebijakannya, bahwa kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya.4
Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.5
Ada banyak komponen yang melekat pada kurikulum tahun 2013 ini. Hal yang paling menonjol adalah pendekatan dan stratgi pembelajarannya. Guru masih memahami dan menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran kurikulum sebelumnya. Hal ini perlu ada perubahan mindset dari metodologi
4 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( 2013) Materi Pelatihan Guru Pendamping Implementasi Kurikulum 2013, hlm. 1
5 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( 2013) Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, Pn. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hlm.iii
pembelajaran pola lama menuju pola baru sesuai dengan yang diterapkan pada kurikulum tahun 2013. Tidak semua guru bisa menerima pergantian kurikulum ini. Guru yang baik adalah guru yang mau menerima perubahan, melakukan pertumbuhan, dan perkembangan dalam dunia penedidian.6
Oleh karena itu, bagi guru yang terpenting adalah mengubah mindset dan
memahami serta mampu menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013 dengan baik sesuai dengan standart proses yang telah dipersyaratkan, sesuai dengan peraturan yang diberlakukan oleh kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan scientific dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan scientific diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik7. Pembelajaran berbasis pendekatan scientific itu lebih efektif hasilnya dibanding dengan pembelajaran tradisonal. Proses pembelajaran dengan berbasis ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah yaitu pendekatan yang bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.8
Harus disadari oleh semua pihak bahwa peserta didik pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya belum menunjukkan sikap dan perilaku seperti yang diharapkan. Masih banyak penyimpangan perilaku yang diperlihatkan oleh peserta didik. Padahal secara intelektual mereka memiliki pengetahuan yang memadahi tentang nilai baik dan buruk. Dengan adanya fenomena negatif tersebut terkesan bahwa pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diterima di sekolah seolah-olah tidak bermakna atau kehilangan relevansinya. Oleh karena itu pendekatan scientific yang dikembangkan pada kurikulum 2013 diharapkan mampu menjadi solusi bagi guru PAI dan Budi
6 M. Hosnan ( 2014 ), Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 3
7 Endang Kumara,Prof.Dr.Drs,M.Si., Belajar dan Pembelajaran Interaktif, PT. Refika Aditama, 2014,Bandung, hlm.88).
Pekerti dalam menanamkan nilai-nilai suci ajaran agama menjadi perilaku yang berakar kuat dalam jiwa peserta didik. Dengan pendekatan Scientific, peserta didik didorong untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti melalui lima tahapan :pengalaman belajar, yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan9.
Dalam perspektif ajaran Islam, pendekatan Scientific dalam pembelajaran memiliki dasar kuat yaitu al-Qur‟an dan Hadis Nabi Muhammad Saw. Banyak ayat Allah menekankan pentingnya akal dan pikiran dalam menjalankan fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi. Demikian halnya hadis Nabi Muhammad Saw. menegaskan pentingnya memikirkan ciptaan Allah SWT.10
Kurikulum 2013 secara terbatas mulai dilaksanakan tahun 2013 pada sekolah-sekolah yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan secara selektif. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan internal dan eksternal.
Pada tahun pertama bergulirnya pelaksanaan kurikulum 2013, terjadi sebuah polemik karena adanya pergantian Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2014 ( Anies Baswedan ) yang membuat kebijakan baru tentang pelaksanaan kurikulum 2013. Kebijakan tersebut adalah diluncurkannya surat edaran Mendikbud nomor 179342/MPK/KR/2014 tanggal 5 Desember 2014 tentang penghentian pelaksanaan kurikulum 2013 yang ditujukan kepada seluruh kepala sekolah se Indonesia. Kemudian pada tanggal 11 Desember 2014 dikeluarkan kembali Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014, untuk mempertegas surat edaran sebelumnya. Isi surat tersebut :
“ Menghentikan pelaksaanan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru menerapkan satu semester, yaitu sejak Tahun pelajaran 2014/ 2015. Sekolah-sekolah ini supaya kembali menggunakan Kurikulum 2006. Serta tetap menerapkan Kurikulum 2013 bagi sekolah yang telah 3 semester menerapkan
9 Diretorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Kementrian Agama Islam, (2014), Panduan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, hlm.3
10 Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Kemenag. RI (2014), Panduan Pendekatan scientific Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti, hlm. 4
Kurikulum 2013.” Ini yang jadi pro kontra di semua kalangan, terutama dunia pendidikan11
Salah satu sekolah yang menjadi target sasaran implementasi kurikulm 2013 di wilayah Jawa Timur kabupaten Gresik adalah Sekolah SMPN I Driyorejo. Dari sinilah penulis terdorong untuk mengadakan penelitian langsung di SMPN I Driyorejo karena ingin mengetahui implementasi pendekatan scientific kurikulm 2013 dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti dan ingin mengetahui respon siswa dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti dengan pendekatan Sceintific kurikulm 2013, sekaligus ingin mengetahui beberapa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat terlaksananya implementasi pendekatan scientific kurikulm 2013 dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo. Hal ini dilakukan penulis agar mengetahui tingkat keterlaksanaan implementasi Kurikulum 2013 di SMPN I Driyorejo dan memberi peluang untuk mengadakan penyempurnaan di masa mendatang.
B. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan :
1. Untuk mengetahui implementasi pendekatan scientific Kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo .
2. Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap implemetasi pendekatan Scientific Kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi pendekatan Scientific Kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo.
C. Kegunaan Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut:
11 .http://edukasi.kompasiana.com/2014/12/14/anies-baswedan-terbitkan-permendikbud-no-160-2014-stop-pro-kontra-kurikulum-2013-696854.html
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai pendekatan Scientific Kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk dapat :
1). Meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti dengan pendekatan scientific Kurikulum 2013.
2). Membantu dalam pencapaian tujuan pendekatan scientific Kurikulum 2013
3). Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat di dalam implementasi pendekatan scientific Kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti.
4). Menganalisis sejauh mana optimalisasi implementasi pendekatan scientific Kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti.
5). Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam ruang lingkup yang lebih luas guna menunjang profesi sebagai guru.
b. Bagi Siswa
1). Menambah wawasan dan pemahaman mengenai pendekatan scientific Kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti. .
2). Meningkatkan minat belajar pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti.
3). Meningkatkan kepekaan peserta didik terhadap perkembangan IPTEK.
c. Bagi SMPN I Driyorejo:
1) Sebagai studi banding implementasi pendekatan scientificKurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo Desa Tenaru, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik.
2) Pengembangan jaringan dan kerjasama strategis antara sekolah dengan pihak pihak yang berkepentingan dalam pengembangan sekolah.
d. Bagi Peneliti:
Memperoleh wawasan dan pemahaman baru mengenai salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini yaitu pendekatan scientific Kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti.
Dengan demikian, diharapkan peneliti sebagai salah satu guru PAI dan Budi Pekerti siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman.
D. Definisi Operasional
Yang dimaksud Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah penjelasan tentang pengertian yang bersifat operasional dari konsep/variable penelitian sehingga bisa dijadikan acuan dalam menelusuri, menguji atau mengukur variable tersebut melalui penelitian.12
Agar tidak terjadi salah pengertian dan tidak meluas terhadap judul tesis ini, maka perlu adanya penjelasan tentang pengertian yang bersifat operasional, sehingga tesis ini tetap pada pengertian yang dimaksud dalam judul.
Adapun penjelasan tentang pengertian dalam judul tersebut sebagai berikut :
1. Kurikulum 2013 :
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berorientasi pada tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
12 Buku Pedoman Penulisan Tesis, (2007), Surabaya, Program Pascasarjana Universitas Sunan Giri,hlm. 11
disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan, melalui penilaian berbasis test dan portofolio yang saling melengkapi.13 Titik berat kurikulumini adalahbertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan pengamatan,bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan (proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan Scientific).14
2. Pendekatan Scientific
Pendekatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran artinya suatu proses atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran.15
Adapun pengertian pendekatan scientific dalam pembelajaran yang dimaksud adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapanmengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik , menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.16
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Untuk menegaskan istilah pembelajaran PAI dan Budi Pekerti penulis kupas kata demi kata agar mudah untuk difaham .
a. Pembelajaran
Pembelajaran secara umum adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efesien yang dimulai dari perencanaan dan evaluasi.17
b. Pendidikan Agama Islam ( PAI )
13 Imas Kurinasih, Berlin Sani (2014), Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan,Kata Pena, Surabaya, hlm. 133
14 Ibid. 132
15 M.Hosnan, Op.Cit, hlm. 32 16 . M.Hosnan, Loc.Cit 17
Zainal Aqib (2013), Model-model Media, dan Strategi Pembelajaran Kontektual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, hlm. 6
Pendidikan Agama Islam adalah suatu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadianutama menurut ukuran-ukuran Islam18
c. Budi Pekerti
Adapun makna dari Budi Pekerti adalah sikap, perilaku dan tindakan individu yang mengacu pada norma baik dan buruk dalam hubungannya sesama individu, anggota keluarga, masyarakat, hidup berbangsa dan bernegara bahkan sebagai umat yang beragama, yang bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan kwalitas diri. Dalam budi pekerti memuat bangunan nilai-nilai yang baik dan benar, yang menjadi acuan perilaku ( code of conduct ) dalam mengarungi kehidupan sehari-hari.19
Berdasaran penjelasan beberapa istilah dalam judul tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendekatan scientific dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang dimaksud adalah suatu Proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah ), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan. konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan, sebagai aktualisasi salah satu aspek pengembangan kurikulum 2013 di SMPN I Driyorejo.
Adapun batasan masalah yang dimaksud penulis dalam judul penelitian ini adalah memaparkan atau memberikan gambaran diskriptif tentang implementasi pendekatan scientific kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo, respon peserta didik terhadap implementasi pendekatan scientific kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI
18
Ahmad D. Marimba (1989), Pengantar Filsafat Pendidikan, Al-Ma'arif, Bandung: hlm.12-15
19 .
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, ( 2006), Ilmu Pendididkan Islam Telaah Atas Kerangka Konseptual Pendidikan Islam, Cet.I, Kencana, Jakarta, hlm.viii
dan Budi Pekerti dan faktor pendukung dan penghambat implementasi pendekatan scientific kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti.
E. Metode Penelitian. 1. Jenis Penelitian.
Berdasarkan obyek penelitian, baik tempat maupun sumber data, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan ( field research ) yang termasuk penelitian kualitatif deskriptif, karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan menggunakan kuantitatif yang menggunakan alat-alat pengukur dan data yang dihasilkan juga berupa data diskriptif, yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dari sejumlah guru dan tindakan yang dapat diamati.20
Sedangkan pendekatannya menggunakan pendekatan fenomenologis yang berusaha memahami peristiwa dan kaitan-kaitannya yang terjadi dalam situasi tertentu. Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami tindakan manusia dari kerangka acuan si pelaku sendiri, yakni bagaimana si pelaku memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi pendiriannya.21 Melalui pendekatan ini peneliti berusaha untuk mendiskripsikan proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti dengan pendekatan scientific dalam implementasi kurikulum 2013 di SMPN I Driyorejo dan respon Peserta Didik dalam Pembelajaran tersebut
Dalam penelitian ini, Peneliti sebagai instrumen utama penelitian mengadakan pengamatan, wawancara dan pencatatan langsung di lapangan, data- data yang akan dikumpulkan mayoritas data diskriptif. Penelitian ini mengutamakan proses daripada produk. Dengan segala kemampuan peneliti menyesuaian diri dengan berbagai ragam realitas yang tidak dapat
20 Robert L.Bogdan dan Sari noop Bilen (1982), Qualitative Research for Education,an Introduction to Theory and Methods, Allin and Bacon, Boston, hlm. 2
21
dikerjakan oleh instrument non-human,peneliti dapat menangkap makna dan memahami fenomena yang terjadi.22
Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar ( natural setting ) tanpa dimanipulasi dan tanpa diatur dengan eksperimen atau tes. Dengan kata lain sumber dan data dalam penelitian ini diambil dalam situasi yang alami dengan mempertimbangkan konteks di mana fenomena tersebut terjadi. Obyek penelitian ini berlokasi di SMPN I Driyorejo.
Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk generalisasi, sebagaimana penelitian kuantitatif yang memberlakukan prinsip-perinsip hasil penelitian secara universal bagi semua kasus.23
Jika dikaitkan dengan masalah yang penulis teliti yaitu “Implementasi Kurikulum 2013: Studi Tentang Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo”, maka penelitian ini hanya mendiskripsikan informasi atau data yang diperoleh di SMPN I Driyorejo. Berdasarkan ciri –ciri penelitian kualitatif , maka peneliti kemukan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan penelitian yang menyangkut sumber data, tehnik pengumpulan data, dan analisis data.
2. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian kualitatif ini diartikan sebagai bahan mentah yang didapat peneliti di lapangan.
Sedangkan sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.24 Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain, begitu juga jenis datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, data tertulis dan foto.25 Berkaitan dengan hal tersebut dilihat dari segi jenisnya data dan
22 Noeng Muhajir (1996), Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogya karta, hlm. 108-109
23 S. Nasution,Op.Cit hlm.15
24 Suharsimi Ariunto (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 107
25
Lexy,J. Moleong (2002), Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.112 ;
sumber data dalam penelitian yang bersifat kualitatif ini dapat dibedakan sebagai berikut;
a. Data dan Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber data utama. Adapun sumber data utama atau primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.26
Sumber data yang diperoleh secara langsung dari informan di lapangan yaitu melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif. Dalam hal ini, wawancara mendalam dilakukan kepada Kepala Sekolah,Waka Kurikulum, Waka Sarana Prasarana, guru-guru yang mengajar pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, dan peserta didik SMPN I Driyorejo. Sedangkan observasi, partisipasi dilakukan oleh peneliti langsung yang berperan sebagai guru PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo.
Penentuan sumber data tersebut dilakukan dengan sistem purposive.27 Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai tadi dicatat melalui tulisan atau perekaman video/audio tape, dan pengambilan foto atau film. Dalam penelitian pemilihan sampel purposive ini peneliti mempertimbangkan ciri-ciri antara lain:orang-orang yang benar-benar mengerti tentang masalah –masalah yang peneliti kaji, disamping itu juga sehat jasmani dan rohani.28
Adapun data primer yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan : implementasi pendekatan scientific Kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo; Respon Peserta Didik terhadap implementasi Pendekatan Scientific Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo. Faktor pendukung dan penghambat penerapan
26
Sugiyono (2013), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R & D, Alfabeta,Bandung, hlm. 193
27.
Lexy,J. Moleong, Op Cit, hlm. 165
Pendekatan Scientific Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo.
b. Data dan Sumber Data Skunder.
Data skunder dalam penelitian ini adalah data yang di dapat dari sumber lain dan bukan dari sumber utama.29 Sedangkan sumber data skunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.30 Adapun sumber data skunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah dokumen sekolah SMPN I Driyorejo yang berkaitan dengan data-data yang diperlukan ( sejarah berdirinya SMPN I Driyorejo, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana sekolah dll.).
3. Teknik Pengumpulan Data.
Salah satu tahap penting dalam proses penelitian adalah kegiatan pengumpulan data. Peneliti harus benar-benar memahami berbagai hal yang berkaitan dengan pengumpulan data, terutama jenis penelitian yang sedang peneliti laksanakan yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif meletakan data penelitian bukan sebagai alat dasar pembuktian, akan tetapi sebagai modal dasar bagi pemahaman.31 Oleh karena itu proses pengumpulan data dalam penelitian ini merupakan data yang dinamis. Beragam data yang dikaji tidak ditentukan oleh teori prediktif dengan kerangka pikiran yang pasti, tetapi berdiri sebagai realita yang merupakan elemen dasar dalam membentuk teori.
Adapun tehnik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : a. Observasi:
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik observasi partisipatif, di mana peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.32 Dengan teknik
29 Ibid, hlm. 12
30 Sugiyono, Loc Cit.
31 Imam Suprayoga dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama (2001), Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm.161-162
ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
Tehnik observasi partisipatif yang peneliti gunakan adalah tehnik observasi partisipasi aktif . Di mana Peneliti ikut terlibat langsung di dalam pengamatan dan dalam kegiatan mereka. Peneliti berperan sebagai pelaku utama yang menerapkan pendekatan scientific Kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo, di samping itu peneliti mengamati langsung respon atau kondisi peserta didik selama KBM berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam, selama observasi peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada di dalamnya.
Informan yang diamati dalam penelitian ini adalah guru-guru yang mengajar pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo dan respon peserta didik dalam proses pembelajaranPAI dan Budi Pekerti dengan pendekatan scientific. Untuk menjaga kredibilitas hasil pengamatan peneliti menggunakan buku catatan yang berfungsi untuk mencatat semua peristiwa yang terjadi di lapangan dan kamera.
b. Wawancara.
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan di mana 2 orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan.33 Dengan demikian, peneliti dapat memperoleh data primer dengan wawancara. Tehnik wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
33
Colid Narbuko dan Abu Ahmadi (1997), Metodologi Penelitian, Bumi Asara, Jakarta, hlm. 83
garis-garis besarnya saja. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden.34
Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Sarana dan Prasarana, guru-guru yang mengajar pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo dan peserta didik SMPN I Driyorejo. Untuk menjaga kredibilitas hasil wawancara peneliti menggunakan tape recorder dan buku catatan yang berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.
c. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangat pertanyaan atau pertanyaan tertulis dengan responden untuk dijawabnya.35
Kuesioner ini berupa pertanyaan terbuka yang langsung diberikan
kepada responden , peneliti mengadakan kontak langsung dengan responden agar tercipta suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peserta didik SMPN I Driyorejo. Adapun data yang ingin peneliti peroleh adalah respon peserta didik dalam pembalajaran PAI dan Budi Pekerti dengan menggunakan pendekatan scientific kurikulum 2013. d. Doumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya momental dari seseorang.36
Data-data yang dikumpulkan dalam tehnik ini cenderung merupakan Data-data skunder.37 Dalam penelitian ini, studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis, misalnya dokumen-dokumen resmi yang berkaitan dengan keadaan SMPN I
34 Sugiyono,Op. Cit, hlm.320 35 Ibid hlm.199 36 Ibid, hlm.329 37
Husaini Ustman dan Purnomo Setiady Abar (1996), Metodologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara, Jakarta, hlm.73
Driyorejo baik sejarah berdirinya, sarana dan prasarananya, tenaga pendidik dan kependidikan ,buku, perangkat pembelajaran dll.
4. Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyusunan data agar data tersebut dapat
ditafsirkan.38 Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam periode tertentu.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis Interaksi, di mana komponen reduksi data dan sajian data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah terkumpul, maka tiga komponen analisis ( reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan) saling berinteraksi.39
Adapun langkah –langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Reduksi data
Apabila data sudah terkumpul langkah selanjutnya adalah mereduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila diperlukan.40
Proses reduksi data dalam penelitian ini dapat peneliti uraikan sebagai berikut : Pertama, peneliti merangkum hasil catatan lapangan selama proses penelitian berlangsung yang masih bersifat kasar atau acak ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Peneliti juga mendeskripsikan terlebih dahulu hasil dokumentasi berupa foto-foto proses pembelajaran PAI dalam bentuk
38 Dadang Kahmad (2000),Metode penelitian Agama, Perspektif Ilmu Perbandingan Agama, Pustaka Setia, Bandung, hlm. 100
39 Lexy J. Moleong, Op. Cit, hlm.120
40
Sugiyono, Op. Cit, hlm., 33
kata-kata sesuai apa adanya di lapangan. Setelah selesai, peneliti melakukan reflektif. Reflektif. merupakan kerangka berpikir dan pendapat atau kesimpulan dari peneliti sendiri Kedua, peneliti menyusun satuan dalam wujud kalimat faktual sederhana berkaitan dengan fokus dan masalah. Langkah ini dilakukan dengan terlebih dahulu peneliti membaca dan mempelajari semua jenis data yang sudah terkumpul. Penyusunan satuan tersebut tidak hanya dalam bentuk kalimat faktual saja tetapi berupa paragrap penuh. Ketiga, setelah satuan diperoleh, peneliti membuat koding. Koding berarti memberikan kode pada setiap satuan. Tujuan koding agar dapat ditelusuri data atau satuan dari sumbernya.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Selain itu, dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Penyajian data dalam penelitian ini peneliti paparkan dengan teks yang bersifat naratif. Peneliti juga menyajikan data dalam gambar-gambar proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMPN I Driyorejo Gresik. Tujuannya untuk memperjelas dan melengkapi sajian data.
c. Penarikan kesimpulan.
Setelah dilakukan penyajian data, maka langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau Verification ini didasarkan pada reduksi data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 5. Teknik Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu bagian yang sangat penting di dalam penelitian kualitatif yaitu untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dan menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil penelitian yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.41
Sedangkan triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. 42 Triangulasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu;
Triangulasi Teknik dan Triangulasi Sumber. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kedua macam triangulasi tersebut yaitu:
a. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama. Adapun trianggulasi teknik ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut: Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, serta dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.43
41 Lexy J. Moleong, Op. Cit., hlm., 330. 42 Sugiyono, Op. Cit., hlm., 330
b. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.44 Mathinson mengemukakan bahwa “the value of triangulation lies in providing evidence, whether convergent in consistent, or contracdictory” maksudnya nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Selain itu, dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, apabila dibandingkan dengan satu pendekatan.45
1. Langkah – langkah Penelitian
Untuk memberikan gambaran mengenai prosedur dari penelitian
ini, berikut akan diuraikan setiap tahapan-tahapannya : a. Tahap Orientasi ( persiapan penelitian )
Tahap ini dilakukan sebelum merumuskan masalah secara umum. Masalah yang dimiliki oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks dan dinamis. Peneliti hanya berbekal dari pemikiran tentang kemungkinan adanya masalah yang layak diungkapkan dalam penelitian ini. Perkiraan muncul dari hasil membaca berbagai sumber tertulis dan juga hasil konsultasi dengan pihak-pihak yang berkompeten.
b. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dari mulai tahap kedua diterapkannya Kurikulum 2013 pada tahun 2014 bulan juli sampai tahap ketiga bulan Agustus tahun 2015. Tahap ini merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif,
44 Ibid.
45 Ibid., hlm., 332.
pengumpulan data dilakukan pada natul setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta wawancara mendalam dan dokumentasi.46 Selain itu Peneliti juga menggunakan angket untuk responden yang jumlahnya lebih banyak. Tehnik ini sifatnya hanya sebagai penguat dan pelengkap dari tehnik observasi, wawancara dan dokumentasi.
c. Tahap Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
Tahap ini dilakukan pada akhir bulan Agustus 2015 setelah proses analisis data selesai. Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan terhadap hasil penelitian agar laporan hasil penelitian tersebut kredibel. Untuk menguji kredibilitas data tersebut yaitu dengan menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
46
II.KAJIAN PUSTAKAAN.
A. Tinjauan Mengenai Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurikulum adalah (1) perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan, (2) perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus.47 Selain itu para ahli kurikulum juga memberikan definisinya, tentang pengertian kurikulum, di antaranya menurut McDonal (1965) menyatakan bahwa kurikulum sebagai rencana kegiatan untuk menuntun pengajaran. Kurikulum juga diartikan sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk pendidikan peserta didik selama belajar di sekolah atau sebagai rencana untuk membelajarkan peserta didik.48
Ahli kurikulum lainnya Mauritz Johnson dalam bukunya Sukmadinata, kurikulum “Prescribes (or at least anticipates) the result of in struction” kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi serta proses pendidikan.49 Jadi kurikulum adalah suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 :
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada
47
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka, hlm. 617.
48 Max Darsono (2000), Belajar dan Pembelajaran. IKIP Semarang Press. Semarang, hlm., 126. 49
Nana Syaodih Sukmadinata (2004), Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 4.
tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilansecara terpadu”.50
Adapun yang dimaksud Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berorientasi pada tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan, melalui penilaian berbasis test dan portofolio yang saling melengkapi.51Titik berat kurikulumini adalah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan pengamatan, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan (proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan Scientific).52
2. Tujuan Kurikulum 2013
Tujuan pendidikan nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.53 Mengacu pada penjelasan undang-undang tersebut maka diharapkan pendidikan dapat membuat peserta didik menjadi kompeten dalam bidangnya. Kompetensi yang diharapkan adalah mencakup 3 ranah yaitu ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 35 :” Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati”.54
50.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( 2013) Materi Pelatihan Guru Pendamping Implementasi Kurikulum 2013 hlm.66
51 Imas Kurinasih, Berlin Sani (2014), Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan, Kata Pena, Surabaya, hlm. 133
52Ibid. 132
53 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( 2013),Op Cit, hlm.82
54 H.E Mulyasa, M.Pd.,Dr.Prof.,(2014), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Pn. PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 65
Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan tahun 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud adalah cerdas spiritual dan sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intlektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan.55
Adapun Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkonstribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa bernegara dan peradaban dunia.56
Dalam hal ini pengembangan Kurikulum 2013 difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.
3. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkaan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empirik. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan. Landasan teoritik memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses.57 Prinsip – prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
55 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( 2013), Loc Cit, hlm
56
Ibid,hlm.
57
Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
c. Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian kompetensi.
d. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan kebutuhan masyarakat, negara, serta perkembangan global.
e. Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan. f. Standar proses dijabarkan dari Standar Isi .
g. Standar penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, dan Standar proses.
h. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan ke dalam KD yang dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran.
i. Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah dan satuan pendidikan.
j. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik, untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
l. Proses belajar dengan pendekatan ilmiah ( scientific approach ).58
B. Tinjauan Mengenai Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses ilmiah untuk memperoleh pengetahuan secara sistimatis. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan yang tepat agar hasilnya optimal. Pendekatan Scientific diyakini dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik.59 Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibanding dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dan guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebanyak 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual 50-70 persen.60
Dalam perspektif ajaran Islam, pendekatan Scientific dalam pembelajaran memiliki dasar kuat yaitu al-Qur‟an dan Hadis Nabi Muhammad Saw. Banyak ayat Allah menekankan pentingnya akal dan pikiran dalam menjalankan fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi. Demikian halnya hadis Nabi Muhammad Saw. menegaskan pentingnya memikirkan ciptaan Allah SWT.
Dalam QS. Al-Alaq/93: 1-5, Allah memerintahkan manusia untuk berfikir formal yaitu proses berfikir dengan menggunakan metode ilmiah. Ayat pertama dan kedua memerintahkan manusia untuk melakukan observasi dengan membaca fenomena yang terjadi pada penciptaan alam semesta maupun pada dirinya sendiri. Pada ayat ketiga dan keempat, data hasil
58
Mulyasa,H.E., Op Cit ,hlm. 81-82
59 Endang Komara (2014), Belajar dan Pembelajaran Interaktif, Cet.1, Pn.Refika Aditama, Bandung, hlm. 88
60
observasi disimpulkan melalui proses berpikir dan abstraksi menjadi tulisan yang merupakan kesimpulan teori atau konsep. Tehnik pengambilan kesimpulan seperti ini dalam proses keilmuan disebut metode induktif.
1. Pengertian Pendekatan Scientific.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam definisi operasional BAB I bahwa pendekatan Scientific terdiri dari dua kata yaitu “pendekatan” dan
“Scientific”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
“Pendekatan” artinya (1) proses, perbuatan , cara mendekati; (2) usaha
dalam rangka aktifitas pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah pengamatan61. Adapun “pendekatan” yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “pendekatan pembelajaran” artinya suatu proses atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran.62
Sedangkan istilah “scientific”adalah berasal dari bahasa inggris artinya ilmiah. “Scientific Approach “ artinya pendekatan ilmiyah.63
Pendekatan ilmiyah yaitu pendekatan yang harus dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kreteria ilmiyah atau dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiyah yang bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.64
Dalam buku “Panduan Pendekatan scientific Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti” dijelaskan bahwa Pendekatan scientific dalam pembelajaran memiliki makna proses belajar dan mengajar yang dilakukan dengan memperhatikan prosedur keilmuan, yaitu dimulai dari proses mengamati (observing), menanya (questioning),
61 Hosnan,M., ( 2014 ), Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm.32
62 Ibid,hlm
63 John M Echols, Hassan Shadily (1976), Kamus Inggris Indonesia, Gramedia, Jakarta, hlm.504
mengumpulkan informasi (experimenting), menalar/mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan (communicating).65
.
Jadi pengertian pendekatan scientific dalam pembelajaran yang dimaksud adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.66
2. Kreteria – kreteria Pendekatan Scientific
Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan , pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip – prinsip, atau kreteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kreteria sebagai berikut :
a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subyektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berfikir logis.
65 Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Kemenag. RI (2014), Panduan Pendekatan scientific Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti, hlm.7
66
c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berfikir secara kritis, analitis, dan tepat dalammengidentifikasi, memahami, memecahkan, masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berfikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola pikir yang rasional dan obyektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
g. Tujuan Pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas dan menarik sistem penyajiannya.67
3. Karakteristik Pendekatan Scientific
Menurut Hosnan dalam bukunya yang berjudul ”Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21” bahwa pembelajaran dengan pendekatan scientific memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat pada siswa
b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c. Melibatkan proses – proses kognitif yang potensial dalam merang sang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.,M, Loc Cit,
d. Dapat mengembangkan karakter siswa.68 Karakteristik pembelajaran tersebut adalah karakteristik yang
diharapkan dalam model pembelajaran abad 21 yaitu:
a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik ( student centered)
67
Endang Komara (2014), Op Cit hlm 89.
b. Mengembangkan kreativitas peserta didik.
c. Menciptakan suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna
d. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna.
e. Belajar melalui berbuat yakni peserta didik aktif berbuat. f. Menekankan pada penggalian, penemuan dan penciptaan. g. Menciptakan pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya yakni melalui pendekatan kontekstual.69
Karakteristik Pembelajaran yang pertama adalah berpusat pada siswa ( Student centered ) maksudnya adalah dalam proses pembelajaran siswa yang berperan secara aktif , di mana guru tidak lagi sebagai satu-satunya pusat informasi, melainkan manajer dan fasilitator, yaitu sebagai pengelola pembelajaran yang memfasiltasi kegiatan pembelajaran.70 Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri. Oleh sebab itu, kreteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejauh mana siswa telah mengusai materi pelajaran, tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses pembelajaran.71
Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan scientific ini sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.
4. Langkah - langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Scientific ( ilmiah )
Dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua
jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan scientific. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis Pendekatan Scientific, “ranah sikap” menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
69Ibid. hlm.85 70Ibid, hlm. 86
71 Wina Sanjaya,(2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet.ke-8, Kencana, Jakarta, hlm.99
peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi: aspek kompetensi sikap, pengetahuan, keterampilan.72 Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Langkah-langkah pendekatan ilmiah dalam pembelajaran adalah meliputi hal-hal sebagai berikut: 73
a. Mengamati (Observasing )
Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran adalah mengamati/ Observasing. Bentuk kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat). Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan peserta didik yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi, peserta didik akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa keingintahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada obyek yang akan dipelajari sehingga siswa akan mendapatkan fakta berbentuk data yang obyektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan peserta didik. Item yang dianalisis peserta didik digunakan sebagai bahan penyusunan evaluasi bagi peserta didik.
72Endang Komara, Op. Cit. hlm. 91
73
Dalam kegiatan mengamati, mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode ini sangat bermanfaan bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Adapun kompetensi yang diharapkan atau dikembangkan dalam kegiatan mengamati ini adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. Dalam hal ini guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar)hal yang penting dari suatu benda atau obyek. Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran ini, guru juga menyajikan perangkat pembelajaran berupa media pembelajaran yaitu video, gambar miniatur, tayangan, atau obyek asli.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
Menentukan obyek apa yang akan diobservasi
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup obyek yang akan diobservasi.
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi Baik primer maupun skunder
Menentukan di mana tempat obyek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan dengan mudah dan lancar.
Menentukan cara dan melakukan pencatatan hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. 74
74
Adapun prinsip- prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran adalah sebagai berikut :
Cermat, obyektif dan jujur serta terfokus pada obyek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
Guru dan peserta didik menyepakati / menentukan cara dan prosedur pengamatan, sebelum observasi dimulai. Banyak atau sedikit, homoginitas atau hiteroginitas subjek, obyek atau situasi yang diobservasi.
Guru dan peserta didik hendaknya memahami apa yang dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atau perolehan observasi.
Pada tahap kegiatan pengamatan ini sangat relevan dengan teori
belajar yang dikemukakan oleh Teori Perkembangan Kognitif Pieget. Menurut Pieget bahwa perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Pengetahuan datang dari tindakan. Pieget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.75
Para ahli kontruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya dengan melihat, mendengar, mencium, menjamah, dan merasakannya. Hal ini menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjuk pada pengalaman seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri.76
Berpijak dari uraian diatas, maka pada dasarnya aliran kontruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri
75 Trianto,(2011), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Cet,ke-5, Prestasi Pustaka, Jakarta, hlm.14
76 Trianto,(2007), Model-model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Prestasi Pustaka, Jakarta, hlm.28
oleh individu dan pengalaman merupkan kunci utama dari belajar bermakna, belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peserta didik.
2. Menanya ( Questioning )
Langkah kedua pada pendekatan ilmiah ( Scientific approach)adalah Menanya ( Questioning ) . Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Karena itu bertanya dalam kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir peserta didik. Di samping itu, bertanya juga merupakan bagian penting untuk melaksanakan pembelajaran inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati ( dimulai dari pertanyaan faktual sampai kepertanyaan yang bersifat hipotetik ). Kompetensi yang dikembangkan adalah kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Pada kegiatan pembelajaran ini, peserta didik melakukan pembelajaran bertanya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
(1) Menggali informasi, baik administrasi atau akademik; (2) Mengecek pemahaman siswa;
(3) Membengkitkan respon kepada siswa;
(5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa;
(6) Mmfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan (8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.77
Dalam kegiatan ini guru berperan sebagai pembimbing dan motivator. Guru berperan sebagai pembimbing yang baik harus memiliki ; (1) pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta potensi dan bakat peserta didik yang dibimbingnya. (2) Pemahaman dan keterampilan dalam merencanakan tujuan, kompetensi dan proses pembelajaran.78 Guru sebagai motivator dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, untuk mengajukan beberapa pertanyaan. Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab motivasi itu muncul karena kebutuhan.
Dalam memulai pembelajaran dengan bertanya ini, banyak digunakan al Qur‟an dalam menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada manusia. Ayat-ayat di dalam al Qur‟an yang dimulai dengan istifham (bertanya) atau dalam bentuk lain yaitu menyampaikan pertanyaan
orang, kemudian ia menjawabnya, diantaranya adalah : - QS. Al Ma‟un : 1-3 - QS. Al Qori‟ah: 2-5 - QS. Al Ghaasyiah :1-14 - QS. Al Anfal :1 - Dan lain-lain
Jika dilhat dari aspek pembelajaran, al Qur‟an mengajarkan manusia, melalui teknik bertanya tidak hanya sekedar sebagai uslub yang menambahkan keindahan mengungkapkannya, tetapi juga memotivasi
77
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Op Cit, hlm.110
78
pembaca atau pendengar agar berpikir atau mendengarkan apa yang akan dibicarakannya setelah pertanyaan tersebut.79
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan bertanya dapat dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber tunggal sampai sumber yang beragam.
b. Mengumpulkan informasi ( Eksplorasi )
Kegiatan mengumpulkan informasi ( Eksplorasi ) merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan berbagai cara. Untuk itu , peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau obyek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan. Dalam kegiatan.ini dapat terkumpul sejumlahn informasi. Dalam permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melaui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati obyek/ kejadian/aktifitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya.
Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai, pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari., mengembangkan belajar kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.80
c. Menalar ( mengasosiasi )
Menalar ( associating)/ mengolah informasi dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor
79
Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, Op cit, hlm.157
80