• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN KOMPOSISI KARKAS KAMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN KOMPOSISI KARKAS KAMBING"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

12

PENDAHULUAN

Dari tahun ke tahun dilaporkan bahwa popu-lasi kambing di Indonesia hampir dua kali lipat dibanding populasi domba. Pada tahun 1993, po pulasi kambing sekitar 11,5 juta ekor dan domba sekitar 6,7 juta ekor (DITJENNAK ., 1994) . Walau-pun populasi kambing cukup tinggi, namun per-kembangan populasinya dari tahun 1989 - 1993 relatif rendah (1,15%/th), yakni sepertiga laju perkembangan populasi domba yang 3,3 persen/ tahun . Dihubungkan dengan negara-negara peng-hasil kambing di dunia, populasi kambing di Indo-nesia cukup potensial .

Rendahnya perkembangan populasi kambing di Indonesia terutama disebabkan tingginya ting-kat pemotongan dan efisiensi reproduksi yang relatif rendah. Antara tahun 1989 - 1993 pening-katan pemotongan tercatat kambing 5,4 persen/ tahun, yakni dari 1 .257.445 ekor pada tahun 1989 menjadi 1 .531 .739 ekor pada tahun 1993 . Produksi daging kambing pada tahun 1993 sebe-sar 76,59 ribu ton . Angka ini apabila dikonversikan pada jumlah kambing yang dipotong (rata-rata satu ekor kambing bobot karkasnya 10 kg), maka pada tahun 1993 telah dipotong sebanyak 7 .659.000 ekor kambing atau sekitar 66 persen dari total populasi . Panjangnya selang beranak dan tingginya kematian anak periode prasapih akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan popu-lasi . Keadaan ini ditunjang oleh sifat usaha yang masih bersifat sambilan yang kurang memperhati-kan tatalaksana dengan produksi optimum . Pada umumnya derajat silang dalam (inbreeding) kambing yang dipelihara peternak sudah cukup tinggi, sehingga apabila keadaan ini dibiarkan ber-larut-larut dapat menurunkan produktivitas. Lebih jauh adalah relatif masih sedikitnya penelitian yang dilakukan di Indonesia terutama untuk me-macu peningkatan produktivitasnya .

Tulisan ini bertujuan untuk membahas per-tumbuhan, perkembangan dan komposisi karkas ternak kambing, sehingga diharapkan dapat mem berikan informasi mengenai potensi kambing se-bagai penghasil daging dan upaya peningkatan produktivitasnya . Diharapkan akan banyak peneli-tian-penelitian baru yang mendalam dan

terinte-BAMBANG SETIADI

Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002

grasi, sehingga potensi kambing dalam memenuhi kebutuhan daging yang berkualitas dapat dipacu dan pendapatan peternaknya dapat ditingkatkan .

LAJU PERTUMBUHAN KAMBING

Salah satu faktor penting yang dapat mempe-ngaruhi laju pertumbuhan kambing adalah ukuran tubuh dewasa (mature size) . Ukuran dewasa pada kambing beragam dari 20 kg pada kambing Ka-cang sampai 100 kg pada kambing Improved Boer (DEVENDRA dan BURNS, 1970) . Secara umum dapat dikatakan, bahwa anak kambing yang berasal dari bangsa kambing tipe besar akan tumbuh lebih ce-pat dari pada anak kambing yang berasal dari tipe kecil.

Untuk meningkatkan laju pertumbuhan kam-bing lokal (Kacang dan Peranakan Etawah) dapat dilaksanakan dengan menyilangkan (crossbreed ing) kambing lokal dengan bangsa kambing tipe besar. Persilangan ini dapat meningkatkan ukuran bobot badan dewasa (Tabel 1), karena adanya faktor heterosis (hybrid vigor) . Sebaliknya dengan perkawinan kambing-kambing yang masih dekat hubungan darahnya (inbreeding) dapat menu-runkan ukuran bobot badan dewasa yang ditun-jukkan dengan rendahnya laju pertumbuhan (DEVENDRA dan BURNS, 1970) . Disamping itu per-kawinan dan program seleksi yang terarah dapat meningkatkan laju pertumbuhan kambing lokal . Hal ini didasarkan bahwa perkiraan estimasi heri-tabilitas ukuran tubuh dewasa dan bobot sapih adalah cukup tinggi . Didapatkan oleh SETIADI (1987) bahwa heritabilitas bobot sapih kambing Peranakan Etawah sebesar 0,50.

Tabel 1 . Perbandingan bobot badan kambing Kacang dan

persilangannya PBBH (g)56,7101,990,7 Sumber :DEVENDRA(1967) Umur (bulan) Kacang Rataan bobot Etawahx Kacang badan (kg) Anglo Nubianx Kacang Lahir 1,5 2,8 2,5 3 7,5 13,8 13,2 6 10,8 24,1 20,2 12 22,2 40,0 35,6

(2)

Secara umum perbedaan antar musim (peng-hujan dan kemarau) akan berpengaruh terhadap ketersediaan pakan dan akan berakibat pula ter hadap laju pertumbuhan ternak kambing (SETIADI,

1987) . Faktor-faktor seperti umur waktu beranak (induk beranak pertama relatif kurang menghasil-kan susu dari pada yang lebih tua), musim ber-anak, tipe kelahiran (anak tunggal relatif mendapat susu lebih banyak daripada anak kembar), keter-sediaan pakan akan dapat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan anak kambing.

Walaupun pada sapi dan domba telah banyak yang meneliti adanya pengaruh compensatory growth (laju pertumbuhan yang cepat), namun penelitian terhadap kambing masih sangat kurang. Secara umum dapat dilaporkan, bahwa derajat compensatory growth tergantung pada umur dan bobot ternak saat penggenjotan . Faktor pembatas cepatnya laju pertumbuhan pada kambing adalah rendahnya intake energi . Menurut pengamatan

FEHR et al. (1976), bahwa dari beberapa bangsa kambing yang diamati menunjukkan adanya keter-batasan intake energi (1,5 - 2,0 kali dari kebutuhan pokok hidup, dibanding empat kali dari kebutuhan pokok hidup pada domba) . Hal ini menunjukkan mengapa laju pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan (kg pakan/kg pertambahan bobot badan) pada kambing lebih rendah dibandingkan dengan domba . SITORLIS (1984), mendapatkan bahwa ke-butuhan pokok hidup pada kambing Lokal (dengan bobot hidup sekitar 15 kg) adalah 143 kkal Diges-tible Energi (DE) dan 3,4 g Protein Kasar (PK) untuk setiap bobot hidup metabolik (W0.75) per hari dan untuk produksi maksimal sebesar 209 kkal DE dan 9,72 g PK untuk setiap bobot hidup metabolik per hari.

PERKEMBANGAN TUBUH KAMBING Persamaan alometrik menunjukkan bahwa kambing pada periode bertumbuh (lahir - dewasa), deposisi lemak berkembang dua kali lebih cepat

Tabel 2 . Komposisi karkas kambing pada berbagai bobot badan

dari bobot tubuh kosong, sementara perkembang-an tulperkembang-ang lebih lambat. Otot dperkembang-an karkas berkem-bang sedikit lebih cepat dari pada perkemberkem-bangan tubuh (WILSON, 1958, OWEN et al., 1977 dan

HERMAN, 1984) .

Hasil pengamatan Sudarmoyo (1984) ter-hadap kambing Kacang menunjukkan bahwa laju pertumbuhan nisbi otot dan lemak sarna cepat dengan pertumbuhan karkas . Jadi tulang bersifat dewasa dini, sehingga memungkinkan ototnya tumbuh dengan cepat . Pertumbuhan nisbi lemak amat beragam dan kandungan lemak bawah kulit kambing Kacang relatif sedikit .

Apabila lemak pada tubuh kambing dirinci menurut lemak bawah kulit (LBK), lemak antar urat daging (LAUD), lemak ginjal (LG) dan lemak pelvis (LP), maka hasil pengamatan HERMAN (1984) ter-hadap kambing Kacang menunjukkan bahwa koe-fisien pertumbuhan nisbinya berturut-turut 1,77 ; 1,37 ; 1,97 dan 2,40 terhadap pertumbuhan nisbi bobot tubuh kosong (BTK) . Berarti persentase LBK, LAUD, LG dan LP bertambah dengan me-ningkatnya BTK, dengan urutan pertumbuhan yakni LAUD, LBK, LG dan LP. Apabila dibanding-kan terhadap perkembangan relatif lemak secara keseluruhan, maka koefisien pertumbuhan LBK, LAUD, LG dan LP, sebesar 0,86; 0,90, 1,22 dan 1,13 . Disimpulkan bahwa pertumbuhan lemak mengarah ke rongga perut, sehingga karkasnya tidak terbungkus LBK dan kadar lemak karkas tetap rendah dengan meningkatnya bobot potong .

PERKEMBANGAN KARKAS DAN KOMPOSISINYA

Dengan bertumbuhnya/bertambah besarnya kambing, deposisi lemak karkas makin meningkat, yang ditunjukkan dengan meningkatnya persen tase lemak dan menurunnya persentase daging (Tabel 2) .

1 3

Bangsa

Kambing Sex Jaringan

15-20 Kisaran Bobot 20-30 Badan (kg) 30-40 40-50 Surnber Data Alpine Jantan Otot (%) 67,30 67,55 68,60 - FEHR et al.

Lemak (%) 5,10 6,58 7,10 - (1976) Peranakan Jantan Otot(%) 66,5 1 HERMAN et al.

Etawah Lemak (%) 5,71 (1985)

Botswana Kastrasi Otot (%) 59,30 60,10 59,14 57,79 OWENetal. Lemak (%) 8,70 10,60 14,81 14,83 (1977)

(3)

Melalui pendekatan persamaan regresi dida-patkan hubungan antara komponen-komponen karkas kambing pada berbagai bangsa (KIRTON, 1970; HERMAN, 1984 dan HERMAN et al., 1985) . Dari analisis persamaan regresi pada umulnnya didapatkan bahwa bobot karkas meningkat 0,43 - 0,54 ,-*g untuk setiap kg peningkatan bobot hidup. Beragamnya nilai ini berhubungan dengan ukuran tubuh kambing dan apakah yang digu-nakan sebagai kriteria ini bobot hidup ataukah bobot tubuh kosong .

Bangsa kambing

Deposisi lemak karkas kambing tipe pedaging, relatif lebih tinggi dibanding pada kambing tipe perah (FEHR et al., 1976) . Pada kambing, -perle makan banyak terdapat pada daerah jerohan di-banding pada daerah bawah kulit. Sebaliknya pada domba, perlemakan banyak terdapat pada daerah bawah kulit (Tabel 3) . Konformasi karkas pada bobot karkas yang sama, karkas kambing cen-derung lebih panjang dibanding karkas domba . Imbangan otot : tulang pada karkas kambing cen-derung meningkat dengan meningkatnya bobot tubuh kosong, hal ini konsisten dengan koefisien pertumbuhan alometrik . Didapatkan bahwa im-bangan otot : tulang pada kambing Jamnapari dan Barbari berturut-turut 3,8 dan 4,9 (SRIVASTAVA et al., 1968) . Sedang pada kambing Kacang sebe-sar 2,16 (HERMAN, 1984) dan pada kambing Pera-nakan Etawah sebesar 2,97 (HERMAN et al., 1985) . Hasil pengamatan OWEN et al. (1978) mendapatkan bahwa panjang karkas dan imbang-an otot : tulimbang-ang pada kambing lokal Botswimbang-ana relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan domba lokal pada daerah yang sama . Imbangan otot tulang merupakan kriteria penting bila konsumen hanya menyenangi daging tanpa lemak (lean meat) . Namun bila konsumen menyenangi lemak, maka imbangan otot : tulang akan memberikan arti yang berbeda .

Tabel 3 .

1 4

Persentase lemak berdasarkan ukuran tubuh kambing dan domba menurut lokasi deposisinya

Sumber : LAPIDO (1973)yang dikutip McGREGOR11985)

Jenis kelamin

Secara umum dapat dikatakan bahwa pada bobot hidup tertentu, perlemakan kambing jantan lebih sedikit dibanding kambing yang dikastrasi atau kambing betina (OWEN et al., 1978) . Namun demikian hubungan ini dapat berubah karena ke-ragaman tatalaksana (pakan, laktasi dan perka-winan) . Bobot karkas meningkat lebih cepat pada kambing jantan dibanding pada kambing betina (KiRTON, 1970) .

Tabel4. Produksi karkas karnbing Kacang pada tingkat

tata-laksana pemberian pakan yang berbeda serta pe-ningkatan yang dapat diharapkan

1 daging + jerohan + lemak dan kulit 2 yang dapat diharapkan

Surnber : DEVENDRA 0980b)

Nutrisi

Dari studi perbaikan kualitas pakan terhadap produksi karkas (DEVENDRA, 1967) kambing Ka-cang di Malaysia, menunjukkan bahwa perbaikan kualitas pakan dapat meningkatkan produksi karkas (Tabel 4) . Dilain pihak hasil pengamatan HERMAN et al. (1985) mengenai pengaruh penam-bahan konsentrat terhadap pertampenam-bahan bobot bahan/bobot karkas kambing Peranakan Etawah adalah tidak nyata (masing-masing terdiri dari kon-trol yakni hanya mendapat hijuan, diberi konsen-trat 50 g/hari dan 100 g/hari) . Namun demikian pada bobot potong yang sama, dengan mening-katnya kualitas pakan, secara nyata meningkatkan bobot karkas .

Persamaan-persamaan regresi untuk men-duga bobot karkas, bobot jerohan dan komponen karkas lainnya dari bobot hidup telah banyak di lakukan sebagaimana diuraikan dimuka . Diantara

persamaan regresi yang paling banyak dilaporkan adalah hubungan antara bobot tubuh kosong (puasa 24 jam) dengan bobot karkas . Tabel 5 me-nerangkan faktor-faktor yang dapat mempenga-ruhi dressing percentage (bobot karkas/bobot hidup x 100) karkas kambing (McGREGOR, 1985) . Karakteristik Pedesaan Perbaikan

Tatalaksana Peningkatan2Persen Bobot potong (kg) 18,6 28,6 53,8 Bobot karkas panas (kg) 8,2 14,7 79,3 Dressing percentage (%) 44,2 51,3 7,1 Bobot daging (kg) 5,5 8,1 47,3 Daging : tulang 4,1 4,9 19,5 Forequarter (kg) 1,2 2,5 108,3 Kaki belakang (kg) 1,2 2,2 83,3

Bobot total yang dapat

dikonsumsi (kg) 13,3 18,2 36,8 Bobot total karkas

yang dapat dijuall (kg) 17,9 24,0 34,1

Deposisi lemak Tipe Kecil

Kambing, Sedang Besar

Domba Bawah kulit 1%) 14,0 14,0 14,1 29,7

Antar urat daging (%) 40,5 39,0 39,3 45,0

Ginjal, pinggang, hati (%) 15,7 15,2 15,4 10,6

(4)

Tabel 5 . Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi "dress-ing percentage" karkas kamb"dress-ing

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan dressing percentage Bobot hidup

Umur Pakan

Faktor-faktor yang dapat mengurangi dressing percentage Pakan hijauan

Laktasi

Ketersediaan pakan Bulu yang tebal

Sumber : McGREGOR (1985)

PRODUKSI KARKAS DAN KOMPONENNYA Dari beberapa contoh ilustrasi dressing per-centage pada berbagai bangsa kambing (Tabel 6) menunjukkan bawwa kambing tipe kecil mempu nyai dressing percentage berkisar 39 - 45 persen dan tipe besar berkisar 43 - 53 persen . Mening-katnya dressing percentage sehubungan dengan meningkatnya bobot hidup adalah disebabkan karena pertumbuhan lemak dan otot yang re~atif lebih cepat dibanding dengan bobot tubuh kosong.

Kambing yang lebih besar, karkas lebih banyak lemaknya.

Kambing lebih tua, bobot karkas cen-derung meningkat

Konsentrat dapat mengurangi isi lam-bung, meningkatkan deposisi lemak

meningkatkan isi lambung, memper-panjang waktu retensi

menurunkan cadangan lemak

Pada musim kering, bobot tubuh dapat menurun, terutama berkurangnya ca-dangan lemak dan mungkin isi lambung Menyebabkan kerancuan dalam penen-tuan bobot hidup yang sebenarnya

Sumber : DEVENDRA dan BURNS (1983)

Klasifikasi dan grading daging (karkas) kambing belum banyak terdapat dalam pustaka yang membahas produksi daging . Apakah hal ini

karena daging kambing tidak umum dikonsumsi masyarakat dunia atau daging kambing hanya

untuk kebutuhan lokal (khusus) saja . Dihubungkan dengan keempukan daging, memang daging kam-bing relatif kurang empuk, hal ini disebabkan ren-dahnya kandungan lemak antar urat daging . Di samping itu daging kambing relatif cukup keras di-banding dengan daging sapi, sehingga kemungkin-an kurkemungkin-ang disukai . Walaupun daging kambing ku-rang empuk bila dibanding dengan daging domba, sapi dan babi, namun sebanding tingkat juiceness-nya . Faktor pembatas lain kurang disu-katjuiceness-nya da-ging kambing adalah bau khas dada-ging kambing .

Untuk meningkatkan nilai tambah dari usaha (penggemukan) kambing, kita perlu membuat suatu standar klasifikasi kualitas daging kambing secara komersial . Dengan pengklasifikasian kar-kas kambing diharapkan secara tidak langsung dapat meningkatkan produksi dan perusahaan pe-ternakan kambing . Perlakuan ternak sebelum dan sesudah dipotong akan berpengaruh pada kualitas daging, seperti stres pada ternak menyebabkan daging berwarna kegelapan yang menunjukkan tanda-tanda daging yang pucat, lunak dan berair.

KESIMPULAN DAN SARAN

Peningkatan produksi biologik kambing lokal (Kacang dan Peranakan Etawah) dapat diu-payakan melalui perbaikan pola pemuliaan dan perbaikan lingkungan . Salah satu perbaikan pola pemuliaan adalah dengan seleksi dalam bangsa (within breed) ataupun dengan menyilangkan kambing tipe besar (seperti halnya kambing Boer) dengan kambing lokal .

Daging kambing relatif lebih keras dibanding daging domba, sapi dan babi . Hal ini disebabkan pertumbuhan lemak lebih mengarah ke rongga perut dibanding ke antara urat daging ataupun bawah kulit . Untuk meningkatkan nilai daging kambing diperlukan suatu klasifikasi daging/ karkas kambing berdasarkan umur, konformasi, derajat perdagingan dan lapisan lemak.

Perlu pengamatan yang lebih mendalam mengenai klasifikasi bobot karkas, panjang kar-kas, area otot mata rusuk, lapisan lemak bawah kulit dan deposisi lemak ginjal . Termasuk dalam pertimbangan adalah pengukuran nilai relative yang tergantung pada permintaan pasar Waging tak berlemak atau daging berlemak) . Apabila per-mintaan pasar adalah daging berlemak (fat meat), perlu dipelajari lebih jauh tentang nutrisi dan ta-talaksana usaha kambing pada beberapa bangsa kambing penghasil daging.

Tabel 6. Ringkasan dressing percentage kambing

sarkan pada bobot potong yang dida-Bangsa Kambing Lokasi Bobot Potong

(kg) PercentageDressing Boer Botswana 32,4 45,8 Cutch India 36,4-40,9 45,0 Lokal Somalia 28,1 -42,3 50,0-52,3 Lokal Kongo 20,9 50,0 Jamnapari India - 46,9 Kacang Malaysia 21,4 44,3 Kacang Indonesia 9,2 33,1 Peranakan Etawah Indonesia 16,9 39,7

(5)

DAFTAR PUSTAKA

DEVENDRA, C. 1967 . Studies in the nutrition of Indigenous goat of Malaya. II . The mainte-nance requirement of pen-fed goats. Malay-sian Agric. J. 46 :80 - 97 .

DEVENDRA, C. and M. BURNS . 1970 . Goat Produc-tion in Tropics . Farnharm Royal, Bucks: Com-monwealth Agricultural Bureaux XII ;184 pp . Technical communication, Commonwealth Bureau of Animal Breeding and Genetics no .

19 .

DEVENDRA, C. and M. BURNS. 1983. Goat Produc-tion in the Tropics . Commonwealth Agricul-tural Bureau, Farnham Royal, U .K.

DIT . JEN . NAK . 1994 . Buku Statistik Peternakan . Dit. Bina Program, DitJen. Peternakan, Jakarta .

FEHR, P.M ., D. SAUVANT, J . DELAGE, B .L. DUMONT and G. Roy. 1976 . Effect of feeding methods and age at slaughter on growth performances and carcass characteristics of entire young male goats . Livest. Prod. Sci. 183 .

HERMAN, R . 1984 . Produksi daging dan sifat karkas kambing Kacang. Proc . Pertemuan Ilmiah Penel . Ruminansia Kecil, Puslitbang Peter-nakan p :307 - 309.

HERMAN, R ., M. DULDJAMAN dan N. SUGANA. 1985 . Perbaikan Produksi Daging Kambing Peranak-an Etawah. Fak . PeternakPeranak-an, I.P.B.

KIRTON, A. H. 1970 . Body and carcass composi-tion and meat quality of the New Zealand feral goats (Capra hiscus) . New Zealand J . of Agric . Res. 13 : 167 - 181 (ABA 38,3878) .

McGREGOR, B . A. 1985 . Growth, development and carcass composition of goats . Proc. Goat Production and Research in the Tropics, No. 7: 82 - 90.

OWEN, J . E., G. A. NORMAN, I . L. FISHER and R. A. FROST. 1977 . Studies on the meat production characteristic of Botswana goats and sheep. 1 . Sampling, methods and materials, and measurements on the live animals . Meat Sci. 1(1) :63 - 85 (ABA 47:2364) .

OWEN, J . E., G. A. NORMAN, C. A. PHILBROOKS and N. S . D. JONES. 1978 . Studies on the meat production characteristic of Botswana goats and sheep . 111 . Carcase tissue composition and distribution. Meat Science 2(1) : 59 - 74. SETIADI, B. 1987 . Studi karakterisasi kambing Pe-ranakan Etawah . (Thesis MS) . Fak . Pascasar-jana, IPB .

SITORUS, M. 1984. Kebutuhan kambing lokal akan energi dan protein . Proc. Pertemuan Ilmiah Penel . Ruminansia Kecil, Puslitbang Peter-nakan pp:77-80.

SRIVASTAVA, V. K., B . C. RAIZADA and V. A. KULKARNI. 1968 . Carcass quality of Barbari and Jamnapari type goats . Indian Vet. J. 45 : 219 - 225 (ABA 38, 3878) .

SUDARMOYO, B. 1984 . Pertumbuhan jaringan dan kelompok otot baku kambing Kacang ber-dasarkan persamaan alometrik. Proc. Perte muan Ilmiah Penel . Ruminansia Kecil, Puslit-bang Peternakan p :291 - 294.

WILSON, P . N . 1958 . The effect of plane on the growth and development of the East African Dwarf goat. 11 . Age changes in the carcass composition of female kids . J. Agric. Sci. UK 51 : 4 - 21 (ABA 26, 2022) .

Gambar

Tabel 1 . Perbandingan bobot badan kambing Kacang dan persilangannya PBBH (g)56,7101,990,7 Sumber : DEVENDRA (1967)Umur(bulan)Kacang Rataan bobotEtawahxKacang badan (kg) Anglo Nubian xKacangLahir1,52,82,537,513,813,2610,824,120,21222,240,035,6
Tabel 2 . Komposisi karkas kambing pada berbagai bobot badan
Tabel 4. Produksi karkas karnbing Kacang pada tingkat tata- tata-laksana pemberian pakan yang berbeda serta  pe-ningkatan yang dapat diharapkan
Tabel 6. Ringkasan dressing percentage kambing

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mata pelajaran bahasa indonesia, didapatkan hasil penelitian untuk pemahaman guru terhadap kurikulum mendapat rata-rata skor sebesar 3,7 (kriteria baik), pemahaman

beberapa fatwa yang dikeluarkan oleh Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap kajian literatur yang telah dijalankan, kajian terhadap

Ibadah sosial adalah amaliyah yang dilakukan oleh person dengan pihak lain dengan cara yang dibenarkan agama yang dilandasi ikhlas dan ditujukan hanya semata-mata

mawaddah warraohamah. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan bimbingan penyuluhan agama Islam dan keharmonisan keluarga. Pada

UPAYA GURU PEND IDIKAN PANCASILA D AN KEWARGANEGARAAN D ALAM MENINGKATKAN KECERD ASAN MORAL SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Pembentukan Desa adalah penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk mata pisau dan kecepatan pemotongan tunggul tebu yang efektif (kualitas pemotongan baik dan daya pemotongan

Visualisasi permukaan respon dari data nilai rendemen produk MDAG yang dihasilkan dari tiga belas kondisi proses gliserolisis dapat dilihat pada Gambar 13, yang menunjukkan