• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 Pembahasan 4.1 Context

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 Pembahasan 4.1 Context"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

62

4.1 Context

Penggunaan Teknologi Informasi pada saat ini memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan dalam membantu proses bisnis terutama dalam menghasilkan informasi yang bermanfaat secara efektif dan efisien. Stasiun televisi adalah salah satu dari banyak bidang perusahaan yang memanfaatkan peran teknologi informasi untuk mendukung proses bisnis perusahaan. Dewasa ini, banyak stasiun televisi di Indonesia yang sudah memanfaatkan perkembangan teknologi informasi terutama dalam menjalankan sistem penyiaran mereka.

TVRI salah satunya, walaupun TVRI adalah Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat non profit, akan tetapi TVRI tetap ingin berkembang dan bersaing terhadap stasiun TV yang lainnya. Pada awalnya TVRI menggunakan bantuan satelit dalam menyampaikan siaran live dari berbagai stasiun TVRI daerah. Kemudian dengan semakin pentingnya peran teknologi informasi dan ketatnya persaingan antar stasiun televisi, TVRI memilih untuk menggunakan jasa internet sebagai media pengiriman gambar dan suara dalam melakukan sistem penyiaran live dari daerah-daerah yang jauh letaknya dari stasiun pusat TVRI, yang dimana proses ini dikenal sebagai live cross.

Pada penerapan teknologi informasi live cross ini, terdapat banyak risiko yang muncul mulai dari proses live cross hingga proses monitoring live cross tersebut. Risiko-risiko yang muncul dapat berupa kesalahan teknis seperti kerusakan pada sistem jaringan yang digunakan dan juga berupa kesalahan non teknis seperti kesalahan staff IT dalam mengkonfigurasi encoder yang digunakan. Risiko tersebut dapat terjadi karena kurangnya kebijakan dalam menjalankan prosedur. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan penerapan manajemen risiko agar dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari risiko tersebut.

Dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan pada penyusunan skripsi ini, maka kami melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Teknologi Informatika dan pihak-pihak terkait dengan prosedur live cross dan proses monitoring dengan upaya agar kami dapat mengetahui risiko-risiko yang telah terjadi sebelumnya. Wawancara ini dilakukan pada ruang monitor IT LPP TVRI PUSAT yang terletak pada Jl. Gerbang Pemuda No.8 Senayan,Jakarta 10270 Indonesia.

(2)

4.2 Risk Assessment

Risk Assessment yang kami lakukan dalam penelitian ini meliputi prosedur pada sistem penyiaran live cross pada LPP TVRI. Berdasarkan ISO 31000:2009 mengenai manajemen risiko TIK, proses Risk Assessment terbagi menjadi tiga bagian yaitu identifikasi risiko, analisa risiko, dan evaluasi risiko. Hasil dari risk assessment berupa daftar risiko, penyebab risiko, dampak risiko, serta informasi sumber risiko. Berikut hasil risk assessment pada sistem live cross dan monitoring live cross LPP TVRI :

4.2.1 Risiko Pada Proses Live cross

Dalam menjalankan proses Live cross biasanya terdapat berbagai risiko yang menghambat berjalannya Live cross. Berikut risiko – risiko tersebut :

4.2.1.1 Bandwith Tidak Terpantau

Untuk melakukan Live cross memerlukan pengiriman audio dan video dari masing - masing TVRI daerah ke TVRI pusat. Dari masing - masing TVRI daerah memiliki bandwith yang sama tetapi pada kenyataannya pihak TVRI tidak dapat memantau apakah masing-masing TVRI daerah memiliki bandwith yang sama. Berikut penyebab dari bandwith yang tidak terpantau ialah :

a. Belum tersedianya aplikasi untuk memantau bandwith.

Dalam melakukan proses Live cross TVRI bekerja sama dengan pihak Telkom. Tetapi semua informasi yang berkaitan dengan pemantauan bandwith belum diajukan ke pihak Telkom. Sehingga TVRI tidak memiliki data - data yang pasti dari bandwith masing - masing daerah.

Adapun dampak dari bandwith yang tidak terpantau ialah : a. Kualitas audio dan video menjadi berkurang.

Dikarenakan dengan tidak adanya pantauan bandwith dari masing-masing daerah, maka penurunan kualitas dari audio dan video harus dilakukan agar audio dan video tetap dapat terkirim kepusat dan dapat disiarkan secara langsung.

(3)

4.2.1.2 Bandwith Masih Shared Dengan Pengiriman Data FTP

Selain menggunakan Live cross, TVRI juga menggunakan File Transfer Protocol (FTP) jika ingin melakukan penyiaran seperti sinetron, kartun anak, acara music, dan acara non Live cross lainnya. Dan pada saat pengiriman data File Transfer Protocol (FTP) harus menggunakan bandwith yang sama dengan Live cross.

Berikut penyebab dari bandwith masih shared dengan pengiriman data FTP : a. Belum disetujui permohonan dana untuk menambah bandwith.

TVRI belum menyetujui anggaran dana yang lebih untuk menunjang kegiatan penyiaran yang berhubungan dengan IT terutama dalam mengembangkan bandwith.

Adapun dampak dari Bandwith masih shared dengan pengiriman data FTP :

a. Pengiriman dan penerimaan audio dan video yang telah di encoded menjadi terlambat.

Dikarenakan bandwith yang masih shared dengan pengiriman audio dan video melalui File Transfer Protocol (FTP), maka terjadi keterlambatan penerimaan data audio dan video yang telah di encoded oleh daerah untuk disiarkan di pusat.

4.2.1.3 Terjadinya Penurunan Kualitas Audio & Video Pada Saat Live cross Dalam menjalankan sistem live cross, kualitas audio dan video sangat berperan penting. Karena jika kualitas audio dan video tersebut menurun pada saat live cross maka output dari audio dan video tersebut akan terdapat gangguan seperti tidak sesuainya alur video dengan alur audio pada saat disiarkan.

Adapun penyebab dari terjadinya penurunan kualitas audio dan video pada saat live cross :

a. Kualitas audio dan video yang tidak memiliki standar.

Salah satu kelemahan pada sistem penyiaran live cross ini adalah dimana belum adanya standar yang mengatur kualitas dari audio dan video yang diterima ataupun dikirimkan.

Adapun dampak dari terjadinya penurunan kualitas audio dan video pada saat live cross :

(4)

a. Koresponden terhadap stasiun TVRI berkurang.

Dengan kurangnya kualitas audio dan video dari sistem penyiaran ini, maka tampilan audio dan video pun menjadi kurang menarik, yang membuat para koresponden menjadi kurang tertarik untuk menyaksikan siaran dari stasiun TVRI.

4.2.1.4 Terjadinya Gangguan Masal

Koneksi pada Live cross memerlukan jaringan internet, dan jika jaringan terputus maka sudah dipastikan bahwa proses Live cross tidak dapat berjalan.

Penyebab terjadinya gangguan masal yaitu : a. Terjadinya gangguan dari pihak Telkom.

Salah satu contoh kasus gangguan dari pihak Telkom adalah terputusnya kabel bawah laut yang mengakibatkan pengguna seluruh jasa Telkom tidak dapak mengakses internet.

Dampak dari terjadinya gangguan masal :

a. Semua kegiatan siaran yang menggunakan internet tidak dapat berjalan. Dikarenakan dari proses live cross daerah harus menggunakan internet untuk mengirim audio dan video ke pusat.

4.2.1.5 Terjadinya Gangguan Kelistrikan

Listrik mati ada masalah yang sangat umum dan biasa terjadi di Indonesia. Sehingga mengakibatkan seluruh proses penyiaran yang menggunakan Live cross tidak dapat berjalan, karena itu membuat semua komponen komputer yang semuanya merupakan komponen elektrik menjadi mati dan tidak bisa dijalankan.

Berikut beberapa penyebab terjadinya gangguan kelistrikan : a. Pihak PLN mengadakan pemadaman listrik bergilir.

PLN masih sering melakukan pemadaman listrik bergilir karena satu dan lain hal. Terlebih pemadaman listrik yang lebih sering terjadi di daerah-daerah, yang berdampak kepada stasiun TVRI daerah tidak dapat melakukan kegiatan penyiaran yang disebabkan oleh padamnya listrik

(5)

b. Staff IT yang salah konfigurasi kabel listrik.

Konfigurasi kabel listrik. Yang mengakibatkan seringnya terjadi kesalahan teknis pada saat berlangsungnya siaran.

Dampak yang terjadi karena gangguan kelistrikan adalah:

a. Pemadaman atau kesalahan teknis karyawan yang terjadi berakibat terputusnya live streaming yang biasanya terjadi di daerah dan berdampak pada kegiatan penyiaran yang ada di pusat.

4.2.1.6 Kerusakan Komponen Kabel

Komponen kabel penting dalam menunjang perangkat keras yang digunakan untuk melakukan sistem live cross. Jika salah satu dari komponen kabel tersebut ada yang rusak maka sistem live cross pun akan mengalami gangguan dari segi audio, video ataupun jaringan.

Penyebab kerusakan komponen kabel adalah: a. Gangguan binatang tak dikenal.

Ruang monitor tvri kurang memperhatikan terhadap gangguan binatang tak dikenal, sehingga tidak adanya antisipasi terhadap gangguan tersebut.

b. kurang adanya perawatan terhadap kabel.

Para staff IT kurang memperhatikan dalam perawatan kabel yang berkaitan dengan perangkat keras yang mendukung sistem live cross.Seperti terlilitnya kabel,atau kabel yang terlalu terbuka dan tidak perlindungan sama sekali.

Dampak kerusakan komponen kabel adalah : a. kualitas audio dan video menurun.

Jika komponen kabel yang rusak merupakan komponen dari pengiriman audio dan video, maka kualitas audio dan video saat live cross akan menurun

b. perangkat jaringan tidak dapat bekerja secara maksimal.

jika komponen kabel yang rusak merupakan komponen dari sistem jaringan, maka jaringan tidak dapat bekerja secara maksimal atau bahkaan bisa terputus total.

(6)

4.2.2 Risiko Terkait Monitoring

Proses monitoring dilakukan untuk memantau aktivitas dari proses live cross pada ruang monitor LPP TVRI pusat. Dalam proses monitoring terdapat risiko yang dapat menghambat proses monitoring. Berikut risiko terkait monitoring, yaitu :

4.2.2.1 Hak Akses Ruang Monitor Tidak Terkelola Dengan Baik

Untuk melakukan akses ke ruang monitoring setiap karyawan harus melakukan verifikasi yang berupa fingerprint. Namun pada kenyataan nya kebijakan fingerprint tidak berjalan sesuai dengan harapan, banyak staff non-IT yang bebas keluar masuk ruangan.

Berikut penyebab dari Hak akses ruang monitor tidak terkelola dengan baik : a. Tidak ada kebijakan yang mengatur dalam mengakses ruang monitor.

Tidak adanya peringatan yang tertulis maupun kebijakan yang serius diterapkan di area ruang monitoring.

b. Kurang disiplinnya staff IT.

Belum ada kesadaran dari staff IT untuk untuk melaksanakan kebijakan dan memanfaatkan fingerprint dengan maksimal.

Berikut dampak dari Hak akses ruang monitor tidak terkelola dengan baik : a. Kinerja staff IT menjadi terganggu.

Terganggunya kinerja staff IT dikarenakan bebasnya karyawan non IT berlalu lalang di tempat yang seharusnya tidak bisa di akses semua orang. Mengakibatkan staff IT tidak fokus dalam bekerja.

b. Tidak terkendalinya ruang monitor.

Staff non IT dan tamu bisa bebas keluar masuk ruang monitoring, tanpa ada peringatan atau larangan dari Staff IT.

c. Tidak dapat dibedakan antara petugas IT dan petugas non-IT.

Bebas nya berlalu lalang setiap orang dan kesamaan seragam yang dipakai setiap karyawan membuat ruang monitoring rentan vandalisme.

(7)

4.2.2.2 Kurang Terpantaunya Aktivitas Di ruang Monitor

Pemantauan dari segi kinerja dan keamanan di ruang monitoring masih kurang. Sehingaa kinerja petugas IT tidak terpantau dan menjadi kurang maksimal. Sedangkan dari segi keamanan ruang monitoring sangat menghawatirkan bila di biarkan.

Berikut penyebab dari kurang terpantaunya aktivitas di ruang monitor : a. CCTV yang kurang dipantau dengan baik.

Penggunaan CCTV yang sangat tidak maksimal hanya untuk monitoring kinerja staff IT langsung ke atasan , dan CCTV tidak merekam sehingga bila terjadi vandalisme akan sulit mencari buktinya.

Berikut dampak dari kurang terpantaunya aktivitas di ruang monitor : a. Kinerja petugas IT tidak terawasi.

Karena pengawasan CCTV tidak dimaksimalkan kinerja staff IT menjadi tidak optimal.

b. Terjadinya kehilagan asset IT.

Minimnya pengawasan dan tidak merekamnya CCTV menyebabkan mudahnya tindak kejahatan terjadi.

4.2.2.3 Ruangan Monitor Masih Belum Memenuhi Syarat

Banyaknya kekurangan yang menunjang keamanan di ruang monitoring, mengakibatkan banyak ancaman yang sangat fatal. Dan penggabungan ruangan server dan monitoring mengakibatkan ruangan server rentan akan ancaman.

Berikut penyebab dari ruangan monitor masih belum memenuhi syarat : a. Ruangan server masih menggunakan ac central.

Ac central yang sudah tua bisa mengakibatkan bocornya air yang akan merusak server.

b. Posisi penempatan sprinkle yang tidak tepat.

Salah satu penempatan alat penanggulangan bencana ini tidak tepat, dan percikan air akan merusak server.

c. Tidak tersedia smoke detector.

Tidak adanya smoke detector akan berakibat tidak terdeteksinya bencana kebakaran. Dan penanggulangan bencana akan terlambat.

(8)

a. Kerusakan pada komponen hardware.

Dengan kurangnya perhatian akan penempatan AC, Srinkle dan tidak adanya alat pendeteksi bencana maka hardware akan rentan dari bahaya.

b. Overheat.

Suhu ruang server yang belum memenuhi standar akan membuat hardware overheat.

c. Tidak terdeteksi jika ruang server menimbulkan asap.

Asap yang terjadi akibat overheat maupun dari hal lainnya, tidak akan terdeteksi dan mengakibatkan terlambatnya penanggulangan bencana.

4.2.2.4 Stasiun Daerah Tidak Memiliki Tim IT Untuk Maintenance Jaringan VPN Daerah

Kurangnya tenaga kerja yang mahir dan pelatihan atau training di daerah ,mengakibatkan pihak TVRI pusat harus mengeluarkan biaya lebih untuk pengiriman staff IT pusat untuk memantau di daerah.

Berikut penyebab Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk maintenance jaringan vpn daerah :

a. Belum tersedianya tenaga kerja ahli untuk ditempatkan di daerah.

Tidak adanya tenaga kerja IT atau tenaga ahli di daerah yang ada hanya tugas yang merangkap-rangap dari tenaga kerja di daerah, menimbulkan pengeluaran yang lebih untuk dinas keluar daerah bagi petugas IT di pusat.

Berikut dampak Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk maintenance jaringan vpn daerah :

a. Jaringan vpn ke stasiun pusat sering terputus.

Banyak kesalahan teknis yang sering terjadi dari pihak daerah, karena kurang pahamnya akan maintenance dan selalu meminta bantuan kepada TVRI pusat.

4.2.2.5 Kesalahan Terhadap Konfigurasi Kabel Jaringan

Kesalahan teknis sering terjadi dari pihak TVRI daerah, kesalahan konfigurasi kabel jaringan sering terjadi dan bagian pusat harus turun tangan untuk membantu pembetulan konfigurasi.

(9)

Berikut penyebab kesalahan terhadap konfigurasi kabel jaringan : a. Kurang terlatihnya tenaga kerja IT di daerah.

Tidak adanya tenaga kerja IT atau tenaga ahli di daerah yang ada hanya perangkapan tugas dari tenaga kerja di daerah.

Berikut dampak kesalahan terhadap konfigurasi kabel jaringan : a. Terputusnya jaringan antara pusat dengan daerah.

Kesalahan konfigurasi mengakibatkan putusnya koneksi dari pusat ke daerah. Hal ini sering terjadi sehingga pihak pusat harus menghubungi pihak daerah, dan memberi instruksi.

b. Terjadinya kegagalan untuk siaran (gagal on air).

Kegagalan on air diakibatkan kesalahan teknis dari pihak daerah. Biasanya terjadi kesalahan konfigurasi tata letak kabel.

4.2.2.6 Kehadiran Staff IT Pusat dan Daerah

Segala kegiatan Penyiaran sangat bergantung kepada kedisiplinan staff IT dalam menjalankan tugas, karena petugas IT harus standby dan mengatur kegiatan Live cross dari daerah berjalan sesuai rundown.

Berikut penyebab resiko dari kehadiran Staff IT pusat dan daerah : a. Staff IT yang sedang mendapat mengalami kesehatan.

Gangguan kesehatan mengakibatkan ketidak hadiran staff IT yang bertugas saat Live cross.

b. Kurangnya kedisiplinan Staff IT terhadap waktu

Keterlambatan atau keteledoran dari staff IT yang tidak datang sesuai shift yang ditentukan. Karena acara harus berjalan sesuai rundown.

Berikut dampak resiko dari kehadiran Staff IT pusat dan daerah : a. Jadwal siaran live cross berjalan tidak sesuai rundown.

Kegagalan live cross mengakibatkan pengalihan dari acara yang seharusnya ke acara yang lain dan mengakibatkan perubahan rundown yang tiba tiba.

(10)

4.2.2.7Terjadi Kesalahan Pada Output Audio dan Video

Pada saat ingin mengendalikan output audio dan video pada multiviewer, staff it terkadang melakukan kelalaian seperti contoh hal kesalahan pada saat menekan tombol video yang akan di input. Kejadian tersebut merupakan salah satu hal yang dapat menghambat proses live cross.

Berikut penyebab terjadi kesalahan pada output audio dan video : a. Kelalaian staff it dalam melakukan input audio dan video

Staff terkadangg tidak secara sadar menekan tombol yang salah pada saat melakukan input audio dan video.

Berikut dampak dari kesalahan pada output audio dan video : a. Sistem penyiaran menjadi terganggu

Karena jika output dari ruang monitor it LPP TVRI sangat berpengaruh terhadap sistem penyiaran terutama live cross.Jika output pada ruang monitor it terjadi kesalahan, maka tampilan pada saat siaran pun juga akan mengalami kesalahan.

Tabe 4.1 Identifikasi Risiko

No Resiko Penyebab Dampak

Risiko Live cross 1. 2. Bandwith tidak terpantau Bandwith masih shared dengan pengiriman data FTP - Belum tersedianya aplikasi untuk memantau bandwith - Belum disetujui permohonan dana untuk menambah bandwith - Kualitas audio dan video menjadi berkurang - Pengiriman dan penerimaan audio dan video yang telah di encoded menjadi terlambat

(11)

3. Terjadinya penurunan kualitas audio & video pada saat live cross

- Kualitas audio dan video tidak ada standar - Koresponden terhadap TVRI berkurang 4. Terjadinya gangguan Masal - Adanya gangguan dari pihak Telkom - Sistem live cross menjadi terputus 5. Terjadinya gangguan kelistrikan - Pihak PLN mengadakan pemadaman listrik bergilir - Staff IT yang salah konfigurasi kabel listrik - Siaran menjadi putus total 6. Kerusakan Komponen kabel - Gangguan binatang tak dikenal - Kurang adanya perawatan terhadap kabel - Kualitas audio dan video menjadi menurun - Perangkat jaringan tidak dapat bekerja secara

(12)

maksimal

No. Risiko Penyebab Dampak

Risiko Monitoring 1.

2 .

3.

Hak akses ruang monitor tidak terkelola dengan baik Kurang terpantaunya aktivitas di ruang monitor Ruangan monitor masih belum memenuhi syarat - Tidak ada kebijakan yang mengatur dalam mengakses ruang monitor - Kurang disiplinnya staff IT. - CCTV yang kurang dipantau dengan baik - Ruang monitor masih menggunakan ac central - Posisi penempatan sprinkle yang - Kinerja staff IT menjadi terganggu - Tidak terkendalinya ruang monitor - Tidak dapat dibedakan antara petugas IT dan petugas non-IT - Kinerja petugas IT tidak terawasi - Terjadinya kehilagan asset IT - Kerusakan pada komponen hardware - Overheat - Tidak terdeteksi jika ruang

(13)

4. Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk maintenance jaringan vpn daerah tidak tepat - Tidak tersedia smoke detector - Belum tersedianya tenaga kerja ahli untuk ditempatkan di daerah server menimbulkan asap - Jaringan vpn ke stasiun pusat sering terputus 5. 6. Kesalahan terhadap konfigurasi kabel jaringan Kehadiran Staff IT pusat dan daerah

- Kurang terlatihnya tenaga kerja IT di daerah - Staff IT yang sedang mendapat mengalami kesehatan - Kurangnya kedisiplinan - Terputusnya jaringan antara pusat dengan daerah - Terjadinya kegagalan untuk siaran (gagal on air) - Jadwal siaran live cross tidak berjalan sesuai rundown

(14)

Staff IT terhadap waktu

7. Terjadi kesalahan pada Output audio dan video - Kelalaian staff IT dalam melakukan input audio dan video - Sistem penyiaran menjadi terganggu

(15)

4.3 Penggolongan dan Pemeringkatan Risiko

4.3.1 Pemeringkatan Risiko (Menggunakan NIST)

Dalam menentukan pemeringkatan risiko kami menggunakan panduan table pemeringkatan risiko dari NIST sebagai acuan.

Impact

Low Medium High

L ik e li h o o d H ig h - Bandwith masih shared dengan pengiri-man data FTP - Hak akses ruang monitor tidak terkelola dengan baik - Kurang terpantau-nya aktivitas di ruang monitor

(16)

M ed iu m - Kehadira n staff IT pusat dan daerah - Bandwith tidak terpantau - Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk mainte-nenance jaringan VPN daerah - Kesalahan terhadap konfigurasi kabel jaringan - Terjadinya penurunan kualitas audio dan video saat live cross

(17)

L o w - Kerusakan Komponen kabel - Terjadi kesalahan pada Output audio dan video - Ruangan monitor masih belum memenuhi standart - Terjadinya gangguan masal - Terjadinya gangguan kelistrikan

Low Medium High

Impact

4.3.2 Skala Risiko

Dalam menentukan skala risiko kami menggunakan panduan table skala risiko dari NIST sebagai acuan.

Tabel 4.2 Skala Risiko

Risk Likelihood Impact Risk Scale

Hak akses ruang monitor tidak terkelola dengan baik. High High 1 x 100 = 100 (High) Kurang terpantaunya aktivitas di High High 1 x 100 = 100 (High)

(18)

ruang monitor Ruangan monitor masih belum memenuhi syarat Low High 0,1 x 100 = 10 (Low) Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk maintenance jaringan vpn daerah Medium Medium 0,5 x 50 = 25 (Medium) Kesalahan terhadap konfigurasi kabel jaringan Medium Medium 0,5 x 50 = 25 (Medium) Kehadiran Staff IT pusat dan daerah Medium Low 0,5 x 10 = 5 (Low) Bandwith tidak terpantau Medium Low 0,5 x 10 = 5 (Low) Bandwith masih shared dengan pengiriman data FTP High Low 1 x 10 = 10 (Low) Terjadinya penurunan Medium Medium 0,5 x 50 = 25 (Medium)

(19)

kualitas audio & video pada saat live cross Terjadinya gangguan Masal High Low 1 x 10 = 10 (Low) Terjadinya gangguan kelistrikan High Low 1 x 10 = 10 (Low) Kerusakan Komponen kabel Low High 0,1 x 50 = 5 (low) Terjadi kesalahan pada Output audio dan video Low High 0,1 x 50 = 5 (low) 4.3.3 Jumlah Risiko

Tabel 4.3 Jumlah Risiko

Risk Scale Risk Level Jumlah

1 – 10 Low 8

11 – 50 Medium 3

51 – 100 High 2

Setelah kami melakukan penggolongan dan skala risiko, kami menemukan 8 risiko yang terdapat pada level low, 3 risiko terdapat pada level medium dan 2 risiko terdapat pada level high. Dalam risiko yang mempunyai level low, sistem dapat menentukan apakah tindakan perbaikan masih diperlukan atau menerima risiko tersebut terjadi. Lalu dalam level medium harus dibutuhkan tindakan dan perencanaan yang mendukung tindakan tersebut harus disiapkan dalam waktu yang ditentukan. Sedangkan dalam level high dibutuhkan tindakan untuk menyiapkan langkah-langkah

(20)

perbaikan. Sistem yang ada dapat terus beroprasi, tetapi perencanaan untuk melakukan perbaikan harus dilaksanakan secepat mungkin.

4.4 Penggolongan Risiko dengan CIA (Confidentiality, Integrity, Availability) Tabel 4.4 CIA (Confidentiality, Integrity, Availability)

No. Risiko C I A Alasan

Risiko Live cross a. Bandwith tidak

terpantau

Karena bandwith tidak

terpantau, maka kualitas audio dan video menjadi berkurang b. Bandwith masih

shared dengan pengiriman data FTP

Bandwith yang masih shared

dengan FTP mengakibatkan encoder terlambat mengirim data

c. Terjadinya

penurunan kualitas audio & video pada saat live cross

Karena kualitas audio dan video menurun, sehingga koresponden akan berkurang

d. Terjadinya gangguan Masal

Gangguan dari pihak Telkom mengakibatkan putusnya jaringan internet, sehingga semua penyiaran menjadi terputus

e. Terjadinya gangguan kelistrikan

√ Gangguan dari pilhak PLN mengakibatkan listrik padam, yang berdampak terputusnya seluruh bentuk siaran. f. Kerusakan

Komponen kabel

Karena kerusakan dari kabel, mengakibatkan pengiriman kualitas audio dan video

(21)

menjadi patah-patah

NO Risiko C I A Alasan

Risiko Monitoring a. Hak akses ruang

monitor tidak terkelola dengan baik.

Karena jika hak akses

ruang monitor tidak terkelola maka akan banyak risiko yang akan terjadi

b. Kurang terpantaunya aktivitas di ruang monitor

Karena jika tidak ada

pantauan diruang monitor, maka tidak ada bukti apabila risiko terjadi

c. Ruangan monitor masih belum memenuhi syarat

Ruang monitor yang tidak sesuai standart maka ruang server akan rentan

kerusakan d. Stasiun daerah tidak memiliki tim IT untuk maintenance jaringan vpn daerah

√ Jika tidak tersedia tim IT didaerah, maka akan menghambat kinerja tim IT pusat

e. Kesalahan terhadap

konfigurasi kabel jaringan

Kurang terlatihnya tenaga kerja IT di daerah

mengakibatkan terputusnya jaringan sehingga gagal siaran f. Kehadiran Staff

IT pusat dan

Jika staff IT berhalangan hadir maka akan

(22)

daerah memperlambat proses penyiaran

g. Terjadi kesalahan pada Output audio dan video

Kelalaian Staff IT dalam menginput audio dan video mengakibatkan kesalahan terjadinya siaran dalam rentan waktu tersebut

4.5 Pengendalian Berjalan

4.5.1 Pengendalian Terkait Dengan Live cross 1. Staff IT harus tiba 30 menit lebih awal

Manager seksi IT LPP TVRI menerapkan prosedur yang mengharuskan bahwa setiap staff it yang bertugas untuk tiba di ruang monitor 30 menit lebih awal dari jam shift seharusnya. Hal ini dilakukan agar staff it dapat mempelajari rundown live cross terlebih dahulu sehingga staff it mengetahui daerah mana saja yang akan live cross dan dapat menyiapkan segala sesuatunya dengan baik.

2. Mengecek jaringan dari daerah yang akan live cross

Setiap staff it yang bertugas harus memastikan bahwa jaringan di tiap stasiun daerah yang akan melakukan live cross sesuai dengan rundown yang ada sudah dalam kondisi aktif dengan melihat aplikasi yang tersedia yang bernama TVRI ENM. Untuk mengetahui kondisi jaringan dari stasiun di tiap daerah pada aplikasi TVRI ENM, tiap daerah diberikan bentuk symbol dan juga diberikan warna didalam symbol tersebut yang mengartikan bahwa :

- Jika warna didalam symbol penuh abu-abu menandakan bahwa jaringan didaerah tersebut sedang mati total dan tidak dapat melakukan live cross.

- Jika warna didalam symbol hanya 1/4 yang hidup dan 3/4 lainnya masih abu-abu, menandakan bahwa hanya jaringan WAN yang aktif. Tetapi kondisi router dan encoder masih dalam posisi off. Dimana

(23)

dengan kondisi seperti ini stasiun pusat tidak dapat menerima live cross dari stasiun daerah.

- Jika warna didalam symbol 3/4 yang aktif mengartikan bahwa jaringan WAN aktif, router aktif, akan tetapi kondisi encoder di stasiun daerah masih dalam posisi off. Sehingga audio dan video tidak dapat diterima oleh stasiun pusat.

- Jika warna didalam symbol aktif penuh mengartikan bahwa seluruh jaringan WAN, router, dan encoder sudah dalam kondisi aktif secara keseluruhan. Sehingga stasiun daerah dapat mengirim audio dan video ke stasiun pusat dan melakukan live cross berita secara normal.

3. Mengecek kualitas audio dan video

Setiap staff IT harus mengecek terlebih dahulu kualitas dari audio dan video yang dikirimkan oleh stasiun daerah dengan tujuan agar audio dan video tersebut layak untuk disiarkan dan ditampilkan oleh bagian penyiaran.

4. Melakukan koordinasi ke tiap daerah yang akan melakukan live cross Pengendalian ini dimaksudkan agar setiap staff IT pada stasiun daerah sudah standby untuk mengirim audio dan video untuk live berita. Koordinasi ini dilakukan oleh pihak staff IT pada stasiun pusat dengan menggunakan IP Phone PABX yaitu merupakan panggilan telepon ke pihak stasiun daerah yang menggunakan jaringan VPN.

5. Melakukan restart encoder dan decoder

Restart encoder dan decoder yang dilakukan secara bersamaan oleh staff IT di stasiun pusat dan staff IT di stasiun daerah ini merupakan upaya untuk menormalkan kembali jika data audio dan video yang dikirim blank atau audio dan video yang dikirim terputus-putus.

6. Mengubah rate status pada encoder

Jika setelah melakukan restart encoder dan decoder ternyata live cross masih terdapat kendala, maka staff IT dapat merubah rate status pada encoder dengan menurunkan kapasitas rate-nya agar data audio dan video yang dikirim dapat normal kembali. Batas untuk menurunkan kapasitas rate-nya adalah sampai dengan 1,5 Mbps.

(24)

7. Mengecek jaringan VPN-IP ke pihak Telkom

Pengendalian ini merupakan cara terakhir jika proses live cross masih mengalami gangguan terhadap pengiriman data audio dan video yang dilakukan oleh pihak staff IT stasiun pusat dengan mengecek jalur VPN-IP Telkom dengan melakukan ping ke jaringan Telkom. Dengan pengendalian ini, maka pihak staff IT dapat menginformasikan ke pihak Telkom kendala yang terjadi terhadap pengiriman audio dan video pada proses live cross dan meminta pihak Telkom untuk memperbaiki jaringan agar pengiriman data audio dan video kembali normal.

8. Membuat laporan aktivitas live cross

Pembuatan laporan dari aktivitas live cross ini dimaksudkan untuk pihak manajemen yang terkait dan bertanggung jawab terhadap kegiatan live cross tersebut dengan tujuan agar dapat mengetahui gangguan apa dan masalah apa yang sering terjadi dari masing-masing daerah dalam melakukan live cross berita ke stasiun pusat. Laporan aktivitas live cross dibuat oleh pihak staff IT yang bertugas mengelola rundown live cross dengan menggunakan aplikasi yang sudah disediakan yaitu Streaming Activity v1.3 .

4.5.2 Pengendalian Terkait Dengan Monitoring Live cross a. Verifikasi akses ruang monitor

Pihak Seksi IT LPP TVRI menerapkan prosedur untuk setiap staff IT harus melakukan Fingerprint dalam mengakses ruang monitor Live cross. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengendalian agar tidak ada pihak lain yang tidak memiliki kepentingan secara bebas mengakses ruang monitor yang dapat mengakibatkan hilangnya informasi atau aset penting yang ada didalam ruang monitor tersebut. Pengendalian ini pun juga dilakukan karena ruang monitor pada LPP TVRI masih berada pada tempat yang sama dengan ruang server dimana banyak terdapat informasi dan data penting milik LPP TVRI didalamnya.

b. Memasang CCTV

Pengendalian ini dimaksudkan agar setiap staff IT lebih disiplin dalam memonitoring proses live cross juga dalam menjaga serta memelihara fasilitas dan aset penting yang ada didalam ruang monitoring

(25)

tersebut. CCTV akan dicek setiap minggunya untuk mengetahui apakah terdapat pelanggaran yang terjadi didalam ruang monitoring tersebut dan juga melacak jika terjadinya suatu kejadian yang tidak diduga sebelumnya seperti hilangnya aset IT atau informasi penting milik LPP TVRI.

Gambar

Tabe 4.1 Identifikasi Risiko
Tabel 4.2 Skala Risiko
Tabel 4.3 Jumlah Risiko

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pentingnya penentuan isotop uranium tersebut, maka tujuan dari penelitian ini melakukan optimasi hubungan antara waktu tinggal, kuat arus dan randemen selama proses

Developer 2005 Express Edition persembahan dari Microsoft Indonesia ini cocok untuk memulainya dengan mudah dan.

terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Bali tahun 1990 – 2007 dan hipotesis yang menyatakan bahwa besarnya koefisien elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat

Merupakan salah satu faktor pendorong dalam memajukan perekonomian rakyat. Diantara fungsi informasi bagi masyarakat adalah tersedianya informasi harga pasar dari

Perlu diketahui bahwa dalam aplikasi ini kuesioner menggunakan Skala Likert untuk jawaban yang diberikan responden, Untuk mengukur variabel akan dilakukan dengan

Bagi ilmu pengetahuan adalah untuk memberikan wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan bahwa pertanian yang sehat merupakan proses budidaya tanaman

Kabupaten Kota dalam rangka implementasi pengembangan Kawasan Strategis Nasional Keterpaduan Program • Mewujudkan keterpaduan program antara Rencana Pembangunan Nasional

Muhammad Zarlis, selaku Dekan FasilKom TI Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program