BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Modal Intelektual (intellectual capital) yang merupakan salah satu dari aset tidak berwujud, dikarenakan tidak tercantum di dalam laporan keuangan, sering diabaikan didalam menilai perusahaan. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah Intellectual Capital (IC). Intellectual capital seringkali menjadi faktor penentu utama perolehan laba suatu perusahaan dan dianggap sebagai suatu kekuatan dalam mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis.
Variabel independen intellectual capital (IC) diukur dengan menggunakan VAICTM. Adapun komponen VAICTM meliputi value added capital employee (VACA), yaitu kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan, value added human capital (VAHU), yaitu kalkulasi dari kemampuan sumber daya manusia perusahaan, dan structural capital value added (STVA), yaitu kalkulasi untuk kemampuan organisasi dalam perusahaan.
Tan et al. (2007) dan Chen et al. (2005) menemukan bahwa secara statistik seluruh komponen VAIC (VAHU, VACA, dan STVA) signifikan berpengaruh untuk menjelaskan kinerja keuangan perusahaan dan nilai buku perusahaan.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian
3.2. Hipotesis
Berdasarkan rumusan permasalahan dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. H1 : Human Capital yang disebut juga VAHU, berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja keuangan perusahaan.
2. H2 : Capital Employee, yang disebut juga VACA, berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
3. H3 : Structural Capital yang disebut juga STVA, berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
4. H4 : Human Capital yang disebut juga VAHU, berpengaruh signifikan
terhadap nilai intrinsik perusahaan
5. H5 : Capital Employee yang disebut juga VACA, berpengaruh signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan
6. H6 : Structural Capital yang disebut juga STVA, berpengaruh signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan
7. H7 : Kinerja keuangan yang disebut juga ROA, berpengaruh signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi empiris korelasional yang dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara intellectual capital yang diukur dengan VAICTM dengan kinerja keuangan yang diukur dengan ROA, serta pengaruhnya terhadap nilai intrinsik perusahaan yang diukur dengan metode discounted free cash flow. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis yang diajukan terkait dengan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
4.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan secara rutin melaporkan posisi keuangannya kepada bursa efek Indonesia. Total populasi perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebanyak tiga puluh satu perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan metode sensus, artinya seluruh populasi dijadikan sebagai objek penelitian. Adapun kriteria populasi sasaran yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012
2. Mengeluarkan laporan keuangan tahunan lengkap selama tahun 2010-2012 3. Memiliki data yang lengkap yang berhubungan dengan variabel-variabel yang
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI (2012)
No Perusahaan Perbankan Kode
1 Bank Agroniaga Tbk. AGRO
2 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC
3 Bank Bukopin Tbk. BBKP 13 Bank Internasional Indonesia Tbk. BNII 14 BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. BJBR
20 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 21 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP
22 Bank OCBC NISP Tbk. NISP
23 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN
24 Bank Permata Tbk. BNLI
25 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI
26 Bank Sinarmas Tbk. BSIM
27 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD 28 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 29 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 30 Bank Victoria International Tbk. BVIC 31 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR Sumber : www.idx.co.id
Perlakuan human capital dalam hal ini terkait dengan gaji, pelatihan, kesempatan jenjang karir, dan sebagainya.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor perbankan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 , yang beralamat di Jakarta Stock Exchange Building, jalan Jendral Sudirman Kav. 52-53, 12190.
4.3. Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan keuangan masing-masing perusahaan , yang disampaikan kepada BEI. Laporan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan periode Desember 2010, 2011, dan 2012. Laporan keuangan tersebut diperoleh melalui website resmi BEI. Data penelitian adalah cross section selama periode tahun 2010-2012.
4.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 4.4.1. Variabel Independen
Formulasi dan tahapan perhitungan VAIC adalah sebagai berikut:
Tahap Pertama: Menghitung Value Added (VA).
VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999). Value added disebut juga value created efficiency yang merupakan nilai tambah yang timbul akibat pengaruh intangible assets yang dalam hal ini diproyeksikan oleh intellectual capital.
VA = OUT - IN
Dimana:
OUT = Output ; Total penjualan dan pendapatan lain
IN = Input; Beban penjualan dan biaya lain (selain biaya karyawan)
Tahap Kedua : Menghitung Value Added Capital Employeed (VACA).
VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi. VACA merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan modalnya.
VACA = VA/CE
Dimana :
VACA = Value Added Capital Employee VA = Value Added
Tahap Ketiga:
Menghitung Value Added Human Capital (VAHU).
VAHU menunjukkan berapa banyak value added dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan pengaruh yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam human capital terhadap value added organisasi.
VAHU = VA/HCVAHU = VA/HC
Dimana:
VAHU = Value Added Human Capital VA = value added
HC = Human Capital: beban karyawan (gaji, biaya pelatihan)
Tahap Keempat:
Menghitung Structural capital Value Added (STVA).
Rasio ini mengukur jumlah structural capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added dan merupakan indikasi sejauh mana structural capital dalam menciptakan nilai tambah
STVA = SC/VA= SC/VA
Dimana:
Tahap Kelima:
Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAIC).
VAIC merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.MU V
4.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan metode discounted free cash flow. Metode ini merupakan estimasi terhadap nilai perusahaan dengan melakukan proyeksi terhadap net income selama tiga tahun ke depan dan kemudian melakukan proses diskonto. Versi umum nilai perusahaan dari pendekatan FCFF adalah sebagai berikut :
Nilai perusahaan = ( !"!!! (!!!"##)! !!!
!!! ) + (
!" (!!!"##)!!)
Untuk menentukan nilai FCFF, dapat dihitung sebagai berikut :
FCFF = EBIT(1-tax) + depresiasi – capital expenditure – !working capital
4.4.3. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah kinerja keuangan yang direfleksikan oleh Return on Assets (ROA) , kinerja keuangan menggunakan ROA lebih dipilih daripada ROE adalah karena total ekuitas yang merupakan denominator ROE adalah salah satu komponen dari VACA. ROA dikalkulasi dengan formula:
Keseluruhan variabel dan definisi operasional yang digunakan di dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Definisi, Pengukuran dan Skala Ukur Variabel
Variabel Definisi Pengukuran Variabel Skala Ukur
Return on
Laba bersih / Total Aset Rasio
Nilai
VAHU (X1) Menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan
VACA (X2) Indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital.
Nilai Tambah (VA) / Ekuitas
Rasio
4.5 Teknik Analisis Data
4.5.1 Analisis Jalur (Path Analysis)
Di dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path
analysis), yang merupakan sebuah metode untuk melakukan analisis efek
langsung (direct effect) dan efek tidak langsung (indirect effect) dari
variabel-variabel yang diukur (Ghozali, 2009).
Analisis jalur digunakan untuk menguji hubungan teoritis antar variabel,
bukan untuk menentukan hubungan kausalitas antar variabel. Semua variabel di
dalam penelitian ini baik independen maupun dependen merupakan
variabel-variabel yang dapat diukur secara langsung, sehingga analisis jalur merupakan
metoda yang tepat.
Menurut Ghozali (2009) dan Yamin (2009), analisis jalur memiliki
beberapa asumsi-asumsi, antara lain :
1. Hubungan antara variabel adalah linear, adaptif dan bersifat normal.
2. Sistim aliran kausal hanya satu arah.
3. Variabel endogen berada dalam skala interval dan rasio
4. Observed variables, artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung.
5. Model penelitian didasarkan oleh teori dan konsep yang relevan.
4.5.2. Diagram Jalur
Diagram jalur yang disusun dalam penelitian ini adalah menggambarkan
hubungan VAHU (X1), VACA (X2), dan STVA (X3), serta VAIC (X4) dengan
Gambar 4.1 Diagram Jalur Penelitian Keterangan :
Y1 = Variabel endogen ROA
Y2 = Variabel endogen Nilai intrinsik perusahaan X1 = Variabel eksogen VAHU
X2 = Variabel eksogen VACA X3 = Variabel eksogen STVA !X1Y1 = koefisien jalur X1 ke Y1 !X2Y1 = koefisien jalur X2 ke Y1 !X3Y1 = koefisien jalur X3 ke Y1 !X1Y2 = koefisien jalur X1 ke Y2 !X2Y2 = koefisien jalur X2 ke Y2 !X3Y2 = koefisien jalur X3 ke Y2 !Y1Y2 = koefisien jalur Y1 ke Y2
Model penelitian ini sebagaimana disajikan dalam Gambar 4.1 terbagi atas dua substruktur, sebagai berikut :
1. Sub struktur pertama, menganalisa pengaruh VAHU, VACA, dan STVA terhadap ROA.
4.5.2.1. Estimasi Analisis Jalur substruktur pertama
Untuk memperhitungkan berapa besarnya hubungan langsung maupun
tidak langsung substruktur pertama dapat diperhatikan Tabel 4.3
Tabel 4.3 Pengaruh Langung, Tidak Langsung Substruktur Pertama
Variabel Bebas
Return on Assets (ROA)
Langsung Tidak Langsung Total
VAHU terhadap ROA X1Y1 - X1Y1
VACA terhadap ROA X2Y1 - X2Y1
STVA terhadap ROA X3Y1 - X3Y1
4.5.2.2. Estimasi Analisis Jalur substruktur kedua
Untuk memperhitungkan berapa besarnya hubungan langsung maupun
tidak langsung substruktur kedua dapat diperhatikan Tabel 4.4
Tabel 4.4 Pengaruh Langung, Tidak Langsung Substruktur Kedua
Variabel Bebas
Nilai Perusahaan
Langsung Tidak Langsung Total
VAHU terhadap Nilai perusahaan
X1Y2 (X1Y1)(Y1Y2) (X1Y1)(Y1Y2) + X1Y2
VACA terhadap Nilai perusahaan
X2Y2 (X2Y1)(Y1Y2) (X2Y1)(Y1Y2) + X2Y2
STVA terhadap Nilai perusahaan
X3Y2 (X3Y1)(Y1Y2) (X3Y1)(Y1Y2) + X3Y2
ROA terhadap Nilai perusahaan
Y1Y2 - Y1Y2
Apabila hubungan tidak langsung lebih besar dibandingkan dengan
4.6. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengolahan data, uji asumsi klasik dilakukan untuk
menentukan ketepatan model. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
4.6.1. Uji Normalitas
Untuk menghindari terjadinya bias, data yang akan digunakan harus
terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik harus memiliki data normal
atau mendekati normal (Ghozali, 2010). Apabila tidak memenuhi asumsi ini,
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel yang kecil. Pengujian
normalitas dalam penelitian ini menggunakan one sample kolmogorov-smirnov
test dan analisis grafik histogram serta P-P plot. Menurut Ghozali (2010), jika
dalam uji one sample kolmogorov-smirnov test variabel yang mempunyai asymp.
Sig (2-tailed) di bawah tingkat signifikansi sebesar 0.05 maka diartikan bahwa
variabel tersebut memiliki distribusi tidak normal.
4.6.2. Uji Multikolinaeritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi
dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor
(VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang dipilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10. Model regresi yang baik tidak terdapat masalah multikolinearitas atau adanya hubungan kolerasi di
antara variabel-variabel independennya (Ghozali, 2009)
4.6.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dalam satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas yaitu melihat grafik plot antara variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika tidak terjadi heteroskedastisitas maka pada grafik scatterplot tidak terjadi pola tertentu, dan titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol.
4.7 Goodness of Fit
Kegunaan uji kesesuaian ini adalah untuk menentukan seberapa tepat frekuensi yang teramati cocok dengan frekuensi yang diharapkan. Untuk melihat
goodness of fit dari hipotesis tersebut maka perlu dilakukan uji sebagai berikut
yaitu :
4.7.1 Koefisien Determinasi (R2)
dependennya. Seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
4.7.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji tingkat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan. Dalam uji F kesimpulan yang
diambil adalah dengan melihat signifikansi (∝) dengan hipotesis :
(∝) > 5% : H0 diterima, H1 ditolak (∝) < 5% : H0 ditolak, H1 diterima
Jika F-hitung < F-tabel, maka hipotesis ditolak, sebaliknya jika F-hitung > F-tabel
maka hipotesis diterima.
4.7.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial. Jika t-hitung koefisien
regresi lebih kecil dari t-tabel, maka variabel independen secara individu tersebut
tidak mempengaruhi terhadap variabel dependen, artinya hipotesis ditolak.
Sebaliknya jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel, maka variabel independen
secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya hipotesis
diterima.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan industri perbankan memiliki karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan perusahaan-perusahaan industri sektor lainnya, perbedaan yang
dimaksud antara lain :
a. Hutang
Perusahaan pada umumnya mempergunakan modal yang berasal
dari ekuitas maupun hutang sebagai sarana melakukan produksi, hasil dari
produksi tersebut akan memberi laba pada perusahaan sedangkan
perusahaan perbankan umumnya memperoleh keuntungan melalui selisih
(spread) antara beban bunga yang dibayarkan kepada debitur dengan
beban bunga yang diterima dari kreditur. Sehingga pada laporan laba rugi
tahunan perbankan, beban bunga merupakan beban yang tertinggi
dibanding dengan beban lainnya.
Ilustrasi di bawah ini mencoba menjelaskan perbedaan di atas :
Pada perusahaan manufaktur pengolahan baja, bahan baku (raw material)
adalah baja mentah diolah menjadi produk yang dapat dijual kembali
dengan harga yang lebih tinggi, sementara pada perusahaan perbankan
bahan baku (raw material) adalah hutang yang “dijual” kembali dengan
b. Regulasi Pemerintah
Seluruh lembaga keuangan, termasuk Bank dibatasi oleh regulasi yang sangat ketat oleh pemerintah. Pengawasan yang ketat oleh
pemerintah dapat berupa pengawasan terhadap rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) dan investasi-investasi yang dilakukan oleh Bank,
hampir seluruh investasi yang dilakukan mendapat pengawasan dari pemerintah. Peraturan pemerintah “mengekang” cara investasi dilakukan, dimana investasi dilakukan, dan berapa banyak modal yang diinvestasikan,
seluruhnya mendapat perhatian dari pemerintah.
Dalam kepentingan penilaian, perubahan regulasi mengakibatkan
rentannya tingkat resiko dalam penentuan growth perusahaan, perubahan peraturan pemerintah menjadi salah satu pertimbangan yang penting dalam menentukan nilai perusahaan.
c. Tingkat Leverage Keuangan
Sebagaimana telah disebutkan bahwa perusahaan perbankan menggunakan hutang sebagai sumber modalnya, sehingga menyebabkan tingkat leverage perusahaan perbankan jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan sektor non-perbankan. Tingginya tingkat leverage pada perusahaan perbankan mengakibatkan tingginya beban biaya yang
ditanggung oleh perusahaan, baik biaya tetap operasi maupun biaya finansial. Jadi, beban atau biaya tetap sebenarnya merupakan risiko yang harus ditanggung perusahaan dalam pelaksanaan keputusan-keputusan
Dalam perusahaan perbankan, akibat tingginya tingkat leverage, menyebabkan perusahaan harus efisien dalam menggunakan hutang,
ketidak-seimbangan antara hutang dengan dana yang dipinjamkan kepada
nasabah, akan menyebabkan Bank menanggung beban yang tinggi. Hal ini
perlu mendapat perhatian dan strategi yang khusus pada perusahaan
perbankan.
Berdasarkan karakteristik yang unik tersebut, maka tidak mudah untuk
melakukan penilaian terhadap perusahaan sektor perbankan, terutama ketika
menentukan free cash flow perusahaan. Hal tersebut dikarenakan sulitnya mendefinisikan hutang perbankan yang besar dan tingkat reinvestment perbankan
yang cenderung negatif.
5.1.2 Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada perusahaan perbankan
periode tahun 2010 sampai tahun 2012 diperoleh gambaran penelitian yang
dilakukan dengan statistik deskriptif untuk seluruh variabel yang dianalisis yaitu
VAIC (Value Added Intellectual Capital) yang terdiri dari VAHU (Value Added
Human Capital), VACA (Value Added Capital Employee) dan STVA (Value Added Structural Capital), kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan oleh ROA (Return on Assets) dan nilai intrinsik perusahaan.
Statistik deskriptif ini dipaparkan dengan tujuan untuk mengetahui
karakteristik dari variabel yang dianalisis secara terperinci yang meliputi jumlah
Tabel 5.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
!! N! Minimum! Maximum! Mean!
VAHU% 31% 0,731% 3,697% 2,26423%
VACA% 31% 0,025% 1,037% 0,34755%
STVA% 31% 30,369% 0,73% 0,49621%
VAIC% 31% 0,499% 4,657% 3,108%
ROA% 31% 30,006% 0,034% 0,01483%
NILAI% 31% 26862% 130657724% 16995377%
Valid%N%(listware)% 31% %% %% %%
Sumber : sampel penelitian yang diolah (2013)
5.1.2.1 Intellectual Capital
Berdasarkan statistik deskriptif Tabel 5.1 nilai minimum VAHU adalah
sebesar 0,731 (Bank QNB Kesawan, Tbk) dan nilai maksimum 3,697 (Bank Pan
Indonesia, Tbk). Nilai Mean VAHU adalah 2,264 dengan standar deviasi 0,723
dengan jumlah sampel pengamatan sebesar 31 data, hal ini dapat dijelaskan bahwa
Bank Pan Indonesia, Tbk adalah Bank yang paling mampu menciptakan nilai
tambah dengan menggunakan human capital.
Nilai minimum VACA adalah sebesar 0,025 (Bank ICB. Bumiputra, Tbk)
dan maksimum untuk VACA adalah 1,037 (Bank Pundi Indonesia, Tbk). Nilai
rata-rata perusahaan perbankan untuk VACA adalah 0,348. Berdasarkan data
tersebut maka Bank Pundi Indonesia adalah perusahaan yang paling mampu
memanfaatkan capital (modal, ekuitas) di antara 31 perusahaan perbankan yang
diteliti.
Kontribusi struktur modal (Structural Capital) dalam penciptaan nilai
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diproksikan
organisasinya adalah Bank Pan Indonesia, Tbk (0,730), sementara rata-rata STVA untuk perusahaan perbankan adalah 0,496.
Mean VAIC perusahaan perbankan di Indonesia pada tahun 2012 adalah
3,108, sementara Bank Pan Indonesia, Tbk. memiliki skor VAIC tertinggi (4,657). Kamath (2007) mengelompokkan suatu bank berdasarkan skor VAIC sebagai berikut :
Tabel 5.2 Klasifikasi Perbankan Berdasarkan VAICTM versi Kamath (2007)
Sumber : Kamath (2007) diolah
Apabila mengacu kepada klasifikasi yang dibentuk oleh Kamath (2007), maka pada tahun 2012, perusahaan perbankan di Indonesia termasuk kepada kelompok “Common Performance” dengan rata-rata VAIC perbankan Indonesia adalah 3,108.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditentukan peringkat perusahaan perbankan berdasarkan VAIC pada tahun 2012, disajikan dalam tabel 5.3 berikut :
Bank Performance VAIC Score
Top Performance > 5,00 Good Performance 4,00 – 5,00 Common Performance 2,50 – 4,00
Tabel 5.3 Peringkat Bank Berdasarkan Kinerja VAICTM (Intellectual Capital)
Peringkat Perusahaan Perbankan 2012
VAIC(Intellectual Capital)
1 Bank Pan Indonesia Tbk. 4,657
2 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 4,562
3 Bank Central Asia Tbk. 4,519
4 Bank Mandiri (Persero) Tbk. 4,455
5 Bank CIMB Niaga Tbk. 4,039
6 Bank Victoria International Tbk. 4,014 7 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 3,839
8 Bank Bukopin Tbk. 3,720
9 Bank of India Indonesia Tbk. 3,484
10 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 3,484 11 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 3,476 12 BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 3,459
13 Bank Mega Tbk. 3,322
14 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. 3,291
15 Bank Mayapada Tbk. 3,257
16 Bank Agroniaga Tbk. 3,219
17 Bank Danamon Indonesia Tbk. 3,137
18 Bank Sinarmas Tbk. 3,095
19 Bank Windu Kentjana Int.Tbk. 3,043
20 Bank Bumi Artha Tbk. 2,829
21 Bank OCBC NISP Tbk. 2,810
22 Bank Capital Indonesia Tbk. 2,786
23 Bank Permata Tbk. 2,673
24 Bank Internasional Indonesia Tbk. 2,574 25 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 2,573
26 Bank Mutiara Tbk. 2,346
27 Bank Pundi Indonesia Tbk. 2,260
28 Bank Ekonomi Raharja Tbk. 2,066
29 Bank Artha Graha Internasional Tbk. 1,754
30 Bank ICB Bumiputera Tbk. 1,106
31 Bank QNB Kesawan Tbk. 0,499
Sumber : Sampel Penelitian yang diolah (2012)
Menurut hasil penelitian ini, bahwa pada tahun 2012 tidak ada perusahaan
perbankan yang menempati klasifikasi “Top Performance”, dan hanya enam Bank
5.1.2.2 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan salah satunya dapat dilihat dari kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total asetnya, yang
sering disebut dengan ROA. Perusahaan perbankan yang memiliki ROA tertinggi
di dalam penelitian ini adalah Bank Rakyat Indonesia, Tbk sebesar 0,034 (3.4%).
Peringkat Bank berdasarkan ROA dalam penelitian ini, dapat disajikan pada Tabel
5.4 berikut :
Tabel 5.4 Peringkat Bank Berdasarkan Kinerja Keuangan (ROA)
Peringkat Perusahaan Perbankan 2012 ROA
1 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 3,39% 2 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 3,35%
3 Bank Central Asia Tbk. 2,74%
4 Bank Danamon Indonesia Tbk. 2,64%
5 Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2,52%
6 Bank of India Indonesia Tbk. 2,16%
7 Bank CIMB Niaga Tbk. 2,15%
8 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 2,11%
9 Bank Mega Tbk. 2,11%
10 BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 1,68%
11 Bank Bumi Artha Tbk. 1,64%
12 Bank Pan Indonesia Tbk. 1,56%
13 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. 1,56%
14 Bank Mayapada Tbk. 1,53%
15 Bank Sinarmas Tbk. 1,50%
16 Bank Windu Kentjana Int. Tbk. 1,45% 17 Bank Victoria International Tbk. 1,43%
18 Bank Bukopin Tbk. 1,27%
19 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 1,22%
20 Bank OCBC NISP Tbk. 1,16%
21 Bank Internasional Indonesia Tbk. 1,05% 22 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 1,04%
23 Bank Permata Tbk. 1,04%
24 Bank Mutiara Tbk. 0,96%
25 Bank Capital Indonesia Tbk. 0,84%
Tabel 5.4 (Lanjutan)
28 Bank Pundi Indonesia Tbk. 0,61%
29 Bank Artha Graha Internasional Tbk. 0,31%
30 Bank ICB Bumiputera Tbk. 0,01%
31 Bank QNB Kesawan Tbk. -0,63%
Sumber : Sampel Penelitian yang diolah (2012)
5.1.2.3 Penentuan Nilai Intrinsik Perusahaan
Pembahasan variabel penelitian telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya,
namun pada sub bab ini, penulis berusaha memaparkan lebih jelas mengenai nilai
intrinsik perusahaan, hal ini disebabkan dalam menentukan nilai intrinsik
perusahaan memiliki prosedur yang cukup sulit, berbeda dengan variabel
VAICTM(VAHU, VACA, dan STVA) serta ROA (return on assets) yang relatif
mudah untuk menentukannya karena seluruh komponen pembentuknya tercantum
jelas pada laporan keuangan masing-masing perusahaan.
Nilai intrinsik perusahaan merupakan variabel terpenting dalam penelitian
ini, penulis menggunakan kurang lebih 2/3 dari total keseluruhan waktu penelitian
ini untuk menentukan nilai intrinsik perusahaan (31 perusahaan perbankan).
Pembahasan mengenai nilai intrinsik perusahaan, tidak dapat dipisahkan dari free
cash flow to firm (FCFF), growth (pertumbuhan), discount rate, terminal value,
capitalization rate dan net present value.
FCFF dapat diartikan sebagai aliran kas tunai bersih bebas yang dimiliki
perusahaan untuk membiayai keseluruhan perusahaan tersebut dalam jangka
waktu satu tahun. FCFF merupakan operating income perusahaan (setelah
dikurangkan pajak), dan dikurangkan dengan capital expenditure (setelah
FCFF = Operating income(1-Tax) – (capex-depresiasi)-NWC
a. Operating income adalah laba bersih perusahaan dalam waktu satu tahun
dan tercantum pada laporan keuangan perusahaan.
b. Capex (capital expenditure) merupakan investasi yang dilakukan terhadap
fix assets untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang,
ditentukan dengan cara mengurangkan fix assets tahun t dengan fix assets
tahun t-1. Contoh perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 5.5, sedangkan
perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 13.
c. Working Capital
Pada dasarnya working capital merupakan selisih antara aset lancar terhadap hutang lancar, namun menurut Damodaran (1994) dalam
kepentingan valuasi (penilaian), maka komponen Kas yang seharusnya merupakan bagian dari aset lancar, harus dikeluarkan, menurut Damodaran
(1994) kas merupakan wasting assets, yang berarti, bahwa kas tidak dapat menghasilkan return yang sebanding dengan return pasar, sehingga keberadaannya di dalam aset lancar akan menyebabkan perhitungan
menjadi tidak akurat, sehingga oleh Damodaran (1994) working capital disebut juga non-cash working capital. Tabel 5.6 merupakan contoh
perhitungan non-cash working capital dalam penelitian ini, sedangkan perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 13.
Non-cash working capital bernilai negatif, menurut Damodaran
(1994) hal ini disebabkan oleh perusahaan menggunakan hutang sebagai modal kerja, hal ini dianggap masih layak apabila untuk jangka waktu
yang pendek, namun akan menjadi tidak layak bilamana berlangsung dalam jangka waktu panjang, hal ini disebabkan oleh biaya modal hutang
yang akan semakin tidak relevan. Sebagaimana diketahui bahwa perusahaan perbankan memiliki modal sebahagian besar berasal dari hutang (dana nasabah), sehingga NWC pada perusahaan perbankan
cenderung memiliki nilai yang negatif.
d. Growth (Pertumbuhan perusahaan)
Growth rate (tingkat pertumbuhan) perusahaan memegang peranan
yang penting dalam melakukan proyeksi terhadap FCFF.
Dalam penelitian ini, NWC yang negatif mengakibatkan perhitungan growth tidak dapat menggunakan rumusan baku Expected Growth =
Reinvestment Rate x Return on Capital.
Nilai NWC yang negatif akan mengakibatkan reinvestment rate cenderung menjadi negatif, sehingga growth akan menjadi negatif. Growth
yang negatif tidak diperbolehkan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, diperlukan metode lain untuk menentukan growth yaitu metode historical
growth. Metode ini membutuhkan data historis minimal tiga tahun.
Penelitian ini membutuhkan growth rate untuk setiap tahun proyeksi sampai tahun ketiga, dan kemudian ditentukan stable growth untuk
penelitian ini adalah pertumbuhan total assets perusahaan pada tahun sebelumnya, mengingat bahwa pertumbuhan yang diinginkan adalah untuk seluruh perusahaan (firm), maka total assets dianggap paling relevan sebagai acuan pertumbuhan (Damodaran, 1994).
Pertumbuhan total assets pada tahun-tahun sebelumnya dirata-ratakan dan kemudian dilakukan penyesuaian (adjustment) berdasarkan data-data perusahaan di masa lalu dan rencana-rencana perusahaan di masa yang akan datang dengan tetap berpedoman terhadap rata-rata pertumbuhan perbankan menurut SPI (Statistik Perbankan Indonesia) tahun 2012, yaitu sebesar 14%.
e. Discount Rate Penelitian
Discount rate pada penelitian ini menggunakan rata-rata
tertimbang (weighted average cost of capital) dari seluruh biaya modal perusahaan perbankan, mencakup saham, pinjaman, hutang subordinasi dan obligasi.
f. Free cash flow to firm (FCFF)
FCFF perusahaan diperoleh dengan rumusan sebagai berikut :
FCFF = EAT – (Capex-Depresiasi) - NWC
Perhitungan free cash flow to firm dilakukan untuk 31 perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI. Tabel 5.7 di bawah ini adalah contoh
perhitungan FCFF, sedangkan perhitungan secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 13
Tabel 5.7 Contoh Perhitungan FCFF Penelitian
g. Proyeksi FCFF
FCFF yang diperoleh diproyeksikan nilainya selama tiga tahun ke
depan, kemudian pada tahun keempat perusahaan diasumsikan telah
mencapai tingkat pertumbuhan yang stabil (stable growth) sehingga dapat
ditentukan terminal valuenya. Proyeksi FCFF dilakukan dengan
menggunakan tingkat pertumbuhan yang telah diperoleh sebelumnya dan
h. Terminal Value
Setelah pertumbuhan perusahaan dianggap konstan, maka
dilakukan proses kapitalisasi terhadap free cash flow pada tahun pertumbuhan stabil, hal ini dilakukan karena tidak mungkin melakukan
proyeksi sampai dengan tahun tidak terhingga.
Terminal value diperoleh dengan rumusan sebagai berikut :
TV = !"!!!!!!(!!!) !!!
Perhitungan terminal value, dapat dilihat pada Lampiran 16.
i. Net Present Value sebagai Nilai Intrinsik
Nilai kini dari keseluruhan hasil proyeksi dan terminal value, merupakan nilai intrinsik perusahaan. Nilai kini diperoleh dengan
melakukan proses diskonto terhadap nilai FCFF dengan menggunakan
discount rate yang diperoleh sebelumnya.
Pada penelitian sebelumnya, nilai yang digunakan adalah nilai pasar
saham dan nilai buku perusahaan, penulis tidak berhasil menemukan penelitian
yang mencari hubungan intellectual capital terhadap nilai intrinsik, sehingga dalam melakukan perbandingan terhadap penelitian sebelumnya, penulis
mengasumsikan bahwa nilai intrinsik identik dengan nilai pasar, berdasarkan teori
pasar yang tidak efisien, bahwa pasar diasumsikan melakukan “kesalahan” dalam
menentukan nilai, dan diasumsikan seiring dengan waktu akan melakukan koreksi
Dalam penelitian ini perusahaan perbankan yang memiliki nilai intrinsik
tertinggi adalah Bank Central Asia, Tbk dengan nilai intrinsiknya adalah Rp.130,6
trilliun, sementara Rata-rata perbankan adalah Rp. 16,99 trilliun. Pada Tabel 5.8
berikut disajikan peringkat perusahaan perbankan berdasarkan nilai intrinsiknya.
Tabel 5.8 Peringkat Bank Berdasarkan Nilai Intrinsik Perusahaan
Dalam jutaan rupiah
Peringkat Perusahaan Perbankan 2012 Nilai Intrinsik
1 Bank Central Asia Tbk. 130.657.724
2 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 85.786.957 3 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 63.472.864
4 Bank Mandiri (Persero) Tbk. 55.771.565
5 Bank Danamon Indonesia Tbk. 37.367.363
6 Bank CIMB Niaga Tbk. 29.119.105
7 Bank Mega Tbk. 19.424.032
8 Bank Pan Indonesia Tbk. 17.347.848
9 Bank Internasional Indonesia Tbk. 14.815.774 10 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 10.304.051
11 Bank Bukopin Tbk. 9.557.316
12 Bank OCBC NISP Tbk. 8.956.413
13 BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 6.938.770
14 Bank Permata Tbk. 6.817.735
15 Bank Mayapada Tbk. 5.186.577
16 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 5.135.179
17 Bank Mutiara Tbk. 2.915.038
18 Bank Artha Graha Internasional Tbk. 2.494.445 19 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 2.480.540
20 Bank Ekonomi Raharja Tbk. 2.291.852
21 Bank Bumi Artha Tbk. 1.898.996
22 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. 1.753.397
23 Bank Victoria International Tbk. 1.407.875
24 Bank ICB Bumiputera Tbk. 1.125.838
30 Bank Windu Kentjana International Tbk. 178.585
31 Bank Agroniaga Tbk. 26.862
5.1.3 Analisis Statistik Inferensi
Analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path
analysis). Diagram jalur penelitian ini dibangun untuk menguji pengaruh VAHU,
VACA, STVA terhadap ROA dan nilai intrinsik perusahaan. Model penelitian
dibagi menjadi dua substruktur yaitu substruktur pertama menguji pengaruh
VAHU, VACA dan STVA terhadap ROA, sedangkan substruktur kedua menguji
pengaruh VAHU, VACA, STVA dan ROA terhadap nilai intrinsik perusahaan.
Analisis terbagi atas dua pengujian yaitu pengujian asumsi klasik
substruktur pertama dan kedua serta penilaian goodness of fit substruktur pertama
dan kedua.
5.1.3.1 Pengujian Asumsi Klasik
5.1.3.1.1 Uji Asumsi Klasik Substruktur pertama
1. Uji Normalitas Residual
Untuk uji normalitas residual, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov,
statistik uji Kolmogorov-Smirnov menunjukan p-value 0,698 (>0,05),
yang menunjukkan bahwa asumsi normalitas residual telah terpenuhi.
Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 1.
2. Uji Multikolinieritas
Nilai Tolerance masing-masing variabel X1, X2 dan X3 lebih besar dari
0,1. Nilai VIF masing-masing lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Hasil pengujian dapat dilihat pada
3. Uji Heteroskedastisitas
Dengan uji Glejser ditemukan bahwa nilai signifikansi uji adalah lebih
besar dari alpha 5% yang menunjukkan bahwa data terbebas dari masalah
heteroskedastisitas. Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.1.3.1.2 Uji Asumsi Klasik Substruktur Kedua 1. Uji Normalitas Residual
Statistik uji Kolmogorov-Smirnov menunjukan p-value 0,491 (>0,05),
yang menunjukkan bahwa asumsi normalitas residual telah terpenuhi.
Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 4.
2. Uji Multikolinieritas
Nilai Tolerance masing-masing variabel X1, X2, X3 dan Y1 lebih besar
dari 0.1. Nilai VIF masing-masing lebih kecil dari 10. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 5.
3. Uji Heteroskedastisitas
Dengan uji Glejser ditemukan bahwa nilai signifikansi uji adalah lebih
besar dari alpha 5% yang menunjukkan bahwa data terbebas dari masalah
5.1.3.2 Penilaian Goodness of Fit Model
5.1.3.2.1 Analisa Goodness of Fit Substruktur Pertama
1. Koefisien determinasi bernilai 0,665 yang berarti bahwa kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel ROA adalah sebesar 66,5%,
sedangkan sisanya sebesar 33,5%, diterangkan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan ke dalam model. Hasil pengujian dapat dilihat pada
lampiran 7.
2. Uji F
Signifikansi uji F bernilai 0,000. Nilai yang lebih besar daripada 5%
menunjukkan bahwa model yang digunakan adalah layak dan dapat
digunakan untuk analisis selanjutnya. Hasil pengujian dapat dilihat pada
lampiran 8.
3. Uji t
VACA berpengaruh positif dan signifikan (p-value bernilai 0,022)
terhadap ROA. Sedangkan VAHU tidak signifikan (p-value bernilai
0,130) terhadap ROA, STVA juga tidak signifikan (p-value bernilai 0,107)
terhadap ROA
Tabel 5.9 Hasil Uji Parsial Substruktur Pertama
5.1.3.2.2 Analisa Goodness of Fit Sub Struktur Kedua
1. Koefisien determinasi bernilai 0,422 yang berarti bahwa kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel nilai perusahaan adalah sebesar
42,2%, sedangkan sisanya sebesar 57,8%, diterangkan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan ke dalam model. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Lampiran 9.
2. Uji F
Signifikansi uji F bernilai 0,005. Nilai yang lebih besar daripada 5%
menunjukkan bahwa model yang digunakan adalah layak dan dapat
digunakan untuk analisis selanjutnya. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Lampiran 10.
3. Uji t
ROA berpengaruh positif dan signifikan (p-value bernilai 0,009) terhadap
Nilai Perusahaan. Sedangkan VAHU tidak signifikan (p-value bernilai
0,198) terhadap Nilai Perusahaan. VACA juga tidak signifikan (p-value
bernilai 0,538) terhadap Nilai Perusahaan. Serta STVA tidak signifikan
(p-value bernilai 0,105) terhadap Nilai Perusahaan.
Berikut dapat disajikan ringkasan hasil penelitian seperti yang terlihat
pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11 Ringkasan Hasil Penelitian
No Hipotesis Hasil
VAHU berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA VACA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA STVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
VAHU berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai intrinsik VACA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai intrinsik STVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai intrinsik ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai intrinsik
Ditolak
Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) substruktur pertama dan substruktur
kedua yaitu pengaruh Value Added Human Capital (VAHU), Value Added
Capital Employee (VACA) dan Value Added Structural Capital (STVA) terhadap
kinerja keuangan perusahaan (ROA) serta nilai intrinsik perusahaan, maka dapat
disajikan pada gambar 5.1 berikut :
5.2.1 Pembahasan Hipotesis Substruktur Pertama
Diagram jalur substruktur pertama menurut hasil penelitan
menggambarkan pengaruh VAHU (X1), VACA (X2) dan STVA (X3) terhadap
ROA (Y1).
Gambar 5.2 Diagram Jalur Hasil Penelitian Substruktur Pertama
Hubungan langsung variabel independen substruktur pertama terhadap
ROA dapat disajikan pada Tabel 5.12 sebagai berikut :
Tabel 5.12 Pengaruh Langsung Variabel Substruktur Pertama
Variabel ROA
Koefisien Langsung
Total Signifikansi
VAHU 0,369 0,369 Tidak Sig. (0,130)
VACA 0,274 0,274 Sig. (0,022)
STVA 0,396 0,396 Tidak Sig. (0,107) Sumber : Hasil output SPSS (diolah)
Berdasarkan Tabel 5.12, VAHU berpengaruh langsung terhadap ROA
sebesar 0,369 namun tidak signifikan, sementara VACA berpengaruh langsung
terhadap ROA sebesar 0,274 dan signifikan, kemudian STVA juga berpengaruh X1!(VAHU)!
X2!(VACA)!
X3!(STVA)!
Y1!(ROA)! Tidak!Sig,!0.369!
Sig,!0.274!
5.2.1.1 Value Added Human Capital (VAHU) terhadap Return on Assets
(ROA)
Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah untuk menguji
apakah human capital (VAHU) berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan (ROA). Hasil regresi model substruktur pertama menunjukkan nilai
t-hitung sebesar 1,561, dengan tingkat signifikansi adalah 0,130 yang mana lebih
besar dari ∝!=0,05, sehingga disimpulkan bahwa VAHU tidak mempengaruhi kinerja keuangan (ROA).
Secara umum human capital pada perusahaan perbankan tidak terlalu
berpengaruh terhadap kinerja keuangan, hal ini disebabkan perusahaan perbankan
dari awal pembentukannya telah merancang sistem perusahaannya secara detail
dan kompleks, sehingga kemampuan personal tidak mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan perbankan, hal ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan
memberikan perhatian yang lebih besar dan terfokus terhadap upaya untuk
memaksimalkan aset berwujud (tangible assets) daripada pengembangan human
capital.
Kemungkinan lainnya yang menyebabkan human capital tidak
berpengaruh pada kinerja keuangan perbankan adalah rendahnya gaji tenaga kerja
di Indonesia dibandingkan dengan gaji tenaga kerja di negara lain, bahkan untuk
tenaga kerja asing di Indonesia memiliki gaji yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan tenaga kerja Indonesia asli. Gaji profesional tenaga kerja asing digaji lebih
tinggi 30-50% lebih tinggi dibandingkan dengan gaji tenaga profesional dalam
negeri (Investor Daily, 2007) sebagai contoh PT. Freeport Indonesia sudah sejak
dengan konsultan Indonesia, padahal mereka memiliki kualifikasi dan keahlian sama.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitan Ulum (2007) yang menemukan bahwa dari tiga komponen VAIC, hanya VAHU yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan perbankan.
Ulum (2007) menemukan bahwa ada value creation yang dilakukan oleh
karyawan perbankan meskipun dengan penerimaan (gaji, biaya pelatihan) yang tidak maksimal.
5.2.1.2 Value Added Capital Employed (VACA) terhadap Return on Assets
(ROA)
Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah capital employee (VACA) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROA). Hasil regresi model substruktur pertama menunjukkan nilai t-hitung sebesar 2,427, dengan tingkat signifikansi adalah 0,022 yang mana lebih
kecil dari ∝!= 0,05 , sehingga disimpulkan bahwa VACA signifikan
mempengaruhi kinerja keuangan (ROA).
disimpulkan bahwa pada perusahaan perbankan di Indonesia pada tahun 2012,
kinerja keuangan lebih dipengaruhi oleh capital employee (physical and finance)
daripada intangible assets (human capital dan structural capital).
Penelitian ini sejalan dengan Muhammed dan Ismail (2009) yang
menemukan bahwa hanya konstruk VACA yang signifikan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pada perusahaan finansial di Malaysia, sementara VAHU dan
STVA tidak berpengaruh signifikan.
Tan et al. (2007) dan Chen et al. (2005) menemukan bahwa secara
statistik seluruh komponen VAIC (VAHU, VACA, dan STVA) signifikan
berpengaruh untuk menjelaskan kinerja keuangan perusahaan di masa kini dan di
masa depan. Sementara penelitian ini menghasilkan bukti bahwa hanya VACA
yang secara statistik signifikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Firer dan Williams (2003) untuk kasus
perusahaan publik di Afrika Selatan. Persamaan yang dimaksud adalah bahwa
tidak seluruh komponen VAIC memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan, dan bahwa tidak semua ukuran kinerja keuangan yang
digunakan berkorelasi dengan komponen-komponen VAIC, hanya VACA yang
secara statistik signifikan berhubungan positif dengan ukuran kinerja keuangan
perusahaan.
Temuan Mavridis (2005) dan Kamath (2007) yang menyatakan bahwa
untuk perusahaan perbankan, komponen VAIC yang signifikan dan relevan adalah
5.2.1.3 Value Added Structural Capital (STVA) terhadap Return on Assets
(ROA)
Pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah untuk menguji
apakah structural capital (STVA) berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan (ROA). Hasil regresi model substruktur pertama menunjukkan nilai
t-hitung sebesar 1,668 dengan tingkat signifikansi adalah 0,107 yang mana lebih
besar dari ∝!= 0,05, sehingga disimpulkan bahwa STVA signifikan tidak signifikan mempengaruhi kinerja keuangan (ROA).
Sekali lagi hasil ini sejalan dengan penelitian Mavridis (2005) dan Kamath
(2007) yang menyatakan bahwa untuk perusahaan perbankan, komponen VAIC
yang signifikan dan relevan adalah VAHU dan VACA, sedangkan STVA tidak
berpengaruh signifikan.
Modal struktural (structural capital) meliputi perihal seperti citra
organisasi, sistem informasi, dan hak milik basis data. Karena keberagamannya
ini, maka modal struktural dapat diklasifikasikan lebih jauh lagi menjadi modal
inovasi, proses, dan budaya organisasi, namun pada perusahaan perbankan
structural capital tidak dapat menciptakan nilai tambah pada kinerja keuangan
perusahaan, hal ini disebabkan kompleksitas organisasi perbankan yang jauh lebih
rumit dibandingkan dengan sektor lainnya, sehingga structural capital yang
5.2.2 Pembahasan Hipotesis Substruktur Kedua
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat digambarkan diagram jalur
substruktur kedua seperti pada Gambar 5.3 berikut :
Gambar 5.3 Diagram Jalur Hasil Penelitian Substruktur Kedua
Pada Tabel 5.13 berikut disajikan pengaruh langsung dan tidak langsung
dari keseluruhan variabel penelitian :
Tabel 5.13 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Substruktur Kedua
Variabel Nilai Perusahaan
Langsung Tidak langsung Total Signifikansi
Hub. Langsung
VAHU 0,436 0,2690 0,7050 Tidak Sig (0,198)
VACA -0,104 0,1997 0,0957 Tidak Sig (0,538)
STVA -0,562 0,2887 -0,2733 Tidak Sig (0,105)
ROA 0,729 0 0,7290 Sig. (0,009)
Sumber : Hasil output SPSS (diolah) X1!(VAHU)!
X2!(VACA)!
X3!(STVA)!
Y2!(Nilai! Intrinsik)!
Y1!(ROA)!
Tidak Sig, 0.436
Tidak Sig, -0.104
Tidak Sig, -0.562
Sig, 0.729
Berdasarkan Tabel 5.13 VAHU berpengaruh langsung terhadap nilai
perusahaan sebesar 0,436 dan secara total berpengaruh sebesar 0,705 namun tidak
signifikan.
Sementara VACA secara langsung berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sebesar -0,104, namun tidak signifikan dan secara tidak langsung berpengaruh
sebesar 0,1997 dan signifikan, hal ini menunjukkan bahwa hubungan VACA
secara tidak langsung melalui ROA(variabel intervening) terhadap nilai
perusahaan lebih baik dibandingkan pengaruh VACA secara langsung terhadap
nilai perusahaan.
Pengaruh langsung STVA terhadap nilai perusahaan adalah sebesar
-0,562, dan pengaruh tidak langsung adalah sebesar 0,2887, namun STVA tidak
signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini kinerja keuangan yang diproksikan oleh ROA,
berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap nilai perusahaan sebesar
0,729.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Intellectual Capital (IC) tidak
berpengaruh signifikan secara langsung terhadap nilai intrinsik perusahaan namun
berpengaruh secara tidak langsung terhadap nilai intrinsik perusahaan melalui
kinerja keuangan (ROA).
5.2.2.1 Value Added Human Capital (VAHU) Terhadap Nilai Intrinsik
Pengujian hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah untuk menguji
apakah human capital (VAHU) berpengaruh terhadap nilai intrinsik perusahaan.
dengan tingkat signifikansi adalah 0,198 yang mana lebih besar dari ∝!= 0,05, sehingga disimpulkan bahwa VAHU berpengaruh positif namun tidak signifikan
nilai intrinsik perusahaan secara langsung, sementara hubungan tidak langsung
VAHU terhadap nilai intrinsik perusahaan adalah sebesar 0,2690 yang lebih kecil
dibandingkan dengan hubungan langsungnya 0,436, yang artinya tidak ada
pengaruh mediasi ROA terhadap hubungan antara VAHU dengan nilai intrinsik
perusahaan.
Investasi yang berlebihan terhadap tenaga kerja dan pengelolaan tenaga
kerja yang tidak efisien dapat menjadi kemungkinan bahwa human capital tidak
menciptakan value added pada nilai intrinsik perusahaan perbankan, hal ini
mengindikasikan bahwa pasar atau investor tidak merespon terhadap tinggi
rendahnya intellectual capital pada perusahaan perbankan, melainkan lebih
memberi perhatian terhadap sumber daya fisik yang dimiliki oleh perusahaan
perbankan.
Penelitian Suhendah (2007) menemukan bahwa human capital
berpengaruh signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar, sementara penelitian ini
baik secara langsung maupun dengan dimediasi oleh kinerja keuangan (ROA),
tidak menemukan pengaruh signifikan human capital terhadap nilai intrinsik
perusahaan. Penelitian Wijayanti (2011) juga tidak menemukan hubungan yang
signifikan berpengaruh antara VAHU terhadap nilai saham perusahaan perbankan,
namun VAHU signifikan berpengaruh terhadap harga saham dengan dimediasi
5.2.2.2 Value Added Capital Employee (VACA) Terhadap Nilai Intrinsik Pengujian hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah untuk menguji
apakah capital employee (VACA) berpengaruh terhadap nilai intrinsik
perusahaan. Hasil regresi model substruktur kedua menunjukkan nilai t-hitung
sebesar -0,625, dengan tingkat signifikansi adalah 0,538 yang mana lebih besar
dari ∝!=0,05, sehingga disimpulkan bahwa VACA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan secara langsung, sementara
hubungan tidak langsung VACA terhadap nilai intrinsik perusahaan adalah
sebesar 0,1997 yang lebih besar dibandingkan dengan koefisien hubungan
langsungnya -0,104, yang artinya ada pengaruh mediasi ROA terhadap hubungan
antara VACA dengan nilai intrinsik perusahaan.
Temuan penelitian ini bahwa pengaruh penggunaan modal (capital
employed) tidak dapat secara langsung mempengaruhi nilai intrinsik perusahaan,
namun terlebih dahulu berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan
(ROA), hal ini kemungkinan disebabkan oleh kemampuan perusahaan perbankan
dalam memaksimalkan modal yang dimiliki masih kurang, sehingga pemanfaatan
modal tidak efisien. Penelitian ini juga menemukan bahwa semakin rendah
penggunaan modal (efisien) maka semakin tinggi nilai perusahaannya, demikian
sebaliknya apabila penggunaan modal semakin besar (tidak efisien) , maka nilai
perusahaan semakin kecil.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kristanto (2012) yang menemukan
bahwa VACA mempunyai pengaruh positif secara tidak langsung terhadap harga
saham melalui ROA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila perusahaan
meningkatkan kinerja keuangannya dan peningkatan kinerja keuangan akan
meningkatkan nilai wajar perusahaan.
5.2.2.3 Value Added Structural Capital (STVA) Terhadap Nilai Intrinsik
Pengujian hipotesis keenam dalam penelitian ini adalah untuk menguji
apakah structural capital (STVA) berpengaruh terhadap nilai intrinsik
perusahaan. Hasil regresi model substruktur kedua menunjukkan nilai t-hitung
sebesar -1,682, dengan tingkat signifikansi adalah 0,105 yang mana lebih besar
dari ∝!=0,05, sehingga disimpulkan bahwa STVA tidak signifikan dan
berpengaruh negatif terhadap nilai intrinsik perusahaan secara langsung,
sementara hubungan tidak langsung STVA terhadap nilai intrinsik perusahaan
adalah sebesar 0,2887 yang lebih besar dibandingkan dengan koefisien hubungan
langsungnya -0,562, yang artinya ada pengaruh mediasi ROA terhadap hubungan
antara STVA dengan nilai intrinsik perusahaan, namun tidak signifikan.
Penelitian ini tidak menemukan hubungan yang signifikan antara STVA
terhadap nilai intrinsik perusahaan, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Tidak optimalnya struktur organisasi, proses dan budaya organisasi
yang diakibatkan oleh komplekitas organisasi perbankan kemungkinan menjadi
penyebab tidak signifikan hubungan antara STVA dengan nilai intrinsik
perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa investor tidak merespon positif
terhadap nilai tambah yang dihasilkan oleh structural capital , melainkan lebih
kepada sumber daya fisik yang dimiliki perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Kristanto (2012) bahwa STVA berpengaruh negatif terhadap harga
5.2.2.4 Return on Assets (ROA) Terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan
Pengujian hipotesis ketujuh dalam penelitian ini adalah untuk menguji
apakah return on assets (ROA) berpengaruh terhadap nilai intrinsik perusahaan.
Hasil regresi model substruktur kedua menunjukkan nilai t-hitung sebesar 2,828,
dengan tingkat signifikansi adalah 0,009 yang mana lebih kecil dari ∝!= 0,05,
sehingga disimpulkan bahwa ROA signifikan dan berpengaruh positif terhadap
nilai intrinsik perusahaan secara langsung.
Penelitian ini menemukan bahwa peningkatan terhadap kinerja keuangan
perusahaan secara signifikan meningkatkan nilai intrinsik perusahaan. Pasar dan
investor memberikan penilaian yang lebih baik kepada perusahaan yang mampu
memiliki kinerja keuangan yang tinggi. Kemampuan perusahaan mengelola
sumber daya fisik maupun intelektualnya dengan optimal mendapat respon positif
dari pasar, hal ini sejalan dengan penelitian Sunarsih dan Mendra (2011) yang
menemukan bahwa kinerja keuangan berpengaruh signifikan dan positif terhadap
nilai buku perusahaan.
Kemampuan perusahaan dalam mengelola aset dapat menurunkan biaya
sehingga meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan perusahaan dan hal ini
5.2.3 Sintesis Penelitian
Penelitian ini berusaha membuktikan pengaruh intangible assets terhadap
nilai perusahaan, perbedaan antara nilai buku perusahaan terhadap nilai pasar
perusahaan mengindikasikan terdapat hidden value yang kemungkinan diciptakan
oleh intangible assets.
Penelitian ini menggunakan intellectual capital sebagai bagian dari
intangible assets, hal ini disebabkan inttelectual capital lebih terukur
dibandingkan jenis intangible assets lainnya, sementara nilai perusahaan dalam
penelitian ini adalah nilai wajar atau disebut juga nilai intrinsik.
Intellectual capital diukur dengan VAICTM(value added intellectual
capital) yang terdiri dari human capital (VAHU), capital employed (VACA) dan
structural capital (STVA), sedangkan kinerja keuangan diukur dengan ROA
(return on assets) dan nilai intrinsik perusahaan merupakan nilai kini dari
proyeksi free cash flow to firm perusahaan yang diproyeksikan tiga tahun ke
depan ditambah dengan terminal value-nya
Temuan penelitian ini adalah, intellectual capital tidak dapat
mempengaruhi nilai intrinsik perusahaan secara langsung, akan tetapi intellectual
capital dapat mempengaruhi nilai intrinsik perusahaan melalui pengaruhnya
terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROA), dengan perkataan lain bahwa
intellectual capital dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan,
membaiknya kinerja keuangan perusahaan akan meningkatkan nilai intrisik
perusahaan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Solikhah et. al (2010) yang juga
perusahaan perbankan, Solikhah et.al (2010) menemukan bahwa IC hanya
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA namun tidak signifikan terhadap
nilai pasar perusahaan. Suhendah (2012) juga tidak menemukan pengaruh positif
dan signifikan antara IC terhadap nilai pasar perusahaan.
Diantara tiga konstruk VAICTM, hanya VACA (capital employed) yang
signifikan berpengaruh terhadap nilai intrinsik perusahaan melalui kinerja
keuangan, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan perbankan di Indonesia
lebih memberi perhatian terhadap sumber daya fisik yang dimiliki.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada bab 5, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. VAHU tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan (ROA).
2. VACA berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan (ROA).
3. STVA tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan
(ROA).
4. VAHU tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan
baik secara langsung maupun dengan dimediasi oleh kinerja keuangan
(ROA).
5. VACA tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan
secara langsung, namun berpengaruh signifikan dengan dimediasi oleh
kinerja keuangan (ROA).
6. STVA tidak berhubungan signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan
baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
7. ROA berhubungan positif dan signifikan terhadap nilai intrinsik
8. Temuan penelitian ini secara umum adalah intellectual capital tidak dapat
secara langsung mempengaruhi nilai intrinsik perusahaan, namun terlebih
dahulu berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kinerja
keuangan yang baik akan meningkatkan nilai intrinsik perusahaan.
6.2 Saran
1. Bagi Penilai
Analisa fundamental (forecast analysis) merupakan cara untuk
menentukan growth perusahaan yang lebih relevan, namun penilai harus mampu
untuk memahami secara mendalam kondisi dan karakteristik perusahaan pada
khususnya, dan kondisi perekonomian secara makro pada umumnya.
Diharapkan bagi Penilai agar mampu mempertajam kemampuannya untuk
melakukan forecast analysis dengan cara mempelajari lebih detail karakteristik
perusahaan yang sedang dinilai, lebih menaruh perhatian terhadap kondisi
perekonomian global maupun dalam negeri dan berusaha semaksimal mungkin
untuk memperoleh data-data pendukung maupun data-data pembanding yang
berkaitan dengan objek yang sedang dinilai sehingga penilaian terhadap
perusahaan dapat dilakukan secara lebih akurat.
2. Bagi Investor
Investor dalam melakukan investasi memiliki tujuan yang pasti yakni
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, namun sesuai dengan prinsip
investasi high risk high return, low risk low return, maka investor harus lebih
Para investor disarankan untuk lebih jeli mengamati hal-hal yang tidak
tampak secara fisik yang mempengaruhi nilai perusahaan, dalam kaitannya
terhadap keputusan melakukan investasi, hal-hal tersebut dapat berupa kekayaan
intelektual yang dimiliki perusahaan, human capital yang merupakan aset
berharga perusahaan serta struktur organisasi perusahaan.
3. Bagi Akademisi
Pada umumnya setiap penelitian memiliki keterbatasan-keterbatasan sehingga
memiliki saran untuk penelitian selanjutnya yaitu :
a. Penelitian ini menggunakan nilai intrinsik (nilai wajar) sebagai variabel
terikatnya, yang mana pada umumnya penelitian sejenis banyak
menggunakan nilai buku atau nilai pasar saham sebagai variabelnya.
Penelitian selanjutnya dapat mencoba untuk membandingkan pengaruh
intellectual capital terhadap nilai buku, nilai pasar saham, dan nilai
intrinsik.
b. Penelitian selanjutnya dapat mencoba melakukan proyeksi nilai intrinsik
perusahaan dengan menggunakan proyeksi dari free cash flow to equity
(FCFE) atau dengan menggunakan model dividend discount model (DDM)
untuk mendapatkan nilai ekuitas kemudian mencari nilai pasar hutang
sehingga mendapatkan nilai intrinsik perusahaan.
c. Penelitian selanjutnya dapat mencoba menambah variabel intangible
assets, seperti goodwill, trademark, sistim informasi perusahaan.
d. Penelitian selanjutnya dapat menguji hubungan intellectual capital
pemodalan asing (PMA), karena pada penelitian ini, human capital tidak
berpengaruh signifikan baik kepada kinerja keuangan maupun nilai
perusahaan, yang mengindikasikan bahwa gaji dan pelatihan untuk
karyawan tidak maksimal, sementara pada perusahaan asing gaji karyawan
diketahui lebih besar.