• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persidangan Kematian Mirna Salihin dalam Bingkai Media Online: detik.comompas.com

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persidangan Kematian Mirna Salihin dalam Bingkai Media Online: detik.comompas.com"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

122 LAMPIRAN

(2)
(3)
(4)

125 Lampiran 4 : Jawaban Hasil Wawancara dengan Narasumber Kompas.com Hari, Tanggal : Kamis, 13 April 2017

Pukul : 16.30 – 17.30

Tempat : Gedung Kompas Gramedia Palmera Selatan Unit IV, Jl. Palmera Selatan No. 22-28.

Pewawancara : Resthi Cahya Mardani

Narasumber : Bapak Johanes Heru (Mas Embong)

Dengan hormat, izinkan saya memperkenalkan diri saya: Nama : Resthi Cahya Mardani

NIM : 362013079

Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM)

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah.

Program studi : Ilmu Komunikasi

Bersama surat ini, saya bermaksud mengajukan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data pendukung dari penelitian skripsi saya yang berjudul ―Persidangan kematian Mirna Salihin Dalam Bingkai Media Online

Dan berikut ini saya paparkan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa kebijakan redaksi Kompas.com menayangkan kasus kopi bersianida dengan terdakwa Jessica Kumola Wongso?

 Karena rame dan menjadi perhatian publik. Itu happening banget dimedia sosial. Yaitu rame orang membicarakan dimedia sosial segala sesuatu yang menjadi pembicaraan masyarakat mempunyai nilai berita yang harus diikuti karena masyarakat pingin tau maka kemudian kita mengikuti rangkaian kasusnya dari awal sampai selesainya.

(5)

126  Karena pembacanya tinggi. Jadi kalau di online itu ada mesin yang memantau keterbaterbacaanya saat ini namanya google analitik. Google analitik itu secara realtime memantau apa yang saat ini dibaca orang, semakin rame semakin tinggi berita dibaca artinya semakin orang ingin tau tentang berita itu. Makanya kalo ada berita dibaca lama dihalaman di Kompas.com itu karena keterbacaannya tinggi banget. Dan jadi pusat perhatian

3. Bagaimana perolehan rating di Kompas.com saat berita kasus kopi bersianida dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso pada edisi Juli 2016?

 Saya nggak hafal. Juli 2016 nggak hapal.yang saya tau berita-berita Jessica itu ditunggu orang. Dan setiap kali ada berita itu. Langsung keterbacaannya tinggi. Angkanya berapa nggak tau persis. Itu mesti ngecek. Kalo kalian perhatikan Kompas TV live running dari mulai persidangan sampai tengah malam itu isinya Cuma Jessica. Karena yang nonton banyak banget. Kompas TV isinya Cuma itu doang dimarahin orang emang begitu.

4. Bagaimana respon para pembaca yang terlihat lewat komentar-komentar terkait pemberitaan tersebut?

 Aku mana tau, dan itu macem-macem.

5. Berdasarkan asumsi peneliti, pada edisi Juli 2016 Kompas.com cenderung memberikan porsi pemberitaan yang lebih besar terhadap korban, Wayan Mirna Salihin. Apakah itu benar? Jika benar, apa alasannya?

(6)

127 kan ndak ada halaman berapa proporsinya. Di online apa yang ada dilapangan itu yang running.

6. Berdasarkan pengamatan saya sebagai peneliti, ada beberapa artikel yang saya gunakan sebagai bahan penelitian yakni edisi Juli 2016, khusus edisi tanggal 11 – 29 Juli 2016 tidak termuat di portal Kompas.com. Apakah di tanggal tersebut, redaksi memang sengaja tidak memuat berita tentang kasus kopi bersianida atau sengaja dihapus dari portal?

 Tidak ada satupun berita yang dhapus oleh Kompas.com kalo gak ada mungkin wartawannya kelewatan atau barang kalo angel yang diambil mungkin krlihatan berbeda. Jadi ndak ada yang dihapus sehari itu beritnya ratusan. Kadang-kadang kita ndak sempat membandingkan berita yang ini ada, yang sana belum ada. Kita focus apa yang running saat itu. Kadang kita ada tempat lain ndak ada. Karena pengambilannya yang berbeda.

7. Jika ternyata pihak redaksi memiliki edisi tanggal 11 – 29 Juli 2016 tersebut, izinkan saya untuk mendapatkannya.

 Berarti mungkin ndak ada beritanya hari itu. Kontak sama mbak Dea saja.

Demikian beberapa pertanyaan yang saya ajukan. Mohon kiranya pihak redaksi Kompas.com bisa memberikan jawaban yang komprehensif untuk membantu dalam penyelesaian penelitian skripsi saya. Atas bantuan dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

(7)

128 Lampiran 5 : Jawaban Hasil Wawancara Detik.com

Jawaban hasil wawancara Detik.com di jawab melalui email, sehingga tidak ada pertemuan dengan narasumber.

Kepada YTH

Bapak Nanang/ Redaktur Pelaksana Detik.com di Jakarta

Dengan hormat, izinkan saya memperkenalkan diri saya: Nama : Resthi Cahya Mardani

NIM : 362013079

Status : MahasiswaFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah.

Program studi : Ilmu Komunikasi

Bersama surat ini, saya bermaksud mengajukan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data pendukung dari penelitian skripsi saya yang berjudul ―PersidanganKematianMirnaSalihinDalamBingkai Media Online”

Dan berikut ini saya paparkan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

8. Apa kebijakan redaksi detik.com menayangkan kasus kopi bersianida dengan terdakwa Jessica Kumola Wongso?

 Detikcom melihat kasus Jessica Kumola Wongso (JKW) merupakan kasus menarik dari segi hukum sekaligus mendapat perhatian luas masyarakat. Tentunya detikcom sebagai media memiliki kewajiban untuk memberitakan kasus ini

9. Apa alasan redaksimenjadikan beritatersebut sebagai Headline dalam waktu yang cukup lama?

(8)

129 10.Bagaimana perolehan rating di detik.com saat beritakasus kopi bersianida

dengan terdakwa Jessica KumalaWongsopadaedisiJuli 2016?

 Media online termasuk detikcom tidak mengenal rating yang mewakili penonton. Karena berbasis data real di media online dikenal dengan pageviews (PV) dan unique visitor (UV). Tentunya berita JKW menarik minat pembaca kami dan PV kami sejauh ini stabil menanjak

11.Bagaimana respon para pembaca yang terlihat lewat komentar-komentar terkait pemberitaan tersebut?

 Respon pembaca beragam. Sebagai media online yang memberi ruang pembaca untuk mengekspresikan pendapatkan. Ada pro dan kontra didalamnya yang bisa dilihat terbuka di website kami. 12.Berdasarkan asumsi peneliti, pada edisi Juli 2016 Detik.com cenderung

memberikan porsi pemberitaan yang lebih besar terhadap terdakwa, Jessica KumalaWongso. Apakah itu benar? Jika benar, apa alasannya?

 JKW sebagai subyek hukum tentunya mendapat perhatian dan porsi yang lebih tinggi dalam pemberitaan. Tapi bukan berarti kami berpihak kepada JKW.

13.Berdasarkan pengamatan saya sebagai peneliti, ada beberapa artikel yang sayagunakansebagai bahan penelitianyakni edisi Juli 2016, khusus edisi tanggal 11 – 29 Juli 2016 tidak termuat di portal Detik.com. Apakahdi tanggal tersebut, redaksi memang sengaja tidak memuat berita tentang kasus kopi bersianida atau sengaja dihapus dari portal?

(9)

130 14.Jika ternyata pihak redaksi memiliki edisi tanggal 11 – 29 Juli 2016

tersebut, izinkan saya untuk mendapatkannya.  Seperti dijelaskan diatas

Demikian beberapa pertanyaan yang saya ajukan. Mohon kiranya pihak redaksi Detik.com bisa memberikan jawaban yang komprehensif untuk membantu dalam penyelesaian penelitian skripsi saya. Atas bantuan dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

(10)

131 Lampiran 6 : Dokumentasi Foto dengan narasumber Kompas.com Bapak Johanes Heru

(11)
(12)
(13)
(14)

135 Lampiran 8 : Artikle Berita Kompas.com

Sidang Jessica, Saksi dari Jaksa Akan Dihadirkan

Senin, 11 Juli 2016 | 16:49 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Terdakwa Jessica Kumala Wongso memasuki ruang sidang sebelum menjalani sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016). Jessica diduga menaruh zat sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari 2016 lalu.

JAKARTA, KOMPAS.com - Sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso akan kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016).

Sidang dilanjutkan setelah Majelis Hakim menolak seluruh eksepsi dari kuasa hukum Jessica pada sidang sebelumnya. Selasa (28/6/2016).

"Besok (sidang Jessica). (Agenda) saksi dari Jaksa," kata Kepala Humas PN Jakarta Pusat, Jamaludin Samosir, saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Senin (11/7/2016).

Samosir tak menyebutkan siapa saksi yang akan dihadirkan oleh jaksa penuntut umum (JPU).

JPU memberikan dakwaan tunggal terhadap Jessica Kumala Wongso yakni Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana. Namun, kuasa hukum Jessica membantah semua dakwaan jaksa.

(15)

136 Jaksa Hadirkan Tiga Saksi di Sidang Jessica

Selasa, 12 Juli 2016 | 10:36 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Terdakwa Jessica Kumala Wongso memasuki ruang sidang sebelum menjalani sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016). Jessica diduga menaruh zat sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.

JAKARTA, KOMPAS.com - Jaksa penuntut umum (JPU) akan menghadirkan tiga saksi dalam persidangan kasus pembunuhan dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso. Persidangan akan digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016). "Iya hari ini akan membawa tiga orang saksi," kata JPU, Sandy, di ruang persidangan, Jakarta Pusat.

Namun, Sandy tak memberikan keterangan siapa saja yang akan dihadirkan. Ia meminta untuk menunggu saat persidangan dimulai.

"Nanti lihat saja," kata Sandy.

Hingga pukul 10.20 WIB, persidangan belum juga dimulai. Padahal, baik JPU dan kuasa hukum sudah hadir di ruang persidangan.

Yudi Wibowo Sukinto, pengacara Jessica Kumala Wongso, sebelumnya menyebut JPU akan menghadirkan keluarga Wayan Mirna Salihin pada persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016).

(16)

137 Kesaksian Keluarga Mirna dalam Persidangan Kasus yang Menjerat Jessica

Rabu, 13 Juli 2016 | 08:16 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Ayah Wayan Mirna Salihin, Darmawan Salihin saat menjadi saksi dalam sidang kasus pembunuhan anaknya dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016). Jessica diduga menaruh zat sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.

JAKARTA, KOMPAS.com — Tiga anggota keluarga Wayan Mirna Salihin bersaksi dalam persidangan kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Mirna dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso, terdakwa pembunuhan Mirna, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016).

Tiga orang itu adalah ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin; suami Mirna, Arief Sumarko; dan saudara kembar Mirna, Made Sandy Salihin. Pihak yang pertama bersaksi adalah Darmawan.

Dengan gaya khasnya, Darmawan menyampaikan kesaksiannya soal kematian Mirna dalam persidangan.

Kesaksian Darmawan

Kesaksian Darmawan berawal dari ceritanya ketika mengetahui bahwa Mirna mengalami kejang-kejang usai minum es kopi vietnam di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016).

(Baca juga: Jessica Jelaskan Makna Pelukannya kepada Ibu Mirna)

Ia berupaya menyelamatkan Mirna begitu tiba di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta.

Berbagai usaha dilakukan Darmawan, mulai dari memberikan napas buatan hingga memompa perut Mirna.

(17)

138 Tiga sampel cairan tersebut akan digunakan sebagai bahan penunjang investigasi ilmiah atas kematian Mirna.

Selain menceritakan kematian Mirna, Darmawan membeberkan tingkah laku Jessica selama berada di rumah sakit.

Menurut dia, gerak-gerik Jessica ketika itu tampak mencurigakan. Jessica, kata dia, sempat mengaku asma, tetapi masih lancar beraktivitas.

"Tiba-tiba dia lompat. Terus dia kesandung. Kan pintu ada rel. Nah, di situ," ujar Darmawan.

Keanehan lainnya, lanjut Darmawan, adalah ketika Jessica keliling mendengarkan orang berbicara di rumah sakit. Jessica pun menghilang setelah berkeliling.

Selain itu, menurut Darmawan, Jessica tampak berbicara dengan tenang selama ia dan Mirna berada di rumah sakit.

Tidak terpancar kesedihan seperti yang tampak dari wajah Hani yang juga berada di rumah sakit ketika itu.

(Baca juga: Besok, Jaksa Akan Hadirkan Hani di Sidang Jessica) Kesaksian suami Mirna

Kesaksian suami Mirna berawal ketika ia menerima kabar bahwa Mirna kejang-kejang seusai minum kopi di Olivier.

Arief menerima kabar tersebut dari Hani Juwita Boon, kawan Mirna, yang juga ikut minum kopi di kafe tersebut.

Arief pun bergegas ke Kafe Olivier untuk menjemput Mirna dan membawanya ke RS Abdi Waluyo bersama Jessica serta Hani.

(18)

139 Detik-detik Mirna Minum Kopi Bersianida yang Terungkap Melalui Kamera

CCTV

Kamis, 14 Juli 2016 | 08:49 WIB

Kahfi Dirga Cahya Jessica Kumala Wongso (baju cokelat berdiri) dalam rekaman closed circuit television (CCTV) tampak menggaruk tangan saat melihat Wayan Mirna Salihin kejang-kejang di Cafe Olivier, Rabu (6/1/2016).

JAKARTA, KOMPAS.com — Rekaman kamera closed circuit telivision (CCTV) mengungkap menit-menit Wayan Mirna Salihin meminum es kopi vietnam bersianida di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016).

Rekaman itu diputar dalam persidangan kasus dugaan pembunuhan Mirna dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu (13/7/2016).

Rekaman kamera CCTV itu diputar saat Hani alias Boon Juwita, teman minum kopi Mirna, menyampaikan kesaksiannya dalam persidangan.

Berikut rangkuman menit-menit saat Mirna minum kopi bersianida:

17.12 WIB: Mirna yang memakai baju biru bermotif bunga dan Hani yang berbaju biru mendatangi Kafe Olivier.

Keduanya sempat melihat menu dan berbicara dengan pegawai kafe. Mereka memutuskan untuk memesan setelah bertemu Jessica yang lebih dulu datang. 17.18 WIB: Mirna dan Hani bertemu dengan Jessica. Hani tampak lebih dulu memeluk Jessica, baru kemudian Mirna yang memeluk Jessica. Senyuman merekah di pipi ketiga orang tersebut.

Mirna kemudian masuk melalui sisi kanan meja dan duduk di antara Hani (kanan) dan Jessica (kiri).

(19)

140 17.19 WIB: Jessica berdiri dan menghampiri pelayan. Hani terlihat panik. Sementara itu, Mirna terlihat tak bisa diam. Jessica kembali datang dan Hani melihat menu. Tak lama kemudian, Mirna menyenderkan kepalanya. Seorang pelayan pun menghampiri meja mereka.

17.21WIB: Empat pegawai kafe datang. Ada yang membawa air putih dengan nampan, ada juga yang mengangkat gelas kopi Mirna.

17.23 WIB: Jessica tampak berdiri dan melihat Mirna. Hani pun berdiri melihat para pegawai Olivier mengurus Mirna.

17.24 WIB: Kursi roda dibawa oleh dua pegawai Kafe Olivier ke meja Mirna. Jessica tampak menggaruk tangannya. Posisi Jessica berada di depan meja. Saat itu, pegawai Kafe Olivier sedang sibuk membantu Mirna yang mengalami kejang-kejang.

Usai pegawai Kafe Olivier memindahkan meja, Jessica menjauh. Kedua tangan Jessica masih terlihat seperti menggaruk dan hanya melihat pegawai Kafe Olivier menolong Mirna.

17.25 WIB: Jessica kemudian mengambil tas berwarna coklat di atas meja. Tangannya pun berhenti menggaruk. Hani sibuk menelepon seseorang. Saat memberikan kesaksian di pengadilan, Hani mengaku sibuk menelepon Arief Sumarko, suami Mirna.

17.26 WIB: Hani tampak masih menelepon seseorang. Sementara itu, Jessica masih diam ketika pegawai Kafe Olivier mengurus Mirna.

17.27 WIB: Jessica tampak mengangkat Mirna dengan dibantu staf Kafe Olivier. Mereka hendak membawa Mirna ke klinik di Grand Indonesia.Rekaman kamera CCTV yang diperlihakan jaksa penuntut umum pada persidangan Rabu (13/7/2016) belum semua.Jaksa baru menampilkan rekaman yang berkaitan dengan keterangan saksi saat itu, Hani alias Boon Juwita."Rekaman lainnya akan diputar sesuai dengan saksi yang berkaitan," kata Jaksa Ardito kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu.

Edi Darmawan Salihin, ayah dari Wayan Mirna Salihin, mengungkapkan bahwa rekaman yang diputar hari ini baru setara sekitar lima persen.

(20)

141 JPU Akan Hadirkan Saksi dari Pihak Kafe Olivier dalam Sidang Jessica

Selanjutnya

Selasa, 19 Juli 2016 | 12:22 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Terdakwa Jessica Kumala Wongso mengikuti sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2016). Jessica diduga menaruh zat sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dijadwalkan menggelar sidang lanjutan kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso pada Rabu (20/7/2016). Dalam sidang lanjutan tersebut, jaksa penuntut umum (JPU) diagendakan untuk menghadirkan tiga saksi yang merupakan pegawai Kafe Olivier.

"Besok sidang lanjutan pukul 09.00, agendanya pemeriksaan saksi. Saksi yang kemarin kan ada empat, tetapi kan baru satu Si Hani, nanti yang tiga lagi pegawai Kafe Olivier," ujar salah seorang kuasa hukum Jessica, Hidayat Bostam, ketika dihubungi, Selasa (19/7/2016). Bostam menambahkan, selain menghadirkan tiga pegawai Olivier, dalam sidang besok, JPU akan kembali memutarkan rekaman kamera closed circuit television (CCTV) yang menjadi salah satu alat bukti. "Iya itu kan jadi alat bukti jaksa. Harus dihadirkan ke hadapan majelis hakim. Dia harus buka (rekaman) CCTV-nya," ucap dia.

Bostam pun mengaku tidak ada persiapan khusus untuk menghadapi persidangan besok. Menurut dia, tim kuasa hukum Jessica sudah siap menghadapi persidangan itu. "Ya lihat besok. Enggak ada persiapan. Bicara siap enggak siap memang harus sidang. Ya kita datang aja, kan memang besok itu lanjutan pemeriksaan saksi," kata Bostam. Adapun Jessica didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap teman kuliahnya, Wayan Mirna Salihin, di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, 6 Januari 2016.

(21)

142 Sidang Jessica Ditunda, Tiga Pegawai Kafe Olivier Akan Bersaksi Lagi

Rabu, 20 Juli 2016 | 17:08 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Terdakwa Jessica Kumala Wongso mengikuti sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016). Jessica didakwa dengan dugaan menaruh zat mengandung sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.

JAKARTA, KOMPAS.com - Sidang terdakwa pembunuhan, Jessica Kumala Wongso ditunda, Rabu (20/7/2016). Sidang hari ini baru mendengarkan tiga orang saksi dari pegawai Kafe Olivier, yakni Aprilia Cindy, Marlom Alex Napitupulu dan Agus Triyono. Ketua Majelis Hakim, Kisworo mengungkapkan, persidangan akan dilanjutkan Kamis (21/7/2016) besok. "Sidang ditunda hingga besok," kata Kisworo di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu.

Majelis hakim pun memerintahkan agar jaksa penuntut umum (JPU) menghadirkan saksi-saksi lainnya. Rencananya, akan ada tiga orang dari pegawai Kafe Olivier yang akan menjadi saksi. Tiga orang tersebut yakni, Yohanes sebagai pelayan, Jukiyah sebagai pelayan dan Rangga sebagai barista.

Mirna meninggal setelah meminum kopi Vietnam yang dipesan oleh Jessica Kumala Wongso di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016). Jessica menjadi terdakwa kasus tersebut.

(22)

143 Poin-poin Kesaksian Pegawai Olivier dalam Sidang Kasus Jessica

Kamis, 21 Juli 2016 | 08:08 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Terdakwa Jessica Kumala Wongso mengikuti sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016). Jessica didakwa dengan dugaan menaruh zat mengandung sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.

JAKARTA, KOMPAS.com - Jaksa penuntut umum (JPU) menghadirkan tiga pegawai Kafe Olivier sebagai saksi dalam persidangan kasus dugaan pembunuhan berencana dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016).

Tiga pegawai itu adalah Aprilia Cindy Cornelia sebagai resepsionis, Marlon Alex Napitupulu sebagai pelayan, dan Agus Triyono yang juga pelayan.

Dalam persidangan itu, Cindy yang pertama kali menyampaikan keterangannya. Ia mengaku melayani Jessica saat pertama kali terdakwa datang ke Kafe Olivier. Saat itu, Jessica datang pada Rabu (6/1/2016) sekitar pukul 15.30 WIB. Jessica awalnya memesan tempat untuk empat orang di area dilarang merokok.

Jessica, kata Cindy, sempat masuk ke dalam, tepatnya di daerah lorong kafe untuk melihat situasi sekitar.

Kemudian ia kembali lagi kepada Cindy. Jessica diketahui tak langsung menuju tempat duduk.

Saat itu, Jessica mengatakan kepada Cindy bahwa ia akan kembali lagi pukul 16.00 WIB. Sebab, teman-teman Jessica ketika itu belum datang.

(23)

144 Meja nomor 54

Pada hari itu, Cindy mengarahkan Jessica untuk memilih bangku jenis sofa. Terdapat tiga meja berkapasitas empat orang dengan bangku sofa di Kafe Olivier, yakni meja 53, 54 dan 55. "Table 53 dan 55 ada orangnya," kata Cindy di PN Jakpus, Rabu (20/7/2016).

Hakim Kisworo kembali bertanya kepada Cindy apakah Jessica sengaja memilih meja nomor 54 atau tidak.

Cindy pun menjawab bahwa Jessica memilih meja tersebut karena hanya meja nomor 54 yang kosong dan sesuai pesanan Jessica. "Iya (tak bisa milih)," kata Cindy.

Setelah itu, Cindy memberikan daftar menu kepada Jessica. Cindy pun mengaku tak tahu menahu lagi apa yang terjadi di meja tersebut.

Sebab, ia mengaku tidak bertanggungjawab lagi setelah mengantarkan menu kepada pengunjung.

Penasihat hukum Jessica, Otto Hasibuan, mempertegas apakah Cindy mengetahui ada gerakan Jessica yang memasukkan sesuatu atau sianida ke dalam minuman yang dipesannya atau tidak.

Cindy pun menjawab tak tahu. Sebab, saat itu ia tak melihat yang dilakukan Jessica di meja.

Jessica langsung bayar

Selanjutnya, jaksa menghadirkan Marlon di ruang persidangan untuk bersaksi. Marlon adalah pelayan yang mengantarkan dua minuman coktail kepada Jessica. Ia mengaku mengantarkan coktail setelah bartender selesai membuat coktail pesanan Jessica. Marlon mengantar langsung minuman itu ke meja Jessica.

Saat menaruh coktail di meja, Marlon mengaku melihat es kopi vietnam yang dipesan Jessica untuk Mirna. Selain itu, ia melihat tiga paper bag di atas meja. Namun Marlon tak tahu pasti isi paper bag tersebut. Marlon juga mengaku melihat sedotan sudah ada di dalam gelas es kopi mirna.

(24)

145 Marlon sedikit heran. "Dia (Jessica) minta close bill, saya tanya, 'Kenapa langsung bayar Kak? kan minumannya belum jadi'. 'Saya (Jessica) mau traktir teman-teman saya'," kata Marlon.

Berdasarkan keterangan saksi sebelumnya, di kafe itu, Jessica akan bertemu dengan ketiga temannya, yakni Wayan Mirna Salihin, Hani alis Boon Juwita, dan Vera.

Jessica pun diantar Marlon ke kasir untuk membayar pesanan. Namun, menurut Marlon, pembayaran langsung oleh tamu sangat jarang terjadi di Kafe Olivier. "Bukan standarnya sih. Dia yang meminta untuk close bill. Kalau untuk close bill itu jarang dan mungkin tidak pernah," sambung Marlon.

Tamu, lanjut Marlon, bila ingin mentraktir teman, biasanya hanya membayar dana pertama (DP). Bila sudah selesai, maka tamu akan melunasi pembayaran.

Pada akhir kesaksian, penasihat hukum kembali menegaskan kepada Marlon, apakah ia melihat gerakan Jessica menaruh sianida dalam kopi Mirna atau tidak. Marlon pun menjawab tidak. Sebab, ia mengaku tak memerhatikan Jessica selain saat bertugas menaruh dua coktail di meja Jessica.

Keterangan Marlon dilanjutkan dengan kesaksian pelayan lainnya, yakni Agus Triyono.

Adapun Agus merupakan penyaji es kopi vietnam di meja Jessica. Penyajian kopi pun langsung di meja, tepat di depan pelanggan.

Dari kesaksian Agus, setelah menyajikan kopi, ia pergi dan tak melihat Jessica lagi. Ia pun tak tahu menahu soal sianida dalam kopi Mirna itu.

Namun, ia mengaku sempat melihat keanehan dalam kopi Mirna.

"Saya habis istirahat, jam 17.30-an, saya kerja lagi keliling lihatin meja-meja. Pas lewat table 54, saya sempat lihat ada minuman yang aneh, terus bercanda ke teman saya, Rosi, 'Itu Ibunya minum jamu kunyit?' Saya bilang itu sambil bercanda. Enggak lama, Ibu itu kolaps," kata Agus.

Ibu yang dimaksud Agus adalah Mirna. Saat Mirna tampak kolaps, kata dia, para pelayan kafe kaget dan langsung melakukan pertolongan.

Belum 50 persen

(25)

146 JPU, Ardito Muwardi, mengatakan bahwa fakta yang terungkap dalam persidangan Rabu itu kurang dari 50 persen.

Oleh karena itu, ia meminta media mengikuti persidangan secara runtun. Jaksa pun belum menampilkan rekaman kamera CCTV soal gelagat Jessica yang diduga ketika itu menaruh sianida ke gelas kopi.

"Nanti silakan teman-teman ikuti. Ini harus diikutin runtut. Kami akan simpulkan dalam surat tuntutan. Hakim akan simpulkan dalam surat putusan. Teman-teman media bisa sampaikan ke publik," tegas Ardito.

Mirna meninggal setelah meminum kopi Vietnam yang dipesan oleh Jessica Kumala Wongso di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016). Jessica menjadi terdakwa kasus tersebut.

(26)

147 Pengacara Jessica Minta JPU Beri Tahu Saksi Siapa yang Akan Dihadirkan

di Pengadilan Akhdi Martin Pratama

Kompas.com - 26/07/2016, 18:48 WIB

Terdakwa Jessica Kumala Wongso mengikuti sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016). Jessica didakwa dengan dugaan menaruh zat mengandung sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.(KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG)

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjadwalkan sidang lanjutan kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso pada Rabu (27/7/2016) besok. Dalam sidang lanjutan itu, jaksa penuntut umum (JPU) diagendakan untuk menghadirkan dua saksi yang merupakan pegawai kafe Olivier. Salah satu kuasa hukum, Jessica, Hidayat Bostam mengaku sudah mempersiapkan pertanyaan yang akan diajukan kepada para saksi tersebut. "Kami siap sedia untuk persidangan ini. Besok acara keterangan saksi pukul 09.00 WIB. Persiapan kami hanya siap mengadiri persidangan dan siap bertanya kepada saksi," ujar Bostam saat dihubungi, Selasa. Bostam meminta agar setiap saksi yang dihadirkan JPU diberitahukan terlebih dahulu. Hal tersebut agar tidak terkesan ditutup-tutupi. "Jika JPU menghadirkan saksi, harusnya jaksa sudah memberikan siapa saksi-saksinya. Jadi kesan itu tidak ditutup-tutupi. Kami kan tanya itu," ucapnya.

Bostam menambahkan kemungkinan saksi yang akan dihadirkan JPU adalah pegawai kafe Olivier. Namun menurutnya, akan ada dua saksi tambahan lagi yang akan dihadirkan."Harusnya kan tinggal dua orang lagi. Dia menambahkan dua saksi lagi. Tolong dijelaskan namanya, siapa saksi dibacakan dan diberitahukan kepada kami. Agar kami baca BAP," kata Bostam. Mirna meninggal setelah meminum kopi vietnam yang dipesan oleh Jessica Kumala Wongso di kafe Olivier, Grand Indonesia, pada 6 Januari 2016).

(27)

148 Pegawai Kafe Olivier Akan Bersaksi di Sidang Jessica Hari Ini

Rabu, 27 Juli 2016 | 09:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sidang lanjutan kasus pembunuhan terhadap Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso akan kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Rabu (27/7/2016) ini.

Salah satu kuasa hukum Jessica, Hidayat Bostam, mengatakan, agenda sidang hari ini akan mendengarkan keterangan saksi. Kemungkinan saksi yang akan dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) adalah pegawai Kafe Olivier.

Meski begitu, Bostam mengatakan jaksa belum memberi tahu setiap saksi yang akan dihadirkan hari ini.

"Jika JPU menghadirkan saksi, harusnya jaksa sudah memberikan siapa saksi-saksinya. Jadi kesan itu tidak ditutup-tutupi. Kami kan tanya itu," kata Bostam, Selasa (26/7/2016).

Pada sidang pekan lalu, jaksa juga telah menghadirkan saksi-saksi yang merupakan pegawai Kafe Olivier.

(28)

149 Kuasa Hukum Jessica Sebut Tidak Ada Sianida yang Diperiksa dari Tubuh

Mirna

Kamis, 28 Juli 2016 | 06:46 WIB

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Hakim anggota memperlihatkan gambar kopi dalam sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016). Jessica merupakan terdakwa kasus pembunuhan Mirna dengan dugaan menaruh zat sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.

JAKARTA, KOMPAS.com - Kuasa hukum Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan, menyatakan polisi tidak pernah memeriksa sianida yang masuk ke dalam tubuh Wayan Mirna Salihin. Dia menyatakan polisi hanya memeriksa sianida yang berada di dalam sisa es kopi yang diminum Mirna.

"Satu hal yang kalian harus tahu, tidak ada pemeriksaan tentang sianida yang berasal dari tubuh korban. Yang diperiksa hanyalah dari gelas. Kan kalo orang mati mestinya yang diperiksa apa? Yang di dalam tubuhnya kan?" ujar Otto di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2016) malam.Otto menyebut, dia mengetahui hal tersebut karena tertulis dalam berita acara pemeriksaan (BAP). "Nah makanya kalian periksa loh berita acaranya. Jadi, tidak ada sianida yang diperiksa dalam tubuh," kata dia.

Selain itu, Otto juga meragukan bahwa kopi yang diperiksa di laboratorium kriminal (labkrim) adalah es kopi vietnam yang diminum oleh Mirna. Sebab, volume es kopi vietnam tersebut berbeda. "Ditemukan di situ 0,20 sianida, tapi matinya kan didosisnya 171. Akhirnya penyidik menyimpulkan dari gelas. Artinya, yang diperiksa itu yang di gelas. Baru dia (polisi) tafsir oh yang masuk itu 0,20 ml yang disedot. Makanya itu saya buktikan tadi sebenarnya enggak cocok," ucap Otto.

(29)

150 Di dalam BAP tertulis bahwa kardus tersebut disegel. Namun, saat ditunjukan di dalam sidang, segel itu sudah dilepas karena jaksa mengecek kesesuaian semua barang bukti dan Jessica pada penyerahan tahap 2 yang diberikan penyidik.

(30)

151 Kejati DKI Bantah Berkas Jessica P21 karena Dipaksakan

Jumat, 29 Juli 2016 | 15:41 WIB

Nursita Sari Saksi Sari, terdakwa Jessica Kumala Wongso, kuasa hukum Jessica, dan jaksa melihat warna sisa es kopi vietnam yang ditunjukan majelis hakim di persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (28/7/2016)

JAKARTA, KOMPAS.com - Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta membantah berkas perkara kematian Wayan Mirna Salihin dengan tersangka Jessica Kumala Wongso dinyatakan lengkap atau P21 karena terpaksa.

Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejati DKI Jakarta Waluyo Yahya mengatakan, jika semua unsur telah terpenuhi maka Kejati harus menyatakan berkas itu P21. "Enggak ada istilah dipaksakan. Memenuhi unsur kami P21," ujar Waluyo ketika dihubungi, Jumat (29/7/2016).

Pengacara Jessica, Otto Hasibuan, kemarin meragukan cara kerja jaksa dalam menangani perkara itu. Otto keberatan dengan barang bukti yang dihadirkan jaksa penuntut umum (JPU) di persidangan karena berbeda catatan tentang dengan barang bukti yang tercantum di dalam BAP.

Dia menilai, JPU tidak bisa membedakan mana wadah gelas maupun botol yang berisi kopi bersianida dan mana yang berisi kopi pembanding.

Menanggapi hal itu, Waluyo menilai bahwa jaksa tidak mungkin tak cermat untuk memeriksa barang bukti yang dihadirkan di sidang kemarin.

"Menurut saya enggak masalah, itu kan nanti gamblang. Minuman itu, dari kafe diserahkan ke polisi. Dimasukkan ke botol supaya jangan tumpah."

(31)

152 Lampiran 9 : Artikel Berita Detik.com

Jessica Bantah Ingin Mencium Jenazah Mirna di RS Abdi Waluyo

Selasa 12 Jul 2016, 19:37 WIB Nathania Riris Michico – detikNews

Jessica Kumala Wongso (Foto: Ari Saputra)

Jakarta - Dalam kesaksian di persidangan, Made Sendy Salihin mengatakan bahwa Jessica Kumala Wongso sempat meminta izin untuk mencium jenazah Mirna saat masih berada di RS Abdi Waluyo pada 6 Januari 2016. Namun kesaksian itu dibantah Jessica.

"Mengenai perkataan yang tentang Mirna udah tenang dan saya minta izin nyium itu enggak benar," ujar Jessica saat memberikan bantahannya di PN Jakarta Pusat, Jl Bungur Raya, Kemayoran, Senin (12/7/2016).

Dia juga memberikan alasan kenapa dirinya tak hadir saat pemakaman Mirna. Dia mengaku merasa risih karena sempat ditanyai sejumlah hal termasuk tentang kehidupan pribadinya oleh seorang kerabat Mirna.

"Pada saat saya di rumah duka saya duduk. Ada Sendy, ada seorang wanita yang mengaku tante Mirna dan bertanya banyak soal kehidupan saya dan ngomong kalau ada temannya yang menaruh racun di kopi Mirna dan menyuruh saya menulis kronologi kejadian," jelas Jessica.

"Dan di situ perasaan saya enggak enak, makanya saya enggak datang ke pemakaman," sambungnya.

Dalam kesaksian sebelumnya, Sendy mengatakan Jessica sempat mengirimkan link berita media online kepada Sendy yang menyatakan minuman di es kopi vietnam mengandung racun. Jessica memaparkan alasannya mengirimkan link berita.

(32)

153 Ini Kronologi Rekaman CCTV di Kafe Olivier yang Dibuka di Persidangan

Rabu 13 Jul 2016, 17:52 WIB Wisnu Prasetiyo – detikNews

CCTV kafe olivier/ Foto: Wisnu/detikcom

Jakarta - Jaksa penuntut umum (JPU) memutar rekaman CCTV dalam persidangan kasus pembunuhan dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus). Rekaman itu memutar pertemuan antara Jessica, Mirna dan Hany.

Berikut kronologis adegan-adegan dalam rekaman CCTV tersebut yang diputar dalam persidangan, di PN Jakpus, Jl Bungur Besar Raya, Kemayoran, Rabu (13/7/2016).

6 Januari 2016 Pukul 17.16 WIB

Hani dan Mirna datang bersama ke Kafe Olivier, Jakarta Pusat sebelum bertemu terdakwa Jessica mereka berdua sempat memilih kue dan memesannya.

Pukul 17.18 WIB

Hani dan Mirna langsung mendatangi Jessica di meja 54. Lalu Hani berlari-lari kecil kemudian kami memeluk Jessica.

Pukul 17.19 WIB

(33)

154 Pukul 17.22 WIB

Tak berapa lama kemudian, tampak Mirna mengaduk-aduk kopi tersebut dan langsung menyeruputnya. Setelah itu Mirna tampak mengibas-ngibas mulutnya tampak tidak enak.

Pukul 17.23 WIB

Tak berapa lama kemudian, Mirna meminta Hani mengambilkan air mineral karena merasa mulutnya tidak enak. Jessica langsung panggil pelayan untuk meminta air putih. "Saya dan Mirna langsung milih menu lagi agar mulutnya manis," jelas Hani.

Pukul 17.25 WIB

Mirna terlihat menyender di sofa. Mirna langsung menyender dan mulutnya langsung berbusa. Hani pun langsung memanggil satpam. Ketika kejadian tersebut, Jessica yang memakai baju cokelat hanya diam. Lalu pelayan datang dan Jessica keluar dari bangku. Hani pun nampak menelpon suami Mirna Arief Soemarko"Saya langsung ngehubungi suami Mirna dan banyak orang yang bilang berdoa terus mba," jelas Hani.

Di CCTV terlihat ketika banyak orang panik dengan Mirna, Jessica tampak melihat sekeling-keling dan menggaruk-garuk tangannya, kemudian menaruh tasnya di Meja.

(34)

155 Hakim Panggil Hani untuk Dikonfrontir dengan Pelayan Kafe Soal Kopi

Rabu 20 Jul 2016, 16:32 WIB Rina Atriana – detikNews

(Foto: Ari Saputra/detikcom)

Saksi pelayanan kafe olivier diambil sumpah saat akan memberikan keterangan di sidang Jessica

Jakarta - Sahabat Wayan Mirna Salihin, Boon Juwita alias Hani, dihadirkan kembali ke ruang sidang. Hani dihadirkan untuk dikonfrontir dengan pelayan Kafe Olivier.

Pelayan Kafe Olivier, Agus Triono, menjelaskan bagaimana dia menuangkan air panas ke dalam gelas berisi kopi di hadapan Jessica. Menurut Agus, saat menuangkan air panas tidak ada yang aneh dengan es kopi Vietnam yang disajikan.

"Tidak ada yang aneh, baunya kopi. Normal saja," ucap Agus saat bersaksi dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016).

Agus tidak melihat Mirna meminum kopi itu. Namun saat Mirna pingsan, Agus yang ikut mengerumuni Mirna sempat melihat kopi yang diseduhnya tadi sudah berubah warna seperti kunyit. Agus lalu membereskan kopi yang ada di atas meja dan membawa kopi tersebut ke bar di belakang.

"(Saat itu) aromanya sudah beda. Biasanya baunya sepertinya kopi susu. Ini bau pokoknya, Pak. Tidak ada lagi rasa bau kopi," ucap Agus. " Jadi akibat minuman kopi itulah Mirna kejang-kejang?" tanya hakim. "Saya tidak lihat dia minumnya," jawab Agus.

"Jadi kopi berkurang?" tanya hakim lagi.

"Kalau berkurang atau tidak saya tidak tahu. Pokoknya masih banyak. Sudah begitu saja, Pak," jawab Agus.

(35)

156 "Hani ada? Buat dikronfontir sebentar untuk memastikan dia meminum," pinta hakim.

Hani yang saat itu sedang menonton sidang di barisan pengunjung kemudian maju dan duduk di kursi saksi di samping Agus. Hani membenarkan Mirna meminum kopi tersebut.

(36)

157 Sidang Lanjutan Jessica Digelar Hari Ini, Jaksa Akan Hadirkan 4 Orang

Saksi

Kamis 21 Jul 2016, 06:43 WIB Rina Atriana – detikNews

Jessica Kumala Wongso (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Jakarta - Sidang lanjutan pembunuhan Wayan Mirna Salihin akan kembali digelar pada hari ini. Jaksa penuntut umum rencananya akan menghadirkan 4 orang saksi.

"Besok (hari ini-red) akan ada 4 orang saksi yang akan dipanggil," tutur jaksa penuntut umum Ardito usai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus), Rabu (20/7/2016) kemarin.

Dari informasi yang dihimpun, keempat saksi tersebut masih dari Kafe Olivier. Ardito menyebut bahwa beberapa temuan tentang sedotan juga akan dijelaskan oleh saksi yang akan hadir hari ini.

Selain itu, Ardito juga sempat menyinggung tentang rekaman CCTV yang belum semua dibuka di persidangan. Dia pun mengaku akan membeberkan hal tersebut pada hari ini.

Sebelumnya, pihak terdakwa Jessica Kumala Wongso masih terus bertahan bahwa tidak ada bukti kuat yang merujuk pada Jessica sebagai pelaku pembunuhan Mirna. Namun jaksa penuntut umum berpendapat bahwa ada bukti-bukti lain yang belum diungkap seperti rekaman CCTV ketika Jessica menuangkan sesuatu ke kopi yang diminum Mirna.

"Apakah ada yang lebih jelas yang menunjukkan Jessica menaruh sesuatu di kopi Mirna?" tanya wartawan usai persidangan.

"Ada," jawab Ardito singkat.

(37)

158 Bisakah Sedotan Kopi Singkap Misteri Kasus Tewasnya Mirna?

Jumat 22 Jul 2016, 08:41 WIB Aditya Fajar Indrawan – detikNews

Foto: Muhammad Abdurrosyid-Ilustrator: Andhika Akbarayansyah/detikcom Jakarta - Sedotan di Es Kopi Vietnam yang tersaji untuk Wayan Mirna Salihin menjadi sorotan. Sedotan ini berpotensi menyingkap tabir misteri kasus tewasnya Mirna, benarkah?

Berdasarkan dakwaan jaksa dan kesaksian sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Bungur Besar Raya, Jakpus, Kamis (21/7) kemarin, Jessica-lah yang memasukkan sedotan ke sajian kopi untuk Mirna. Artinya, Mirna menerima kopi dalam keadaan sedotan sudah tercelup.

Entah kenapa Jessica memasukkan sedotan, dan bukan membiarkan Mirna saja yang membuka bungkus sedotan dan mencelupkannya ke kopi. Soal misteri sedotan ini, kuasa hukum Jessica yakni Otto Hasibuan justru meminta agar persidangan menguak segala seluk-beluk detil ini. Otto mempertanyakan tidak lengkapnya barang bukti seperti sedotan yang diduga dimasukkan oleh Jessica kedalam minuman Wayan Mirna Salihin.

"Dalam persidangan ini ada beberapa poin barang bukti yang seharusnya dimunculkan tapi tidak pernah ada. Misalnya kopi yang digunakan sebagai pembanding di dalam berita acara ada, tapi di persidangan tidak ada, bisa jadi di situ ada yang ada sianidanya," ucap Otto saat dihubungi detikcom, Kamis (21/7/2016).

(38)

159 Kasir Kafe Olivier: Tidak Pernah Ada yang Closed Bill Sebelum Pesanan

Diantar

Rabu 27 Jul 2016, 10:33 WIB Rina Atriana – detikNews

Foto: Ari Saputra/detikcom

Jakarta - Jessica Kumala Wongso membayar (closed bill) saat pesanannya di Kafe Olivier belum dibuat. Kasir Kafe Olivier, Jukiah, menyebut hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya di Kafe Olivier selama ia bekerja di sana.

"Lazimkah suatu pesnaan belum diantar ke meja, tiba-tiba sudah dilakukan pembayaran?" tanya hakim Binsar Gultom dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakpus, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2016).

"Saya tidak pernah melihatnya seperti itu. Enggak pernah," jawab Jukiah yang telah bekerja di Kafe Olivier selama setahun.

Jukiah mengatakan, kalau pun ada, biasanya yang akan membayar menaruh 'card' sebagai jaminan. Ditanya apakah ia curiga dengan Jessica yang melakukan closed bill sebelum pesanan dibuat, Jukiah mengatakan tak menaruh curiga apapun. "Tidak ada," jawab Jukiah.

Mengenai kejadian Mirna tewas diduga karena meminum kopi bersianida, Jukiah mengaku tak tahu menahu karena saat itu ia telah istirahat.

(39)

160 Kuasa Hukum Jessica Terus Persoalkan Bukti Botol Sisa Kopi Mirna

Kamis 28 Jul 2016, 17:05 WIB Rina Atriana – detikNews

Rekonstruksi penyajian kopi dalam persidangan pembunuhan Mirna (Foto: Rachman Haryanto)

Jakarta - Kuasa hukum Jessica Kumala Wongso mempertanyakan adakah berita acara saat polisi membuka tutup botol berisi es kopi Mirna dan menuangnya ke gelas. Jaksa menjawab, tidak ada.

"Saya ingin tanya jaksa melalui majelis hakim apakah ada berita acara penuangan?" tanya kuasa hukum Jessica, Otto Hasibuan, dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Kamis (28/7/2016).

"Bagaimana jaksa penuntut umum?" tanya hakim.

"Sepertinya dalam berkas perkara tidak ada," jawab jaksa penuntut umum Ardito. Pertanyaan Otto ini berawal saat ia menanyai Manager Bar, Devi Siagian, mengenai proses dibawanya barang bukti es kopi Vietnam dari Olivier ke Polsek. Devi mengatakan saat itu kopi dituang oleh petugas di Polsek.

"Waktu itu dituang, ada berita acara penuangan dari gelas ke botol?" tanya Otto. "Saya tidak ingat," jawab Devi.

Perdebatan panjang pun terjadi antara kuasa hukum Jessica dan jaksa penuntut umum. Otto mencecar soal kopi pembanding yang dihadirkan dalam persidangan. Saat itu, majelis hakim, jaksa dan kuasa hukum Jessica berpikir bahwa botol yang berisi kopi di pengadilan adalah kopi yang mengandung Sianida.

"Waktu itu inilah barang bukti," kata Otto sambil mengangkat botol yang berisi kandungan kopi yang berwarna cokelat

"Kami tidak tahu barang bukti ini adalah minuman pembanding," ucap Ardito. Hakim Binsar pun menengahi perdebatan tersebut. Ia mengatakan bahwa majelis hakim pun awalnya berpikir bahwa kopi dalm botol tersebut adalah kopi bersianida. Nanti setelah kesaksian Devi, barulah diketahui bahwa kopi bersianida dituang di botol lainnya dengan jumlah yang lebih sedikit.

(40)

161 pembanding yang tidak ada sianidanya. Yang satunya yang bersianida," ucap Binsar.

Terkait hal ini, Jaksa menyebut akan menghadiran petugas di polsek tersebut untuk menjadi saksi di persidangan.

Referensi

Dokumen terkait

Rasa syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat, waktu dan petunjuk dalam proses penyelesaian skripsi dengan judul “Analisis Konflik Ekonomi Terhadap Ketetapan Protokol

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Terkait dengan paparan data dan pembahasan hasil penelitian, saran yang relevan untuk dikemukakan adalah sebagai berikut: (1) Sekalipun penelitian ini sifatnya

Ditemukan pula, ada 5 (lima) faktor yang akan menentukan keberhasilan investasi tersebut, yaitu: (1) peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan sesuai dengan kebutuhan fasilitas

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memberikan putusan pengadilan pada

matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada kelas. VIII MTs Negeri Tunggangri Kalidawir

Dengan lebih tiga perempat populasi tinggal di kawasan bandar besar dan bandar kecil di Malaysia menjelang tahun 2020, permintaan untuk pekerjaan di pusat-pusat bandar dan bandar

Submitted to the English Department of FPBS Indonesia University of Education in Partial Fulfillment of the Requirements for Sarjana Pendidikan