PRO KONTRA TEKNOLOGI SENSOR PADA SIARAN TELEVISI
DALAM PRESPEKTIF NILAI-NILAI PANCASILA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Umum
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dosen pengampu:
Prof. Widodo, MH.
Oleh:
Rizky Ananda Putri 155020300111052
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
1
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Teknologi pada nyatanya telah digunakan manusia sejak zaman dahulu.
Baik individu maupun kelompok mejadikan teknologi sebagai kebutuhan pokok untuk menunjang dan mempermudah segala aktivitas yang dilakukan. Sesuai dengan pengertiannya, teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan
barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup manusia.1
Pada era sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi semakin pesat. Perkembangan teknologi ini termasuk di dalamnya teknologi
informasi dan teknologi komunikasi, contoh yang sangat nyata adalah siaran televisi. Pada zaman dahulu, televisi hanya mampu menyuguhkan warna hitam
putih pada siarannya, hingga kemudian mampu menyuguhkan siaran yang full color. Akhir-akhir ini pula, siaran televisi dihebohkan dengan teknologi sensor
yang menutupi sebagian kecil siaran yang disiarkan, contohnya pada saat penyiaran ajang Putri Indonesia 2016 di salah satu saluran televisi swasta (21/02). Tidak hanya itu, sensor-sensor yang terdapat pada siaran televisi
semakin sering dijumpai pada hal-hal kecil yang sebelumnya dianggap biasa. Teknologi sensor ini menimbulkan beragam opini masyarakat. Sebagian
masyarakat setuju dengan perkembangan teknologi sensor ini, namun sebagian lagi tidak setuju dengan hal tersebut. Lantas, bagaimana sudut pandang
nilai-nilai pancasila terhadap perkembangan teknologi sensor pada siaran televisi akan dibahas lebih lanjut pada makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana fenomena teknologi sensor pada siaran televisi saat ini?
1.2.2 Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap fenomena teknologi sensor
pada siaran televisi saat ini?
1.2.3 Bagaimana sudut pandang nilai-nilai pancasila terhadap perkembangan teknologi sensor pada siaran televisi saat ini?
1 Teknologi, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi, pada tanggal 13 April pukul 19.09
2
1.3 TujuanBerdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui fenomena teknologi sensor pada siaran televisi saat ini.
1.3.2 Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap fenomena teknologi
sensor pada siaran televisi saat ini.
3
BAB II PEMBAHASAN2.1 Fenomena Teknologi Sensor Televisi
Televisi merupakan salah satu media untuk menyebarkan informasi kepada
publik baik dalam bentuk berita, hiburan, drama, olahraga, dan agama yang jumlahnya sangat beragam. Siaran televisi tersebut disiarkan dalam sajian live
atau siaran langsung2 dan siaran tunda atau siaran tidak langsung3. Sebuah
penundaan singkat sering digunakan untuk mencegah hal-hal yang tidak senonoh, blooper, kekerasan, atau bahan yang tidak diinginkan lainnya untuk
disiarkan, termasuk masalah yang lebih duniawi seperti malfungsi teknis atau batuk.4
Pada dasarnya penyiaran televisi tidak semata-mata disuguhkan kepada publik begitu saja, melainkan harus sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Dalam aturan tersebut
dijelaskan mengenai etika tentang apa yang diperkenankan dan tidak diperkenankan untuk disiarkan keada publik, salah satunya adalah mengenai blur atau sensor yang harus dilakukan pada siaran televisi yang mengandung
tindak pornografi, kekerasan, dan adegan yang tidak menunjukkan pembenaran. Penerapan dari teknologi sensor yang dilakukan pada siaran televisi saat
ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dari segi keketatannya. Sebelumnya, sensor sebagai alat yang digunakan untuk menutupi hal-hal yang
dianggap tidak wajar diaplikasikan pada hal seperti pornografi. Sedangkan saat ini, sensor juga diaplikasikan pada hal yang mengandung pornografi walaupun
hanya sebagian kecil yang bahkan sebelumnya dianggap biasa.
Contoh nyata saat ini adalah penyiaran ajang Putri Indonesia 2016 di salah
satu saluran televisi swasta (21/02) yang menyensor bagian dada para finalis ajang tersebut yang bahkan pada acara yang sama, sebelumnya tidak dilakukan
2 Siaran langsung merupakan suatu proses produksi yang sesuai dengan kenyataan saat itu
sehingga apa yang dilihat di televisi pemirsa merupakan gambaran nyata baik waktu maupun lokasi.
3
Sedangkan siaran tunda merupakan siaran yang dalam penyiarannya disengaja untuk tidak disiarkan kepada publik secara langsung.
4 Siaran Tunda, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Siaran_tunda, pada tanggal 13 April pukul
4
hal demikian. Contoh lain adalah sensor tokoh sandy pada siaran kartun
Spongebob Squarepants karena hanya menggunakan pakaian bikini yang menjadi tontonan anak di bawah umur dan masayarakat Suku Papua yang mengenakan pakaian adatnya yang ditayangkan pada siaran Ragam Indonesia.
Semua contoh tersebut baru saja dilakukan dalam beberapa waktu dekat ini,
yang bahkan sebelumnya menjadi hal yang wajar dan telah disiarkan dalam jangka waktu yang lama.
2.2 Tanggapan Masayarakat
Mengenai perubahan yang dilakukan terhadap teknologi sensor pada siaran televisi ini, menimbulkan beragam asumsi masyarakat. Masyarakat
memiliki asumsi masing-masing terhadap kasus ini, baik masyarakat secara individu maupun masyarakat dalam suatu wadah lembaga. Sebagian dari
masyarakat pro terhadap perubahan ini dan sebagiannya lagi kontra.
Asumsi masyarakat yang pro terhadap perubahan ini didasarkan alasan,
semakin ketatnya televisi menyiarkan acaranya semakin apik pula citra masyarakat yang terbentuk. Dengan menutupi atau menyensor hal-hal yang
diangap tidak wajar juga akan mengurangi tingkat penyimpangan sosial yang terjadi. Karena menurut Grebner (1976) televisi menjadi media sosialisasi untuk kebanyakan orang menetapkan standar perilaku atau bagaimana harus bersikap.
Sedangkan asumsi dari masyarakat yang kontra terhadap perubahan ini menganggap bahwa perubahan yang terjadi terlalu berlebihan dan tidak pada
tempatnya. Selain itu, asumsi lain mengatakan bahwa adanya sensor yang ketat ini justru membatasi kreativitas masing-masing indivisu maupun lembaga. Sensor
yang terlalu ketat justu juga akan berdampak pada berkurangnya nikmat para penonton dalam mencari sarana hiburan. Sebagai contoh yang telah disebutkan
seperti ajang Putri Indonesia 2016 yang saat penyiarannya dilakukan sensor di bagian dada, justru dianggap banyak kalangan sesuatu yang berlebihan karena
sebelumnya tidak pernah dilakukan sensor pada siaran tersebut. Selain tu, menurut Lenny Agustin, sebagai seorang deainer, sensor yang dilakukan pada
siaran tersebut merugikan pihak desainer sendiri, karena justru sebenarnya acara tersebut digunakan sebagai ajang promosi. Sensor lain tokoh Sandy pada kartun Spongebob Squarepants dianggap berlebihan karena sensor tersebut
justru menciptakan pertanyaan bagi anak di bawah umur tentang alasan
5
Berbeda dengan tanggapan KPI sebagai pihak yang disalahkan
masyarakat atas perubahan ini. Sensoring yang merupakan pengembangan dari teknologi sensor, digunakan untuk menjauhkan masayarakat Indonesia dari hal-hal yang tidak sewajarnya untuk disiarkan. Namun mengenai contoh kasus yang
menjadi sorotan publik, KPI beranggapan bahwa kebijakan sensor tersebut
berada dibawah keputusan internal pihak stasiun televisi bukan pihak KPI. 2.3 Implementasi terhadap Nilai-Nilai Pancasila
Pancasila merupakan ideologi negara Indonesia. Dalam penerapannya
kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia harus didasarkan pada setiap butir nilai-nilai sila Pancasila. Pada awalnya Tap MPR no. II/MPR/1978
tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan Pancasila dengan 36 butir-butir nilai. Kemudian butir-butir nilai Pancasila tersebut diperbarui menjadi 45 butir
niali-nilai yang terjabar dalam Tap MPR no. I/MPR/2003.
Pengembangan teknologi sensor pada siaran tevisi yang menimbulkan pro
kontra masyarakat dapat dikaitkan dengan pengamalan butir-butir nilai Pancasila, terutama pada sila kedua mengenai manusia yang bermartabat dan hak asasi
manusia sebagai makhluk yang bebas.
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Pengembangan teknologi
sensor yang terjadi pada saat ini selaras dengan butir sila kedua tersebut. Dengan menyensor bagian-bagian yang dianggap kurang wajar untuk disiarkan,
akan membentuk moral yang baik pada setiap individu masyarakat terutama pada anak-anak sejak dini. Selain itu, dengan melakukan sensor terhadap
bagian tubuh yang tidak sewajarnya diperlihatkan di hadapan publik, dianggap sebagai perlakuan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Namun di sisi lain, pengembangan sensor tersebut juga tidak selaras
dengan butir nilai sila kedua, yatu dengan seolah-olah mengekang Hak Asasi Manusia sebagai makhluk yang bebas. Dengan banyaknya bagian-bagian yang
dianggap tidak wajar sehingga berujung dengan dilakukannya sensor, akan membatasi kebebasan masyarakat dalam berkreasi atau membatasi kreativitas masyarakat. Hal itu terjadi terutama pada siaran hiburan televisi yang kebnyakan
6
BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang dibahas, kesimpulannya adalah teknologi
sensor pada siaran televisi dalam prespektif nilai-nilai Pancasila memang telah dijalankan. Penerapan teknologi sensor selaras dengan butir sila kedua yaitu mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Namun, perkembangan teknologi sensor tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan anggapan masyarakat dan
butir-butir nilai Pancasila. Perkembangan yang semakin terlihat ketat justru terkesan membatasi kreativitas masing-masing individu.
3.2 Saran
Sebaiknya, teknologi sensor dikembangkan dalam batas wajar dan
dikurangi tingkat keketatannya pada hal-hal yang mengandung unsur seni dan kreativitas, sehingga tidak seolah olah membatasi kreativitas masing-masing
7
DAFTAR PUSTAKA
Agmasari, Silvita. Kebaya Puteri Indonesia Kena Sensor, Ini Tanggapan Para Perancang Busana, (Online), (http://female.kompas.com/read/2016/02/26/
070100120/Kebaya.Puteri.Indonesia.Kena.Sensor.Ini.Tanggapan.Para.Pera
ncang.Busana, diakses 14 April 2016).
Anonim. Acara Televisi, (Online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Acara_televisi, diakses 13 April 2016).
Anonim. Komisi Penyiaran Indonesia, (Online), (https://id.wikipedia.org/wiki/ Komisi_Penyiaran_Indonesia, diakses 13 April 2016).
Anonim. Master Control Room Televisi, (Online), (https://id.wikipedia.org/wiki/ Master_Control_Room_Televisi, diakses 14 April 2016).
Anonim. Pancasila, (Online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila, diakses 15 April 2016).
Anonim. Siaran Tunda, (Online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Siaran_tunda, diakses 14 April 2016).
Anonim. Teknologi, (Online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi, diakses 13 April 2016).
Faried. 2015. Sensor & Blur di Acara TV ? ini dasar hukumnya, (Online),
(
http://www.kompasiana.com/faried_078/sensor-blur-di-acara-tv-ini-dasar-hukumnya_55febd62197b615205ac596f, diakses 14 April 2016).
Liswijayanti, Faunda. 2016. Aturan Sensor KPI, (Online), (http://www.femina.co.id/trending-topic/aturan-sensor-kpi, diakses 14 April
2016).
Ramdhany. 2014. Hak Asasi Menurut Pancasila, (Online), (https://ramdhany578.