• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI DAN UJI ANTI JAMUR SENYAWA SINEO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ISOLASI DAN UJI ANTI JAMUR SENYAWA SINEO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN UJI ANTI JAMUR SENYAWA SINEOL

DARI DAUN Melaleuca cajuputi Roxb

Renhart Jemi1, Saputera2

Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Email penulis utama: renhart jemi@yahoo.com

Disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyrakat Universitas Palangka Raya Tahun 2013

Sabtu, 30 November 2013 Aula Rahan Universitas Palangka Raya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan bio aktif di dalam minyak galam dari daun kayu galam (Melaleuca cajuputi Roxb) dan potensinya sebagai bio aktif anti jamur pembusuk kayu Schizophyllum commune dan Pleurotus osteratus. Metode ekstraksi minyak galam dengan destilasi. Daun kayu galam diambil diperoleh di Hutan rawa gambut di sekitar Kota Palangka Raya. Minyak galam dikromatografi kolom Fraksi yang diperoleh dilakukan uji jamur S. commune dan P. osteratus, kontrol negatifnya CCB dan itraconazale, dengan konsentrasi 100 ppm. Selanjutnya fraksi teraktif dilakukan identifikasi strukturnya dengan 1H NMR. Hasil destilasi uap daun galam menghasilkan minyak galam sebesar 5,76 gram (0,11%). Minyak galam sebanyak 0,6 gram di kromatografi kolom eluennya n-heksan : etil asetat : klorofrom dengan sistim gradient. Menghasilkan 6 fraksi (M.1-M.6). Semua fraksi tersebut (M.1-M.6) menunjukkan mampu menghambat pertumbuhan S. commune dengan nilai IC(50) = 48,23 – 60,51 ppm dan P. ostreatus dengan nilai IC(50) = 47,74-63,60 ppm.

Fraksi G.1 merupakan fraksi teraktif diantara ke 5 fraksi (M.2-M.6), hasil identifikasi dengan

1

H NMR pada senyawa G.1, senyawa anti jamurnya adalah 1.4-sineol.

Kata kunci: Melaleuca cajuputi Roxb, anti jamur, Schizophyllum commune dan Pleurotus osteratus, 1.4-sineol.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

4000 jenis kayu terdapat di hutan tropis Indonesia, dimana 15% diantaranya

merupakan jenis kayu awet dan 85% jenis kayu yang tidak awet. Jenis kayu yang tidak awet

rentan sekali terhadap serangan organisme perusak kayu seperti rayap dan jamur pelapuk

kayu. Hasil penelitian Katral (2012) menunjukkan perbedaan kerusakan kayu akibat diserang

jamur pelapuk kayu dan rayap. Serangan jamur P. placenta mampu mengurangi berat

bagian gubal dari kayu jenis pinus dan bagian teras kayu jenis storax berturut-turut sebesar

62,28% dan 67,46%. Pengurangan berat pada kedua jenis kayu tersebut akibat diserang

rayap C. formosanus berturut-turut sebesar 5,41% dan 2,27%.

Dilaporkan bahwa kerugian ekonomi akibat bangunan gedung dan perumahan

diserang oleh jamur di Tegal, Bogor dan Semarang berturut-turut adalah 0,4, 3,7 dan 7,7

milyar rupiah per tahun. Ditaksir kerugian akibat bangunan dan perumahan yang diserang

(2)

lain, kerugian akibat bangunan dan perumahan diserang rayap perusak kayu di Indonesia

mencapai 250 milyar rupiah per tahun (Yusuf 2012).

Jamur Schizophyllum commune Fries dan Pleurotus ostreatus merupakan jenis jamur

pelapuk yang paling sering menyerang bangunan rumah di Indonesia. Jenis jamur ini

menyebabkan pelapukan secara simultan sehingga kayu menjadi keropos dan mengalami

penurunan kadar selulosa kayu yang lebih cepat dibandingkan ligninnya. Jenis kayu tidak

awet perlu dilakukan pengawetan untuk meningkatkan ketahanan terhadap serangan

organisme perusak kayu sehingga masa pakainya menjadi lebih lama. Akan tetapi bahan

pengawet kayu yang beredar saat ini umumnya bersumber dari bahan anorganik yang

tergolong bahan yang mudah habis, tidak dapat pulih, tidak dapat terurai bila masuk ke

lingkungan serta bersifat mencemari lingkungan (Houlihan et al. 2001, Kuhad et al. 2004).

Sebagai contoh bahan pengawet seperti CCA dan BFCA tidak digunakan lagi (Abdurrohim

2008). Salah satu alternatif untuk mengatasinya adalah mencari bahan pengawet alami dari

sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak mencemari lingkungan. Bahan

pengawet alami tersebut dapat dieksplorasi dari daun kayu, karena kayu mengandung

minyak atsiri yang bersifat toksik dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet kayu.

Jenis kayu berpotensi mengandung senyawa bioaktif untuk dimanfaatkan sebagai

bahan anti jamur. Salah satunya kayu galam (Melaleuca cajupiti Roxb), yang termasuk

dalam genus Melaleuca dari family Myrtaceae. Hasil penelitian yang konfrehensif pada

genus Melaleuca telah banyak dilakukan seperti minyak atsiri dari daun M. alternifolia

bersifat anti kanker dan anti mikroba (Cox et al. 2000, Lis-Balcin et al. 2000, Kulkarni et al.

2012), anti-inflamasi (Hammera et al. 2006, Pisseri et al. 2009), acaridida (Dewi dan

Haryuningtyas 2008). Anti oksidant, anti jamur dan bersifat sitotoksik (Hammera et al. 2002,

Bakkali et al. 2008, Naomi et al 2011). Komponen utama minyak atsiri padadaun M.

alternifolia yaitu pinene (7,4%), b-pinene (12,0 %) dan terponolene (27, 3%) (Southwell et al.

2002). Minyak atsiri dari daun M. ericifolia mengandung senyawa eugenol

5-O-galloylyglucoside yang bersifat anti bakteri (Hussein et al. 2007). Daun M. quinquenervia

(Cav.) mengandung kimia minyak atsiri yang bervariasi berdasarakan letak tumbuhnya yang

berbeda (Ireland et al. 2002). Daun M. alternifolia mengandung senyawa terpinen-4-ol (53,7

± 0,2%), 1,8-cineole untuk M. armillaris (80,2 ± 0,0%), M. ericifolia (79,5 ± 0,4%), M.

cajuputi, subspesies cajuputi (43,7 ± 0,5%) dan M. cajuputi subspesies platyphylla (41,0 ±

8,5%), viridiflorol (71,0 ± 0,9%) untuk M. quinquenervia, dan metil eugenol (96,6 ± 0,7%)

untuk M. leucadendra yang tumbuh di Brasil (Silva et al. 2007). Sifat minyak atsiri yang

menakjubkan dari M. leucadendra yaitu: bersifat antiseptik, insektisida, vermifuge,

decongestant, expectorant, kosmetik, tonik, perangsang, sudororifik, analgesik, anti sakit

saraf dan pengusir nyamuk (Ramu 2013). Penelitian yang telah dilakukan pada daun M.

(3)

untuk dilakukan penyulingan minyak atsirinya (Hendra 2006). Daun M. cajupiti Roxb yang

tumbuh di rawa gambut dan daratan (Tangkiling) di Kalimantan Tengah minyak atsirinya

mengandung sineol sebesar 76,42-79,30% yang dihasilkan memenuhi kriteria SNI 06-3954

2006 (Gentara 2011, Khamarudin 2011). Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa belum

ada informasi yang komprehensif mengenai isolasi senyawa yang terkandung dalam daun

M. cajupiti Roxb sebagai anti jamur.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun kayu galam yang diperoleh dari

hutan di sekitar hutan gambut di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Daun

kayu galam diidentifikasi di Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong untuk menentukan nama

ilmiah yang tepat. Peralatan yang digunakan untuk mengidentifikasi senyawa anti jamur

menggunakan Nuclear Magnetic Resonance (NMR).

Metode

Sebanyak 1000 g daun galam yang sudah bersih siap dilakukan proses distelasi, untuk

mendapatkan minyak atsirinya. Peoses destilasi ini mengunakan alat penyulingan dengan

sistem rebus. Lama penyulingan selama 4 jam pada suhu ± 100oC dengan tekanan 1 atm,

dengan air sebanyak 1,84 liter air.

Isolasi Minyak Galam

Minyak atsiri diisolasi menggunakan kromatografi kolom yang eluennya n-heksan : etil

asetat : klorofrom dengan sistem gradient. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan serta

dikelompokan menjadi fraksi berdasarkan analisis kromatografi lapis tipis.

Pembiakan Jamur Pelapuk Kayu

Pengujian aktifivitas anti jamur dilakukan pada semua fraksi. Dua jenis jamur pelapuk

putih yang digunakan pada pengujian jamur yaitu S. commune dan P. ostreatus yang

diperoleh dari Laboratorium Phatology Fakultas Kehutanan IPB (koleksi Dr. Elis Nina

Herliyana). Jamur tersebut terlebih dahulu diremajakan dengan membiakkannya pada media

tumbuh selama 7 hari. Dalam 1 liter media tumbuh mengandung 50 g glukosa, 120 g ekstrak

onion, 0.3 g K2HPO, 0.2 g MgSO47H2O, 5 g polyptone, dan 30 g tepung agar-agar pada pH

(4)

Pengujian Aktivitas Anti Jamur

Cawan petri yang berisi media PDA dan ekstraktif dari kayu palepek baringin

di-autoclave selama 15 menit pada suhu 120oC dengan tekanan 1 atm (Syafii 1988). Kemudian

cawan petri tersebut diinokulasi dengan jamur S. commune dan P. ostreatus. Selanjutnya

diinkubasi pada suhu 25oC selama 7 hari pada ruangan gelap. Konsentrasi ekstrak senyawa

yang di uji anti jamur yaitu: 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 25 ppm, 50 ppm. Bahan pengawet CCB

digunakan sebagai kontrol negatif untuk ekstrak fraksi dengan konsentrasi 100 pmm.

Sedangkan untuk kontrol senyawa digunakan CCB dan itraconazole. Masing-masing

perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Pertumbuhan miselium jamur dievaluasi pada akhir

masa inkubasi dengan mengukur diameter koloni jamur dan dibandingkan dengan diameter

koloni kontrol. Dasar penentuan aktivitas anti jamur menggunakan rumus sebagai berikut

(Du 2009):

Persentase penghambatan = {(C-T)/C} x 100%

Dimana, T adalah diameter koloni jamur pada cawan pertri perlakuan, C adalah

diameter koloni jamur pada cawan petri kontrol. Presentase penghambatan sebagai dasar

penentuan nilai IC(50).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi minyak galam dengan destilasi

Hasil 5332,03 gram daun galam yang didestilasi dilakukan 5 kali ulangan.

Menghasilkan minyak galam sebanyak 5,76 gram (0,11%). Destilasi uap merupakan proses

kontak langsung antara steam dengan tanaman yang menghasil minyak atsiri. Minyak daun

galam dan air bersifat immiscible, maka kedua zat tersebut akan mendidih bersama pada

suhu yang lebih rendah dari titik didih minyak daun galam dan air. Uap yang terbentuk

diembunkan sehingga terbentuk dua cairan yaitu air dan minyak galam yang dapat

dipisahkan (Jayanudin, 2011). Rendemen hasil penyulingan minyak galam dari daun galam

hasilnya sedikit. Warna minyak tidak cerah dan masih kecoklat-coklatan. Dikarenakan tidak

terkontrolnya suhu, tekanan dalam reaktor penyulingan serta ada minyak galam yang

menguap (Guenthers 1990). Disamping itu minyak ini masih adanya air dan pengotor yang

terbawa saat penyulingan sehingga perlunya dimurnikan lagi dengan Na-EDTA (Pasaribu

(5)

Isolasi dan Uji Anti jamur Senyawa Anti Jamur

Sebanyak 0,6 gram minyak galam dikromotografi kolom. Eluennya n-heksan : etil

asetat : klorofrom, dengan sistim gradient. Menghasilkan 5 (lima) fraksi yaitu M.1 (37 mg),

M.2 (35,40 mg), M.3 (33,60 mg), M.4 (25,40 mg), M.5 (23,30 mg), M.6 (10,55 mg). Cara

isolasi minyak galam dengan metode kromatografi kolom. Hasil pengujian anti jamur pada

semua fraksi tersebut (M.1-M.6) menunjukkan bahwa senyawa tersebut mampu

menghambat pertumbuhan S. commune dengan nilai IC(50) = 48,23 – 60,51 ppm dan P.

ostreatus dengan nilai IC(50) = 47,74-63,60 ppm (Gambar 1). Sebagai pembanding kontrol

negatifnya CCB, hanya mampu menghambat pertumbuhan S. commune IC(50) = 80,49 ppm

dan P. ostreatus IC(50) = 75.50 ppm. Serta Itraconazole hanya mampu menghambat S.

commune IC(50) = 85,97 ppm dan P. ostreatus IC(50) = 83,17 ppm.

Gambar 1 Kurva IC(50) ke 5 (lima) fraksi (M.1-M.6) dari minyak galam

Gambar 1 menampilkan konsentrasi dari fraksi M.1-M.6 yang mampu menghambat

pertumbuhan jamur pembusuk kayu sebesar 50%. Fraksi M.1 merupakan fraksi teraktif

diantara ke fraksi (M.2-M,6) dan kontorl negatifnya (CCB dan itraconazole). Karenan mampu

menghambat 50% pertumbuhan jamur S. commune pada kosentrasi 54,88 ppm dan P.

osteratus pada kosentrasi 48.82 ppm. Teraktif kedua adalah fraksi M.5, berikutnya fraksi

M.4, fraksi M.3, fraksi M.2 dan fraksi M.6. Kontorl nagetif CCB dan itraconazole tidak mampu

menghambat pertumbuhan kedua jenis jamur tersebut pada kosentrasi 70 ppm. Karena

logam chrome, copper dan boron mampu diikat oleh asam oksalat ((COOH)2) yang

dihasilkan S. commune dan P. osteratus. Sehingga CCB tidak optimal lagi menghambat

(6)

dan pengikat ion logam yang sangat kuwat. (Shimada et al. 1997, Munir et al. 2001 dan

Munir et al. 2005). Dibuktikan juga dengan hasil penelitian Katral et al. (2004), menunjukkan

pertumbuhan jamur Tyromyces palustris, Laetiporus suphureus dan Coniphora putena yang

mampu mengikat logam pada bahan pengawet seperti Cu, Cr dan As (CCA) pada kayu

(Katral et al. 2001). Asam oksalat juga mampu mengikat logam Cu, Cr dan Brom dari kayu

yang diawetkan dengan CCB ( Humar et al. 2004). Asam oksalat merupakan asam kuat

organic dengan PKa1 = 1,23, PKa2 = 4,26, yang bersifat pereduktor yang bisa dihasilkan

oleh jamur pelapuk putih dan coklat, asam oklasalt juga kleator kation logam misalnya Fe2+,

Mn2+, Ca2+ dan Al3+ (Sirmah 2009, Mäkelä 2009).

Asam oksalat yang dikeluarkan oleh jamur pelapuk kayu berperan penting

mendegradasi kayu. Enzim-enzim selulet yang dihasilkan oleh jamur tidak mampu melewati

rongga sel kayu karena ukuran rongga sel kayu yang lebih kecil. Disini peran peran asam

oksalat berperan karena asam oksalat mampu mengikat Ca+ yang terkandung dalam lamella

tengah kayu (Traqular 1987). Sehingga rongga sel kayu terbuka serta memudahkan

penetrasi enzim ekstraseluler ke dalam dinding sel kayu untuk bereaksi mensinyesa

lignoselulosa (Kuan dan Tien 1993). Pada proses tersebut terjadi penurunan nilai pH

sebagai akibat terjadinya akumulasi asam oksalat, sehingga menyebabkan degredasi

selulosa secara non enzimatik melalui pembentukan radikal-radikal oksigen (Munir 2005).

Pertumbuhan jamur pembusuk kayu pada media yang mengadung fraksi M.1 ditampilkan

pada Gambar 2.

Kontrol CCB 100 ppm 5 ppm 10 ppm 25 ppm 50 ppm 100 ppm

Gambar 2 Pertumbuhan jamur S.commune (A) dan P. ostreatus (B) pada fraksi M.1

dari minyak daun galam.

Identifikasi Senyawa Anti Jamur

Fraksi M.1 merupakan fraksi teraktif dari semua fraksi yang diuji. Kesemua fraksi

mengadung bioaktif anti jamur karena mampu menghmbat pertumbuhan jamur pembusuk

kayu S. commune dan P. ostreatus. Hasil analisis KLT pada semyawa M.1 menghasilkan

satu spot tungal dengan Rf = 0,73. Fraksi M.1 merupakan cairan tak berwarna berbau

minyak kayu putih. Memiliki titik leleh 1-1,5oC, titik didih 170oC dan 180oC (Buckingham

2006). Hasil identifikasi struktur dengan 1H NMR dimana: 1H NMR: δH 1,71 (s. H-2), 1,63

A

(7)

(dd, H-3a, H-5b), 1,50, 147 (d, H-3b, H-5b), 194 (t, H-4), 1,50 (d, H-6), 0,89 (s, J = 7,06 Hz,

H-7), 1,12 (s, J = 10,6 Hz, H-9 & H-10). Dimana bentuk senyawanya ditampilkan pada

Gambar 3. Berdasarkan data tersebut bahwa fraksi M.1 merupakan senyawa 1,4-sineol.

Rumus kimianya C10H18O, dengan berat massa sebesar 154,14. Identifikasi senyawa ini

sama dengan hasil analisis GC-MS pada minyak galam yang dilakukan oleh Pujiati et al.

(2013), yang menunjukkan bahwa senyawa yang tekandung dalam minyak tersebut adalah

1,8-sineol. Senyawa sineol mampu menghambat pertumbuhan jamur (Carson et al. 2003),

Barros et al. (2009), Morica (2011), Carvalho (2012)). 1,8 sineol isomerik dengan

1,4-sineol, arkiral molekulnya tetapi fungsinalisasi atom karbonya pada C1, C4, C7 dan C8

mengarah ke kiralitas. 1,4-sineol dikenal juga dengan sebutan

1-isopropyl-4-methyl-7-oxabicycli[2.2.1]heptanes. Senyawa ini mampu menghambat membran sel jamur (Knight

2009), sehingga jamur tidak dapat lagi memproduksi asam oksalat dan enzim hidrolitik yang

dihasilkan oleh jamur S. commune dan P. ostreatus. Fungsi asam oksalat merupakan

sumber proton dalam hidrolisis selulosa baik secara enzimatik maupun non-enzimatik pada

depolimerisasi selulosa (Shimada et al. 1997). Enzim hidrolitik endo-1,4-β-glukosidase

mendegradasi selulosa amorf menjadi sellooligosakarida, exo-1,4- β-glukosidase

mendegradasi selulosa kriatalin menjadi selobiosa dan β-glukosidase mendegradasi

selobiosa menjadi glukosa, dari ketiga enzim tersebut di hasilkan oleh jamur S. commune

(Krik dan Cowling 1984, Krik dan Cullen 1998). Jamur P. ostreatus menghasilkan enzim

ligninase yaitu manganese peroksidas (MnP), lignin peroksidase (LiP) dan lakase, ketiga

enzim tersebut mendegrdasi lignin (Zabel dan Morell 1992, Carlile dan Watkinson 1996). Bila

penetrasi 1,4-sineol tersebut meningkat menyebabkan tidak bertumbuhnya jamur pelapuk

kayu.

O

Gambar 3 Senyawa 1,4-sineol

KESIMPULAN

1. Ekstraksi daun galam dengan metode destilasi uap menghasil minyak galam sebesar

5,76 ml (0,11%).

2. Fraksinasi bertingkat dengan menggunakan pelarut n-heksan, klorofrom, etil asetat dan

(8)

3. Kromatografi kolom minyak galam menghasilkan 6 fraksi (M.1-M.6), kesemunya mampu

menghambat pertumbuhan jamur.

4. Fraksi M.1 merupakan senyawa teraktif dibandingkan ke 5 fraksi (M.2-M.6) dan kontrol

negatifnya (CCB dan intraconazole) dimana mampu menghambat pertumbuhan jamur.

5. Ekstrak fraksi M.1 berupa cair yang tidak berwarna dan berbau minyak kayu putih.

6. Senyawa anti jamur yang terkandung di fraksi M.1 yaitu 1,4-sineol berdasarkan spektra

identifikasi 1H NMR.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampikan kepada Universitas Palangka Raya melalui Lembaga

Penelitian telah membiayai penelitian ini pada anggaran 2013

DAFTAR PUSTAKA

Bakkali. F, Averbeck. S, Averbeck. D, Idaomar. M. 2008. Biological effects of assential oil-A review. Food and Chemical Toxicology 46 (2008) 446-475.

Barros J. C , Conceiça˜o M. L, Neto N. J. G, Costa A. C. V, Siqueira J. P, Ju´ nior b,

Bası´lio I. D, Junior c, Souza E. L. 2009. Interference of Origanum vulgare L. essential oil on the growth and some physiological characteristics of Staphylococcus aureus strains isolated from foods. LWT - Food Science and Technology 42 (2009) 1139– 1143.

Carvalho R. M. S. 2012. Avaliação da atividade antimicrobiana do óleo essencial Thymus mastichina. Thesis. Universidade Da Beira Interroir Ciências da Saúde.

Chistie W. W. 1982. Extration and hydrolysis of lignin and some reaction of their fatty acid components. Di dalam: Maggold H. K., Zweig G., Shema J. editor. Hand Book of Charmatography Lipifs. Vol. I, CRC Press. Inc. Boca Raton. Florida.

Cox. S. D. Mann. C. M. Markham. J. L. Bell. H. C, Guetefson. J. E, J.R. Warmington, Wyllie S. G. 2000. The mode of antimicrobial action of the the essential oil of Melaleuca alternifolia (tea tree oil). Journal of Applied Microbiology 2000, 88. 170-175.

Dewi. A. P, Haryuningtyas D. 2008. Uji in vitro ekstrak Tea Tree (Melaleuca alternifolia) terhadap tungau Sercoptes scabiel pada kambing. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peterenalkan dan Veterriner 2006. Pp 510-515.

Du T., Todd F., Shupe., Chung Y. H. 2009. Antifungal activity of traditional medicinal plants from Tamil Nadu, India. Asia pacific Journal of Tropical Biomedicine (2011) 204-215.

Eaton K. E. L., Blanvhette R. A., ander P. 1990. Microbial and Enzimymatic Degradation of Wood and Wood Components. Berlin Heidelbreg New Yorl. Springer-Verlag.

Gentara. C. 2011. Pengaruh waktu penyulingan dan penyimpanan terhadap kualitas dan kuantitas minyak galam. [Skripsi]. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertaninan Universitas Palangka Raya. [tidak dipublikasikan]

Green. F. III., Highley T. L. 1997. Mechanisme of brow-rot decay: paradigm or paradox.

(9)

Guenthers E. 1990. Minyak Atsiri. Jilid I. Ketaren (penerjemah). UI Press, Jakarta.

Groot R. C., Ross R. J., Nelson W. J. 1998. Non-destructive assessment of wood decay and termite attack in southerm oine sapwood. Wood Protection 392), pp 25-34.

Hammera A. K, Carso C. F, Riley T, V, Nielsen J. B. 2006. A review of the toxicity of

Melaleuca alternifolia (tea tree) oil. Food and Chemical Toxicology 44 (2006) 616-625.

Hendra. 2006. Penyulingan dan Identifikasi minyak kayu gelam. [Skripsi] Program Studi Teknologi Hasil Hutan. Jurusan Kehutanan fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. [tidak dipublikasikan].

Humar. M. Pohleven. F., Ŝentjure. M. 2004. Effec of oxalic, acetic acid , and ammonia on

leaching of Cr and Cu from preserved wood. Wood Sci Technology. 37 (2004) 463-473.

Hussein. S. A. M, Hashim. A. N. M, E;-Sharawy. R.T,. Seliem. M. A, Linscheid. M. Lindequist U, Nawwar. M. A. M. 2007, Ericifolin: An eugenol 5-O-galloylglucoside and other phenolics from Melaleuca aricfolia. Phytochemistry 68 (2007) 1464-1470.

Houliham J, Richard, Renee S, Bill W. W. Editors. 2001. Arsenic in pressure treated wood. Di dalam: Poisoned Playgrounds. Washington D.C Environmental Working Group.

Ireland. B.F, Hibbret. D.B, Goldsack R.J, Doran. J.C, Brophy J.J, 2002. Chemical variation in the leaf essential oil of Melaleuca quinguenervia (Cav.) S.T. Blake. Biochemical Systematics and Ecology 30 (2002) 457-470.

Jayanudin 2011. Komposisi Kimia Minyak Atsiri Daun Cenkeh dari Proses Penyulingan Uap. Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 10 No. 1 April 2011, 37-42

Katral S. N., Munir, E., Kaikitani T., Imamura Y. 2004. Bioremediation of CCA-treated wood by brown-rot fungi Fomitpsis palustris, Coniophora puteana and Laetiporus sulfuros, J. Wood Sci, 50: 182-188.

Katral S. N., terzi E, Yoshimura T., Arango R., Clausen A. C., Green III. F. 2012. Preliminary evaluation of Storax and its constituents: Fungal decay, mold and termite resistance.

International Biodeterioration & Biodegradation 70(2012) 47-54.

Khamaruddin. 2011. Minyak gelam (Melaleuca cajuputi Roxb) dari hutan rawa gambut. [Skripsi]. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. [tidak dipublikasikan].

Kuan I., Tien M. 1993. Stimulation of Mn peroxidase activity: A possible role for oxalate in lignin biodegratation. Proc. Natl. Acad Sci USA Vol. 90, pp 1242-1246, February 1993.

Knight A. R. 2009. Preparation and Bioactivity of 1,8-cineole Derivatives. Disertation. Murdoch University. Page 20-23.

(10)

Krik T. K., Cullen D. 1998. Enzymology and molecular genetics of wood degradations by white-rot fungi. Di dalam; Raymond A. Young dan Masood Akhtar, editor,

Environmentally Friendly Technologies for The Pulp and Paper Industry. John Willey & Sons, Inc. United States of Amarica.

Kuhad R. C., Johri A. K, Singh A, Word O. P. 2004. Bioremediation of pesticide-cotaminated soil. Di dalam: Singh A, Ward OP. editors. Applied Bioremediation and phytoremediation. Germany. Springer.

Kulkarni. A, Jan. N, Nimbarte. S. 2012. Monitoring of Antimicrobila Effect of GC-MS Standardized Melaleuca alternifolia Oil (tea tree oil) on multi resistant uropathogens.

Journal of Pharmacy and Biological Sciences (IOSRJPBS) Volume 2, Issue 2 (July-Agustus 2012), PP 06-14.

Lis-Balchin. M, Hart. S. L, deans. S.G, 2000. Pharmacological and Antimicrobila Stuides on Different Tea-tree Oils (Melaleuca alternifolia, Leptospermum scoparium or Manuka

and Kunzea ericoides or Kanuka), Originating in Australia and New Zealand. Phytother. Res. 14, 623-629 (2000).

Mäkelä. M. R. 2009. The white-rot fungi Phlebia radiate and Dichomitus qualens in wood-based cultures: expression of laccases, lignin peroxidase, and oxalet decarboxylase. [Dissertation]. Departemen of Applied and Microbiology Division of Microbiology Faculty of Agriculture and Forestry and Viiki Graduate School in Moleculer Biosciences University of Helsinki.

Munir. E., Yoon J. J., Tokimatsu T., Hattori T., Shimada. M. 2001. A physiological role of oxalic acid biosynthesis in the wood-rotting basidiomycete Fomitopsis palustris. Proc, Natl. Acad. Sci. USA. September 25, 2001, Vol 98 No. 20: 11126-11130.

Munir E. 2005. Peranan asam oksalat dalam degradasi lignoselulosa. Seminar Nasional Kimia II, 14 April 2005. Medan.

Morcia C, Malnati M , Terzi V. 2011. .In vitro antifungal activity of terpinen-4-ol, eugenol, carvone, 1,8-cineole (eucalyptol) and thymol against mycotoxigenic plant pathogens. J. Food Additives and Contaminants. TFAC-2011-140-R1. Page 1-24. DOI : 10.1080/19440049.2011.643458

Noumi. E. Snoussi. M, Hajllaoui. H, Trabelsi. N, Ksouri. R, Valentin. E, Bakhrouf. A, 2011. Chemical composition, antioxidant and antifungal potential of Melaleuca alternifolia (tea tree) and Eucalyptus globules essential oil againts oral Candida species. Journal of

Medicinal Plants Research Vol. 5 (17). Pp. 4147-4156, 9 September 2011.

Shimada M., Akamatsu Y., Tekimatsu T., 1997. Possible biochemical role of oxali acid as a low molecular weight compound involved in brown-rot and white-rot wood decat. J. Biotechnol 55: 103-113.

Silva. C.J, Barbosa. L. C.A, Maltha, Pinheiro. A.L.P, Fyas M.D., Ismail. 2007. Comparative study of the essential oil of Melaleuca (Myrtaceae) species grow in Brazil. Flavour Fragr. J. 2007; 22: 474-478.

Silverstein R. M., Webster F. X., Kiemle D. J. 2005. Spectrometric Indentification of Organic Compounds. Johns Wiley & Sons. INC.

(11)

Southwell. I. A, Michael. F, Russell. 2002. Volatile oil comparison of cotyledon leaves of chemotypes of Melaleuca alternifolia. Phytochemistry 59 (2002) 391-393.

Syafii W., 1988. A study on the influemce of chemical components of some tropical woods on decay resistance. [Dissertation]. Japan: Laboratory of Forest Chemistry. The Graduate School of Agricultural Sciences. The University of Tokyo.

Traquliar J. A. 1987. Oxalic acid and calcium oxalate production by Leucostama cincta and

L. persoonti ini culture and in peach bark tissues. Can. J. Bot. 65: 1952-1956.

Pasaribu G., Gusmalina. 2013. Pemurnian Minyak Nilam (Pogostemon cablin) dengan Senyawa Pengkelat. Buku abstrak Seminar nasional MAPEKI XVI. Balikpapan, 6 Nopember 2013. Halaman 44.

Pujiati R, Ohtani Y, Ichura H, Wishimura Y. 2013. Insecticidal Activity of Melaleuca leucadendron Oil Against Green haouse Whitely Trisleurode vaporarium. Book of Abstract The Fifith International Symposium of Indonesia Wood Resarch Society. Balikpapan, November 7-9, 2013. Page 45.

Yusuf S. 2012. Pengembangan Teknologi Pengendalian Rayap Ramah Lingkungan. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Teknik Bahan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta, 18 April 2012.

Gambar

Gambar 1 Kurva IC(50) ke 5 (lima) fraksi (M.1-M.6) dari minyak  galam
Gambar 2  Pertumbuhan jamur S.commune (A) dan P. ostreatus (B) pada fraksi M.1 dari minyak daun galam

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan responden, diperoleh hasil fakto-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan potensi komoditas Salak Pondoh

Luonnossa esiintyvien nanomittakaavan partikkeleiden haittavaikutustutkimusta ei voida suoraan soveltaa prosessoitujen nanopartikkelien tutkimukseen, sillä ”ra-

Pembelajaran) dan variabel Y (minat belajar mereka pada mata pelajaran PAI). Untuk merumuskan hipotesisnya penulis merumuskan bahwa “terdapat hubungan yang positif dan

Dari paparan bapak Mawrdi dan bapak Imam di atas, peneliti ingin menyimpulkan bahwa efektivitas segmentasi pasar yang dilakukan oleh UD. Bintang Timur dapat

Analisis prosentase menunjukkan bahwa warga Dayak yang berpendidikan sekolah dasar, yang beragama Kaharingan, dan yang tinggal di pedalaman memiliki penerimaan

Berdasarkan hasil analisis menggunakan analisis faktor terdapat beberapa faktor yang dinyatakan berpengaruh terhadap ketimpangan wilayah di Pulau Timor dan juga factor

Bagi negara yang mengandalkan sektor pajak sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan akan menghadapi masalah besar jika para wajib pajak (WP) nya masih sering

N Minimum Maximum Mean Std. Selain itu terdapat juga standar devisiasi di antara kedua kelas tersebut yaitu untuk standar devisiasi kelas eksperimen adalah sedangkan