• Tidak ada hasil yang ditemukan

16. BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "16. BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil Penelitian

6.1.1 Pendidikan

Pada penelitian kali ini, sampel yang digunakan adalah penjamah

makanan dengan pendidikan SD, SMP, dan SMA/SMK. Distribusi

penjamah makanan berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 6.1

dibawah ini

Tabel 6.1 Distribusi Berdasarkan Pendidikan Penjamah Makanan pada Penjaja Makanan di Sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya

Tingkat Pendidikan n %

SD 3 30%

SMP 3 30%

SMA/SMK 4 40%

TOTAL 10 100%

Sumber : Laporan Hasil Wawancara Responden 2015

Dari tabel 6.1 dapat dilihat bahwa 3 penjamah makanan

berpendidikan SD, 3 penjamah makanan berpendidikan SMP dan 4

penjamah makanan berpendidikan SMA/SMK.

6.1.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin pada penjamah makanan pada penjaja makanan di

sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya dapat dilihat pada tabel dibawah

ini

(2)

Tabel 6.2 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Penjamah Makanan pada Penjaja Makanan di Sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya

Jenis Kelamin n %

Perempuan (P) 6 60%

Laki-laki (Lk) 4 40%

TOTAL 10 100%

Sumber : Laporan Hasil Wawancara Responden 2015

Dari tabel 6.2 dapat dilihat bahwa 6 penjamah makanan berjenis

kelamin perempuan dan 4 penjamah makanan berjenis kelamin laki-laki.

6.1.3 Usia

Pada penelitian kali ini, sampel yang digunakan adalah penjamah

makanan dengan usia 35-52 tahun. Distribusi penjamah makanan

berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 6.3 dibawah ini

Tabel 6.3 Distribusi Berdasarkan Usia Penjamah Makanan pada Penjaja Makanan di Sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya

Usia n %

< 40 tahun 4 40%

≥40 tahun 6 60%

TOTAL 10 100%

Sumber : Laporan Hasil Wawancara Responden 2015

Dari tabel 6.3 dapat dilihat bahwa 4 responden berusia < 40 tahun

yaitu 35 tahun, 34 tahun, 37 tahun, dan 40 tahun. Responden yang

berjumlah 6 orang berusia ≥40 tahun yaitu 41 tahun yang berjumlah 2

(3)

6.1.4 Lama Berjualan

Distribusi penjamah makanan berdasarkan lama berjualan penjaja

makanan di sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya dapat dilihat pada

tabel 6.4 dibawah ini

Tabel 6.4 Distribusi Berdasarkan Lama Berjualan Penjamah Makanan pada Penjaja Makanan di Sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya

Lama Berjualan n %

< 6 tahun 5 50%

≥6 tahun 5 50%

TOTAL 10 100%

Sumber : Laporan Hasil Wawancara Responden 2015

Dari tabel 6.4 dapat dilihat bahwa 5 penjaja makanan lama

berjualan <6 tahun yaitu 3 tahun berjumlah 2 orang dan 5 tahun berjumlah

3 orang. Responden yang berjumlah 5 orang berusia ≥6 tahun yaitu 7

orang berjumlah 2 orang , 8 tahun berjumlah 1 orang dan 10 tahun

berjumlah 2 orang.

6.1.5 Tingkat Pengetahuan Penjamah Makanan

Tingkat pengetahuan penjamah makanan tentang hygiene sanitasi

yang diperoleh dengan nilai kuesioner sebanyak 30 soal tentang hygiene

sanitasi. Cara perhitungan prosentase didapat dari :

Pada penelitian kali ini, sampel yang digunakan adalah penjamah

makanan dengan berjumlah 10 orang. Berdasarkan hasil dari kuesioner Jumlah soal yang benar

(4)

yang telah diberikan dari seluruh penjamah makanan tingkat pengetahuan

dapat dilihat pada tabel 6.5 dibawah ini

Tabel 6.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Hygiene Sanitasi pada Penjaja Makanan di Sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya

Tingkat Pengetahuan n %

Baik 4 40%

Cukup 4 40%

Kurang 2 20%

TOTAL 10 100%

Sumber : Laporan Hasil Wawancara Responden 2015

Berdasarkan hasil dari kuesioner yang telah diberikan dari seluruh

penjamah makanan tingkat pengetahuan termasuk kategori cukup

(53%-62%), tetapi ada sebagian penjamah makanan yang tingkat

pengetahuannya termasuk kategori baik namun ada penjamah makanan

yang masuk dalam kategori kurang dalam pengetahuan tentang hygiene

sanitasi.

6.1.6 Penerapan Hygiene Sanitasi

Tingkat penerapan hygiene sanitasi penjamah makanan tentang

hygiene sanitasi yang diperoleh dengan nilai kuesioner sebanyak 30 soal

tentang hygiene sanitasi. Cara perhitungan prosentase didapat dari :

Pada penelitian kali ini, sampel yang digunakan adalah penjamah

makanan dengan berjumlah 10 orang. Berdasarkan hasil dari kuesioner Jumlah penerapan yang dilakukan

(5)

yang telah diberikan dari seluruh penjamah makanan tingkat penerapan

dapat dilihat pada tabel 6.6 dibawah ini

Tabel 6.6 Distribusi Tingkat Penerapan Hygiene Sanitasi Penjamah Makanan pada Penjaja Makanan di Sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya

Tingkat Penerapan n %

Baik 3 30%

Cukup 2 20%

Kurang 5 50%

TOTAL 10 100%

Sumber : Laporan Hasil Pengamatan Responden 2015

Perilaku dan penerapan hygiene sanitasi penjamah makanan

diperoleh hasil pengamatan yang mempunyai nilai rata-rata (35%-47%)

hal ini termasuk kategori kurang. Dari form checklist yang digunakan

untuk pengamatan hygiene sanitasi pada penjamah makanan. Namun

hubungan pengetahuan dan penerapan dapat dilihat juga di tabel 6.7

dibawah ini.

Tabel 6.7 Distribusi Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Penerapan Hygiene Sanitasi Penjamah Makanan pada Penjaja Makanan di Sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya

Pengetahua n Hygiene

Sanitasi

Penerapan Hygiene Sanitasi Jumlah

Baik Cukup Kurang

N % N % N % N %

Baik 2 50% 0 0 2 50 4 100

%

Cukup 1 25% 2 50% 1 25% 4 100

%

Kurang 0 0 0 0 2 100

%

2 100

%

(6)

%

Pengetahuan Penjamah makanan yang berperilaku atau melakukan

penerapan hygiene sanitasi yang baik berjumlah 2 orang. Sedangkan

penjamah makanan yang pengetahuan cukup namun penerapan baik

berjumlah 1 orang, penerapan yang cukup berjumlah 2 orang dan yang

penerapan kurang berjumlah 1. Dan tingkat pengetahuan penjamah yang

kurang dan berperilaku kurang berjumlah 2 orang.

6.2 Pembahasan

6.2.1 Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan dari 10 responden terdapat 30%

responden tamat SD, 30% responden tamat SMP, dan 40% responden

berpendidikan SMA/SMK. Pendidikan memegang peranan penting pada

setiap perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat

pengetahuan seseorang bertambah. Tingkat pendidikan yang terlalu

rendah akan sulit mencerna pesan atau informasi. Sedangkan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk

menyerap informasi.

6.2.2 Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan jumlah yang hampir sama pada dua

kelompok responden berdasarkan jenis kelamin. Dari 10 penjaja makanan

(7)

40% responden berjenis kelamin laki- laki dan 60% responden berjenis

kelamin perempuan. Hasil penelitian dimana jumlah penjaja makanan

dan minuman laki-laki lebih sedikit dibandingkan responden perempuan.

Penelitian ini mengaitkan perbedaan perilaku seseorang berdasarkan

karakteristik jenis kelamin. Banyaknya penjaja makanan yang berjenis

kelamin perempuan karena perempuan lebih dominan memasak atau

membuat makanan sehingga dijual.

6.2.3 Usia

Berdasarkan hasil penelitian dari 10 penjaja makanan atau

minuman yang berada di sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya sebagai

responden terdapat 40% responden yang berusia 35-40 tahun dan 60%

responden yang berusia >40 tahun.

Usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang serta pengalaman

seseorang dalam berjualan karena dengan bertambahnya usia, biasanya

pengetahuan dan penerapan semakin baik. Berkaitan dengan usia dan

peran serta penjaja makanan. Karena tingkat kedewasaan teknis dan

psikologis seseorang dapat dilihat bahwa semakin tua usia seseorang

maka akan semakin terampil dalam melakukan kegiatan dan semakin

kecil juga kesalahan yang mereka lakukan karena pengalamannya sudah

sangat lama. Hal ini merupakan kelebihan manusia karena dapat menjadi

lebih baik dengan kesalahan yang pernah dilakukan sesuai dengan

(8)

Seorang penjamah makanan yang berusia >40 tahun akan lebih

bijaksana dalam menghadapi persoalan menjamah makanan yang

berkaitan dengan hygiene sanitasi.

6.2.4 Lama Berjualan

Berdasarkan pada hasil penelitian dari 10 responden terdapat 50%

responden telah berjualan makanan atau minuman di sekitar Kampus

Akademi Gizi Surabaya selama <6 tahun dan 50% responden telah

berjualan makanan atau minuman selama ≥6 tahun . Penelitian ini juga

mengkaitkan lama berjualan dengan pengetahuan penjamah makanan.

Penelitian Marsaulina (2004) menyatakan mulai pengalaman berjualan 1

(satu) tahun ke atas, proporsi pengetahuan ke arah baik makin meningkat,

terlebih lagi pada pengalaman berjualan di atas 2 (dua) tahun.

6.2.5 Tingkat Pengetahuan Penjamah Makanan

Tingkat pengetahuan penjamah makanan tentang hygiene sanitasi

yang diperoleh dengan nilai kuesioner sebanyak 30 soal tentang hygiene

sanitasi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

pengetahuan penjaja makanan yang di sekitar Kampus Akademi Gizi

Surabaya menunjukkan baik sebanyak 4 orang, cukup sebanyak 4 orang

dan kategori kurang masing-masing 2 orang.

Penjamah makanan yang memiliki tingkat pengetahuan baik

diharapkan bisa memberikan pemahaman kepada sesama penjaja

(9)

penjamah makanan yang masih memiliki pengetahuan yang cukup atau

kurang perlu diberikan pengetahuan.

Semakin tinggi pengetahuan tentang hygiene sanitasi maka akan

semakin tahu masalah yang mungkin timbul, begitu juga dengan seorang

penjamah makanan maka semakin luas pula pemahaman mereka

mengenai masalah yang mungkin timbul sebagai dampak keracunan

makanan.

Pengalaman juga sumber pengetahuan atau suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Semakin banyak pengalaman yang

dimiliki semakin bertambah pula pengetahuannya. Dan masih adanya 2

orang penjaja makanan yang memiliki pengetahuan kurang tentang

hygiene sanitasi ini dapat disebabkan pendidikan yang masih rendah.

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003) makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,

sebaliknya pendidikanyang kurang dapat menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan khususnya

tentang hygiene sanitasi.

6.2.6 Penerapan Hygiene Sanitasi

Penerapan hygiene sanitasi penjamah makanan diperoleh dari

hasil pengamatan yang mempunyai nilai rata-rata (35%-47%) hal ini

termasuk kategori kurang. Dari hasil pengamatan 3 orang masuk kategori

(10)

Dari hasil pengamatan masih banyaknya penjamah makanan yang

masuk kategori kurang dikarenakan masih ada penjamah makanan yang

kurang melindungi kebersihan pribadi dan terbiasa untuk berperilaku

sehat disaat berjualan. sehingga banyak yang harus diperbaiki dalam

penerapan hygiene sanitasi penjamah makanan adalah orang yang

mengolah makanan dan menyajikan makanan dalam berjualan sebaiknya

dalam mengolah dan menyajikan makanan penjamah makanan

menggunakan celemek, sarung tangan, masker dan pelindung kepala.

Dalam menjamah makanan yang sudah makan menggunakan alat seperti

penjepit makanan, sendok, garpu dan sebagainya. Tidak menggunakan

perhiasan saat pengolahan makanan dan selalu menggunakan alas kaki

selama memasak, tidak boleh bercakap-cakap, memegang hidung dan

menggaruk kepala.

Berdasarkan teori hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara

memelihara dan melindungi kebersihan perjamah makanan seperti

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan

tangan, mandi minimal 2 kali sehari, memotong kuku (Depkes RI, 2006).

Setelah diadakan pengamatan pada penjamah makanan yang

berjualan di sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya sebaiknya diberikan

penyuluhan tentang penggunaan pelindung diri , kebersihan diri dalam

(11)

Menurut Nursiah A Mukrie (1990) Hygiene perorangan penjamah

makanan perlu diperhatikan. Penjamah makanan harus didorong

melakukan :

1. Cuci tangan sesering mungkin

2. Sebelum dan selama bekerja tidak memegang-megang rambut,

muka, hidung atau bagian tubuh lain yang dapat menimbulkan

kuman.

3. Alihkan muka dari makanan dan alat-alat makan/minum bila batuk

atau bersin. Tutup mulut atau hidung dengan tangan atau saputangan

serta cuci tangan sesudah itu.

4. Pergunakan masker atau tutup hidung dan mulut bila diperlukan. 5. Pengolahan makanan hendaknya dilakukan menurut proses yang

ditetapkan, sesuai dengan peralatan masak, waktu dan suhu ataupun

tingkat masak yang diwajibkan.

6. Jangan menjamah makanan yang sudah masak, pergunakanlah

sendok, garpu atau alat yang lainnya. 7. Kuku jari tangan harus pendek 8. Dilarang merokok

Penjamah makanan dalam melakukan kegiatan pelayan penanganan

makanan jajanan harus memenuhi syarat antara lain (Depkes RI, 2003) : 1. Tidak menderita penyakit yang mudah menular seperti : batuk,

pilek, influenza dan diare.

2. Menutup luka (pada luka terbuka, bisul/ dan sebagainya). 3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian. 4. Memakai celemek dan penutup kepala.

5. Mencuci tangan setiap kali hendak menjamah makanan.

6. Menjamah makanan harus memakai alat perlengkapam atau dengan

alas tangan.

7. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung,

mulut atau bagian lainnya).

8. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan yang sudah disajikan dan

(12)

9. Tidak menggunakan perhiasan ditangan.

10. Tidak bercakap-cakap sat menangani makanan dan minuman.

Dari hasil pengamatan peralatan yang digunakan penjamah

makanan di sekitar Kampus Akademi Gizi Surabaya rata-rata

menggunakan peralatan dari logam, stainless yang tidak bereaksi

dengan makanan. Peralatan yang sudah digunakan lalu di cuci dengan

bersih tanpa mengeringkan dibawah terik sinar matahari peralatan lalu

digunakan kembali dan peralatan tersebut tidak terhindar dari debu.

Untuk peralatan kebersihan yang digunakan ialah sikat dan kain lap.

Sehingga yang perlu diperbaiki dalam proses pencucian ialah

perendaman alat makan dengan menggunakan air panas karena dengan

air panas kotoran yang berada di peralatan mudah dibersihkan, sisa

makanan tidak diguyur dengan air sampai bersih (flashing), untuk

pembilasan tidak menggunakan air mengalir (rincing), cara desinfeksi

sebaiknya menggunakan air panas 80C selama 2 menit mengeringkan

peralatan dengan kain lap/handuk (Toweling). Saran frekuensi

Gambar

Tabel 6.2 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Penjamah Makananpada Penjaja Makanan di Sekitar Kampus Akademi GiziSurabaya

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh intensitas terpaan informasi melalui Twitter @cinema21 terhadap tingkat keputusan pembelian tiket bioskop yang dikontrol oleh sikap pada informasi diperoleh

Dapat dilihat pada gambar tersebut laju permeabilitas CO 2 lebih tinggi dibandingkan gas alam. Gaya penggerak dari perpindahan massa karbon dioksida adalah perbedaan konsentrasi

Keseluruhan hasil penilaian menunjukkan bahwa modul pengayaan bakteri kitinase layak digunakan sebagai bahan ajar dalam program pengayaan bagi siswa kelas X SMA.

Pengembangan pelabuhan perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas kolam labuh untuk kapal berukuran besar atau di atas 30 GT memberikan banyak kemudahan dan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran langsung di luar kelassebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan

Di Indonesia sendiri masalah penghapusan kekerasan terhadap perempuan, kesetaraan hak-hak politik perempuan dan kesetaraan di bidang kerja juga masih menjadi

Inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua perilaku alternatif atau lebih, dan

a) Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional. Tersirat pada pandangan ini bahwa dalam tujuan dan