• Tidak ada hasil yang ditemukan

S BIO 1206204 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S BIO 1206204 Chapter1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siswa yang sedang belajar di dalam kelas umumnya memiliki

konsepsi alternatif (prior knowledge) yang diperolehnya berdasarkan

pengalaman maupun kebiasaan sehari-hari (Witzig et al., 2012). Namun,

konsepsi alternatif yang diyakini siswa tidak selalu sesuai dengan konsep

sains yang berlaku. Umumnya siswa akan mengevaluasi informasi baru yang

ia dapatkan berdasarkan pengetahuan awal, kemudian mengevaluasi kembali

pengetahuan awalnya berdasarkan informasi yang baru. Ketidaksesuaian

antara konsepsi alternatif siswa dengan konsep sains yang berlaku umumnya

dikenal dengan istilah miskonsepsi (Smith et al., 1993).

Menurut Smith et al. (1993), miskonsepsi merupakan gagasan awal,

bersifat stabil, sulit untuk diubah, mengganggu terhadap penerimaan

pembelajaran yang baru, dan harus digantikan dengan konsep sains yang

berlaku secara umum. Berdasarkan penelitian Lewis et al. (2000), banyak

siswa mengalami kesulitan untuk mengubah konsepsi awal yang mereka

miliki ketika dihadapkan dengan gagasan baru. Agar terjadi perubahan

konseptual, siswa harus merasa kurang puas akan konsepsi awal yang

dimilikinya, dengan cara mulai mencoba memahami konsep baru. Konsep

baru yang diperkenalkan kepada siswa haruslah masuk akal serta memberi

makna yang mendalam terhadap pengalaman siswa dalam rangka untuk

mengganti konsepsi lama dengan konsepsi baru yang lebih masuk akal

(Posner et al., dalam Witzig et al., 2012). Apabila konsep baru yang

dipelajari oleh siswa sesuai dengan konsep yang sudah pernah dipelajarinya,

maka siswa akan menerapkan pengetahuan tersebut pada situasi yang baru.

Apabila konsep baru tersebut berbeda dengan konsepsi alternatif yang

dimilikinya, siswa perlu merubahnya sehingga akan terjadi perubahan

konseptual.

Menurut Vosniadou dan Ioannides (1998), pembelajaran sains

merupakan suatu proses yang bertahap dimana struktur konseptual awal

(2)

selalu diperkaya dan direstrukturisasi sehingga mencapai konseptual yang

sesuai dengan konseptual para ilmuwan. Selain itu, perubahan konseptual

juga melibatkan peningkatan kesadaran metakonseptual, fleksibilitas kognitif,

dan koherensi teoritis.

Berdasarkan berbagai fakta dan teori yang telah dikemukakan

tersebut, pendidik seharusnya memiliki cara yang efektif untuk bisa

memantau perkembangan perubahan konseptual siswa, dari konsepsi

alternatif yang kurang tepat menjadi konsep sains yang berlaku secara umum.

Menurut Black dan William (2009), salah satu cara untuk mengidentifikasi

konsepsi alternatif siswa, serta memanfaatkan konsepsi tersebut untuk

pembelajaran, dan memantau perubahan konseptual siswa adalah dengan

menggunakan asesmen formatif. Mendukung pendapat dari Black dan

William, (2007) mengemukakan sebuah siklus asesmen formatif yang terdiri

atas beberapa tahap yaitu mengeksplorasi gagasan awal siswa dengan

berbagai strategi seperti pertanyaan, respon dari siswa, interpretasi respon

siswa oleh pendidik, pemanfaatan interpretasi respon siswa untuk mendesain

sebuah strategi pembelajaran, dan mengases pemahaman konsep siswa untuk

merencanakan kembali pembelajaran yang akan datang. Berdasarkan

berbagai pernyataan dan hasil penelitian ini, pelaksanaan asesmen formatif

dalam pembelajaran sangat membantu terutama dalam perkembangan hasil

belajar siswa. Melalui asesmen formatif, baik pendidik maupun siswa dapat

saling memberikan feedback terhadap berbagai hasil dan perkembangan

kemampuan siswa dalam berbagai aspek. Dengan demikian, diterapkannya

asesmen formatif dalam pembelajaran akan membantu siswa dalam mencapai

tujuan dari pembelajaran dan tujuan pendidikan.

Kenyataan di lapangan masih banyak pendidik yang belum

menerapkan asesmen formatif dalam pembelajaran di kelas (Hanna dan

Dettmer, 2004). Hal ini disebabkan karena pelaksanaanya yang dianggap

rumit dan banyak menyita waktu. Di lain pihak, berdasarkan pendapat yang

dikemukakan oleh para ahli, asesmen formatif tidak hanya mengandalkan

penilaian dari guru saja, akan tetapi juga melibatkan peran siswa itu sendiri

(3)

pada siswa, tentunya tidak serta merta berubah dalam sekali pembelajaran di

kelas, melainkan suatu proses yang berkesinambungan dan perlu kontrol

khusus dari pihak pendidik maupun siswa itu sendiri. Terkait dengan fakta

yang telah dipaparkan di awal mengenai sulitnya mengidentifikasi konsepsi

awal (prior knowledge) siswa serta upaya untuk terjadinya perubahan

konseptual pada siswa, asesmen formatif cukup menyediakan ruang yang luas

untuk mengeksplorasi perkembangan proses perubahan konseptual siswa

(Heritage, 2010).

Berdasarkan penelitian Khawaldeh dan Olaimat (2009), menyatakan

bahwa pemahaman siswa terhadap berbagai konsep Biologi banyak yang

mengalami miskonsepsi. beberapa penelitian yang terangkum dalam

Khawaldeh dan Olaimat (2009), siswa umumnya mengalami miskonsepsi

pada berbagai subjek, seperti fotosintesis, difusi, genetika, sintesis protein,

seleksi alam, sistem ekskresi, dan sistem peredaran darah.

Terkait dengan miskonsepsi dan perubahan konseptual yang telah

dipaparkan, sangat menarik untuk dilakukan penelitian mengenai perubahan

konseptual serta identifikasi miskonsepsi pada materi yang dipelajari siswa

pada berbagai jenjang pendidikan. Salah satu materi yang diajarkan pada

berbagai jenjang pendidikan adalah sistem ekskresi. Materi mengenai sistem

ekskresi diperkenalkan kepada siswa sejak sekolah menengah pertama (SMP)

dan pada sekolah menengah atas (SMA) (Permendikbud No.68 dan No.69,

2013). Selain itu, untuk dapat memahami materi sistem ekskresi secara utuh

diperlukan pemahaman konsep yang saling terintegrasi, terutama pemahaman

mengenai keterkaitan struktur organ dengan fungsinya. Oleh karena itu,

identifikasi konsepsi siswa dan miskonsepsi dan upaya untuk memicu

perubahan konseptual melalui asesmen formatif perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah: ”Bagaimana perubahan konseptual siswa

setelah melalui asesmen formatif pada materi sistem ekskresi manusia?”

(4)

rumusan masalah di atas dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai

berikut.

1. Bagaimana konsepsi awal siswa sebelum pembelajaran mengenai sistem

ekskresi manusia?

2. Bagaimana konsepsi akhir siswa setelah pembelajaran mengenai sistem

ekskresi manusia setelah melalui asesmen formatif?

3. Bagaimana pola perubahan konseptual siswa pada materi sistem ekskresi

manusia setelah melalui asesmen formatif?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah serta memiliki fokus yang jelas, maka

penelitian ini memiliki batasan masalah, yaitu:

1. Materi sistem ekskresi yang menjadi fokus penelitian terbatas pada organ

ginjal manusia beserta peranannya dalam sistem ekskresi manusia, untuk

SMA kelas X1.

2. Pola perubahan konseptual ditinjau melalui perbandingan respon siswa di

awal (pretest) dan di akhir pembelajaran (posttest). Pola-pola perubahan

yang mungkin ditemukan pada saat penelitian mengacu pada klasifikasi

yang dikemukakan oleh Tomo (1995), meliputi berubah positif, berubah

negatif, bertahan positif, dan bertahan negatif.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap profil konsepsi awal

dan konsepsi akhir siswa, serta untuk mengungkap pola perubahan konseptual

siswa pada materi sistem ekskresi setelah melalui asesmen formatif. Dengan

demikian, setelah penelitian ini dilakukan, dapat diketahui seberapa besar

manfaat yang didapat melalui penerapan asesmen formatif dalam rangka

memicu perubahan konseptual siswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa dipetik dari proses serta hasil penelitian ini antara lain:

1. Bagi Siswa

Memberikan pengalaman baru dari diterapkannya asesmen formatif

yang melibatkan siswa itu sendiri dalam meninjau perkembangan

(5)

2. Bagi Guru

Memberikan alternatif baru untuk memantau proses serta pola perubahan

konseptual siswa khususnya pada materi sistem ekskresi manusia.

3. Bagi peneliti

Dapat menjadi tolok ukur bagi pengembangan penelitian sejenis di masa

yang akan datang.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. BAB I

Pada bagian BAB I memuat latar belakang dilakukannya penelitian,

rumusan masalah yang dimunculkan dari latar belakang yang telah

dipaparkan, batasan penelitian yang bertujuan untuk memberi titik fokus pada

penelitian, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian yang diperoleh.

2. BAB II

Pada bagian BAB II disajikan mengenai landasan teori atau teori teori

yang dapat mendukung atau membantu membantu menjelaskan data yang

diperoleh pada penelitian. Beberapa teori yang dimuat dalam penelitian ini

alah mengenai konsep dan konsepsi, miskonsepsi, asesmen formatif, serta

kajian materi mengenai sistem ekskresi.

3. BAB III

Pada bagian BAB III diungkap mengenai metodologi yang digunakan

dalam penelitian, seperti jenis metode penelitian, subjek penelitian, waktu

penelitian, tempat penelitian, instrumen yang digunakan dalam penelitian,

cara menganalisis data penelitian, serta pemaparan mengenai alur penelitian.

4. BAB IV

Pada bagian BAB IV berisi pengenai temuan pada penelitian yang disertai

dengan pembahasannya. Selain itu dalam BAB IV juga memuat jawaban dari

rumusan masalah yang telah tercantum dalam BAB I. Pembahasan atau kajian

dari data yang diperoleh diperkuat dari teori-teori yang tercantum pada bagian

(6)

5. BAB V

Pada bagian BAB V merupakan bagian yang memuat kesimpulan serta

saran pada penelitian ini. Kesimpulan yang dimuat dalam BAB V dibuat

berdasarkan data yang diperoleh serta disesuaikan dengan pertanyaan

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan learning log class sebagai asesmen alternatif untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA pada pembelajaran sistem ekskresi manusia.. Skripsi pada

Penerapan asesmen alternatif untuk mengungkap penguasaan konsep sistem pencernaan manusia melalui kemampuan menggambar pada siswa MA Kelas XI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

MODEL CONCEPTUAL CHANGE PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF SISWA SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

yang melakukan penelitian tentang keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep. sistem ekskresi yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis

dalam asesmen formatif untuk membentuk berpikir produktif siswa pada materi. pokok sistem

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada materi sistem ekskresi untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA kelas XI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

PENERAPAN ASESMEN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI TINGKAT SMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ALAT PERAGA.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu

Berdasarkan uraian di atas, dibuat rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana peranan asesmen formatif terhadap learning progression siswa pada konsep klasifikasi