• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Konsep Diversi dan Restoratif Justice Pada Tindak Pidana Pencurian yang dilakukan oleh Orang Dewasa (Studi Pada: Polresta Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Konsep Diversi dan Restoratif Justice Pada Tindak Pidana Pencurian yang dilakukan oleh Orang Dewasa (Studi Pada: Polresta Medan)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENANGANAN TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG DEWASA PADA POLRESTA MEDAN

A. Jenis-Jenis Tindak Pidana Pencurian pada Polresta Medan

1. Jenis-Jenis Pencurian menurut KUHP di Indonesia

Secara umum jenis-jenis tindak pidana pencurian diatur pada Kitab

undang-undang hukum pidana di dalam bab XXII tentang Pencurian yang

dimulai dari pasal 362-372. Setiap pasalnya mengatur jenis pencurian yang

berbeda-beda berdasarkan berat ringannya tindak pidana tersebut dilihat dari

unsur objektif dan subjektif serta sanksi yang dikenakan terhadap pelakunya.

Pencurian Pasal 362 KUHP merumuskan:

“Barangsiapa mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau

sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan pidana penjara, selama-lamanya lima tahun atau denda paling banyak Rp.900,-,”

Unsur-unsur pencurian dalam Pasal 362 KUHP, yaitu:

a. Unsur-unsur obyektif, terdiri dari:

1) Mengambil

Menurut Van Bemmelen dan van Hattum, unsur mengambil

merupakan unsur terpenting atau unsur yang pertama dalam tindak

pencurian.33 Unsur mengambil ini mengalami berbagai penafsiran,

mengambil yang diartikan setiap perbuatan untuk membawa sesuatu benda

di bawah kekuasaannya yang nyata dan multak. Perbuatan mengambil

33

(2)

berarti perbuatan yang mengakibatkan barang dibawah kekuasaan yang

melakukan atau yang mengakibatkan barang diluar kekuasan pemiliknya.34

Dalam pencurian, mengambil yang dimaksud adalah mengambil

untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum, maksudnya

adalah waktu pencuri mengambil barang, barang tersebut belum ada dalam

kekuasaannya, apabila waktu memiliki barang itu sudah ada ditangannya,

maka perbuatan tersebut bukan termasuk pencurian tetapi penggelapan,

pencurian dikatakan selesai apabila barang tersebut sudah pindah tempat.

2) Suatu barang atau benda

Pengertian “barang” dalam Pasal 362 KUHP juga mengalami perkembangan makna. Pengertian “barang” dalam Pasal 362 KUHP ini

pada awalnya menunjuk pada pengertian barang atau benda bergerak dan

berwujud, termasuk binatang.35

Dalam perkembangannya pengertian “barang” atau “benda” tidak

hanya terbatas pada benda atau barang berwujud dan bergerak, tetapi

termasuk dalam pengertian barang atau benda adalah “barang atau benda tidak terwujud dan tidak bergerak”.36

Benda yang dikategorikan sebagai

benda tidak terwujud dan tidak bergerak tersebut antara lain halaman

dengan segala sesuatu yang dibangun diatasnya, pohon-pohon dan

tanaman yang tertanam dengan akarnya di dalam tanah, buah-buahan yang

belum dipetik, dan sebagainya.

34 Ibid., hal.12

35R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP ) serta Komentar-

komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, (Bogor:Politeia, 1996), hal.250

(3)

Barang yang tidak ada pemiliknya, tidak dapat menjadi obyek

pencurian, yaitu barang dalam keadaan res nullus (barang yang pemiliknya

telah melepaskan haknya) dan res derelictae.37

3) Barang itu harus “seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain” Unsur ini mengandung suatu pengertian, bahwa benda yang

diambil itu haruslah barang atau bendan yang ada pemiliknya, barang atau

benda yang tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi obyek pencurian.

Terhadap unsur “yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain” ini dapat

diilustrasikan dalam contoh sebagai berikut:38 “Dua orang A dan B secara bersama-sama (patungan) membeli sepeda. Sepeda tersebut kemudian

disimpan di rumah A. ketika A sedang keluar rumah sepeda tersebut di

curi oleh B dan kemudian dijualnya. Dalam hal ini perbuatan B tersebut

tetap merupakan tindak pidana pencurian, sekalipun sebagian dari sepeda

tersebut adalah miliknya sendiri”.

b. Unsur –unsur subyektif, terdiri dari: 1) Dengan maksud

Istilah ini terwujud dalam kehendak, atau tujuan pelaku untuk

memilki barang secara melawan hukum. Sebagaimana telah dikemukakan,

bahwa unsur kesengajaan dalam rumusan tindak pidana dirumuskan

dengan berbagai istilah, termasuk didalamnya adalah istilah“dengan maksud”. Dengan demikian, unsur “dengan maksud” dalam Pasal 362

37

H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989), hal. 19

38 Tongat, Hukum Pidana Materiil, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2006),

(4)

KUHP menunjuk adanya unsur kesengajaan dalam tindak pidana

pencurian.

2) Yang ditujukan untuk memiliki

Unsur “memiliki” untuk dirinya sendiri dalam rumusan Pasal 362

KUHP merupakan terjemahan dari kata zich toeeigenen. Istilah zich

toeeigenen sebenarnya mempunyai makna yang lebih luas dari sekedar

“memiliki”. Oleh beberapa sarjana, istilah tersebut diterjemahkan distilah “menguasai”. Berkaitan dengan istilah zich toeeigenen ini, Prodjodikoro

berpendapat, bahwa istilah tersebut harus diterjemahkan sebagai berbuat

sesuatu terhadap suatu barang/benda seolah-olah pemilik barang itu, dan

dengan perbuatan tertentu si pelaku melangar hukum. Bentuk dari

perbuatan dari zich toeeigenen tersebut dapat bermacam-macam seperti

menjual, menyerahkan, meminjamkan, memakai sendiri, menggadaikan

dan sering bahkan bersifat negatif, yaitu tidak berbuat apa- apa dengan

barang itu, tetapi juga tidak mempersilahkan orang lain berbuat sesuatu

dengan barang itu tanpa persetujuannya.39

3) Secara melawan hukum

Secara melawan hukum yakni perbuatan memiliki yang

dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan sendiri dari si pelaku. Pelaku harus

sadar bahwa barang yang diambilnya adalah milik orang lain.40

39Wirjono Projodikoro, Tindak-Tindak Pidana tertentu di Indonesia , (Bandung : Eresco,

1986), hal.78

40Tongat, op. cit., hal 1923

(5)

Adapun jenis-jenis tindak pidana pencurian yang dimaksud, yaitu:

a. Pencurian biasa

Pencurian yang dimaksud disini adalah pencurian yang memenuhi

elemen-elemen seperti yang dimaksud pada penjelasan pasal 362 KUHP

sebagai berikut:

1) Perbuatan ‘mengambil’

2) Yang diambil harus ‘sesuatu barang’

3) Barang itu harus ‘seluruhnya atau sebagian merupakan kepunyaan orang lain’

4) Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk

‘memiliki’ barang itu dengan ‘melawan hukum’ (melawan

hak)41

Sanksi yang diberikan kepada pelaku adalah penjara

selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900,- (jumlah

denda ini telah berubah sesuai dengan Perma no. 2 tahun 2012 tentang

penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam

KUHP)42.

b. Pencurian dengan pemberatan

Pencurian yang dimaksud dengan pemberatan adalah pencurian

biasa (pasal 362) disertai dengan salah satu keadaan seperti disebutkan

pada pasal 363 ayat (1), yaitu:

41 Lihat penjelasan pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana R.Soesilo 42

(6)

1) Jika barang yang dicuri adalah hewan yang diterangkan dalam

pasal 101. Pencurian hewan dianggap berat karena hewan tersebut

milik petani yang terpenting.

2) Jika pencurian dilakukan pada waktu ada kejadian macam-macam

malapetaka seperti gempa bumi, banjir, dsb. Pencurian ini

dikategorikan sebagai pencurian berat karena pada kondisi tersebut

orang-orang tidak bisa terfokus pada barang-barangnya lagi

dikarenakan mereka sedang mendapat celaka.

3) Jika pencurian dilakukan pada waktu malam, dalam rumah atau

pekarangan yang tertutup (‘waktu malam’ lihat pasal 98 KUHP).

4) Jika pencurian itu dilakukan oleh dua orang atau lebih. Pelaku

haruslah semuanya sebagai pembuat atau yang turut melakukan

(lihat pasal 55 KUHP).

5) Jika dalam pencurian itu, pencuri masuk ketempat kejahatan atau

mencapai barang yang dicurinya dengan jalan membongkar,

memecah, dsb.43

Sanksi yang diberikan kepada pelaku adalah penjara

selama-lamanya tujuh tahun, apabila pencurian yang dilakukan dengan kondisi

seperti disebutkan pada huruf c disertai dengan salah satu dari kondisi

pada huruf d dan e, dihukum selama-lamanya sembilan tahun (lihat pasal

363 ayat (2) KUHP).

(7)

c. Pencurian Ringan44

Pencurian ini adalah Pencurian biasa (pasal 362) seperti

disebutkan dalam pasal 364 KUHP dengan kondisi sebagai berikut:

1) Pencurian biasa (pasal 362), asal harga barang yang dicuri tidak

lebih dari Rp 250,-

2) Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih (pasal 363 sub 4),

asal harga barang tidak lebih dari Rp 250,-

3) Pencurian dengan masuk ketempat barang yang diambilnya dengan

jalan membongkar, memecah, dsb. (pasal 363 sub 5), jika harga

tidak lebih dari Rp 250,- dan tidak dilakukan dalam rumah atau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya.

Sanksi yang diberikan kepada pelaku adalah penjara

selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900,- (jumlah

denda ini telah berubah sesuai dengan Perma no. 2 tahun 2012 tentang

penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHP)

d. Pencurian dengan kekerasan

1) Pencurian dengan kekerasan pasal 365 ayat (1)

Pencurian ini didahului, disertai, diikuti dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan

atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan supaya ada

kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi kawannya yang turut

44Berdasarkan Pasal 1 Perma no. 2 tahun 2012 tentang penyesuaian batasan tindak pidana

ringan dan jumlah denda dalam KUHP, kata-kata "dua ratus lima puluh rupiah" dalam pasal 364 KUHP dibaca menjadi Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah).

(8)

melakukan untuk melarikan diri supaya barang yang dicuri tetap ada

ditangannya.

Berdasarkan penjelasan pasal 365 yang mengatur tentang

pencurian dengan kekerasan ini (pengertian kekerasan lihat pasal 89),

yang dimaksud dengan ‘kekerasan’ dapat pula berupa mengikat orang yang punya rumah, menutup di dalam kamar, dsb. Sanksi yang

diberikan adalah hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.

2) Pencurian dengan kekerasan pasal 365 ayat (2)

Pencurian yang dimaksud disini apabila perbuatan yang

dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada waktu malam hari di dalam

sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup, yang ada rumahnya atau

dijalan umum atau didalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.

Berdasarkan penjelasan pasal 365, sanksi yang diberikan

diperberat menjadi hukuman penjara 12 tahun apabila disertai dengan

salah satu kondisi yang diatur dalam pasal 363 ayat (1) atau

menjadikan ada orang mendapat luka berat.

3) Pencurian dengan kekerasan pasal 365 ayat (3)

Pencurian ini berakibat matinya orang, ancaman hukumannya

diperberat dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun.

4) Pencurian dengan kekerasan pasal 365 ayat (4)

Pencurian yang dimaksudkan disini dilakukan oleh dua orang

bersama-sama atau lebih dan disertai pula salah satu hal yang

(9)

orang luka berat atau mati. Sanksi bagi pelaku adalah hukuman mati

atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara

selama-lamanya dua puluh tahun.

e. Pencurian dalam kalangan keluarga

Pencurian yang diatur pada pasal 367 KUHP ini adalah pencurian

yang apabila dilakukan suami atau isterinya yang secara hukum tunduk

pada Kitab undang-undang hukum sipil (perdata), maupun hukum adat,

hukum islam, selama masih ada dalam tali perkawinan maka pencurian ini

hanya bisa dituntut apabila ada pengaduan dari pihak yang dirugikan

(isteri/suami) karena termasuk dalam delik aduan.

2. Klasifikasi Pencurian pada Polresta Medan

Berdasarkan data kriminalitas pencurian dari Polresta Medan pada tiga

tahun terakhir, terdapat jumlah kejahatan total atau crime total (CT) dan

kejahatan yang penanganannya sudah selesai atau crime clearance (CC)

dengan pembagian jenis kasus pencurian menjadi empat bagian, yaitu sebagai

berikut:

a. Pencurian dengan Kekerasan

b. Pencurian dengan Pemberatan

c. Pencurian Kendaraan Bermotor

d. Pencurian Biasa ( digabungkan dengan pencurian ringan)

Menurut H. Manurung, Kepala URBIN OPS SAT Reskrim Polresta

Medan, secara khusus pembagian atau jenis tindak pidana pencurian yang

(10)

Kepolisian ini, apabila didalam KUHP telah diatur jenis-jenis pencurian

berdasarkan pada unsur subjektif, objektif, dan berat ringannya sanksi maka di

kepolisian juga terdapat klasifikasi didasari oleh tingkat kesulitan

pengungkapan atau penyidikannya. Adapun ketiga klasifikasi tersebut, yaitu:45

a. Perkara Pencurian Ringan/Mudah

Kondisi dimana pada perkara ini pelaku tertangkap tangan, yang

berarti alat bukti yang dibutuhkan sebagian besar telah dimiliki oleh

kepolisian, termasuk di dalamnya adalah saksi. Pencurian bisa saja

tergolong dalam jenis tindak pidana pencurian berat (sesuai KUHP)

namun si pelaku tertangkap tangan sehingga tergolong mudah untuk

diungkap.

b. Perkara Pencurian Sedang

Salah satu keadaan pada proses lidik dan sidik dimana tersangka

diketahui dan telah cukup saksi, telah juga terdapat barang bukti petunjuk

yang mengarah keterlibatan tersangka, tetapi dalam hal ini tersangka

melarikan diri atau belum tertangkap sehingga perlu dilakukan pengejaran.

Kondisi tersangka yang sudah tertangkap dalam kondisi sehat dan dia

bukan orang yang memiliki kelompok kejahatan tertentu.

c. Perkara Pencurian Berat/Sulit

Proses pengungkapan pencurian berat memerlukan proses lidik

yang panjang karena tersangka tidak diketahui dan bukti-bukti yang dapat

dijadikan petunjuk sangat minim. Kondisi nya saksi tidak mengetahui

45

(11)

secara langsung bagaimana tindak pidana ini terjadi, tersangka adalah

bagian dari kelompok kejahatan tertentu yang mungkin dilindungi ataupun

memiliki jabatan tertentu yang mempersulit penangkapan, dan dalam

perkara ini biasanya sangat dibutuhkan keterangan ahli untuk membantu

pengungkapannya.

3. Data Penanganan Kasus Pencurian pada Polresta Medan Sejajaran tahun 2013, 2014, dan 2015

Adapun data jumlah tindak pidana pencurian sesuai klasifikasi pada

Polresta Medan yang dicatat sepanjang tiga tahun terakhir adalah, sebagai

berikut:

Tabel 1. Pencurian dengan Kekerasan

No. Uraian

Tahun

Jumlah 2013 2014 2015

1. Kejahatan yang dilaporkan 606 734 570 1910

2. Kejahatan yang

diselesaikan

266 461 375 1102

3. Persentasi 43,8% 62,8% 65,7% 57,6%

Keterangan:

1. Kejahatan yang dilaporkan adalah kejahatan yang telah dicatat dalam buku registrasi B1 sebagai data semua laporan kejahatan yang masuk ke Sentra Pelayanan Kepolisian Resor Kota Medan

2. Kejahatan yang diselesaikan adalah kejahatan yang dicatat dalam buku register B2 sebagai kejahatan yang telah selesai diproses di tahap Kepolisian dan dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

Sesuai dengan data pada Tabel 1. Bahwa penyelesaian tindak pidana

(12)

kejahatan yang dilaporkan, ini berarti penanganan yang dilakukan sepanjang

tiga tahun terakhir tingkat keberhasilannya masih tergolong rendah karena

hanya lebih 7,6% dari setengahnya kejahatan yang dilapor.

Tabel 2. Pencurian dengan Pemberatan

No. Uraian

Tahun

Jumlah 2013 2014 2015

1. Kejahatan yang dilaporkan 2,238 2,255 1,495 5988

2. Kejahatan yang diselesaikan 1,023 1,135 957 3115

3. Persentasi 45,7% 50,3% 64,01% 52,02%

Keterangan:

1. Kejahatan yang dilaporkan adalah kejahatan yang telah dicatat dalam buku registrasi B1 sebagai data semua laporan kejahatan yang masuk ke Sentra Pelayanan Kepolisian Resor Kota Medan

2. Kejahatan yang diselesaikan adalah kejahatan yang dicatat dalam buku register B2 sebagai kejahatan yang telah selesai diproses di tahap Kepolisian dan dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

Sesuai dengan data pada Tabel 2. Bahwa penyelesaian tindak pidana

pencurian dengan pemberatan persentasinya bahkan lebih rendah dari

pencurian dengan kekerasan. Total jumlah kejahatan yang dilaporkan hampir

dua kali lipat dari jumlah kejahatan yang diselesaikan tiga tahun tersebut, ini

berarti penanganan yang dilakukan sepanjang tiga tahun terakhir tingkat

keberhasilannya masih tergolong rendah karena hanya lebih 2,02% dari

(13)

Tabel 3. Pencurian Kendaraan Bermotor

No. Uraian

Tahun

Jumlah 2013 2014 2015

1. Kejahatan yang dilaporkan 3,469 2,798 1909 8176

2. Kejahatan yang diselesaikan 361 521 580 1462

3. Persentasi 10,4% 18,6% 30,3% 17,88%

Keterangan:

1. Kejahatan yang dilaporkan adalah kejahatan yang telah dicatat dalam buku registrasi B1 sebagai data semua laporan kejahatan yang masuk ke Sentra Pelayanan Kepolisian Resor Kota Medan

2. Kejahatan yang diselesaikan adalah kejahatan yang dicatat dalam buku register B2 sebagai kejahatan yang telah selesai diproses di tahap Kepolisian dan dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

Sesuai dengan data pada Tabel 3. Bahwa penyelesaian tindak pidana

pencurian kendaraan bermotor berjalan sangat lambat, persentasinya bahkan

berada pada angka 10-30% yang berarti tidak mencapai setengahnya dari total

jumlah kejahatan yang dilaporkan. Penanganan yang dilakukan sepanjang tiga

tahun terakhir tingkat keberhasilannya tergolong sangat rendah, hal ini

dikemukakan oleh penyidik di Polresta Medan dikarenakan sulitnya

menemukan tersangka dan barang bukti pada saat kejahatan telah terjadi.

Tabel 4. Pencurian Biasa (digabungkan dengan pencurian ringan)

No. Uraian

Tahun

Jumlah 2013 2014 2015

1. Kejahatan yang dilaporkan 526 611 405 1542

2. Kejahatan yang diselesaikan 675 374 351 1400

(14)

Keterangan:

1. Kejahatan yang dilaporkan adalah kejahatan yang telah dicatat dalam buku registrasi B1 sebagai data semua laporan kejahatan yang masuk ke Sentra Pelayanan Kepolisian Resor Kota Medan

2. Kejahatan yang diselesaikan adalah kejahatan yang dicatat dalam buku register B2 sebagai kejahatan yang telah selesai diproses di tahap Kepolisian dan dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

Sesuai dengan data pada Tabel 4. Bahwa penyelesaian tindak pidana

pencurian biasa persentasinya adalah yang paling tinggi di bandingkan tiga

jenis pencurian lainnya. Total jumlah kejahatan yang dilaporkan hampir sama

jumlahnya dengan jumlah kejahatan yang diselesaikan tiga tahun tersebut, ini

berarti penanganan yang dilakukan sepanjang tiga tahun terakhir tingkat

keberhasilannya tergolong baik, hal ini juga dikarenakan penyelesaian perkara

lebih banyak menggunakan konsep diversi karena pelakunya kebanyakan

adalah anak jadi tidak memakan waktu yang panjang.46

Adapun persentasi jumlah kejahatan pencurian yang dapat diselesaikan

proses hukumnya tiga tahun terakhir secara keseluruhan dapat dilihat pada

tabel berikut:47

46

Hasil wawancara dengan IPDA Ridwan, Kasubnit Idik 7 bidang Ranmor Reskrim Polresta Medan pada tanggal 5 Februari 2016 pukul 14.30 WIB

47Diolah dari Data Kriminalitas Pencurian SAT Reskrim Polresta Medan Sejajaran tahun

(15)

Tabel 5. Persentasi kejahatan yang diselesaikan pada tindak pidana

Pencurian

No. Jenis Kasus

Kejahatan yang diselesaikan (%)

2013 2014 2015

1. Pencurian dengan Kekerasan 43,8 62,8 65,7

2. Pencurian dengan Pemberatan 45,7 50,3 64,01

3. Pencurian Kendaraan Bermotor 10 18,6 30,3

4. Pencurian Biasa 128,3 61 86,6

Rata-rata kejahatan yang

diselesaikan

56,95 48,17 61,65

Dari penyajian data diatas, terdapat beberapa keterangan mengenai

penanganan tindak pidana pencurian pada Polresta Medan, yaitu:

1. Persentasi total kejahatan adalah 100% setiap tahunnya, jika diperbandingkan

dengan angka penyelesaian kejahatannya, persentasi penyelesaian kejahatan

tersebut rata-rata tidak bisa mencapai 100%.

2. Kejahatan pencurian yang telah selesai ditangani setiap tahunnya dapat terdiri

dari kejahatan pada tahun-tahun sebelumnya yang belum bisa diselesaikan

tahun itu juga dan kejahatan pada tahun penyelesaian penanganan perkara.

3. Pencurian dengan kekerasan, pemberatan, dan kendaraan bermotor proses

(16)

4. Proses pengungkapan kasus pencurian kendaraan bermotor tergolong berat,

hal ini dapat dilihat dari persentasi dari tahun ke tahun sangat kecil.

5. Pada tahun 2013, persentasi penyelesaian kejahatan pencurian biasa lebih

besar 28,3% melebihi 100% total kejahatan tahun tersebut, hal ini dapat

dikarenakan pengungkapan kasus tersebut tergolong ringan.

6. Kepala Sub Unit Idik 7 bidang Ranmor, Ridwan mengatakan bahwa pelaku

pencurian kendaraan bermotor dan pencurian biasa didominasi pelaku anak,

oleh karena itu upaya diversi/perdamaian yang dilakukan cukup membantu

penyelesaian penanganan kejahatan dengan lebih cepat.48

7. Jika dilihat dari persentasi rata-rata kejahatan yang diselesaikan setiap

tahunnya, jumlah kasus yang masih dalam proses penyelesaian tergolong

besar karena masih tersisa hampir setengahnya.

B. Sistem Penanganan Tindak Pidana Pencurian yang dilakukan oleh Orang Dewasa pada Polresta Medan

Berbicara mengenai penanganan tindak pidana berarti berbicara mengenai

penegakan hukum pidana materil yakni kajian tentang ilmu hukum acara pidana.

Ilmu hukum pidana yang sangat luas pembahasannya dalam konteks pembahasan

ini khusus membahas suatu proses penegakan hukum dalam sistem peradilan

pidana umum di Indonesia pada tahap penyelidikan dan penyidikan yang

dilakukan oleh Kepolisian resor kota Medan untuk menangani Kejahatan

Pencurian.

48

(17)

1. Tahap Penyelidikan

Penyelidikan dan Penyidikan dalam hal penanganan tindak pidana

dilakukan oleh penyelidik dan penyidik. Berdasarkan Ketentuan umum Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Penyelidik adalah setiap pejabat polisi

negara Republik Indonesia.49 Sejalan dengan pengertian tersebut, berdasarkan

peraturan kepolisian, Penyelidik diartikan pula pejabat Polri yang diberi

wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan.50

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari

dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang.51

Sebelum melakukan penyelidikan, dugaan telah terjadinya suatu tindak

pidana dapat diketahui oleh kepolisian melalui:

a. Laporan

Pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajibannya berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana (Pasal 1 butir 24 KUHAP)

b. Pengaduan

Pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seseorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikan (Pasal 1 butir 25 KUHAP)

c. Tertangkap tangan

Tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan

49 Lihat Pasal 1 butir 4 KUHAP

50 Pasal 1 butir 8 Perkap no.14 tahun 2012 tentang manajemen penyidikan tindak pidana 51

(18)

untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu (Pasal 1 butir 19 KUHAP)

d. Media massa

Informasi mengenai peristiwa pidana juga dapat diperoleh oleh kepolisian melalui media massa, contohnya dari televisi, surat kabar, majalah, dan lain-lain.52

H. Manurung menyampaikan sistem penerimaan laporan pada Polresta

Medan sesuai dengan Perkap no.12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan

Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan Kepolisian Negara

Republik Indonesia, yang mana setiap laporan dan/atau pengaduan yang

diterima bagian sentra pelayanan kepolisian (SPK), wajib dilakukan kajian

awal untuk menyaring perkara yang masuk, apakah memang merupakan

perkara dalam lingkup hukum pidana atau tidak. Tindak pidana yang

dilaporkan/diadukan juga wajib diperhatikan tempat kejadiannya (locus

delicti), apabila berada di luar wilayah hukum kesatuan yang menerima

laporan (Polresta Medan), petugas SPK wajib menerima laporan untuk

kemudian diteruskan/dilimpahkan ke kesatuan yang berwenang guna proses

penyidikan selanjutnya, apabila pelapor dan/atau pengadu pernah melaporkan

perkaranya ke tempat lain, atau perkaranya berkaitan dengan perkara lainnya,

pelapor/pengadu diminta untuk menjelaskan nama kantor Kepolisian yang

pernah menyidik perkaranya.53

Petugas reserse di SPK wajib meneliti identitas pelapor/pengaduan

untuk meneliti kebenaran informasi yang disampaikan, guna menegaskan

52Mahmud Mulyadi, Bahan Kuliah Hukum Acara Pidana Semester Ganjil. Disampaikan

pada pertemuan ke-4 di Fakultas Hukum USU.

53

(19)

keabsahan informasi tersebut petugas meminta kepada pelapor/pengadu untuk

mengisi formulir pernyataan bahwa:

a. perkaranya belum pernah dilaporkan/diadukan di kantor kepolisian yang

sama atau yang lain,

b. perkaranya belum pernah diproses dan/atau dihentikan penyidikannya,

bersedia dituntut sesuai ketentuan hukum pidana yang berlaku, bilamana

pernyataan atau keterangan yang dituangkan di dalam Laporan Polisi

ternyata dipalsukan, tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau

merupakan tindakan fitnah.

Setelah mengetahui dugaan adanya peristiwa pidana yakni tindak

pidana pencurian maka pihak kepolisian dalam hal ini penyelidik dapat

melakukan beberapa upaya, yaitu:

a. pengolahan TKP

b. pengamatan (observasi)

c. wawancara (interview)

d. pembuntutan (surveillance)

e. penyamaran (under cover)

f. pelacakan (tracking), dan

g. penelitian dan analisis dokumen

Upaya tersebut sesuai dengan Peraturan Kapolri nomor 14 tahun 2012

tentang manajemen penyidikan tindak pidana. Upaya yang dilakukan tersebut

disesuaikan pula dengan jenis tindak pidananya, dalam hal tindak pidana

(20)

hanya perlu dilakukan kegiatan pengolahan TKP, pengamatan, dan

wawancara. Pencurian dengan kategori tingkat kesulitan pengungkapan

sedang dan berat/sulit akan dilakukan semua kegiatan tersebut, ditambah

dengan kegiatan pembuntutan, penyamaran, pelacakan, penelitian dan analisis

dokumen, serta upaya lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan sesuai kebutuhan penyelidikan.54

Kegiatan penyelidikan ini dilakukan sebelum ada Laporan

Polisi/Pengaduan untuk mencari dan menemukan Tindak Pidana. Sedangkan

sesudah ada Laporan Polisi/Pengaduan atau dalam rangka penyidikan,

kegiatan penyelidikan tersebut merupakan bagian atau salah satu cara dalam

melakukan penyidikan, yaitu:

a. Untuk menentukan suatu peristiwa yang terjadi merupakan tindak pidana atau bukan,

b. Membuat terang suatu perkara sampai dengan menentukan pelakunya, dan

c. dijadikan sebagai dasar melakukan upaya paksa.55

Kegiatan penyelidikan dilakukan guna memastikan bahwa Laporan

Polisi yang diterima dan ditangani penyelidik/penyidik merupakan tindak

pidana yang perlu diteruskan dengan tindakan penyidikan. Kegiatan

penyelidikan tersebut dapat dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan

penyidikan, apabila terdapat kondisi perkara yang secara nyata telah cukup

54 Hasil wawancara dengan IPDA H. Manurung Kepala URBIN OPS. SAT Reskrim

Polresta Medan pada tanggal 5 Februari 2016 pukul 13.30 WIB

(21)

bukti pada saat Laporan Polisi dibuat, maka dapat dilakukan penyidikan

secara langsung tanpa melalui penyelidikan.56

Petugas penyelidik dalam melaksanakan tugas penyelidikan, wajib

dilengkapi dengan surat perintah penyelidikan yang ditandatangani oleh atasan

penyelidik selaku Penyidik dan wajib membuat laporan hasil penyelidikan

kepada pejabat pemberi perintah. Laporan hasil penyelidikan tersebut

disampaikan secara tertulis, atau lisan yang ditindaklanjuti dengan laporan

secara tertulis paling lambat 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam.57 Tahap

ini merupakan proses penanganan tindak pidana yang tidak dapat dipisahkan

dengan tahap penyidikan.

Berdasarkan Peraturan Kepolisian telah disebutkan pula penyelidik

sebelum melakukan penyelidikan wajib membuat rencana penyelidikan,

sekurang-kurangnya memuat:

a. surat perintah penyelidikan;

b. jumlah dan identitas penyidik/penyelidik yang akan melaksanakan

penyelidikan;

c. objek, sasaran dan target hasil penyelidikan;

d. kegiatan yang akan dilakukan dalam penyelidikan dengan metode

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. peralatan, perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan

penyelidikan;

f. waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan penyelidikan; dan

56Hasil wawancara dengan IPDA H. Manurung Kepala URBIN OPS. SAT Reskrim

Polresta Medan pada tanggal 5 Februari 2016 pukul 13.30 WIB

(22)

g. kebutuhan anggaran penyelidikan.

Tindak pidana pencurian yang ditangani pada Polresta Medan hampir

semua melalui proses sidik dan lidik. Tindak pidana yang tidak dilanjutkan

prosesnya pada tahap penyidikan biasanya adalah pencurian dalam keluarga

yang merupakan delik aduan, selebihnya tetap dilanjutkan proses

penyelidikannya sekalipun untuk mengungkapkannya diperlukan waktu yang

cukup panjang, apabila memang pengungkapannya dirasa sulit. Pencurian

kendaraan bermotor dapat dijadikan contoh, dari data tiga tahun ini

menunjukkan angka penyelesaian kriminal yang cenderung kecil

dibandingkan total angka kejahatannya, karena memang proses pengejaran

tersangka dan penyelesaian perkaranya memakan waktu lama.58

Angka tersebut tercatat dalam sistem administrasi penanganan tindak

pidana pada Polresta Medan yang memiliki dua jenis buku register, yaitu buku

register B1 dan B2, yang mana di dalam buku register B1 yang dicatat adalah

semua laporan-laporan adanya dugaan, namun di dalam buku B2 yang tercatat

adalah semua perkara yang lanjut pada tahap lidik dan sidik.

2. Tahap Penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak

pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.59 Penyidik adalah

pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil

58Hasil wawancara dengan IPDA H. Manurung Kepala URBIN OPS. SAT Reskrim

Polresta Medan pada tanggal 5 Februari 2016 pukul 13.30 WIB

(23)

tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan

penyidikan.60

Pada tahap ini laporan adanya peristiwa pidana yang telah melalui

proses penyelidikan akan dilanjutkan ke tahap penyidikan. Sebelum

melaksanakan kegiatan penyidikan, penyidik wajib menyiapkan administrasi

penyidikan pada tahap awal meliputi: pembuatan tata naskah dan rencana

penyidikan. Pembuatan tata naskah sebagaimana dimaksud

sekurang-kurangnya meliputi:61

a. Laporan Polisi;

b. Laporan Hasil Penyelidikan bila telah dilakukan penyelidikan;

c. Surat Perintah Penyidikan;

d. SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan)

e. Rencana Penyidikan;

f. Gambar Skema Pokok Perkara; dan

g. Matrik untuk Daftar Kronologis Penindakan

Setiap penyidikan untuk satu perkara pidana tidak dibenarkan hanya

ditangani oleh satu orang penyidik, melainkan harus oleh Tim Penyidik

dengan ketentuan setiap tim penyidik sekurang-kurangnya terdiri dua orang

penyidik yang mana jika jumlah penyidik tidak memadai dibandingkan

dengan jumlah perkara yang ditangani oleh suatu kesatuan, maka satu orang

60

Lihat Pasal 1 butir 1 KUHAP

(24)

penyidik dapat menangani lebih dari satu perkara, paling banyak tiga perkara

dalam waktu yang sama.62

Hukum Acara Pidana Indonesia juga telah mengatur kewajiban dan

wewenang penyidik, yaitu:

a. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;

g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

i. mengadakan penghentian penyidikan;

j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab63

Penyidik wajib membuat berita acara tentang pelaksanaan

tindakan-tindakan tersebut dan dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud

diatas penyidik wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku.

Dikenal pula adanya penyidik pembantu, yaitu pejabat kepolisian

negara Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian negara

Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan sesuai dengan peraturan

pemerintah. Penyidik pembantu ini memiliki wewenang seperti penyidik yang

sudah disebutkan di atas, kecuali dalam hal penahanan, penyidik pembantu

hanya dapat melakukannya apabila mendapatkan pelimpahan wewenang dari

62Hasil wawancara dengan IPDA H. Manurung Kepala URBIN OPS. SAT Reskrim

Polresta Medan pada tanggal 5 Februari 2016 pukul 13.30 WIB

(25)

penyidik. Penyidik pembantu juga berkewajiban membuat berita acara dan

menyerahkan berkas perkara kepada penyidik, kecuali perkara dengan acara

pemeriksaan singkat yang dapat langsung diserahkan kepada penuntut

umum.64

Guna menciptakan proses penyidikan yang efektif, efisien, dan

profesional, sebelum melakukan penyidikan, penyidik wajib membuat rencana

penyidikan. Rencana penyidikan tersebut diajukan kepada atasan penyidik

secara berjenjang sekurang-kurangnya memuat:

a. jumlah dan identitas penyidik; b. sasaran/target penyidikan;

c. kegiatan yang akan dilakukan sesuai tahap penyidikan; d. karakteristik dan anatomi perkara yang akan disidik; e. waktu penyelesaian penyidikan berdasarkan bobot perkara; f. kebutuhan anggaran penyidikan; dan

g. kelengkapan administrasi penyidikan.65

Tersangka yang dalam kondisi tertangkap tangan, perkara dalam

keadaan tertentu, atau dalam keadaan sangat mendesak yang membutuhkan

penanganan yang sangat cepat, penyidik dapat melakukan tindakan

penyidikan dengan seketika di Tempat Kejadian Perkara (TKP) tanpa harus

dibuat Laporan Polisi terlebih dahulu, namun Laporan Polisi dan administrasi

penyidikannya harus segera dilengkapi setelah penyidik selesai melakukan

tindakan pertama ditempat kejadian perkara.66

64

Lihat Pasal 10-12 KUHAP

65Lihat Pasal 17 ayat (2) Perkap no.14 tahun 2012 tentang manajemen penyidikan tindak

pidana

66

(26)

Tindakan langsung tersebut harus tetap memedomani prosedur

penyidikan menurut KUHAP. Tindakan penyidikan yang dapat dilakukan

secara seketika atau langsung, antara lain:

a. melarang saksi mata yang diperlukan agar tidak meninggalkan TKP,

b. mengumpulkan keterangan dari para saksi di TKP,

c. menutup dan menggeledah lokasi TKP,

d. menggeledah orang di TKP yang sangat patut dicurigai,

e. mengumpulkan, mengamankan dan menyita barang bukti di TKP,

f. menangkap orang yang sangat patut dicurigai,

g. melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk kepentingan penyidikan.67

Penyatuan penanganan perkara juga dikenal pada tahap ini, masih

dalam rangka menciptakan proses penanganan tindak pidana yang efektif,

efisien, dan profesional. Penanganan suatu perkara tindak pidana yang

menyangkut objek yang sama atau pelaku yang sama, namun dilaporkan oleh

beberapa pelapor pada suatu kesatuan atau dibeberapa kesatuan yang berbeda,

dapat dilakukan penyatuan penanganan perkara pada satu kesatuan reserse

tersebut.68 Penyatuan penanganan perkara tersebut, dapat dilakukan dalam

kondisi, antara lain:

a. suatu perkara yang lokasi kejadiannya mencakup beberapa wilayah

kesatuan,

67 Lihat Pasal 16 ayat (3) Perkap no.12 tahun 2009 68

(27)

b. perkaranya merupakan sengketa antara dua pihak atau lebih yang

masing-masing saling melaporkan ke SPK pada kesatuan yang sama atau

melaporkan ke SPK di lain kesatuan,

c. perkaranya merupakan tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka yang

sama dengan beberapa korban yang masing-masing membuat Laporan

Polisi di SPK yang sama atau SPK di beberapa kesatuan yang berbeda,

dan

d. perkaranya merupakan tindak pidana berganda yang dilakukan oleh

tersangka dengan banyak korban dan dilaporkan di SPK kesatuan yang

berbeda-beda.69

Proses penyelidikan dan penyidikan perkara pidana ini dapat memakan

waktu yang lama, jika dilihat kembali data jumlah kejahatan pencurian pada

Polresta Medan maka dapat disimpulkan bahwa jumlah penyelesaian kriminal

dapat lebih besar dibandingkan data jumlah total kriminalnya. Itu dikarenakan

penyelesaian perkara-perkara tahun sebelumnya pun sangat mungkin

diselesaikan pada tahun-tahun berikutnya. Tentunya bukan karena kelalaian

dari kepolisian, namun prosedur penyelidikan dan penyidikan harus dilalui

sedemikian rupa dan waktunya itu tergantung tingkat kesulitan perkaranya.70

Penentuan tingkat kesulitan perkara yang akan di sidik

selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah diterbitkannya Surat Perintah Penyidikan.

Tingkat kesulitan penyidikan perkara diatur pada Pasal 18 ayat (1) sampai

69 Lihat Pasal 17 ayat (2) Perkap no.12 tahun 2009 70

(28)

ayat (4) Perkap no.14 tahun 2012 tentang manajemen penyidikan tindak

pidana, dapat dikategorikan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu:

a. Perkara Mudah

Kriteria Perkara mudah dapat dilihat berdasarkan beberapa hal, yaitu:

a. saksi cukup

b. alat bukti cukup

c. tersangka sudah diketahui atau ditangkap, dan

d. proses penanganan relatif cepat

b. Perkara Sedang

a. saksi cukup

b. terdapat barang bukti petunjuk yang mengarah keterlibatan tersangka

c. identitas dan keberadaan tersangka sudah diketahui dan mudah

ditangkap

d. tersangka tidak merupakan bagian dari pelaku kejahatan terorganisir

e. tersangka tidak terganggu kondisi kesehatannya, dan

f. tidak diperlukan keterangan ahli, namun apabila diperlukan ahli mudah

didapatkan.

c. Perkara Sulit

a. saksi tidak mengetahui secara langsung tentang tindak pidana yang

terjadi

b. tersangka belum diketahui identitasnya atau terganggu kesehatannya

(29)

c. tersangka dilindungi kelompok tertentu atau bagian dari pelaku

kejahatan terorganisir;

d. barang Bukti yang berhubungan langsung dengan perkara sulit didapat;

e. diperlukan keterangan ahli yang dapat mendukung pengungkapan

perkara;

f. diperlukan peralatan khusus dalam penanganan perkaranya;

g. tindak pidana yang dilakukan terjadi di beberapa tempat; dan

h. memerlukan waktu penyidikan yang cukup.

Batas waktu penyelesaian perkara diatur dalam Perkap no.12 tahun

2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di

Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dihitung mulai

diterbitkannya Surat Perintah Penyidikan meliputi:

a. 120 (seratus dua puluh) hari untuk penyidikan perkara sangat sulit;

b. 90 (sembilan puluh) hari untuk penyidikan perkara sulit;

c. 60 (enam puluh) hari untuk penyidikan perkara sedang; atau

d. 30 (tiga puluh) hari untuk penyidikan perkara mudah;71

Proses penyidikan kemudian akan melalui proses sesuai batas waktu

yang ditentukan untuk menemukan bukti yang cukup bagi tersangka. Status

sebagai tersangka hanya dapat ditetapkan oleh penyidik kepada seseorang

setelah hasil penyidikan yang dilaksanakan memperoleh bukti permulaan yang

cukup yaitu paling sedikit 2 (dua) jenis alat bukti yang diperoleh melalui gelar

perkara.

71

(30)

3. Tahap Pelimpahan Berkas

Pelimpahan berkas akan dilakukan oleh penyidik dari kepolisian

kepada Jaksa Penuntut Umum pada lembaga Kejaksaan. Sebelum

melimpahkan berkas tersebut, penyidik akan menyelesaikan terlebih dahulu

berkas perkaranya dengan membuat resume berkas perkara. Pembuatan

resume berkas perkara tersebut sekurang-kurangnya memuat:

a. dasar Penyidikan;

b. uraian singkat perkara;

c. uraian tentang fakta-fakta;

d. analisis yuridis; dan

e. kesimpulan.72

Resume berkas perkara yang telah selesai dibuat, selanjutnya

memasuki tahap pemberkasan. Pemberkasan tersebut sekurang-kurangnya

memuat:

a. sampul berkas perkara;

b. daftar isi;

c. berita acara pendapat/resume;

d. laporan polisi;

e. berita acara setiap tindakan Penyidik/Penyidik pembantu;

f. administrasi Penyidikan;

g. daftar Saksi;

h. daftar Tersangka; dan

(31)

i. daftar barang bukti.73

Setelah pemberkasan dilakukan, selanjutnya berkas penyidikan harus

diserahkan kepada atasan penyidik untuk kemudian dilakukan penelitian

berupa pemeriksaan dokumen sesuai persyaratan formil dan materiilnya.

Pelimpahan berkas akan dilakukan ketika semua berkas telah dinyatakan

lengkap setelah penelitian tersebut dan segera disegel. Pelimpahan berkas

kepada JPU dilakukan melalui dua tahap, yaitu:

a. Tahap pertama, penyerahan berkas perkara

b. tahap kedua, penyerahan tanggung jawab Tersangka dan barang bukti

setelah berkas perkara dinyatakan lengkap.

Berkas perkara dianggap lengkap apabila dalam jangka waktu 14 hari

Jaksa Penuntut Umum tidak mengembalikan berkas perkara maka

penyidik/penyidik pembantu akan menyerahkan tersangka dan barang bukti

pada tahap kedua. Penyidikan yang dilakukan kepolisian dengan demikian

selesai dengan status tersangka yang akan berubah menjadi terdakwa dan

dimulai proses baru yaitu penuntutan.74

73 Lihat Pasal 127 Perkap no.12 tahun 2009 74

Gambar

Tabel 1. Pencurian dengan Kekerasan
Tabel 2. Pencurian dengan Pemberatan
Tabel 3. Pencurian Kendaraan Bermotor
Tabel 5. Persentasi kejahatan yang diselesaikan pada tindak pidana

Referensi

Dokumen terkait

Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang

Metode belajar yang digunakan oleh guru menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses

Kajian suatu aset cagar budaya yang dimiliki oleh bangsa ini dengan cara pendokumentasian dengan studi kasus pada bioskop Metropole XXI Jakarta merupakan langkah awal yang

Padahal Rhodamin B merupakan pewarna untuk kertas dan tekstil sehingga pewarna ini berbahaya bagi kesehatan (Salam, 2008). Permasalahan ini mendorong untuk

spesifikasi teknis, Pokja ULP dapat melakukan klarifikasi dengan menilai rincian/uraian Analisa Teknis Satuan Pekerjaan untuk pekerjaan utama meliputi komponen

gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi bahwa dalam pelaksanaan pekerjaan dimaksud Tergugat Rekonvensi telah melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (3) Perjanjian

Pembelajaran yang diterapkan pada kelas kontrol (Kelas X IPA 2) adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam empat kali pertemuan dengan

Strategi yang dapat dilakukan dalam hal pemanfaatan teknologi informasi yang disesuaikan dengan hasil kusioner pelanggan yaitu mengembangkan suatu sistem informasi jasa ekspedisi