• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Peran Franchisor Terhadap Keberhasilan Usaha Bisnis Franchise Pada KFC Ringroad Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Peran Franchisor Terhadap Keberhasilan Usaha Bisnis Franchise Pada KFC Ringroad Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori 2.1.1 Franchise

Franchise berasal dari kata Perancis, yakni “franchir”, yang mempunyai arti memberi

kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah mandiri dan bebas. Bila dihubungkan dengan konteks usaha, franchise berarti kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan sendiri suatu usaha di wilayah tertentu. Sedangkan pewaralabaan (franchising) adalah suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise) yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisee).

Franchising adalah sistem pemasaran barang dan atau jasa dan atau teknologi, yang

didasarkan pada kerja sama tertutup dan terusmenerus antara pelaku-pelaku independen (maksudnya franchisor dan franchiseeindividual) dan terpisah baik secara legal (hukum) dan keuangan, franchisor memberikan hak kepada para individual franchisee dan membebankan kewajiban untuk melaksanakan bisnisnya sesuai dengan konsep dari franchisor.

Menurut Anoraga (2002:239) saat ini istilah franchise dipahami sebagai suatu bentuk kegiatan pemasaran atau distribusi. Di dalamnya sebuah perusahaan besar memberikan hak atau

privelege untuk menjalankan bisnis dalam waktu dan tempat tertentu kepada individu atau

perusahaan yang relatif lebih kecil. Dari segi bisnis, franchise merupakan salah satu metode

produksi dan distribusi barang dan jasa kepada konsumen dengan suatu sistem atau standar

(2)

Menurut Zimmerer (2008 : 80) franchise adalah suatu sistem distribusi dimana pemilik bisnis yang semi mandiri membayar iuran dan royalty kepada perusahaan induk untuk mendapatkan hak untuk menjual produk atau jasa dan seringkali menggunakan format dan sistem bisnisnya.

Menurut Spinelli (2006:2) franchising terjadi ketika seseorang mengembangkan model bisnis dan menjual hak untuk mengoperasikannya ke pengusaha (franchisee). Franchisee biasanya mendapatkan hak untuk model bisnis untuk jangka waktu tertentu dan di daerah geografis tertentu.

Menurut Suryana (2006:100) adalah kerja sama antara wirausaha (franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (franchise).

Menurut Odop (2006:16), franchise adalah pengaturan bisnis dengan system pemberian hak pemakaian nama dagang oleh pewaralaba kepada pihak independen atau terwaralaba untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan standarisasi kesepakatan untuk membuka usaha dengan menggunakan merek dagang/nama dagang dibawah bendera mereka.

AS melalui International Franchise Association (IFA) mendefenisikan franchise sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchisee,franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontiniu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau control pemilik (franchisor), franchisee menanamkan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri.Lebih lanjut menurut IFA, Franchise atau Waralaba pada hakekatnya memiliki 3 elemen yaitu :

(3)

2. Sistem Bisnis Keberhasilan dari suatu organisasi Waralaba tergantung dari penerapan Sistem/Metode Bisnis yang sama antara Pewaralaba dan Terwaralaba. Sistem bisnis tersebut berupa pedoman yang mencakup standarisasi produk, metode untuk mempersiapkan atau mengolah produk atau makanan, atau metode jasa, standar rupa dari fasilitas bisnis, standar periklanan, sistem reservasi, sistem akuntansi, kontrol persediaan, dan kebijakan dagang, dll.

3. Biaya (Fees) dalam setiap format bisnis waralaba, sang pewaralaba baik secara langsung atau tidak langsung menarik pembayaran dari terwaralaba atas penggunaan merek dan atas partisipasi dalam sistem waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya terdiri atas biaya awal, biaya royalti, biaya jasa, biaya lisensi dan atau biaya pemasaran bersama. Biaya lainnya juga dapat berupa biaya atas jasa yang diberikan kepada terwaralaba (mis: biaya manajemen).

Menurut British Franchise Association, sebagai garansi lisensi kontraktual satu orang (franchisor) ke pihak lain (franchisee) dengan :

1. Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode tertentu pada bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki oleh franchisor.

2. Mengharuskan franchisor untuk melatih control secara kontiniu selama periode perjanjian.

3. Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee pada subyek bisnis yang dijalankan di dalam hubungan terhadap organisasiusaha franchisee seperti training terhadap staf, merchandising, manajemen,atau yang lainnya.

4. Meminta kepada franchisee secara periodic selama masa kerja sama franchise untuk membayarkan sejumlah fee franchise atau royalty untuk produk atau servis yang disediakan oleh franchisor kepada franchisee.

(4)

Franchisor adalah orang atau badan usaha yang memberikan lisensi, baikberupa

paten, penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khas maupun hal-hal pendukung lainnya kepada franchise. Pemberi waralaba atau franchisor akan secara terus menerus memberikan berbagai jenis pelayanan yang berbeda-beda menurut tipe format bisnis yang diwaralabakan.

Sangat penting bagi franchisor yang memiliki kapabilitas untuk dapat dijelaskan kepada franchisee dalam memudahkan mengatur unit kualitas hubungan franchise kepercayaan komitmen kalkulatif komitmen kekeluargaanafektif franchise. Atas pertimbangan tersebut penting untuk menentukan faktor yang menentukan kesuksesan berorganisasi terutama dalam sitem franchise.

Berdasarkan indikator yang dikemukakan hirayanti (2009) peranan franchisorterdiri atas training, control system, support service, communication, dan supply

1. Training

Franchisor memberikan kontribusi kepada franchisee pengetahuan yang

diperlukan pengembangan dan pemenuhan konsep bisnis dimana yang utama mengacu pada transfer kepemilikan know-how mengenai produksi dan operasi pelayanan. mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat bekerja, dan membantu peserta memperbaiki prestasi dalam kegiatannya terutama mengenai pengertian dan keterampilan.

(5)

Menurut Gomes (2003:197), pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya .

Menurut Robbins, Stephen P, (2001:282), Training meant formal training that’s planned in advanced and has a structured format. Ini menunjukkan bahwa pelatihan yang dimaksudkan disini adalah pelatihan formal yang direncanakan secara matang dan mempunyai suatu format pelatihan yang terstruktur.

2. Control system

suatu kegiatan yang digunakan oleh seluruh manajemen untuk menjamin bahwa anggota organisasi bawahan yang disupervisi akan mengimplementasikan strategi dan sasaran yang telah ditetapkan. Sebagai alat kontrol dalam menjalankan proses sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan . Sebagai alat kontrol dalam menjalankan proses sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan.

Kunjungan berkala dari Franchisor atau ke staf pendukung lapangan gunamembantu memperbaiki atau mencegah penyimpangan-penyimpangan terhadappelaksanaan yang dapat menyebabkan kesulitan dagang bagi franchisee, menghubungkan antara franchisor dan seluruh franchisee secara bersama-samauntuk saling bertukar pikiran dan pengalaman, adanya inovasi produk atau konsep

termasuk penelitian mengenai kemungkinan-kemungkinan pasar serta kesesuaiannya dengan bisnis yang ada.

(6)

Menurut Suadi (1999:10) konsep sistem pengendalian manajemen terkandung pengertian proses pengendalian, dan straktur pengendalian sebagai sistem pengendalian manajemen secara keseluruhan. Struktur diartikan sebagai suatu kerangka sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang membentuk sistem itu sendiri. Sedangkan proses di dalam konsep sistem pengendalian manajemen adalah untuk menjelaskan bagaimana bekerjanya masing-masing bagian di dalam sistem tersebut dalam pencapaian tujuannya, dan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang dicapai telah sesuai dengan rencana.

3. Support service

Franchisor bersedia mendukung dan menyarankan franchisee dalam setiap konsep

bisnis star-up dan operasional. Kebanyakan franchisor mau menyediakan praktek pendukung kepada franchisee pemilihan letak dan asistensi secara umum dalam bisnis start-up Oleh karena itu franchisee memperoleh kebebasan untuk mengoperasikan dalam kontrol, asistensi dan didukung linkungan, sementara itu pada saat yang sama diperoleh juga manfaat dari merek, manajemen profesional (Fulop, 2000: 27).

4. Supply

Franchisor yang menyediakan franchisee dengan berbagai material dan produk akan

meningkatkan kewajiban kontrak dengan efektif. Kontrak franchise memerlukan franchisee agar membeli input spesifik dari franchisor. Franchisee juga dapat menggunakan eksternal suplier dengan pemberian daftar nama suplier oleh franchisor. Namun seringkali franchisee menggunakan distribusi rantai internal dalam kegiatan operasi dengan harga yang lebih baik dan pelayanan lebih baik.

2.1.3 Penggolongan Frenchise

Penggolongan franchise menurut East Asian Executive Report. East Asian

(7)

1. Product franchise

Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha penerima franchise hanya bertindak

mendistribusikan produk dari rekannya dengan pembatasan areal,seperti : pengecer bahan bakar Shell yang telah dibagi jaringan atau divisi wilayah pendistribusiannya.

2. Processing franchise or manufacturing franchise

Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) hanya

memegang peranan memberi know-how, dari suatu proses produksi, seperti : Minuman ringan Coca Cola.

3. Business formal / System franchise

Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) sudah

memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket kepada konsumen, seperti : Dunkin Donuts dan Kentucky Fried Chicken.

2.1.4 Subyek dan Obyek Franchise

Dalam sebuah perikatan atau perjanjian tentu terdapat adanya subyek dan

obyek dari perikatan tersebut. Subyek dan obyek hukum dari franchise, sehingga terbentuknya sebuah perikatan franchise yaitu:

a. Subyek franchise

Subyek hukum franchise dalam sebuah perikatan franchise, terdiri dari 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

(8)

Franchisor adalah orang atau badan usaha yang memberikan lisensi, baikberupa

paten, penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khasmaupun hal-hal pendukung lainnya kepada franchise.

2. Franchisee

Franchisee adalah orang atau badan usaha yang menerima lisensi dari franchisor

untuk dapat menggunakan merek perdagangan / merek jasamaupun ciri khas dari franchisor, namun harus tetap tunduk kepadaperaturan dan tata cara dari

franchisor. Selain 3 (tiga) subyek hukum franchise yang telah dikemukakan

tadi,ternyata masih terdapat dua pihak lainnya yang dapat dikaitkan sebagai subyek hukum franchise dalam perjanjian franchise yang juga terkena dampak dari perjanjian ini, yakni :

a. Franchise lain dalam sebuah sistem franchise (franchising system) yang sama. b. Konsumen atau klien dari franchise maupun masyarakat sebagai pengguna

produk dan jasa pada umumnya.

c. staf/ karyawan sebagai penerima langsung dari segala peranan yang dilakukan oleh frenchisor.

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Franchise

Menurut Anoraga (2002:241), keunggulan dan kelemahan bisnis dengan menggunakan system franchise adalah sebagai berikut :

a. Bimbingan

(9)

franchise. Banyak franchisor mencoba mengatasi kekurangan atau kurang

pengalaman dengan memberikan beberapa bentuk pelatihan. b. Brand name

Investor yang menandatangani perjanjian franchise mendapat hak untuk menggunakan promosi nama merk secara nasional maupun regional. Hal ini mengidentifikasikan unit lokal dengan suatu produk atau jasa yang terkenal.

c. Produk yang terjamin.

Franchisor dapat menawarkan kepada franchisee suatu produk dan metode

pengorperasian bisnis yang terjamin. Produk atau jasa yang terkenal dan diterima oleh masyarakat luas.

d. Bantuan finansial.

Melalui kerjasama dengan perusahaan franchise, investor individual mungkin dapat terjamin bantuan finansialnya. Biaya permulaan bisnis yang sangat tinggi, dan investor prospektif biasanya memiliki dana yang terbatas. Dalam beberapa kasus, asosiasi dengan franchisor yang telah mapan melalui reputasinya dan pengendalian keuangannya dapat mempertinggi tingkat kredit investor dengan bank lokal.

e. Biaya

Franchisee harus membayar biaya franchise. Sebagai imbalannya franchisor dapat

memberikan pelatihan, bimbingan atau memberi dukungan lainnya yangmemerlukan biaya.

f. Pengendalian eksternal

Seseorang yang menandatangani perjanjian franchise kehilangan beberapa kebebasan. Franchisor, dalam hal mengoperasikan seluruh tempat penjualan franchise sebagai

(10)

finansial, penyewaan, prosedur pelayanan, dan pengembangan manajerial. Walaupun bermanfaat, pengendalian ini tidak menyenangkan bagi seseorang yang mencari kebebasan.

g. Program pelatihan yang lemah

Beberapa franchisor telah mengembangkan program pelatihan yang baik. Tetapi beberapa promotor menjanjikan pelatihan tetapi tidak pernah terealisasi. Dalam kasus lain, program pelatihan lemah, terlalu singkat ,dan diberikan oleh pelatih yang tidak memiliki keterampilan instruksional. Fasilitas kadangkala tidak sesuai bagi pelatihan dan pengembangan yang sebenarnya.

Meskipun pengaruh franchisor pada operasi bisnis dapat membantu didalam

memastikan kesuksesan perusahaan, tingkat pengendalian yang diusahakan mungkin tidak menyenangkan bagi seorang wirausaha yang mencintai kebebasan.

Para wirausaha harus mengakui bahwa mereka dapat kehilangan hak pada franchisenya jika mereka tidak mematuhi standar kinerja atau gagal membayar royalti. Ditambah lagi tidak terdapat jaminan bahwa sebuah franchise akan diperbaharui setelah masa kontraknya yang biasanya berumur 15-20 tahun.

2.1.6 Peran Franchisor dalam Keberhasilan usaha bisnis Franchise

Peran franchisor dalam keberhasilan usaha bisnis franchisee dapat dikonseptualkan dengan 2 (dua) fase yaitu : Yang pertama adalah perkenalan atau pendahuluan, dimana saling ketergantungan dan motivasi yang terbagi untuk

keberhasilan dan keuntungan. Fase yang kedua dapat dengan perkembangan, awal ketika bisnis mulai berfungsi. Selama fase ini, franchisor menawarkan dukungan

(11)

Ketika tiap partisipan dapat mengerti apa yang diharapakan oleh yang lain,

maka dapat dikatakan bahwa fase kedewasaan telah dicapai. Pada point ini, franchisee memiliki kesan yang akurat terhadap keahlian dan kompetensitas franchisor dan kontribusi franchisor terhadap hubungannya dengan franchisee. Namun sebaliknya apabila tahap akhir

dalam hubungan antara frenchisee dan franchisor terjadi penolakan. Kemungkinan yang pertama adalah, bisnis tidak berjalan baik sehingga franchisee termotivasi untuk mengakhiri hubungan dengan franchisor, dan kemungkinan kedua yaitu bisnis berjalan terus dan hubungan

antara franchisee dan franchisor menjadi lebih solid.

Permasalahaan franchise dapat dialami oleh dua pihak baik itu fanchisee maupun franchisor juga. Menurut Karamoy (2004) hal-hal yang perludiperhatikan bagi pebisnis

franchise ini banyak, tapi hal penting yang harusmendapat penekanan yaitu manajemen

hubungan atau franchise relationship management. Franchise yang menghadapi tekanan baik internal maupun eksternal

secara signifikan, tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan kekacauan sistem

yang akan berimbas pada penyedia eksternal, customer, dan supplier juga franchisee dalam sistem franchise (Kaufmann, 1990 dalam Tikoo, 2005: 329).

Ada konflik-konflik yang potensial dalam hubungan antara franchisee dan franchisor dimana kedua pihak saling tergantung, terikat oleh kontrak, dan banyaknya franchisee yang mengajukan komplain kepada franchisor.

Dalam dunia franchise ada beberapa studi yang menyatakan variabel yang menggambarkan atas

kualitas hubungan dalam jaringan franchise yaitu kepercayaan komitmen, konflik, kekeluargaan.

(12)

Kredibilitas mengacu pada perluasan dimana 1 partner mempercayai bahwa partner lain memiliki kacakapan untuk menampilkan kerja yang efektif dan dapat diandalkan. Sedangkan benevolence berdasarkan perluasan dimana satu partner mempercayai partner lain karena memiliki motivasi yang bermanfaat untuk mengatasi masalah yang ada.

b) Komitmen

Beberapa peneliti menyatakan bahwa komitmen adalah unsur yang essensial dalam kesuksesan hubungan. Komitmen penting sebagai hasil dari kerjasama yang mengurangi potensi ketertarikan alternatif ke hal lain dan akhirnya mampu meningkatkan profit. Geyskens (1996 dalam Monroy dan Alzola, 2005:585) menyatakan bahwa perbedaan antara komitmen afektif dan komitmen kalkulatif adalah hal yang terpenting dalam hubungan antar organisasi. Secara umum komitmen afektif menghubungkan dengan keinginan untuk meneruskan hubungan karena pengaruh positif kedepan dalam mengidentifikasi partnernya. Partner yang memiliki komitmen afektif meneruskan hubungan karena menyukai partner lain, enjoyment dan rasa setia dan rasa memiliki. Namun sebaliknya komitmen kalkulatif merupakan komitmen yang berdasarkan pada perluasan partner yang menerima kebutuhan dalam menjaga hubungan yang mengacu pada perpindahan biaya yang ditinggalkan. Yang menghasilkan perhitungan antara biaya dan manfaat termasuk penetapan investasi yang dibuat dalam sebuah hubungan.

c) Relasionalism (Rasa Kekeluargaan)

Realsionalism dapat disebut sebagai kerjasama sosial yang

(13)
(14)

2.1. Penelitian Terdahulu dan Pribadi pada Keputusan memilih Format dan Merek Franchise.

Variabel independen:

Dukungan dari Franchisor (X1), Alasan

Ekonomis (X2),

Pemasaran (X), Pribadi (X).

Variabell Dipenden: Keputusan memilih Format dan Merek (Y)

faktor pemasaran tidak berpengaruh terhadap keputusan memilih format dan merek franchise, sedangkan faktor dukungan dari franchisor,

alasan ekonomis, dan pribadi berpengaruh terhadap keputusan memilih format dan merek franchise. bisnis franchise pada PT. Indomaret Pristama (Indomaret) di Kota Medan.

Variabel independen:

Analisis Pengaruh Peran Franchisor

(X1).

Variabell Dipenden: Keberhasilan usaha bisnis franchise (Y).

(15)

Lanjutan Tabel 2.2 franchise pada Mc. Donald’s cabang ring road Medan.

Variabel independen:

(16)

Lanjutan Tabel 2.2

Kewirausahaan(X1),Lokasi

Usaha (X2),Kinerja lokasi usaha dan kinerja

2.2. Kerangka Konseptual

Franchisor adalah orang atau badan usaha yang memberikan lisensi, baik berupa paten,

penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khas maupun hal-hal pendukung lainnya kepada franchise.

Pemberi waralaba atau franchisor akan secara terus menerus memberikan berbagai jenis pelayanan yang berbeda-beda menurut tipe format bisnis yang diwaralabakan. Secara umum dapat dikatakan bahwa proses bantuan dan bimbingan yang diberikan secara terus-menerus tersebut meliputi antara lain:

(17)

b. Menghubungkan antara pemberi waralaba dan seluruh penerima waralaba secara bersama-sama untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman.

c. Inovasi produk atau konsep, termasuk penelitian mengenai kemungkinan-kemungkinan pasar serta kesesuaiannya dengan bisnis yang ada.

d. Pelatihan dan fasilitas-fasilitas pelatihan kembali untuk penerima waralaba dan mereka yang menjadi stafnya.

Menurut Hirayanti (2009) bahwa peranan franchisor adalah:

1. Training merupakan kegiatan peningkatan kemampuan staf dan karyawan untuk mengelola usaha dan pengambilan keputusan.

2. Support service merupakan dukungan ataupun bantuan pelayanan yang diberikan franchisor seperti bimbingan ataupun konsultasi masalah-masalah operasional dan

keuangan.

3. Control System merupakan sebagai alat kontrol dalam menjalankan proses sesuai dengan

petunjuk teknis yang ditetapkan.

4. Communication,Franchisor dapat melakukan komunikasi dengan baik sesuai dengan mekanisme terhadap franchisee untuk melakukan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan serta saling pengertian dalam mewujudkan kepentingan bersama.

5. Promotion merupakan Bentuk penyajian tentang ide-ide, produk dan jasa yang ditawarkan

dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk

melakukan transaksi produk dan barang atau jasa.

6. Supply adalah Persediaan bahan baku yang disiapkan oleh frenchisor.

(18)

Menurut Simarmata (2012) menunjukan bahwa promotion,support service, training, control system, communication yang dilakukan oleh franchisor memiliki peranan yang

sangat penting sekali. Karena segala sesuatunya sangat membutuhkan dukungan langsung dari pihak franchisor. Dimulai dari pemberian awal waralaba hingga prosedur, standard perusahaan, pelatihan karyawan, pemasaran dan lain - lain.

Menurut sulastri (2015) menunjukkan bahwa Pelatihan/Training, Dukungan/Support,Menyediakan/Supply, Fasilitas Financial, Asistensi manajemen dan Mudah diakses secara simultan berpengaruh terhadap Keberhasilan usahabisnis Franchise.

Dengan adanya training guna menunjang keterampilan para staf karyawan untuk dapat membuat frenchise tetap berkembang, adanya support kepada frenchisee untuk memotivasi dan membantu dalam membangun bisnisnya, melakukan control system secara rutin untuk tetap menjaga kestabilan bisnis frenchisenya, menjaga communication yang lancar pada frenchisee untuk tetap membina adanya kepercayaan dan solidaritas dalam hubungan bisnis, dan memberikan supply yang baik kepada agen-agen frenchisenya adalah variabel-variabel yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha suatu bisnis frenchise.

(19)

Sumber : Hirayanti (2009) dan Lindrayanti (2003)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap penelitian yang dilakukan, sehingga untuk membuktikan kebenarannya dari hipotesis tersebut dibutuhkan pengujian lebih lanjut secara empiris. Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Berdasarkan uraian di atas, dimensi Peran Franchisor keterkaitan dengan Keberhasilan Usaha, maka hipotesisdapat dinyatakan sebagai berikut:

H1:Training memiliki pengaruh pada Keberhasilan usaha

1. Training (x

1

)

2. Support (x

2

)

3. Control

system(X

3

)

4.Communicatio

n (x

4

)

Keberhasilan usaha

bisnis Franchise

5. Promotion

(20)

H2:Support memiliki pengaruh pada Keberhasilan usaha

H3:Control system Intensity memiliki pengaruh pada Keberhasilan usaha H4:Communication memiliki pengaruh pada Keberhasilan usaha

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

7. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi/ Komisi Independen Pemilihan Aceh

(*) Sedang dalam proses pembukaan blokir anggaran. o Jadwal sewaktu-waktu bisa

PEMBERIAN BIOCHAR DARI BEBERAPA BAHAN BAKU UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LOGAM BERAT CdDI

Token yang telah didapat akan di simpan ke penyimpanan browser agar mudah diakses, Gambar 5 merupakan Source Code untuk menyimpan ke Local Stored sebagai penyimpanan

Pelanggan Perlindungan Konsumen Jaminan Halal Pasar Domestik Ekspor Kelembagaan Berkeadilan Pemberdayaan Lingkungan Berkelanjutan Terbarukan Inovasi Mutu Produk Nilai Tambah

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian siswa kelas 9E SMPN 1 Teras. Setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan

Dalam analisis router dan mencari perbandingan kinerja jaringan router bisa menggunakan aplikasi yang lebih baik dan tools yang lengkap, dalam menggunakan aplikasi

Data volume KOH untuk penentuan bilangan asam dari minyak goreng bekas sesudah pengolahan dengan penambahan karbon aktif... Gambar Minyak Goreng Curah Sebelum