BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dunia usaha, maka berbagai pihak mengajukan untuk melakukan pengkajian terhadap dunia usaha tersebut secara
lebih komprehensif, baik dari sudut pandang praktis maupun teoritis.1 Secara normatif tentang perusahaan dapat dilihat dalam Pasal 1 butir b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (selanjutnya disebut
UUWDP) disebutkan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang
didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Berdasarkan UUWDP tersebut maka tampak bahwa ruang lingkup perusahaan cukup luas karena
terminologi perusahaan mencakup setiap bentuk usaha.2
Bentuk usaha dibagi atas 2 (dua) golongan, yaitu badan usaha berbadan
hukum yang salah satunya adalah Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut dengan PT) dan badan usaha non-badan hukum yaitu Persekutuan Perdata, Firma, dan Persekutuan Komanditer (selanjutnya disebut dengan CV). PT merupakan bentuk
badan usaha yang paling sempurna diantara berbagai bentuk badan usaha lainnya
1
Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), hlm.11.
2
seperti Maatschap, Firma maupun CV. Namun demikian, keberadaan PT tidak
bisa dilepaskan dari bentuk-bentuk badan usaha yang lebih sederhana tersebut diatas, walaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa PT sudah bukan spesies dari bentuk-bentuk badan usaha sederhana di atas.
Semenjak tahun 1967, ketika pemerintah mulai memacu pertumbuhan perekonomian nasional dengan mengeluarkan kebijakan penanaman modal asing
(dengan diterbitkannya Undang Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing banyak orang berlomba-lomba dalam mendirikan PT, baik itu perusahaan joint venture maupun perusahaan nasional. Hal ini mengakibatkan
pertambahan badan usaha yang bernama PT mengalami peningkatan dalam kuantitasnya. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing disamping memberikan ketentuan terhadap investor asing yang akan menanamkan modalnya (melakukan kegiatan usaha) di Indonesia harus mendirikan badan usaha yang berbentuk PT dalam melakukan aktivitas usahanya.
Pemilihan itu tentunya bukan tidak beralasan karena PT sebagai bentuk badan usaha dirasa mempunyai kelebihan dibanding badan usaha lainnya.3
Sri Rejeki Hartono mengemukakan bahwa “ Perseroan Terbatas pada umumnya mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri, mampu mengadakan kapitalisasi modal dan sebagai wahana yang potensiil untuk
memperoleh keuntungan baik bagi instansinya sendiri maupun bagi para pendukungnya ( pemegang saham), oleh karena itu, PT sangat diminati oleh
3
Agus Budiarto, Kedudukan &Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas
masyarakat.” Pendapat ini mendasarkan pada kenyataan bahwa PT mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan diri dan berpotensi memberikan keuntungan baik bagi instansinya sendiri maupun bagi para pemegang saham.4
Penyusunan laporan keuangan merupakan kewajiban maka, badan yang
bersangkutan harus menyelenggarakan pembukuan. Keefektivan administrasi pajak memerlukan adanya sistem pembukuan (administrasi) yang sehat dan dapat
dipercaya. Realibitas pembukuan untuk pajak merupakan persyaratan mutlak yang Banyaknya kegiatan usaha seperti PT menyebabkan setiap pelaku usaha memiliki kewajiban untuk melakukan pelaporan serta pembayaran perpajakan yang dimana pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar bagi negara.
Setiap perusahaan tidak dapat menghindarkan diri dari pembayaran pajak. Menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah menjadi Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut dengan UUKUP) dan Kitab Undang
Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut dengan KUHD) yang tertera dalam
Pasal 6 menyebutkan bahwa setiap orang yang menjalankan perusahaan untuk menyelenggarakan pembukuan. Kewajiban pembukuan ini secara implisit juga ditegaskan dalam Bab IV tentang Laporan Tahunan dan Penggunaan Laba dari
Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tenatng Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT ) dan Pasal 69 Undang Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal, kedua undang-undang tersebut menyebutkan bahwa kewajiban penyusunan laporan keuangan tahunan oleh setiap badan usaha.
4
tak dapat ditawar lagi. Jika suatu pembukuan kurang dapat dipercaya, kewajaran
(kebenaran dan kelengkapan) laporan keuangan sebagai dasar perhitungan pajak juga diragukan. Demikian juga dengan jumlah pajak yang dihitung dari laporan tersebut.
Informasi keuangan yang dihasilkan dari proses pembukuan diperlukan untuk keperluan menghitung pajak terutang dan verifikasi, serta pemeriksaan dan
investigasi terhadap kebenaran penghitungan jumlah utang pajak. Pentingnya peranan pembukuan dalam sistem pemungutan pajak, ketentuan perpajakan Indonesia selalu mensyaratkan diselenggarakannya pembukuan oleh wajib pajak
(termasuk ketentuan dalam Pasal 13 Ordonansi Pajak Perseroan Tahun 1925 sebelum diganti dengan Undang Undang Pajak Penghasilan).
Institusi hukum pidana tidak terlihat secara nyata perbedaan antara hukum pidana umum dan hukum pidana (khusus) bidang ekonomi. Hukum pidana bidang ekonomi merupakan serangkaian peraturan perundangan yang memfasilitasi
negara dalam melaksanakan pengendalian kehidupan ekonomi guna mencapai tujuan nasional. Tindak pidana di bidang ekonomi dimaksudkan sebagai
tindak/perbuatan pelanggaran terhadap hak, kewajiban atau larangan terhadap ketentuan hukum yang berisi kebijakan negara di bidang ekonomi.5
5
Ibid., hlm.104.
Salah satu bentuk kelalaian pelaku usaha dalam memenuhi kewajibannya adalah membayar
pajak. Zaman ini menunjukkan bahwa perkembangan pergaulan dalam bernegara tidak hanya menimbulkan pengaruh yang bersifat positif, tetapi termasuk
kelangsungan pemerintahan negara untuk mensejahterakan warganya
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pengaruh yang bersifat negatif merupakan hambatan atau kendala yang dihadapi oleh negara untuk mencapai tujuannya. Misalnya, kejahatan di
bidang perpajakan yang dapat memengaruhi kelangsungan pembiayaan negara sehingga negara tidak mampu menciptakan kesejahteraan. Kejahatan di bidang
perpajakan berada dalam aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, maka pengertiannya dapat ditinjau dari aspek yuridis, sosiologis, dan filosofis.6 Kejahatan di bidang perpajakan sangat terkait dengan penerapan hukum pajak
untuk mengarahkan pegawai pajak, wajib pajak, pejabat pajak atau pihak lain agar menaati ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan. Hal ini didasarkan
bahwa hukum pajak tidak dapat memberikan suatu kegunaan (kemanfaatan) bila pihak-pihak dalam kedudukan sebagai stakeholder tidak memiliki rasa keadilan dalam menunaikan atau melaksanakan tugas maupun kewajiban hukum
masing-masing.7
Berdasarkan UUKUP, Pasal 1 angka 2 bahwa Wajib Pajak adalah orang
pribadi atau badan, meliputi penbayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Perseroan Terbatas merupakan subjek
pajak dan juga wajib pajak yang memiliki kewajiban untuk melakukan
pembayaran pajak dan melaporkan bukti pembayaran kepada negara. Pembayaran
6
Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Kejahatan Di Bidang Perpajakan (Jakarta Utara: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), hlm.1.
7
pajak yang dilakukan oleh setiap wajib pajak baik wajib pajak pribadi maupun
badan harus melalui perhitungan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan akan tetapi, penerimaan pajak masih belum sesuai
dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan masih kurangnya
kesadaran oleh para wajib pajak untuk membayar pajak sedangkan, kegiatan
usaha yang dijalankan semakin banyak.
Pajak yang dikenakan bagi setiap wajib pajak disesuaikan dengan pendapatan dari kegiatan usaha yang dilakukan maka apabila jumlah barang atau jasa yang diperjualbelikan semakin besar maka pajak yang dikenakan juga
semakin tinggi. Wajib pajak beranggapan bahwa pembayaran pajak bukan merupakan suatu kewajiban juga memengaruhi hal tersebut.
Pemungutan pajak dilakukan dengan suatu sistem yaitu self assessment
yang dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan
kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, dan
membayar sendiri pajak yang terutang. Wajib pajak juga diwajibkan untuk
melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar
sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.8
8
Herry Purwono, Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak (Jakarta: Erlangga,2010)
Sistem tersebut menyebakan banyaknya manipulasi data-data dalam perusahaan
yang digunakan untuk mengurangi ataupun menghindari pembayaran pajak.
Manipulasi data yang dapat dilakukan adalah dengan cara membuat pembukuan
palsu dengan sengaja yang tidak sesuai dengan kegiatan usaha yang dilakukan
laporan keuangan dan faktur pajak fiktif yang memberikan kesempatan untuk
melakukan kecurangan dalam bidang perpajakan. Contohnya adalah salah satu
pengusaha properti Kota Medan yang ditangkap atas dugaan penggelapan pajak
dari PT yang dimiliki oleh pengusaha tersebut. PT tersebut diduga menggunakan
dua laporan pajak yang terdiri atas pajak pribadi dan yang disetorkan pemerintah.
Perusahaan tersebut membangun rumah mewah dan ruko tidak sesuai dengan izin
dan melakukan pelaporan yang tidak sesuai dengan fakta yang terdapat di
lapangan sehingga mengakibatkan kerugian bagi negara hingga puluhan miliar
rupiah. Penghindaran pajak telah dilakukan oleh sejumlah orang. Penghindaran
pajak merupakan salah satu bentuk perlawanan dari masyarakat terhadap pungutan pajak dari pemerintah yang dianggap terlalu memberatkan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dipilihlah skripsi yang berjudul “Akibat Hukum Manipulasi Data Dalam Penghindaran Pajak Pada Perseroan Terbatas.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah cara pembuatan laporan dalam Perseroan Terbatas?
3. Bagaimanakah akibat hukum terhadap manipulasi data untuk menghindari
pajak dalam Perseroan Terbatas?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui bentuk bentuk manipulasi data pada Perseroan Terbatas.
b. Untuk mengetahui fungsi legal audit dan legal opinion dalam upaya untuk
menemukan kecurangan dalam laporan keuangan.
c. Untuk mengetahui sanksi bagi organ serta Perseroan Terbatas (PT) yang
melakukan manipulasi laporan keuangan untuk menghindari pajak. 2. Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang ini antara lain:
a. Secara teoritis
Hasil penelitian ini akan melahirkan beberapa konsep ilmiah yang pada
gilirannya akan memberikan sumbangan pemikiran berkaitan manipulasi data dalam upaya penghindaran pajak dalam Perseoran Terbatas (PT). b. Secara praktis.
ganda yang berkaitan dengan kepentingan negara yang menjadikan pajak
sebagai salah satu bentuk penerimaan negara yang terbesar.
D.Keaslian Penulisan
Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud.
Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang Akibat Hukum Manipulasi Data Dalam Penghindaran Pajak Pada Perseroan Terbatas, belum pernah diteliti oleh
peneliti sebelumnya.
Dengan demikian, jika dilihat dari permasalahan yang ada dalam
penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, bila dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.Kalaupun terdapat pendapat atau kutipan
dalam penulisan skripsi ini semata-mata adalah faktor pendukung dan pelengkap dalam upaya menyempurnakan dan menyelesaikan skripsi ini.
E.Tinjauan Pustaka 1. Manipulasi data
Manipulasi adalah suatu proses rekaan yang melakukan penambahan,
penyembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau
Manipulasi data dalam perpajakan adalah sebuah tindakan yang memalsukan
data-data dari suatu kegiatan usaha baik itu laporan keuangan maupun bukti transaksi
yang dipalsukan, dalam upaya untuk menyembunyikan kenyataan akan suatu hal
dan untuk memperoleh keuntungan secara sepihak serta merugikan negara yang
menyebabkan pembangunan negara terhambat karena pajak merupakan salah satu
sumber yang dapat membantu pembangunan suatu negara.
2. Penghindaran pajak
Menurut H.Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum akan tetapi, definisi tersebut
dikoreksi menjadi : Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas
Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk pulic
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.9
Negara hukum menetapkan segala sesuatu harus dalam undang undang,
seperti di Indonesia. Pemungutan pajak diatur dalam Pasal 23 angka 2 Undang Menurut UUKUP, Pasal 1 angka 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
9
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi : “Pajak dan
pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”.10
Penghindaran pajak merupakan hambatan-hambatan dalam pemungutan
pajak yang mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas
terhadap pajak terdiri dari perlawanan aktif dan perlawanan pasif.Perlawanan
pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai
hubungan erat dengan struktur ekonomi. Contoh : Wajib pajak dituntut untuk
menghitung sendiri pendapatan nettonya maka untuk itu diperlukan adanya
pembukuan. Namun, menghitung pendapatan netto akan sangat sulit dilakukan
oleh masyarakat agraris. Selain karena pencatatan pendapatan yang akurat sulit
dilakukan, mereka juga tidak mampu melakukan pembukuan, sehingga
pembayaran pajaknya lebih kecil daripada yang seharusnya sedangkan,
perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Ada 3 cara perlawanan aktif terhadap pajak,yaitu :11
a. Penghindaran pajak (Tax avoidance)
Penghindaran pajak terjadi sebelum Surat Ketetapan Pajak (yang selanjutnya
disebut dengan SKP) keluar. Wajib pajak yang melakukan penghindaran
pajak tidak secara jelas melanggar undang undang sekalipun kadang-kadang
dengan jelas menafsirkan undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan
tujuan pembuat undang-undang.
10
Thomas Sumarsan,Op.Cit., hlm.7. 11
Penghindaran pajak dilakukan dengan cara, seperti :
1) Menahan diri
Menahan diri dalam hal ini berarti wajib pajak tidak melakukan sesuatu
yang bisa dikenai pajak. Contoh : tidak menggunakan mobil mewah
untuk menghindari pengenaan Pajak Penjualan Barang Mewah, tidak
mengonsumsi minuman keras (alcohol) untuk menghindari pengenaan
cukai alkohol.
2) Lokasi terpencil
Memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif pajaknya
tinggi ke lokasi yang tarif pajaknya rendah. Contoh : Indonesia
memberikan keringanan bagi investor yang ingin menanamkan
modalnya di Indonesia bagian Timur sehingga pengusaha yang baru
membuka usaha atau perusahaan yang akan membuka cabang baru maka
mereka membuka cabang baru di tempat yang tarif pajaknya lebih
rendah.
b. Pengelakan pajak (Tax evation)
Hal ini merupakan pelanggaran terhadap undang-undang dengan maksud
melepaskan diri dari pajak/mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara
menyembunyikan sebagian dari penghasilannya. Contoh : Konsultan atau
kemungkinan diketahui oleh fiskus karena dia sendiri yang mencatat
penghasilannya.12
c. Melalaikan pajak
Melalaikan pajak adalah tidak melakukan kewajiban perpajakan yang
seharusnya dilakukan. Contoh : menolak membayar pajak yang telah
ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas-formalitas yang harus
dipenuhi oleh wajib pajak.13
3. Perseroan Terbatas (PT)
Kitab Undang Undang Hukum Dagang tidak mengatur rumusan
definisi/pengertian tentang PT secara lengkap, tetapi hanya memberikan sedikit gambaran tentang PT, terutama dari segi penamaan, dan bila ditafsirkan lebih jauh
akan menyentuh persoalan tanggung jawab terbatas dari perseronya (pemegang saham). Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 36 KUHD yang berbunyi : “Perseroan Terbatas tak mempunyai sesuatu firma, dan tak memakai nama salah
seorang atau lebih dari para perseronya, namun diambil nama perseroan itu dari tujuan perusahaannya semata-mata”.
Perseroan Terbatas tidak sama dengan Firma karena persero dalam PT memiliki tanggung jawab terbatas sebesar andil (saham) yang diambilnya, berbeda dengan Firma karena bersifat kebersamaan (nama bersama), maka
tanggung jawab para sekutunya bersifat tidak terbatas (tanggung renteng). Bila nama Firma diambil dari nama salah seorang atau lebih sekutunya, maka dalam
12
Ibid., hlm.10. 13
PT hal itu tidak diperbolehkan, tetapi nama PT ditetapkan dengan mengacu pada
maksud atau tujuan perusahaan yang bersangkutan.14
Definisi PT kemudian mengalami sedikit penyempurnaan dalam UUPT
yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 UUPT yang menyebutkan bahwa “Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya”
Undang Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dalam
Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa “Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.
15
4. Latar belakang berdirinya Perseroan Terbatas .
Secara historis, istilah Perusahaan berasal dari Hukum Dagang yang merupakan hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan. Istilah perusahaan lahir sebagai wujud perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha
yang kemudian diakomodir dalam KUHD. Masuknya istilah perusahaan dalam
14
Mulhadi, Diktat Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia
(Medan, 2013), hlm.78. 15
KUHD diawali dengan ditemukannya beberapa kekurangan atau kelemahan
dalam KUHD. Namun istilah perusahaan ini tidak dirumuskan secara eksplisit seperti apa yang terjadi dalam istilah pedagang dan perbuatan perdagangan.16
Korporasi dengan konsep tanggung jawab terbatas dan entitas mandiri merupakan simbol kejayaan komparasi antara civil law system dan common law
system. Sejarah korporasi dengan konsep tanggung jawab terbatas dan entitas
mandiri ini dapat ditelusuri sejak Zaman Romawi, dimana dalam putusan perkara Salomon V. A. Salomon & Co. Ltd., disebutkan bahwa “the notion of non-human
has a history going back at least to roman times,” lebih lanjut B.G. Hunt
menyatakan bahwa, “the brillian intellectual achievement of the roman lawyer, the juritic person, a subject of right, and liabilities as is a native person.” Hal ini
jelas menunjukan bahwa korporasi dengan konsep tanggung jawab terbatas dan entitas mandiri ini sudah eksis sejak Zaman Kekaisaran Romawi, yang pada perkembangannya konsep tersebut dikenal dengan limited liability doctrine dan
separate legal personality doctrine.17
Parameter keberadaan undang undang yang mengatur secara komprehensif
mengenai korporasi dengan konsep tanggung jawab terbatas dan entitas mandiri ini menetapkan Jerman sebagai negara tertua dan yang pertama memiliki undang undang tersebut walaupun Jerman sebenarnya bukan sama sekali negara pertama
yang melegislasi ketentuan tersebut, karena menurut Soepomo, Belanda telah menerapkan Wetboek van Koophandel ( yang selanjutnya disebut dengan WvK) di
16
Ibid., hlm.1.
17
Hindia Belanda sejak 1848 tetapi, WvK bukanlah undang undang yang
komprehensif mengatur mengenai koporasi dengan konsep tanggung jawab terbatas dan entitas mandiri karena dalam WvK tidak disebutkan bahwa PT (Besloten Vennootschap atau Naamloze Vennootschap) sebagai legal entity.18
Negara Amerika Serikat, tepatnya di Negara bagian Wyoming, pada tanggal 4 Maret 1977 pertama kali diundangkan Limited Liability Company (LLC) Statute.
Setelah itu, pada periode 1990-an diikuti oleh negara-negara bagian lain, seperti Colorado, Kansas, Nevada, Texas, Utah, dan Virginia.19
Ketentuan mengenai limited liability company di Indonesia,pertama kali
diatur dalam WvK atau KUHD yang berasal dari kerajaan Belanda sejak 1848 yang merupakan konsekuensi dari penerapan asas konkordansi. Setelah hampir
lebih satu setengah abad berlaku di bumi nusantara atau hampir lima puluh tahun sejak Indonesia merdeka, pada 7 Maret 1995 Indonesia memiliki undang undang nasional sendiri yang mengatur mengenai badan hukum PT, yaitu Undang
Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Undang Undang ini sebenarnya bukan produk hukum nasional yang pertama karena sesungguhnya
KUHD sudah pernah diubah melalui Undang Undang Nomor 4 Tahun 1971 tentang penambahan atas ketentuan Pasal 54 KUHD, tetapi tetap saja UUPT tahun 1995 adalah produk hukum yang sepenuhnya dibuat oleh lembaga legislatif
Indonesia.20
18
Ibid., hlm.5.
19
Loc.cit.
20
Menurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, pembuat undang-undang dengan tegas menyatakan bahwa Pasal 36-56 KUHD yang mengatur mengenai PT dan perubahannya dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi dan dunia usaha baik nasional maupun
internasional. Selain itu, Undang Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas ini juga merupakan bentuk unifikasi atas 2 (dua) ketentuan yang
mengatur bentuk usaha berbadan hukum, yaitu KUHD sendiri dan Ordonasi Maskapai Andil Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische Maatschappij op Aandeleen). Setelah dua belas tahun berlaku, pada 16 Agustus 2007, pemerintah
mengundangkan Undang Undang Perseroan Terbatas yang baru, yaitu Undang Undang No.40 Tahun 2007.21
F.Metode Penulisan
Metode penulisan bertujuan untuk mencari dan menemukan kebenaran
secara ilmiah serta memperoleh hasil yang optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi penulisan skripsi. Metode yang digunakan dalam menyelesaikan
skripsi ini adalah :
1. Jenis penelitian
Penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif.
Penelitian hukum normatif mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta
21
norma-norma hukum yang terdapat dalam masyarakat. Penelitian hukum normatif
yang dilakukan adalah dengan cara meneliti dan mengolah bahan pustaka yang merupakan data sekunder atau disebut juga penelitian kepustakaan.
Penelitian ini bersifat deskriptif, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Penelitian yang bersifat deskriptif merupakan metode yang
dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang terjadi atau berlangsung yang bertujuan agar dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai objek penelitian sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal,
kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menguraikan hal-hal tentang Akibat Hukum Manipulasi
Data dalam Penghindaran Pajak pada Perseroan Terbatas.
2. Data penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum
primer, sekunder dan tersier.
a. Bahan hukum primer, terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang
ekonomi yang mengikat, antara lain Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah menjadi Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
b. Bahan hukum sekunder, berupa karya-karya ilmiah, berita-berita serta
tulisan dan buku yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diajukan.
c. Bahan hukum tersier, berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku, artikel, peraturan
perundang-undangan dan bahan bacaan lain yang terkait dengan penulisan skripsi ini.
4. Analisis data
Berdasarkan sifat penelitian yang menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif, maka yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data
sekunder yang didapat.Bahan hukum yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis bahan hukum, selanjutnya semua bahan hukum
diseleksi dan diolah, kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, sehingga memberikan
G.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan bertujuan untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai isi dari skripsi ini maka disusun dalam suatu sistematika
penulisan. Sistematika penulisan ini terdiri dari 5 (lima) bab, dimana tiap-tiap bab tersebut terbagi lagi ke dalam beberapa sub bagian yang bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan isi skripsi ini. Adapun sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I merupakan bab pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan pembuatan laporan pada PT. Bab ini menguraikan tentang data dalam PT, pembuatan laporan dalam PT, transparansi dalam pembuatan laporan dalam PT.
Bab III merupakan pelaksanaan legal audit dan legal opinion untuk menemukan kecurangan dalam laporan keuangan. Bab ini menguraikan tentang
pengertian legal audit dan legal opinion, fungsi dan kewajiban legal officer dalam PT, jenis-jenis kecurangan dalam audit laporan keuangan, tahap-tahap untuk pelaksanaan legal audit dan legal opinion dalam PT.
Bab IV merupakan akibat hukum manipulasi data untuk menghindari pajak dalam PT. Bab ini menguraikan tentang data-data yang dimanipulasi dalam
Bab V merupakan kesimpulan dan saran. Bab terakhir dari penulisan