• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Permasalahan ketenagakerjaan dalam hal pengangguran kerap menjadi salah satu penghambat terlaksananya pembangunan nasional secara menyeluruh. Kualitas dan produktivitas tenaga kerja menjadi salah satu tolak ukur dari keberhasilan program pembangunan nasional dalam suatu negara. Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia suatu negara memiliki peran penting dalam melaksanakan pembangunan nasional berkelanjutan. Tenaga kerja yang tidak memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berada dalam kategori baik maka akan sulit bagi suatu negara untuk menggali segala potensi pembangunan. Permasalahan tersebut akan berkorelasi pula pada masalah pengangguran yang semakin berkembang.

(2)

Rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja menjadi salah satu penyebab terjadinya pengangguran. Pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya manusia dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial, kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang. Kelangkaan kesempatan kerja akan menjadi awal dari keterbatasan sumber peluang bagi masyarakat untuk memperoleh penghasilan. Hal ini tentu saja menjadi masalah karena akan berdampak pada masalah kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat yang memang telah menjadi masalah nasional.

Tenaga Kerja sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) memiliki peranan penting dalam pembangunan suatu negara. Sebagai salah satu unsur penting dalam pembangunan diharap secara optimal tenaga kerja mampu menjadi sumber yang potensial dan berdampak baik untuk kemajuan. Suatu negara akan mampu bergerak ke arah yang lebih baik apabila kualitas dari tenaga kerja mampu ditingkatkan dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan negara. Tenaga kerja yang baik adalah tenaga kerja yang mampu memberi kontribusi positif baik dalam skala besar ataupun kecil. Produktivitas dan kualitas tenaga kerja pada berbagai sektor akan berdampak baik bagi kemajuan suatu negara. Produktivitas tenaga kerja juga akan menjadi pemicu untuk suatu gebrakan pembangunan yang diharapkan seluruh unsur dalam suatu negara.

(3)

dikarenakan kurangnya keterampilan dan keahlian dari masyarakat. Adanya modal manusia berupa tingkat pendidikan dan keterampilan yang lebih tinggi akan memberikan tenaga kerja yang lebih berkualitas bagi masyarakat sehingga memberikan efisiensi dan efektifitas dalam berproduksi dan memberikan kesempatan kerja bagi tenaga kerja yang berkualitas dalam mengisi kesempatan kerja di lapangan kerja yang sesuai.

Menurut laporan Perkiraan Lapangan Kerja dan Sosial Dunia oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO), selama empat tahun ke depan jumlah orang yang akan kehilangan pekerjaannya di seluruh dunia naik dari 201 juta orang pada saat ini menjadi 212 juta orang. Lebih dari 61 juta orang telah kehilangan pekerjaan mereka sejak awal krisis global pada tahun 2008. Pekerja muda yang berusia antara 15-24 tahun adalah mereka yang sangat terpukul oleh krisis, dengan tingkat pengangguran kaum muda global hampir sebesar 13 persen pada tahun 2014 dan diperkirakan akan ada peningkatan di tahun mendatang. Sebaliknya, para pekerja yang lebih tua memliki nasib relatif lebih baik sejak awal krisis keuangan global pada tahun 2008 (Boulton, 2007:35).

Tantangan utama pada tingkat nasional adalah terbatasnya kualitas tenaga kerja, tingginya angka pengangguran terselubung, ketimpangan pendapatan masyarakat, dan pembangunan yang belum merata. Untuk itu diperlukan tenaga kerja yang berkualitas, yaitu tenaga kerja yang produktif, memiliki kompetensi dan memiliki daya saing. Pilar utama daya saing bangsa adalah kesiapan SDM yang tercermin dalam kualitas tenaga kerja dan penguasaan teknologi.

(4)

tekanan perekonomian. Daya saing dan daya tahan suatu bangsa tergantung pada cara negara tersebut dapat mengembangkan produktivitas bahkan dalam keadaan di mana bangsa tersebut memiliki keunggulan komparatif di bidang ketenagakerjaan sekalipun. Negara yang paling pesat mengalami perkembangan produktivitas pekerja adalah “Macan Asia” yaitu Korea Selatan, Singapura, Taiwan, Hongkong.

Berdasarkan tingkat produktivitas tenaga kerja dan laju perkembangannya, keempat “Macan Asia” tersebut mampu memiliki daya saing yang tinggi dalam proses

produksi.

Indonesia adalah negara berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat) dengan jumlah total penduduk sekitar 250 juta jiwa. Selanjutnya, negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut di atas digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan.

Permasalahan yang dihadapi adalah hingga saat ini struktur tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh masyarakat yang berpendidikan rendah. Rendahnya tingkat pendidikan berkorelasi dengan rendahnya tingkat keterampilan tenaga kerja sehingga secara langsung mempengaruhi rendahnya produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Rendahnya produktivitas tenaga kerja inilah yang menyebabkan terjadinya pertambahan fenomena pengangguran di Indonesia. Keadaan ini sangat mempengaruhi tingkat ekonomi secara nasional dan mengakibatkan kemiskinan semakin meluas di Indonesia.

(5)

bernegara. Hakikat pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pembangunan nasional merupakan cerminan kehendak untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggara negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Melambatnya ekonomi Indonesia mengakibatkan jumlah pengangguran dalam negeri bertambah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tahun ini (Februari 2014-Februari 2015) jumlah pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu orang, sehingga total mencapai 7,45 juta orang. Data BPS menjabarkan, bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) didominasi penduduk berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 9,05%, disusul jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) 8,17 %, dan Diploma I/II/III sebesar 7,49%. Sementara, TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah dengan prosentase 3,61% di periode Februari 2015. Selama setahun terakhir TPT yang mengalami peningkatan yakni penduduk dengan pendidikan SMK 1,84 poin, Diploma I/II dan III sebesar 1,62 poin dan universitas 1,03 poin (www.bps.go.id/ diakses pada 24 Oktober 2015 15:00 WIB).

(6)

menurun memerlukan penanganan yang tepat. Penanganan dalam hal ini adalah percepatan program-program peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya tenaga kerja yang kompeten dan berkualitas.

Jumlah pengangguran terbuka di negeri kaya sumber daya alam ini berada pada angka 9,25 juta jiwa. Seharusnya dengan banyaknya pengangguran maka lowongan kerja yang tersedia akan mudah diisi oleh mereka pencari kerja. Lowongan kerja yang terus bermunculan di iklan loker tiada hentinya. Hari Sabtu dan Minggu dengan mudah kita lihat halaman koran diisi dengan ilkan lowongan kerja. Ternyata jumlah lowongan kerja tak pernah sepi. Perusahaan yang membutuhkan SDM tidak pernah berhenti memburu SDM di pelosok negeri namun perkara mencari tenaga kerja tidak semudah membalik telapak tangan (https://marumpa.wordpress.cngan tersebuom/2011/03/23/cari-kandidit-tenaga-kerja-kok-repot/ diakses pada 24 Oktober 2015 3:00 WIB).

(7)

Kompetensi tenaga kerja merupakan salah satu hal yang mempengaruhi permasalahan tenaga kerja di Indonesia. Kompetensi tenaga kerja yang dimaksud adalah segala bentuk keterampilan, sikap, perilaku, atau karakteristik pribadi yang penting untuk membedakan kinerja rata-rata dengan kinerja tinggi. Proses pengembangan kompetensi tenaga kerja berbenturan dengan dua tantangan. Kedua tantangan itu adalah jalur pendidikan formal yang belum optimal dan jalur pelatihan kerja yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Diakibatkan oleh tuntutan terhadap kualitas tenaga kerja semakin medesak, pendidikan serta pelatihan kerja berbasis kompetensi menjadi syarat mutlak untuk dilakukan.

Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan kompetensi tenaga kerja di Indonesia adalah terbatasnya fasilitas pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. Tenaga kerja juga memiliki tingkat kesadaran rendah akan pentingnya pengembangan kompetensi tenaga kerja. Kompetensi tenaga kerja yang baik akan mampu meningkatkan daya saing dalam era globalisasi saat ini. Tenaga kerja merupakan faktor yang paling penting untuk menyokong daya saing industri Indonesia di pasar Internasional (dunia). Peningkatan kualitas tenaga kerja, wajib bagi bangsa Indonesia saat ini dan di masa mendatang dalam pelaksanaan proses pembangunan nasional.

(8)

manusia (peserta didik), sehingga sesuai dengan kesempatan kerja dan tuntutan dunia kerja yang tersedia.

Pelatihan kerja yang berorientasi pada pasar kerja merupakan suatu keharusan, sehingga akan menguntungkan berbagai pihak, baik itu pihak pencari kerja maupun pengguna tenaga kerja. Penyelenggaraan pelatihan kerja yang berorientasi pasar kerja membutuhkan manajemen pelatihan yang tepat. Tidak hanya memahami kebutuhan pasar kerja saja, tetapi bagaimana kebutuhan pasar kerja tersebut dapat diterjemahkan dalam bentuk identifikasi keterampilan dan pengetahuan yang jelas, kurikulum yang relevan, dan sistem pembelajaran yang tepat.

Pelatihan kerja yang merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah, mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Adanya persaingan yang sangat ketat dalam memasuki pasar kerja (dunia kerja) perlu mendapatkan perhatian yang serius bagi para penganggur/pencari kerja itu sendiri. Ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja yang ada dengan lapangan kerja yang tersedia, merupakan masalah baru yang perlu dipecahkan serta dicari jalan keluarnya. Persiapan tenaga kerja yang siap pakai membutuhkan suatu “mata

rantai” yang dikenal dengan istilah latihan kerja baik yang dilakukan oleh Depnaker

dengan Balai Latihan Kerja (BLK), departemen teknis dengan balai-balai atau pusat latihan kerjanya, lembaga-lembaga swasta yang kesemuanya merupakan latihan di luar tempat kerja.

(9)

usia 18 tahun ke atas, sementara salah satu mandat Depdiknas adalah untuk memfasilitasi pelatihan untuk para kaum muda usia di bawah 18 yang tidak lagi bersekolah. Garis batas wewenang untuk hal ini antara kedua departemen ini agak kurang jelas. Dengan penerapan dari sistem desentralisasi, tanggung jawab tersebut dipindahkan ke daerah. Bagaimanapun, penerapan standar tetap merupakan domain dari Depnakertrans telah menetapkan sistem pelatihan nasional di masa lampau, namun pengakuan dan ke-efektif-annya dalam bidang industri masih dipertanyakan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai perubahan di tingkat nasional/ internasional khususnya dalam dunia kerja, mengakibatkan sangat diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualitas sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang diharapkan mampu bersaing. Pengembangan kualitas itu dapat dilakukan antara lain dengan melalui Program Pelatihan Berbasis Kompetensi sesuai kebutuhan pasar kerja pada balai latihan kerja (BLK). Sejak diberlakukannya UU No.32 Tahun 2004, semua BLK yang ada diserahkan Pemerintah Pusat untuk dikelola oleh Pemerintah Daerah. Hal tersebut mengakibatkan BLK yang seharusnya bisa menjadi sarana pelatihan para pekerja tak terurus sebagaimana mestinya dan menjadi gedung dan peralatan yang mubazir. Kondisi ini yang kemudian memaksa Pemerintah Pusat untuk terus menerus memberikan suntikan, baik dana maupun Iptek (http://binaswadaya.org/bs3/id/balai-latihan-kerja-siapkan-pekerja-trampil/ diakses pada 22 Januari 2016 21:27 WIB).

(10)

program-program pelatihan kerja yang berbasis kompetensi dan berorientasi pada pasar kerja lokal, nasional, dan internasional. Khusus untuk BLK yang dikelola oleh Pemerintah Daerah pola pelatihan ditekankan pada jenis pelatihan sesuai yang dibutuhkan di daerah masing-masing

Komisi pelatihan di tingkat nasional dan regional telah ada selama lebih dari satu dekade. Akan tetapi komisi ini tidak didukung oleh tim penelitian yang kuat dan tetap. Misalnya, studi pelacakan belum sistematis: kurang analisa menyeluruh mengenai apa yang terjadi pada mereka yang telah lulus dari beragam program latihan, bagaimana mereka diserap di pasaran tenaga kerja, dan sejauh mana pendidikan mereka berkaitan dengan kebutuhan usaha. Pelatihan yang didasarkan pada permintaan pasar (demand-driven) telah disuarakan dengan sangat kuat dalam forum dan diskusi formal; tetapi tindakan penerapannya masih kurang.

Hasil pemetaan Kemenakertrans pada akhir tahun 2011, ditemukan fakta bahwa infrastruktur dan fasilitas BLK UPT di seluruh Indonesia masih kurang memadai. Dari 251 BLK milik pemda, hanya 10% BLK yang memiliki infrastruktur dan fasilitas yang baik. Selebihnya, 49% BLK kondisinya sedang, dan 41% kondisinya buruk. Untuk mengatasi masalah tersebut, tahun 2012 Kemenakertrans memprioritaskan revitalisasi terhadap 22 BLK UPTD agar kondisinya lebih layak untuk digunakan.

(11)

metode dan kurikulum pelatihan, serta manajemen pengelolaan BLK itu sendiri. Pembenahan BLK-BLK milik pemda tersebut harus terus dilakukan meskipun terkendala terbatasnya anggaran. Pembenahan ini sejatinya mengikuti standar, atau berpatokan pada 13 BLK UPT Pusat milik Kemenakertrans yang kondisinya sudah sangat baik.

Hasil meta analisis tentang efektivitas pelatihan dilakukan oleh Arthur, Bennett, Edenz, dan Bell (2003) membuktikan bahwa metode pelatihan yang digunakan, karakteristik keterampilan atau tugas instruktur, dan pilihan kriteriaevaluasi pelatihan berkaitan erat dengan efektivitas pelatihan. Sedangkan metode pelatihan dan kualitas insruktur merupakan bagian dari kualiatas pelatihan. Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa kualitas pelatihan berpengaruh terhadap

efektivitas pelatihan

(http://eprints.uny.ac.id/19086/1/AdinGustina_11408144003.pdf diakses pada 21 Januari 2016 22:48 WIB)

Lembaga pelatihan kerja yang dikelola pemerintah (BLK) dibentuk agar dapat menghasilkan tenaga kerja berkualitas dan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Namun, beberapa BLK di daerah justru dialihfungsikan untuk keperluan lain yang tidak terkait dengan pelatihan kerja. Kondisi BLK lainnya sudah tidak layak seperti peralatan pelatihan yang tidak dapat dioperasionalkan dan tertinggal teknologinya, serta sarana pendukung lainnya sangat minim. Instruktur (tenaga pelatih) yang kerap tidak menerapkan fungsinya secara profesional menjadi penghambat terlaksananya program pelatihan berbasis kompetensi.

(12)

peserta pelatihan indutrial dan komersial, hasilnya menunjukkan ada empat faktor yang menjadi kontingen ke pelatihan yang efektif, yaitu: kepuasan dengan sesi latihan, kepuasan terhadap konten pelatihan, kepuasan terhadap pelatih, dan transfer pembelajaran. Keempat faktor tersebut sesuai dengan AQTF (2007) merupakan

dimensi kualitas pelatihan

(http://eprints.uny.ac.id/19086/1/AdinGustina_11408144003.pdf diakses pada 21 Januari 2016 22:48 WIB)

Balai Latihan Kerja sebagai lembaga pelatihan kerja yang dikelola oleh pemerintah bergerak untuk memenuhi kebutuhan dan hak dari tenaga kerja. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2013 Bab II pasal 11 tentang ketenagakerjaan dikemukakan bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut, pelaksanaan program-program pelatihan tenaga kerja didasarkan oleh kebutuhan masyarakat dan kebutuhan lokal.

Balai Latihan Kerja (BLK) difungsikan sebuah wadah yang menampung kegiatan pelatihan untuk memberikan, memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan keterampilan, produktivitas, disiplin, sikap kerja, dan etos kerja yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori. BLK juga berfungsi untuk merumuskan Kebijakan Teknis di bidang Pelatihan tenaga kerja, pelaksanaan Pelayanan Umum bidang Pelatihan tenaga kerja dan Pemberian pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah.

(13)

Produktivitas, Abdul Wahab Bangkona, diperlukan keterlibatan pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan instruktur di BLK di daerah-daerah melalui APBD. Kebijakan ini harus dibakukan dalam regulasi dalam bentuk peraturan daerah

(http://www.harianterbit.com/2013/12/09/balai-latihan-kerja-siapkan-pekerja-trampil/ diakses pada 22 Januari 201621:38 WIB).

Penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja oleh UPT Balai Latihan Kerja menjadi salah satu usaha dalam mengatasi pengangguran di Kabupaten Dairi. Persentase pengangguran yang mengalami kenaikan tiap tahunnya menjadi salah satu fokus penanganan oleh pemerintah. Program-program pelatihan yang diadakan oleh Balai Latihan Kerja Kabupaten Dairi diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.

Program-program pelatihan di Balai Latihan Kerja dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan nasional menyangkut orientasi dan sasaran program serta stratregi dalam menjalankan program sesuai dengan visi dan misi Balai Latihan Kerja. Berbagai upaya dan program perlu dilakukan oleh pemerintah khususnya Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Salah satu usaha untuk memperluas kesempatan kerja dan perbaikan mutu tenaga kerja adalah melalui pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja, Pelatihan kerja harus dipandang sebagai modal awal untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi dan pengangguran, itu yang menjadi sasaran prioritas.

(14)

diselenggarakan Balai Latihan Kerja bertujuan untuk memberikan bekal bagi masyarakat agar mampu menjadi mandiri dan sejahtera. Semakin tinggi tingkat keterampilan masyarakat maka akan semakin tinggi pula peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki.

Usaha kesejahteraan sosial dalam hal penekanan angka pengangguran di Kabupaten Dairi dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial melalui UPT Balai Latihan Kerja pada program pelatihan berbasis kompetensi. Masyarakat di Kabupaten Dairi memiliki kesempatan yang sama untuk diberikan bantuan dalam hal peningkatan produktivitas melalui program pelatihan berbasis kompetensi. Pelatihan berbasis kompetensi merupakan sebuah wadah bagi para tenaga kerja dan angkatan kerja untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian sesuai minat, bakat dan kebutuhan.

Pelaksanaan pelatihan kerja berbasis kompetensi merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang memerlukan pengelolaan secara baik dan profesional, sehingga output/lulusan dari pelatihan tersebut dapat memiliki nilai tambah baik secara ekonomis maupun sosial. Secara ekonomis berarti para lulusan segera terserap di pasar kerja dengan memperoleh imbalan gaji yang memadai. Sedangkan secara sosial, berarti pula bahwa lulusan pelatihan memperoleh kedudukan/pekerjaan yang baik dibandingkan dengan rekan-rekannya yang berpendidikan formal sama tetapi tidak mengikuti pelatihan

(15)

warga supaya bisa menciptakan lapangan kerja maupun dapat terserap di dunia usaha. Selain dari dana APBD kabupaten Tahun 2015 mendapat bantuan sebesar Rp 400 juta dari BLK Medan untuk memberikan pelatihan kepada warga di BLK Sidikalang (http://savetanahdairi.blogspot.co.id/2015_05_01_archive.html diakses pada 18 Oktober 2015 pukul 23:30)

Keberadaan Balai Latihan Kerja Kabupaten Dairi, pada hakekatnya adalah untuk menciptakan tenaga kerja terampil, berdisiplin, produktif dan inovatif serta kompetitif melalui kegiatan pelatihan di berbagai bidang kejuruan atau keahlian. Untuk melaksanakan fungsi tersebut BLK mempunyai sarana berupa manusia, metode, material, dan uang. Balai Latihan Kerja (BLK), Kabupaten Dairi melaksanakan tugas di bidang latihan bertanggung jawab dan berada di bawah Tenaga Kerja Dan Sosial Kabupaten Dairi dan secara teknis fungsional mendapat bimbingan dari Pusat Latihan Kerja (Puslatker) Jakarta.

Peserta pelatihan program pelatihan kerja di Kabupaten Dairi diberikan materi-materi pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus sesuai dengan tujuan pelatihan. Materi tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga para peserta memperoleh pengalaman belajar yang utuh. Tidak hanya menguasai pengetahuan/teori tertentu saja melainkan pengaplikasian pengetahuan/teori tersebut dalam praktek kerja yang sebenarnya. Praktek latihan kerja yang sesuai dengan materi berdasarkan susunan kompetensi yang telah ditentukan akan mendukung keberhasilan program pelatihan.

(16)

lebih sejahtera akan semakin meningkat jika masyarakat memiliki bekal keterampilan yang akan dibawa pada dunia kerja. Tanpa keterampilan dan keahlian maka masyarakat akan sulit untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.

Ketersediaan lembaga pelatihan yang didukung dengan sumber daya manusia, perlengkapan pelatihan dan program yang memadai merupakan suatu hal yang penting dalam mengembangkan suatu sistem pelatihan guna menghasilkan peserta pelatihan yang mempunyai kompetensi dan dapat memenuhi harapan pasar kerja. Menjawab tantangan tersebut, Dinas Tenaga Kerja Dan Sosial Kabupaten Dairi melalui Balai Latihan Kerja Kabupaten Dairi mengimplementasikan kebijakan pelatihan berbasis kompetensi.

Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Dairi ditujukan untuk menangani masalah pelatihan kerja bagi para penganggur/pencari kerja di Kabupaten Dairi. Balai Latihan Kerja Kabupaten Dairi, telah berkiprah dalam meningkatkan sumber daya manusia bagi penganggur/pencari kerja untuk dilatih keterampilan teknis. Pelatihan berbasis kompetensi diberikan agar ke depan para peserta pelatihan mampu bersaing dalam memasuki pasar kerja (dunia kerja) baik lokal maupun nasional.

(17)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Sejauhmana tingkat efektifitas pelaksanaan program pelatihan berbasis kompetensi oleh Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial kabupaten Dairi.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan program pelatihan berbasis kompetensi di Kabupaten Dairi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka:

a. Pengembangan model pelatihan kerja agar lebih efektif dalam menjamin tenaga kerja memperoleh pekerjaan.

(18)

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta

sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan uraian teoritis konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defensisi operasional.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi

penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan tentang gambaran umum tentang lokasi dimana penulis melakukan penelitian. BAB V : Analisis Data

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI : Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah di lakukan kepada informan, rendah nya partisipasi masyarakat untuk mengikuti kegiatan menjadi salah satu kendala dalam

Diskusi: Kualitas pemeriksaan fisik oleh perawat diruang medikal bedah dewasa di Rumah Sakit Advent Bandar Lampung termasuk dalam kategori rendah dengan

Pelaksanaan pemenuhan pembiayaan akad mudharabah setelah proses pergantian subyek hukum pada akad mudharabah dalam hal mudharib meninggal dunia adalah dengan cara

Secara garis besar, pemberian layanan penguasaan konten kesadaran akan keragaman budaya diberikan kepada 6 orang siswa yang memiliki hubungan interpersobnal rendah

Penelitian kuantitatif yang menggunakan rancangan penelitian pre-esperimental design yaitu one-group pre-posttest ini dilakukan terhadap 33 lansia dengan hipertensi untuk

Dengan mengetahui secara tepat tingkat kemampuan suatu jalan dalam menerima suatu beban lalu lintas, maka tebal lapisan perkerasan jalan dapat ditentukan dan umur rencana

terkait dengan fungsi pemerintah daerah sebagai “agent of development, agen of IMB akan melegalkan suatu bangunan yang direncaakan sesuai. dengan Tata Ruang suatu bangunan